You are on page 1of 83

POST PARTUM A.

KONSEP Periode pascapartum ialah masa enam minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ reproduksi kembali ke keadaan normal sebelum hamil . Periode ini kadang-kdang disebut Puerium atau trimester keempat kehamilan. Perubahan fisiologis yang terjadi sangat jelas, walaupun dianggap normal, dimana proses-proses pada kehamilan berjalan terbalik. Banyak faktor, termasuk tingkat energi, tingkat kenyamanan, kesehatan bayi baru lahir, dan perawatan serta dorongan semangat yang diberikan tenaga kesehatan profesional ikut membentuk respons ibu terhadap bayinya selama masa ini. Untuk memberi perawatan yang menguntungkan ibu, bayi, dan keluarganya, seorang perawat harus memanfaatkan pengetahuanya tentang anatomi dan fisiologi ibu pada periode pemulihan, karakteristik fisik dan perilaku bayi baru lahir, dan respons keluarga terhadap kelahiran seorang anak. Sistem Reproduksi dan struktur Terkait 1. Uterus Proses Involusi Proses kembalinya uterus ke keadaan sebelum hamil setelah melahirkan disebut involusi. Proses ini dimulai segera setelah plasenta keluar akibat kontraksi otot-otot polos uterus. Pada akhir tahap ketiga persalinan, uterus berada di garis tengah, kira-kira 2 cm di bawah umbilikus dengan bagian fundus bersandar pada promontorium sakralis. Pada saat ini besar uterus kira-kira sama dengan besar uterus sewaktu usia kehamilan 16 minggu ( kira-kira sebesar grapefruit (jeruk masam) dan beratnya kira-kira 1000 g. Dalam waktu 12 jam, tinggi fundus mencapai lebih 1 cm di atas umbilikus . Dalam beberapa hari kemudian, perubahan involusi berlangsung dengan cepat. Fundus turun kira-kira 1 sampai 2 cm setiap 24 jam. Pada haari pascapartum keenam fundus normal akan berada di pertengahan antara umbilikus dan simfisis pubis. Uterus tidak bisa dipalpasi pada abdomen pada hari ke-9 pascaprtum. Uterus, yang pada waktu hamil penuh beratnya 11 kali berat sebelum hamil, berinvolusi menjadi kira0kira 500 gr (1 lb) 1 minggu setelah melahirkan dan 350 g (11 sampai 12 ons) 2 minggu setelah lahir. Seminggu setelah melahirkan uterus berada di dalam panggul sejati lagi. Pada minggu ke enam, beratnya menjadi 50 sampai 60 kg.

Peningkatan kadar estrogen dan progesteron bertanggung jawab untuk pertumbuhan masif uterus selama masa hamil. Pertumbuhan uterus prenatal tergantung pada hiperplasia, peningkatan jumlah sel-sel otot, dan hipertrofi, pembesaran sel-sel yang sudah ada. Pada masa pascapartum penurunan kadar hormon-hormon ini menyebabkan terjadinya autolisis, perusakan secara langsung jaringan hipertrofi yang berlebihan. Selsel tambahan yan gterbentuk selama masa hamil menetap. Inilah penyebab ukuran uterus sedikit lebih besar setelah hamil Kontraksi Intensitas kontraksi uterus meningkat secara bermakna segera setelah bayi lahir, di duga terjadi sebagai respon terhadap penurunan volume intrauterin yang sangat besar. Hemostasis pascapartum dicapai terutama akibat kompresi pembuluh darah

intramiometrium, bukan oleh agregasi trombosit dan pembekuan bekuan. Hormon oksigen yang dilepas dari kelenjar hipofisis memperkuat dan mengatur kontraksi uterus, mengompresi pembuluh darah, dan membantu hemostasis. Selama 1 sampai 2 jam pertama pascapartum intensitas kontraksi bisa berkurang dan menjadi tidak teratur. Karena penting sekali untuk mempertahankan kontraksi uterus selama masa ini, biasanya suntikan oksitosin (pitosin) secara intavena atau intramuskular diberikan segera setelah plasenta lahir. Ibu yang merencanakan menyusui bayinya, dianjurkan membiarkan bayinya di payudara segera setelah lahir karena isapan bayi pada payudara merangsnag pelepasan oksitosin. After pains Pada primipara, tonus uterus meningkat sehingga fundus pada umumnya tetap kencang. Relaksasi dan kontraksi yang periodik sering dialami multipara dan bisa menimbulkan nyeri yang bertahan sepajang awal puer[erium. Rasa nyeri setelah melahirkan ini lebih nyata setelah ibu melahirkan, di tempat uterus teralu teregang (misalnya, pada bayi besar, kembar). Menyusui dan oksitosin tembahan biasanya meningkatkan nyeri ini karena keduanya merangsnag kontraksi uterus. Tempat Plasenta Segera setelah plasenta dan ketuban dikeluarkan, konstriksi vaskular dan trombosis menurunkan tempat plasenta ke suatu area yang meninggi dan bermodul tidak teratur. Pertumbuhan endometrium ke atas menyebabkan pelepasan jaringan rekrotik dan

