Professional Documents
Culture Documents
Bandar Udara
Mengacu pada Undang-undang No 15 tahun 1992 tentang Penerbangan dan PP No. 70 tahun 2001 tentang Kebandarudaraan. Bandar udara adalah lapangan terbang yang dipergunakan untuk mendarat dan lepas landas pesawat udara, naik turun penumpang, dan/atau bongkar muat kargo dan/atau pos, serta dilengkapi dengan fasilitas keselamatan penerbangan dan sebagai tempat perpindahan antar moda Dalam perencanaan bandar udara, desain yang dipakai harus memenuhi persyaratan teknis peraturan SKEP/77/VI/2005 Dalam peraturan ini tertuang pengertian tentang bandar udara dan bagian-bangiannya, langkah-langkah dan peraturan pemenuhan spesifikasi teknik yang diperlukan dalam merencanakan bandar udara. Secara keseluruhan, perencanaan bandar udara sesuai spesifikasi teknis peraturan ini di gambarkan dalam flowchart berikut ini :
Dalam perencanaan suatu bandar udara yang pertama menentukan fasilitas sisi udara bandar udara, fasilitas sisi udara ini sangat terkait erat dengan karakteristik pesawat dan senantiasa harus dapat menunjang terciptanya jaminan keselamatan, keamanan dan kelancaran penerbangan yang dilayani. Aspek-aspek tersebut menjadi pertimbangan utama dalam menyusun standar persyaratan teknis operasional fasilitas sisi udara.
Karakteristik Pesawat
Pengelompokan Karakteristik Umum Pesawat Terbang berdasarkan penggolongan pesawat dan kelas bandar udara di Indonesia. Selengkapnya dapat dilihat pada tabel yang tercantum dalam SKEP/77/VI/2005 berikut ini.
Karakteristik Pesawat
ARFL(Aeroplane Reference Field Length ) adalah runway minimum yang dibutuhkan untuk lepas landas pada maximum certificated take-off weight, elevasi muka laut, kondisi atmosfer standar, keadaan tanpa angin bertiup, runway tanpa kemiringan . Wingspan (parameter lebar sayap) mempengaruhi penentuan runway, taxiway dan luas apron, OMGWS(Outer Main Gear Wheel Span) jarak terluar roda pendaratanmenentukan Aerodrome Reference Code (ARC) yaitu untuk menentukan standar bagi masing-masing fasilitas bandar udara yang cocok untuk berbagai ukuran dan performace dari tiap-tiap pesawat terbang Length(panjang badan pesawat) menentukan penyimpangan pesawat dan apron. Wheel Base (Jarak roda ) untuk merencanakan tikungan yang aman pada aerodrome.
OEW = berat kososng + crew pesawat + peralatan terbang Pay Load Adalah beban pesawat yang diperbolehkan untuk diangkut oleh pesawat sesuai dengan persyaratan angkut pesawat MSLW (Maximum Structural Landing Weight ) adalah kemampuan struktural pesawat pada waktu mendarat MSTOW (Maximum Structural Take Off Weight ) adalah berat maksimum pesawat yang termasuk crew, berat pesawat kosong (OEW), bahan bakar, pay load, sehingga momen tekuk yang terjadi pada badan pesawat masih dalam kemampuan material pembentuk pesawat. Semua nilai diatas didapat dari peraturan ICAO 2008 bagian ke 1 perencanaan runways, pada appendix 1 Aeroplane clasification by code number and letter. Misalkan pesawat yang akan digunakan adalah boeing 737-400 maka nilai tersebut diatas berdasar tabel :
Orientasi Runway
Orientasi runway didasarkan pada data angin. Orientasi runway artinya adalah menentukan arah landasan pacu dengan berbagai macam pertimbangan agar pesawat dapat memperoleh kecepatan dan arah angin yang optimum untuk melakukan lepas landas (take off) maupun mendarat (landing). Sebagai aturan umum, runway primer (yang utama) pada suatu bandara diorientasaikan dengan tepat sesuai dengan arah angin yang umum terjadi di daerah tersebut . Pada saat mendarat dan mengudara, pesawat dapat melakukan manuver pada runway sepanjang arah tiupan angin berada pada sudut yang tepat dengan arah pergerakan (didefinisikan sebagai crosswind) tidak berlebihan. Batas maksimum crosswind dapat dilihat pada tabel berikut :
Paralel Runways : Pararlel Runway disediakan oleh Aedrome operartor harus berkonsultasi ke Direktorat Jenderal Perhubungan Udara berkenaan pada prosedur ruang udara dan pelayanan lalu lintas dengan pengoperasian beberapa runway. Runway Shoulder/ bahu runway. Bahu landasan harus dibuat secara simetris pada masingmasing sisi dari runway dan kemiringan melintang maksimum pada permukaan bahu landasan pacu 2,5%.
Turning Area / area untuk berputar. Minimum daerah bebas rintangan diantara roda dan tepi dari putaran adalah:
Runway Longitudinal slope / Kemiringan memanjang landas pacu, Maksimum kemiringannya adalah:
Trasverse Slope : Kemiringan melintang pada beberapa bagian dari runway harus cukup memadai untuk menghindari penambahan air dan harus disesuaikan dengan tabel dibawah ini :
Sight Distance / Jarak Pandang. Runway Surface. Permukaan landas pacu (runway) harus memenuhi standar/nilai keandalan (performance) Runway Strength. Runway harus sanggup dan tetap melayani lalu lintas dari pesawat di runway yang dikehendaki.
Kemampuan runway PCN > ACN < 1,1 PCN ( untuk Flexible ) PCN > ACN < 1,05 PCN ( untuk Rigid ) ( Allowable Load - Minimum Mass ) PCN = ACN Min + ( ACN Max - ACN Min ) x ------------------------------------------( Maximum Mass - Minimum Mass ) Runway strips / Jalur landas pacu ( berdasar tabel skep 77/2005) Stopways / overrun / jalur untuk berhenti. Lebar stopway sama dengan Lebar runway. Holding Bay. ( berdasar tabel skep 77/2005) Runway End Safety Area (RESA). Untuk Bandar udara Code number 3 dan 4 panjang minimum RESA 90 m, sedang untuk kondisi tertentu (lainnya) panjang minimum 60 m. Runway Marking. Disesuaikan dengan SKEP DIRJEN No. SKEP/11/1/2001
Taxi way direncanakan dnegan menentukan ; taxi way shoulder, longitudinal slope, transverse slope, taxi way surface, strenght, sight distance, separation distance,rapid exit taxi way, curve, fillet, exit taxi way, taxiway strips, taxiway marking kemudian selanjutnya dilanjutkan dengan perencanaan Apron.
Apron
Tempat pelataran parkir pesawat harus tidak melanggar pembatas rintangan yang berada dipermukaan dan terutama didalam. Ukuran pelataran parkir pesawat harus cukup untuk dapat melayani arus lalu lintas maksimum yang diperlukan . Perencanaan apron dengan menentukan dimensi apron, kekuatan apron, ground support equipment, dan apron marking.
Terima Kasih