You are on page 1of 6

Irvan Ramadhani 240210100012

VI.

PEMBAHASAN Spektrofotometri adalah cabang dari spektroskopi. Spektroskopi adalah ilmu

yang mempelajari interaksi radiasi dengan materi sedangkan spektrofotometri adalah pengukuran kuantitatif dari intensitas radiasi elektromagnetik pada satu atau lebih panjang gelombang dengan suatu transduser (detektor). Spektrofotometri adalah analisis kuantitatif yang paling sering digunakan karena mempunyai sensitivitas yang baik yaitu 10-4-10-6. Analisis jenis ini juga relatif selektif dan spesifik, ketepatannya cukup tinggi, relatif sederhana, dan murah (Mathias, 2000). Secara umum spektrofotometri dibedakan menjadi empat macam, yaitu : spektrofotometer ultraviolet, spektrofotometer sinar tampak, spektrofotometer infra merah, dan spektrofotometer srapan atom. Penyerapan sinar UV-Vis dibatasi pada sejumlah gugus fungsional atau gugus kromofor yang mengandung elektron valensi dengan tingkat eksutasi rendah. Tiga jenis elektron yang terlibat adalah sigma, phi, dan elektron bebas. Kromofor-kromofor organik seperto karbonil, alkena, azo, nitrat, dan karboksil mampu menyerap sinar ultraviolet dan sinar tampak. Panjang gelombang maksimumnya dapat berubah sesuai dengan pelarut yang digunakan. Auksokrom adalah gugus fungsional yang mempunyai elektron bebas nseperti hidroksil, metoksi, dan amina. Terkaitnya gugus kromofor akan mengakibatkan pergeseran pita absorpsi menuju ke panjang gelombang yang lebih besar dan disertai dengan peningkatan intensitas (Hart, 2003). Ketika cahaya melewati suatu larutan biomolekul, terjadi dua kemungkinan. Kemungkinan pertama adalah cahaya ditangkap dan kemungkinan kedua adalah cahaya discattering. Bila energi dari cahaya (foton) harus sesuai dengan perbedaan energi dasar dan energi eksitasi dari molekul tersebut. Proses inilah yang menjadi dasar pengukuran absorbansi dalam spektrofotometer (Khopkar, 2007). Cara kerja spektrofotometer dimulai dengan dihasilkannya cahaya

monokromatik dari sumber sinar. Cahaya tersebut kemudian menuju ke kuvet (tempat sampel/sel). Banyaknya cahaya yang diteruskan maupun yang diserap oleh larutan

Irvan Ramadhani 240210100012

akan dibaca oleh detektor yang kemudian menyampaikan ke layar pembaca (Khopkar, 2007). Larutan yang akan diamati melalui spektrofotometer harus memiliki warna tertentu. Hal ini dilakukan supaya zat di dalam larutan lebih mudah menyerap energi cahaya yang diberikan. Secara kuantitatif, besarnya energi yang diserap oleh zat akan identik dengan jumlah zat di dalam larutan tersebut. Secara kualitatif, panjang gelombang dimana energi dapat diserap akan menunjukkan jenis zatnya (Keenan, 1992). Pada percobaan kali ini dilakukan ditujukan untuk mengetahui spektrum serapan suatu zat dan menentukan konsentrasi dari suatu sampel dengan menggunakan spektrofotometri. Spektrofotometri adalah alat yang terdiri dari spektrofotometer dan fotometer. Spektrofotometer menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu, sementara fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau diabsorpsi (Khopkar, 2007). Pengukuran zat dengan spektrofotometri selalu melibatkan analat, blanko, dan standar. Blanko adalah larutan yang mempunyai perlakuan yang sama dengan analat tetapi tidak mengandung komponen analat. Tujuan pembuatan larutan blanko ini adalah untuk mengetahui besarnya serapan oleh zat yang bukan analat. Larutan analat adalah larutan yang dianalisis. Larutan standar adalah larutan yang mendapat perlakuan yang sama dengan analat dan mengandung komponen analat dengan konsentrasi yang sudah diketahui (Mathias, 2000). Tabel 6.1. Hasil Pengamatan Penentuan Absorbansi Sampel ( K2Cr2O7) Kelompok ppm Absorbansi 1 4 0.008 2 8 0.018 3 12 0.023 4 16 0.025 5 20 0.028 Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2011. Pada penggunaan sampel K2Cr2O7 telah diketahui ppmnya, lalu dilakukan perhitungan absorbansi menggunakan spektrofotometri. Hasil yang didapat dapat

Irvan Ramadhani 240210100012

dilihat pada tabel 6.1. Setelah itu hasil yang didapat diplotkan kedalam kurva pada gambar 1. Pembuatan kurva ini dimaksudkan untuk mendapatkan slope dan intersep yang dapat digunakan untuk menghitung ppm sampel.

Kurva Absorbansi Sampel KMnO4


0.035 0.03 Absorbansi 0.025 0.02 0.015 0.01 0.005 0 0 5 10 ppm 15 20 25 y = 0.0012x + 0.0063 R = 0.9009

Gambar 1. Kurva Absorbansi Sampel Tabel 6.2. Hasil Pengamatan Penentuan Konsentrasi Sampel Kelompok Sampel Absorbansi 1 B 0.024 2 A 0.018 3 C 0.043 4 E 0.071 5 D 0.053 Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2011.

ppm 15.0638 9.9574 31.2340 55.06 39.74

Setelah didapat nilai slope dan intercept yang didapat pada kurva, dapat dihitung konsntrasi pada sampel yang digunakan dengan menggunakan absorbansi. Cara perhitungannya adalah dengan memasukan nilai absorbansi yang didapat pada sampel menggunakan rumus dibawah ini: Y = 0.001X + 0.006 Sebagai contoh adalah pada sampel C, dimasukan absorbansi pada nilai Y. lalu dicari nilai X, dimana nilai X tersebeut adalah ppm dari sampel tersebut.

Irvan Ramadhani 240210100012

Y = 0.001X + 0.006 31.2340 = 0.001X + 0.006 X = 0.043 Konsentrasi yang didapat ternyata berbeda, hal ini dikarenakan absorbansi yang didapat berbeda pula. Berdasarkan tabel dapat disimpulkan bahwa semakin besar nilai absorbansi suatu sampel semakin besar pula konsentrasinya.

Irvan Ramadhani 240210100012

VII. y

KESIMPULAN Pengukuran zat dengan spektrofotometri selalu melibatkan analat, blanko, dan standar.

Blanko adalah larutan yang mempunyai perlakuan yang sama dengan analat tetapi tidak mengandung komponen analat.

y y

Persamaan regresi yang didapat adalah Y = 0.001X + 0.006. semakin besar nilai absorbansi suatu sampel semakin besar pula

konsentrasinya.

Irvan Ramadhani 240210100012

Daftar Pustaka

Hart. 2003. Organical Chemistry. United States : Mac Graw Hill. Keenan R. 1992. Kimia untuk Universitas. Jakarta : Erlangga. Khopkar S. 2007. Konsep Dasar kimia Analitik. Jakarta : UI Press. Mathias Laksi. 2000. Kimia Analitik Dasar. Bandung : Grafindo Media Utama.

You might also like