mencegah pembentukan jaringan parut yang menjadi karakteristik penyembuh luka. Proses penyembuhan yang unik ini memampukan endometrium menjalankan siklusnya seperti biasa dan memungkinkan implantasi dan plasentasi untuk kehamilan di masa yang akan datang. Regenerasi endometrium selesai pada akhir minggu ketiga masa pasca partum, kecuali pada bekas tempat plasenta. Regenerasi pada tempat ini biasanya tidak selesai sampai enam mingggu setelah melahirkan. Lokia Rabas uterus yang keluar setelah bayi lahir seringkali disebut lokia, mula-mula berwarna merah, kemudian berubah menjadi merah tua atau merah coklat. Rabas ini dapat mengandung vekuan darah kecil. Selama dua jam pertama setelah lahir, jumlah cairan yang keluar dari uterus tidak boleh lebih dari jumlah maksimal yang kelua selama menstruasi. Setelah waktu tersebut, aliran lokia yang keluar harus semakin berkurang. Lokia rubra terutama mengandung darah dan debris desisua serta debris trofoblastik. Aliran menyembur, menjadi merah muda atau coklat setelah 3 sampai 4 hari (lokia serosa). Lokia serosa terdiri dari darah lama (old blood), serum, leukosit, dan devris jaringan. Sekitar 10 hari setelah bayi lahir, warna cairan ini menjadi kuning sampai putih (lokia alba). Lokia alba mengandung leukosit , desidua, sel epitel, mukus, serum, dan bakteri. Lokia alba bisa bertahan selama dua sampai enam minggu setelah bayilahir. Pengkajian jumlah aliran lokia berdasarkan observasi perineum sulit dilakukan. Cara mengukur lokia yang objektif dengan mengkaji jumlah cairan yang menimbang tampon perineum sebelum dipakai dan setelah dilepas. Setiap peningkatan berat sebesar satu gram setara denagn sekitar satu mililiter darah. Seluruh perkiraan cairan lokia tidak akurat bila faktor waktu tidak dipertimbangkan. Seorang wanita yang mengganti satu tampon perineum dalam waktu satu jam atau kurang mengeluarkan lebih banyak darah daripada wanita yang mengganti tampon setelah 8 jam. Apabila wanita mendapat pengobatan oksitosin, tanpa memandang cara pemberiannya, lokia yan gemngalir biasanya sedikit sampai efek obat hilang. Setelah operasi sesaria, jumlah lokia yang keluar biasanya lebih sedikit. Cairan lokia biasanya meningkat, jika klien melakukan ambulasi dan menyusui. Setelah operasi sesaria, jumlah lokia yang keluar biasanya lebig sedikit. Cairan lokia biasanya meningkat, jika klien melakukan ambulasi dan menyusui. Setelah berbaring di tempat tidur selama kurun waktu yang

lama, wanita dapat mengeluarkan semburan darah saat ia berdiri, tetapi hal ini tidak sama dengan perdarahan. Lokia rubra yang menetap pad aawal periode pascapartum menunjukkan perdarahan berlanjut sebagai akibat periode pascapartum menunjukkan perdarahan berlanjut sebagai akibat fragmen plasenta atau membran yang tertinggal. Terjadinya perdarahan ulang setelah hari ke-10 pascapartum menandakan adanya perdarahan pada bekas tempat plasenta yang mulai memulih. Namun, setelah 3 sampai 4 minggu, perdarahan mungkin disebabkan oleh infeksi atau subinvolusi. Lokia serosa atau lokia alba yang berlanjut bisa menandakan endometritis. Perlu diingat bahwa tidak semua perdarahan pervaginam pascapartum adalah lokia. Sumber umum ialah laserasi atau serviks yang tidak diperbaiki dan perdarahan bukan lokia. 2. Serviks Serviks menjadi lunak segera setelah ibu melahirkan. Delapan belas (18) jam pascapartum, serviks memendek dan konsistensinya menjadi lebih padat dan kembali ke bentuk semula. Srviks setinggi segmen bawah uterus tetap edematosa, tipis, dan rapuh selama beberapa hari setelah ibu melahirkan. Ektoserviks (bagian serviks yang menonjol ke vagina) terlihat memar dan ada sedikit laserisasi kecil-kondisi yang optimal untuk perkembangan infeksi. Muara serviks, yang berdilatasi 10 cm sewaktu melahirkan, menutup sacara bertahap. Dua jari mungkin masih dapat dimasukkan ke dalam muara serviks pada hari ke-4 sampai hari ke-6 pascapartum, tetapi hanya tangkai kuret terkecil yang dpat dimasukkan pada akhir minggu kedua. 3. Vagina dan Perineum Estrogen pascapartum yang menurun berperan dalam penipisan mukosa vagina dan hilangnya rugae. Vagina yang semula sangat teregang akan kembali secara bertahap ke ukuran sebelum hamil enam samapi 8 minggu setelah bayi lahir. Rugae akan kembali terlihat pada sekitar minggu keempat walaupun tidak akan semenonjol pada wanita nulipara. Pada umunya rugae akan memipih secara permanen. Mukosa tetap atrofik pada wanita yang menyusui sekurang-kurangnya sampai menstruasi dimulai kembali. Penebalan mukosa vagina terjadi seiring pemulihan fungsi ovarium. Kekurangan estrogen menyebabkan penurunan jumlah pelumas vagina dan penipisan mukosa vagina.

Kekeringan lokal dan rasa tidak nyaman saat koitus (dispareunia)menetap samapi fungsi ovarium kembali normal da n menstruasi dimulai lagi. Biasanya wanita dianjurkan menggunakan pelumas larut air saat melakukan hubunagn seksual untuk mengurangi nyeri. Pada awalnya, introitus mengalami eritematosa dan edematosa, terutama pada daerah episiotomi atau jahitan laserasi. Perbaikan yang cermat, pencegahan, atau pengobatan dini hematoma dan higienea yang baik selama dua minggu pertama setelah melahirkan biasanya membuat introitus dengan mudah dibedakan dari itoitus pada wanita nulipara. Pada umumnya episiotomi hanya mungkin dilakukan bila wanita berbaring miring dengan bokong diangkat atau ditempatkan pada posisi litotomi. Penerangan yang baik diperlukan supaya episiotomi dapat terlihat jelas. Proses enyembuhan luka episotomi sama dengan luka operasi lain. Tanda-tanda infeksi (nyeri, merah, panas, bengkak, atau rabas) atau tepian insisi tidak saling mendekat bisa terjadi. Penyembuhan harus berlangsung dalam dua sampai tig aminggu. Hemoroid (varises anus) umunya terlihat. Wanita sering menagalami gejala terkait, seperti rasa gatal, tidak nyaman, dan perdarahan berwarna merah terang pada waktu defekator. Ukuran hemoroid biasanya mengecil beberapa mingggu setelah lahir.

B. ADAPTASI FISIOLOGIS DAN PSIKOLOGIS POST PARTUM Dimulai satu jam setelah melahirkan sampai tubuh menyesuaikan secara sempurna.Tujuan pengawasan adaftasi fisiologis dan psikologis pada klien post partum adalah : 1. Meningkatkan pemulihan fungsi tubuh 2. Meningkatkan istirahat dan kenyamanan klien 3. Meningkatkan hubungan bagi ortu 4. Memberikan kesempatan kepada ortu untuk memelihara bayinya 5. Klien dapat merawat diri sendiri dan bayinya secara efektif Masa post partum dibagi tiga tahap : 1. Periode immediate post partum/kala IV ( dalam 1 jam pertama ) 2. Periode early post partum ( minggu pertama ) 3. Periode late post partum ( minggu kedua sampai keenam )

Potensial bahaya kebih sering terjadi pada periode immediate dan early post partum yaitu resiko terjadinya syok hipovolemia dan hemorrhage. Pada jam-jam dan hari-hari pertama setelah melahirkan hampir seluruh sistem tubuh mengalami perubahan secara drastis. Berat badan turun 7-8 kg, yaitu 5-6 kg karena lahirnya bayi, placenta dan air ketuban , 2 kg karena diuresis

1) Adaptasi Fisiologis 1. Tanda Vital Suhu peroral pada 24 jam pertama setelah melahirkan kurang dari 38 derajat Celsius. Bila lebih selama dua hari atau sepuluh hari berturut-turut, harus dicurigai adanya sepsis puerpuralis, infeksi saluran kemih, endometriosis, mastitis atau infeksi lainnya. 2. Sistem Cardiovaskuler a. Tekanan Darah Tekanan darah tetap stabil. Terjadi penurunan tekanan sistolik 20 mmHg atau lebih pada saat klien berubah posisi dari terlentang ke posisi duduk. Hal ini menggambarkan Hipotensi Ortostatik, dan merupakan gangguan sementara pada kompensasi kardiovaskuler terhadap penurunan tekanan vaskuler pada panggul. b. Berkeringat dan menggigil Klien dpt menggigil segera setelah melahirkan, hal ini disebabkan karena instabilitas vasomotor, bila tidak disertai panas hal ini tidak berarti. Untuk mengeluarkan jumlah cairan yg banyak, sisa-sisa pembakaran banyak dikeluarkan melalui keringat dan sering terjadi pada malam hari. 3. Komponen Perkemihan Selama proses melahirkan kandung kemih mendapatkan trauma yg dapat mengakibatkan edema dan kehilangan sensitivitas terhadap cairan. Perubahan ini dapat menyebabkan tekanan yg berlebihan dan pengosongan yg tidak sempurna dari kandung kemih. Biasanya klien mengalami ketidakmampuan buang air kecil 2 hari pertama setelah melahirkan. Penimbunan cairan dalam jaringan selama kehamilan dikeluarkan melalui diuresis, biasanya dimulai dalam 12 jam setelah melahirkan, akibat dari diuresis akan mengalami penurunan BB 2,5 kg pada periode early post partum

Hematuria pada early post partum menandakan adanya trauma pada kandung kemih waktu persalinan, selanjutnya dapat terjadi infeksi pada saluran perkemihan. Asetonuria dapat terjadi karena dehidrasi setelah persalinan lama. 4. Sistem Endokrin Estrogen, progesteron dan kadar prolaktin menurun dengan cepat. Kadar prolaktin pada yang meneteki akan meningkat k/ rangsangan isapan bayi. Pada ibu yg meneteki menstruasi terjadi pada minggu ke 36 post partum, sedangkan yg tdk meneteki pada minggu ke 12 post partrum. 5. Sistem pencernaan Pemulihan defekasi secara normal terjadi lambat dalam waktu 1 minggu. Hal ini disebabkan penurunan motilitas usus dan gangguan kenyamanan pada perineum. 6. Sistem musculoskeletal Otot-otot abdomen teregang secara bertahap selama kehamilan, mengakibatkan hilangnya kekenyalan otot, terlihat pada masa post partum. Peregangan otot-otot pada dinding perut adalah pada muskulus rektus abdominis. Dinding perut sering lembek dan kendor. Akan kembali dalam 6 minggu post partum.kurang lebih dengan latihan pengembalian otot-otot kekeadaan semula akan lebih cepat. 7. Organ Reproduksi a. Involusi uteri - Involusi uteri terjadi segera setelah melahirkan dan berlangsung cepat. - Dalam 2 minggu kembali lagi ke rongga panggul dalam 6 minggu. 12 jam setelah melahirkan fundus uteri teraba 1 cm dibawah pusat, dalam 5-6 minggu kembali kedalam ukuran tidak hamil. Penurunan uterus tergantung dari besarnya sel bukan dari banyaknya sel b. Involusio tempat menempelnya placenta Diameter area tempat placenta 8-9 cm. Perdarahan ditempat tsb dapat berhenti k/ tekanan pada jarinngan oleh kontraksi otot-otot uterus. Biasanya jaringan mengalami nekrosis dan lepas dalam waktu 6 minggu setelah melahirkan. Proses tsb mengakibatkan tidak terjadi luka parut pada endometrium, yg dapat membatasi untuk implantasi berikutnya

Kegagalan atau kelambatan penyembuhan dari tempat menempelnya placenta didebut sub involusi tempat menempelnya placenta dapat menyebabkan pengeluaran lokhea terus menerus, perdarahan pervagina tanpa nyeri. c. Perubahan pada vagina Kongesti pada dinding vagina berakibat sampai beberapa hari, rugae vagina mulai kembali dalam 3 minggu( tidak kembali seperti semula ). Labia mayora dan minora tampak teregang dan tidak licin. d. Perubahan pada perineum Bila dilakukan episiotomi pemulihan lebih lambat, tanpa atau dg episiotomi perineum mengalami edema dan kelihatan agar memar pada early post partum. e. Afterpains Umumnya terjadi pada multipara atau uterus yg sangat diregangkan seperti pada kelahiran kembar, dimana tonus uterus secara umum kurang baik, terjadi kontraksi uterus yg intermiten ( mirip dengan kram saat menstruasi ). Afterpains tidak dialami oleh primipara k/ tonus uterus masih baik.

2) Adaptasi Psikologis Menjadi orang tua merupakan suatu krisis dan melewati masa transisi. Masa transisi yg pada post partum yg harus diperhatikan oleh perawat adalah fase honey moon Fase honey moon adalah fase setelah anak lahir dimana terjadi intiminasi dan kontak yang lama antara ibu-ayah-anak. Hal tsb dapat dikatakan sbg psikis honey moon, dimana tidak memerlukan hal-hal yang romantis secara biologis. Masing-masing saling

memperhatikan anaknya dan menciptakan hal yang baru. Ikatan kasih ( bondingn & attachment ) terjadi pada kala IV, dimana diadakan antara ibuayah-anak, dan tetap dalam ikatan kasih. Perubahan psikologis selama post partum menurut Rubin (1977) tdd : 1. Fase Taking In ( Periode tingkah laku ketergantungan ) Perhatian klien terutama terhadap kebutuhan dirinya, mungkin pasif dan tergantung berlangsung selama 1-2 hari. Klien tidak mengingninkan kontak dg bayinya tetapi bukan berarti tidak memperhatikan. Dalam fase ini yg diperlukan klien adalah informasi tentang bayinya, bukan cara merawat bayi.

2. Fase Taking Hold ( Periode antara tingkah laku mandiri dan ketergantungan ) Klien berusaha mandiri dan berinisiatif, perhatian lebih kepada kemampuan mengtasi fungdi tubuhnya, misalnya kelancaran BAK, BAB, melakukan berbagai aktifitas ; duduk, jalan, dan keinginan untuk belajar tentang perawatan dirinya sendiri dan bayinya.

C. PEMERIKSAAN PADA IBU POST PARTUM Pada wanita yang bersalin secara normal, sebaiknya dianjurkan untuk kembali 6 minggu sesudah melahirkan. Namun bagi wanita dengan persalinan luar biasa harus kembali untuk kontrol seminggu kemudian. Pemeriksaan pasca persalinan meliputi : a. Pemeriksaan keadaan umum: tensi, nadi, suhu badan, selera makan, keluhan, dll b. Keadaan payudara dan puting susu. c. Dinding perut, perineum, kandung kemih, rektrum. d. Sekret yang keluar (lochia, flour albus). e. Keadaan alat-alat kandungan (cervix, uterus, adnexa). Pemeriksaan sesudah 40 hari ini tidak merupakan pemeriksaan terakhir, lebih-lebih bila ditemukan kelainan meskipun sifatnya ringan. Alangkah baiknya bila cara ini dipakai sebagai kebiasaan untuk mengetahui apakah wanita sesudah bersalin menderika kelainan biarpun ringan. Hal ini banyak manfaatnya agar wanita jangan sampai menderita penyakit yang makin lama makin berat hingga tidak dapat atau susah diobati. D. PENATALAKSANAAN DAN OBAT-OBATAN Perawatan masa nifas adalah perawatan terhadap wanita hamil yang telah selesai bersalin sampai alat-alat kandungan kembali seperti sebelum hamil, lamanya kira-kira 6-8 minggu. Akan tetapi, seluruh alat genetelia baru pulih kembali seperti sebelum ada kehamilan dalam waktu 3 bulan. Perawatan masa nifas dimulai sebenarnya sejak kala uri dengan menghindarkan adanya kemungkinan-kemungkinan perdarahan post partum dan infeksi. Bila ada perlukaan jalan lahir atau luka bekas episiotomi, lakukan penjahitan dan perawatan luka dengan sebaik-baiknya. Penolong persalinan harus tetap waspada sekurang-kurangnya 1 jam sesudah melahirkan, untuk mengatasi kemungkinan terjadinya perdarahan post partum.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam perawatan masa nifas : 1. Mobilisasi Umumnya wanita sangat lelah setelah melahirkan, lebih-lebih bila persalinan berlangsung lama, karena si ibu harus cukup beristirahat, dimana ia harus tidur terlentang selama 8 jama post partum untuk memcegah perdarahan post partum. Kemudian ia boleh miring ke kiri dan ke kanan untuk memcegah terjadinya trombosis dan tromboemboli. Pada hari kedua telah dapat duduk,hari ketiga telah dapat jalan-jalan dan hari keempat atau kelima bolehpulang. Mobilisasi ini tidak mutlak, bervariasi tergantung pada adanya komplikasi persalinan, nifas, dan sembuhnya luka. 2. Diet / Makanan Makanan yang diberikan harus bermutu tinggi dan cukup kalori, yang mengandung cukup protein, banyak cairan, serta banyak buah-buahan dan sayuran karena si ibu ini mengalami hemokosentrasi. 3. Buang Air Kecil Buang air kecil harus secepatnya dilakukan sendiri. Kadang-kadang wanita sulit kencing karena pada persalinan m.sphicter vesica et urethare mengalami tekanan oleh kepala janin dan spasme oleh iritasi musc. sphincter ani. Juga oleh karena adanya oedem kandungan kemih yang terjadi selama persalinan. Bila kandung kemih penuh dengan wanita sulit kencing sebaiknya lakukan kateterisasi, sebab hal ini dapat mengundang terjadinya infeksi. Bila infeksi telah terjadi (urethritis, cystitis, pyelitis), maka pemberian antibiotika sudah pada tempatnya. 4. Buang Air Besar Buang air besar harus sudah ada dalam 3-4 hari post partum. Bila ada obstipasi dan timbul berak yang keras, dapat kita lakukan pemberian obat pencahar (laxantia) peroral atau parenterala, atau dilakukan klisma bila masih belum berakhir. Karena jika tidak, feses dapat tertimbun di rektum, dan menimbulkan demam. 5. Demam Sesudah bersalin, suhu badan ibu naik 0,5 C dari keadaan normal, tapi tidak melebihi 38 C. Dan sesudah 12 jam pertama suhu badan akan kembali normal. Bila suhu lebih dari 38 C mungkin telah ada infeksi. 6. Mules-mules

Hal ini timbul akibat kontraksi uterus dan biasanya lebih terasa sedang menyusui. Hal ini dialami selama 2-3 hari sesudah bersalin. Perasaan sakit ini juga timbul bila masih ada sisa selaput ketuban, plasenta atau gumpalan dari di cavum uteri. Bila si ibu sangat mengeluh, dapat diberikan analgetik atau sedativa supaya ia dapat beristirahat tidur. 7. Laktasi 8 Jam sesudah persalinan si ibu disuruh mencoba menyusui bayinya untuk merangsang timbulnya laktasi, kecuali ada kontraindikasi untuk menyusui bayinya, misalnya: menderita thypus abdominalis, tuberkulosis aktif, thyrotoxicosis, DM berat, psikosi atau puting susu tertarik ke dalam, leprae. Atau kelainan pada bayinya sendiri misalnya pada bayi sumbing (labiognato palatoschizis) sehingga ia tidak dapat menyusu oleh karena tidak dapat menghisap, minuman harus diberikan melalui sonde.

E. MANAGEMEN LAKTASI Proses laktasi terdiri dari 2 tahap. Pertama adalah dimulainya pembentukan air susu pada masa kehamilan, dan kedua adalah periode menyusui sesudah bayi lahir, yaitu saat air susu dibentuk dan dikeluarkan. Masa ini kita sebut sebagai masa menyusui yang lamanya sangat tergantung pada motivasi dan "kemampuan" seorang ibu untuk menerapkan manajemen laktasi. Setiap bayi, sejak dilahirkan seyogyanya mendapat ASI saja (termasuk kolostrum) dalam 4-6 bulan pertama kehidupannya. Diawali dengan kontak dini segera setelah dilahirkan, isapan bayi pada putting susu ibu untuk pertama kalinya ini akan merangsang keluarnya hormon-hormon yang menunjang keberhasilannya menyusui. Kemudian, bayi dalam kondisi baik seyogyanya dirawat bersama dalam satu ruangan dengan bayinya (rawat gabung). Pelaksanaan ini penting untuk menjamin terpenuhinya segala kebutuhan bayi, baik fisik maupun psikik setiap saat dari ibunya. Selama ASI belum keluar pada 2-3 hari setelah ibu melahirkan, bayi yang sehat TIDAK perlu diberi makanan / cairan lain. Ia hanya perlu mengisap kolostrum yang keluar dari putting ibunya saja. Setelah mencapai usia 4-6 bulan, secara bertahap dapat diberikan makanan pendamping ASI. ASI dapat terus diberikans ampai anak berusaia 2 tahun. Dalam masa menyusui terjadi beberapa refleks yang penting pengaruhnya terhadap kelancaran laktasi, yaitu refleks yang terjadi pada ibu dan pada bayi. Refleks yang terjadi pada ibu di antaranya:

a. Refleks prolaktin Sewaktu bayi menyusu, ujung saraf sensoris yang terdapat pada putting susu terangsang. Rangsangan ini akan dikirim ke otak (hipotalamus) yang akan memacu keluarnya hormon prolaktin yang kemudian akan merangsang sel-sel kelenjar payudara untuk memproduksi ASI. Jadi makin sering bayi mengisap, makin banyak prolaktin yang dilepas dan makin banyak ASI yang diproduksi. Oleh karena itu, menyusukan dengan sering adalah cara terbaik untuk mendapatkan ASI dalam jumlah banyak. b. Refleks aliran / refleks oksitosin ("let down reflex") Rangsangan yang ditimbulkan oleh isapan bayi waktu menyusu diantar pula ke bagian lain dari otak yang akan melepaskan hormon oksitosin. Oksitosinn akan memacu sel-sel otot yang mengelilingi jaringan kelenjar dan salurannya untuk berkontraksi, sehingga memeras air susu keluar hingga mencapai sinus laktiferus di balik areola, untuk kemudian menuju putting susu. Dengan demikian terjadi "areolar engorgement" (pembengkakan). Kadang-kadang tekanan karena kontraksi otot itu begitu kuat sehingga air susu keluar dari putting menyembur dan dapat membuat bayi tersedak. Keluarnya air susu karena kontraksi otot tersebut disebut "letdown reflex". Melalui refleks inilah terjadi pula kontraksi rahimyang membantu lepasnya plasenta (ari-ari) dan mengurangi perdarahan. Oleh karena itu setelah bayi dilahirkan, kalau keadaan memungkinkan sebaiknya bayi segera disusukan ibunya (kontak dini). Terjadinya refleks aliran dipengaruhi oleh jiwa ibu. Rasa kuatir atau kesusahan akan menghambat refleks tersebut. Sebaliknya, tidak jarang, refleks ini terjadi pula bila sang ibu mendengar bayinya menangis, melihat foto bayinya atau sedang teringat pada bayinya saat berada jauh dari bayinya itu

Refleks yang terjadi pada bayi di antaranya : a. "Rooting reflex" Bila bayi baru lahir disentuh pipinya, dia akan menoleh kearah sentuhan. Bila bibirnya dirangsang atau disentuh, dia akanmembuka mulut dan berusaha mencari putting untuk menyusu.Keadaan ini dikenal dengan sebutan "rooting reflex". b. "Sucking reflex" (refleks menghisap) Refleks ini terjadi bila ada sesuatu yang merangsang langit-langit dalam mulut bayi. Jika putting susu ibu menyentuh langit-langit belakang mulut bayi, terjadi refleks menghisap dan terjaditekanan terhadap daerah areola oleh gusi, lidah bayi serta langit-langit, sehingga isi sinus laktiferus diperas keluar ke dalam rongga mulut bayi. c. Refleks menelan Bila ada cairan di dalam rongga mulut, terjadi refleksmenelan. Dengan memperhatikan adanya refleks-refleks tersebut,langkah-langkah menyusui yang baik dan benar adalah meliputihal-hal berikut : y persiapan mental dan fisik ibu setiap akanmenyusui. Ibu harus dalam keadaan tenang. Bilaperlu minum segelas air sebelum menyusui. Hindarimenyusui pada keadaan lapar dan haus. y sediakan tempat dengan peralatan yang diperlukan,seperti kursi dengan sandaran punggung dansandaran tangan, bantal untuk menopang tanganyang menggendong bayi. y sebelum menggendong bayi untuk menyusui,tangan harus dicuci bersih. Sebelum menyusui,tekan daerah areola di antara telunjuk dan ibu jarisehingga keluar 2-3 tetes ASI, kemudian oleskan keseluruh putting dan areola. Cara menyusui yangterbaik adalah bila ibu melepaskan BH dari kedua payudaranya y susukan bayi sesuai dengan kebutuhannya ("on demand"), jangan dijadwalkan. Biasanya kebutuhan terpenuhi dengan menyusui tiap 2-3 jam sekali.Setiap kali menyusui, lakukanlah pada keduapayudara kiri dan kanan secara bergantian, masingmasing sekitar 10 menit. Mulailah selalu denganpayudara sisi terakhir yang disusui sebelumnya.Periksa ASI sampai payudara terasa kosong. y setelah selesai menyusui, oleskan ASI lagi sepertiawal menyusui tadi. Biarkan kering oleh udarasebelum kembali memakai BH. Langkah iniberguna untuk mencegah lecet.

membuat bayi bersendawa setelah menyusui harusselalu dilakukan, untuk mengeluarkan udara darilambung supaya bayi tidak kembung dan muntah.Bila terjadi keadaan lecet pada putting dan atausekitarnya, sebaiknya ibu tetap menyusui denganmendahului pada putting yang tidak lecet. Sebelumdiisap, putting yang lecet dapat diolesi es untukmengurangi rasa sakit. Yang lebih penting dalamkejadian ini adalah mencari penyebab lecet tersebutyang tentunya harus dihindari.Keadaan engorgement (payudara bengkak) seringterjadi pada payudara yang elastisitasnya kurang.Untuk mengatasinya, kompres payudara denganhanduk hangat kira-kira 4-5 menit, kemudiandilakukan masase dari tepi ke arah putting hingga ASI keluar. Setelah itu baru bayi disusukan. Jangan berhenti menyusui dalam keadaan ini.

Beberapa hal lain yang perlu diperhatikan selama menyusui : a. Nutrisi Meskipun umumnya keadaan gizi pada ibu hanyaakan mempengaruhi kuantitas dan bukan kualitas ASI-nya,ibu menyusui selayaknya tidak membatasi konsumsi

makanannya. Penurunan berat badan sesudah melahirkans ebaiknya tidak melebihi 0.5 kg/minggu. Pada 6 bulan pertama masa menyusui, yaitu saat bayi hanya mendapatkan ASI saja ("exclusive breastfeeding period"), ibu membutuhkan tambahan kalori sebanyak 700 kkal/hari, pada 6 bulan selanjutnya kira-kira 500 kkal/hari dan pada tahun kedua 400 kkal/hari. Jumlah cairan yang dibutuhkan ibu menyusui tentu lebih banyak dari biasanya. Oleh karena itu ibu menyusui dianjurkan minum 8-12 gelas per hari. b. Istirahat Bila laktasi tidak berlangsung baik, biasanya penyebab utamanya adalah kelelahan pada ibu. Oleh karena itu, istirahat dan tidur yang cukup merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi. c. Obat-obatan Pemakaian obat-obatan dalam masa menyusui perlu mendapat perhatian, apakah mempunyai efek positif atau negatif terhadap laktasi. Sebagai contoh, beberapa obat yang dapat mengurangi produksi ASI yaitu pil KB yang mengandung hormon estrogen. Kebanyakan obat juga dikeluarkan melalui ASI, tetapi yang dikonsumsi bayi hanya 0.001 - 0.5% daripada dosis obat yang dapatdiberikan kepada bayi. d. Posisi ibu-bayi yang benar saat menyusui

Dapat dicapai bila bayi tampak menyusui dengan tenang, bayi menempel betul pada ibu, mulut dan dagu bayi menempel betul pada payudara, mulut bayi membuka lebar, sebagian besar areola tertutup mulut bayi, bayi mengisap ASI pelan-pelan dengan kuat, putting susu ibu tidak terasa sakit dan putting terhadap lengan bayi berada pada satu garis lurus. e. Penilaian kecukupan ASI pada bayi Bayi usia 0-4 bulan atau 6 bulan dapat dinilai cukup pemberian ASI nya bila tercapai keadaan sebagai berikut : y y y y berat badan lahir telah pulih kembali setelah bayi berusia 2 minggu, kenaikan berat badan dan tinggi badan sesuai dengan kurva pertumbuhan normal, bayi banyak ngompol, sampai 6 kali atau lebih dalam sehari, tiap menyusui, bayi menyusu dengan kuat ("rakus") tetapi kemudian melemah dan bayi tertidur, y payudara ibu terasa lunak setelah disusukan dibandingkan sebelum disusukan.

f. Di luar waktu menyusui Jangan membiasakan bayi menggunakan dot atau kempeng. Berikan ASI dengan sendok bila ibu tidak dapatmenyusui bayinya. g. Ibu bekerja Selama cuti hendaknya ibu menyusui bayinya terus.Jangan juga membiasakan bayi menyusu dengan botol bilamasa cuti telah habis dan ibu harus kembali bekerja. h. Pemberian makanan pendamping ASI Makanan pendamping ASI hendaknya diberikanmulai usia bayi 4-6 bulan. Bila ibu bekerja, sebaiknyamakanan pendamping ASI diberikan pada jam kerja,sehingga ASI dapat tetap diberikan bila ibu berada dirumah. i. Penyapihan Menghentikan pemberian ASI harus dilakukan secarabertahap dengan jalan

meningkatkan frekuensi pemberianmakanan anak dan menurunkan frekuensi pemberian ASIsecara bertahap dalam kurun waktu 2-3 bulan. j. Klinik laktasi Pusat pelayanan kesehatan ibu dan anak harusmemiliki pelayanan yang dapat meyakinkan setiap ibudalam masa menyusui bahwa ia selalu dapat berkonsultasiuntuk

setiap masalah laktasi yang dialaminya. Untuk ituperlu diadakan klinik laktasi atau tenaga terlatih untukmembantunya pada sarana pelayanan kesehatan yangterdekat. k. Kelompok pendukung ASI Perlu dibina adanya kelompok pendukung ASI dilingkungan masyarakat, yang dapat merupakan saranauntuk mendukung ibu-ibu di lingkungan tersebut agarberhasil menyusui bayinya, dibantu oleh tenaga kesehatanyang ada di lingkungan tersebut. Melalu kelompok ini, ibu-ibu menyusui dapat mengadakan diskusi dan mendapatbantuan bila mengalami masalah dalam menyusui bayinya.

F. PERAWATAN 1. Perineum Pengertian Perawatan Luka Perinium Perawatan adalah proses pemenuhan kebutuhan dasar manusia (biologis, psikologis, sosial dan spiritual) dalam rentang sakit sampai dengan sehat (Aziz, 2004). Perineum adalah daerah antara kedua belah paha yang dibatasi oleh vulva dan anus (Danis, 2000). Post Partum adalah selang waktu antara kelahiran placenta sampai dengan kembalinya organ genetik seperti pada waktu sebelum hamil (Mochtar, 2002). Perawatan perineum adalah pemenuhan kebutuhan untuk menyehatkan daerah antara paha yang dibatasi vulva dan anus pada ibu yang dalam masa antara kelahiran placenta sampai dengan kembalinya organ genetik seperti pada waktu sebelum hamil. Tujuan Perawatan Perineum Tujuan perawatan perineum menurut Hamilton (2002), adalah mencegah terjadinya infeksi sehubungan dengan penyembuhan jaringan. Sedangkan menurut Moorhouse et. al. (2001), adalah pencegahan terjadinya infeksi pada saluran reproduksi yang terjadi dalam 28 hari setelah kelahiran anak atau aborsi.

Bentuk Luka Perineum Bentuk luka perineum setelah melahirkan ada 2 macam yaitu : 1. Rupture Rupture adalah luka pada perineum yang diakibatkan oleh rusaknya jaringan secara alamiah karena proses desakan kepala janin atau bahu pada saat proses persalinan.

Bentuk rupture biasanya tidak teratur sehingga jaringan yang robek sulit dilakukan penjahitan. (Hamilton, 2002). 2. Episotomi Episiotomi adalah sebuah irisan bedah pada perineum untuk memperbesar muara vagina yang dilakukan tepat sebelum keluarnya kepala bayi (Eisenberg, A., 1996). Episiotomi, suatu tindakan yang disengaja pada perineum dan vagina yang sedang dalam keadaan meregang. Tindakan ini dilakukan jika perineum diperkirakan akan robek teregang oleh kepala janin, harus dilakukan infiltrasi perineum dengan anestasi lokal, kecuali bila pasien sudah diberi anestasi epiderual. Insisi episiotomi dapat dilakukan di garis tengah atau mediolateral. Insisi garis tengah mempunyai keuntungan karena tidak banyak pembuluh darah besar dijumpai disini dan daerah ini lebih mudah diperbaiki (Jones Derek, 2002). Pada gambar berikut ini dijelaskan tipe episotomi dan rupture yang sering dijumpai dalam proses persalinan yaitu : 1. Episiotomi medial 2. Episiotomi mediolateral Sedangkan rupture meliputi 1. Tuberositas ischii 2. Arteri pudenda interna 3. Arteri rektalis inferior

Gambar 1. Tipe-Tipe Episiotomi

Lingkup Perawatan Lingkup perawatan perineum ditujukan untuk pencegahan infeksi organ-organ reproduksi yang disebabkan oleh masuknya mikroorganisme yang masuk melalui vulva yang terbuka atau akibat dari perkembangbiakan bakteri pada peralatan penampunglochea (pembalut) (Feerer, 2001). Sedangkan menurut Hamilton (2002), lingkup perawatan perineum adalah 1. Mencegah kontaminasi dari rectum 2. Menangani dengan lembut pada jaringan yang terkena trauma 3. Bersihkan semua keluaran yang menjadi sumber bakteri dan bau.

Waktu Perawatan Menurut Feerer (2001), waktu perawatan perineum adalah 1. Saat mandi Pada saat mandi, ibu post partum pasti melepas pembalut, setelah terbuka maka ada kemungkinan terjadi kontaminasi bakteri pada cairan yang tertampung pada pembalut, untuk itu maka perlu dilakukan penggantian pembalut, demikian pula pada perineum ibu, untuk itu diperlukan pembersihan perineum. 2. Setelah buang air kecil Pada saat buang air kecil, pada saat buang air kecil kemungkinan besar terjadi kontaminasi air seni padarektum akibatnya dapat memicu pertumbuhan bakteri pada perineum untuk itu diperlukan pembersihan perineum. 3. Setelah buang air besar. Pada saat buang air besar, diperlukan pembersihan sisa-sisa kotoran disekitar anus, untuk mencegah terjadinya kontaminasi bakteri dari anus ke perineum yang letaknya bersebelahan maka diperlukan proses pembersihan anus dan perineum secara keseluruhan.

Penatalaksanaan 1. Persiapan a. Ibu Pos Partum

Perawatan perineum sebaiknya dilakukan di kamar mandi dengan posisi ibu jongkok jika ibu telah mampu atau berdiri dengan posisi kaki terbuka. b. Alat dan bahan Alat yang digunakan adalah botol, baskom dan gayung atau shower air hangat dan handuk bersih. Sedangkan bahan yang digunakan adalah air hangat, pembalut nifas baru dan antiseptik (Fereer, 2001). 2. Penatalaksanaan Perawatan khusus perineal bagi wanita setelah melahirkan anak mengurangi rasa ketidaknyamanan, kebersihan, mencegah infeksi, dan meningkatkan penyembuhan dengan prosedur pelaksanaan menurut Hamilton (2002) adalah sebagai berikut: a. Mencuci tangannya b. Mengisi botol plastik yang dimiliki dengan air hangat c. Buang pembalut yang telah penuh dengan gerakan ke bawah mengarah ke rectum dan letakkan pembalut tersebut ke dalam kantung plastik. d. Berkemih dan BAB ke toilet e. Semprotkan ke seluruh perineum dengan air f. Keringkan perineum dengan menggunakan tissue dari depan ke belakang. g. Pasang pembalut dari depan ke belakang. h. Cuci kembali tangan 3. Evaluasi Parameter yang digunakan dalam evaluasi hasil perawatan adalah: a. Perineum tidak lembab b. Posisi pembalut tepat c. Ibu merasa nyaman

Faktor yang Mempengaruhi Perawatan Perineum 1. Gizi Faktor gizi terutama protein akan sangat mempengaruhi terhadap proses

penyembuhan luka pada perineum karena penggantian jaringan sangat membutuhkan protein. 2. Obat-obatan

a. Steroid : Dapat menyamarkan adanya infeksi dengan menggangu respon inflamasi normal. b. Antikoagulan : Dapat menyebabkan hemoragi. c. Antibiotik spektrum luas / spesifik : Efektif bila diberikan segera sebelum pembedahan untuk patolagi spesifik atau kontaminasi bakteri. Jika diberikan setelah luka ditutup, tidak efektif karena koagulasi intrvaskular. 3. Keturunan Sifat genetik seseorang akan mempengaruhi kemampuan dirinya dalam penyembuhan luka. Salah satu sifat genetik yang mempengaruhi adalah kemampuan dalam sekresi insulin dapat dihambat, sehingga menyebabkan glukosa darah meningkat. Dapat terjadi penipisan protein-kalori. 4. Sarana prasarana Kemampuan ibu dalam menyediakan sarana dan prasarana dalam perawatan perineum akan sangat mempengaruhi penyembuhan perineum, misalnya kemampuan ibu dalam menyediakan antiseptik. 5. Budaya dan Keyakinan Budaya dan keyakinan akan mempengaruhi penyembuhan perineum, misalnya kebiasaan tarak telur, ikan dan daging ayam, akan mempengaruhi asupan gizi ibu yang akan sangat mempengaruhi penyembuhan luka.

Dampak Dari Perawatan Luka Perinium Perawatan perineum yang dilakukan dengan baik dapat menghindarkan hal berikut ini : 1. Infeksi Kondisi perineum yang terkena lokia dan lembab akan sangat menunjang perkembangbiakan bakteri yang dapat menyebabkan timbulnya infeksi pada perineum. 2. Komplikasi Munculnya infeksi pada perineum dapat merambat pada saluran kandung kemih ataupun pada jalan lahir yang dapat berakibat pada munculnya komplikasi infeksi kandung kemih maupun infeksi pada jalan lahir. 3. Kematian ibu post partum

Penanganan komplikasi yang lambat dapat menyebabkan terjadinya kematian pada ibu post partum mengingat kondisi fisik ibu post partum masih lemah (Suwiyoga, 2004).

2. Discharge Planning a. Pengertian Kozier (2004) mendefenisikandischarge planning sebagai proses mempersiapkan pasien untuk meninggalkan satu unit pelayanan kepada unit yang lain di dalam atau di luar suatu agen pelayanan kesehatan umum.Sedangkan Jackson(1994, dalam The Royal Marsden Hospital, 2004) menyatakan bahwa discharge planning merupakan proses mengidentifikasi kebutuhan pasien dan perencanaannya dituliskan untuk memfasilitasi keberlanjutan suatu pelayanan kesehatan dari suatu lingkungan kelingkungan lain. Rondhianto (2008) mendefenisikan discharge planning sebagai merencanakan kepulangan pasien dan memberikan informasi kepada klien dan keluarganya tentang hal-hal yang perlu dihindari dan dilakukan sehubungan dengan kondisi/penyakitnya pasca bedah. Discharge planning sebaiknya dilakukan sejak pasien diterima disuatu agen pelayanan kesehatan, terkhusus di rumah sakit dimana rentang waktu pasien untuk menginap semakin diperpendek. Discharge planning yang efektif seharusnya mencakup pengkajian berkelanjutan untuk mendapatkan informasi yang

komprehensif tentang kebutuhan pasien yang berubah-ubah, pernyataan diagnose keperawatan, perencanaan untuk memastikan kebutuhan pasien sesuai dengan apa yang dilakukan oleh pemberi layanan kesehatan (Kozier, 2004). b. Pemberi Layanan Discharge planning Proses discharge planning harus dilakukan secara komprehensif dan melibatkan multi disiplin, mencakup semua pemberi layanan kesehatan yang terlibatdalam memberi layanan kesehatan kepada pasien (Perry &Potter, 2006). Discharge planning tidak hanya melibatkan pasien tapi juga keluarga, teman-teman, serta pemberi layanan kesehatan dengan catatan bahwa pelayanan kesehatan dan social bekerja sama (Nixon et al, 1998 dalam The Royal Marsden Hospital, 2004).

Seseorang yang merencanakan pemulangan atau coordinator asuhan berkelanjutan (continuing care coordinator) adalah staf rumah sakit yang berfungsi sebagai konsultan untuk proses discharge planning bersamaan dengan fasilitas kesehatan, menyediakan pendidikan kesehatan,dan memotivasi staf rumah sakit untuk merencanakan dan mengimplementasikandischarge planning (Discharge

PlanningAssociation, 2008). c. Penerima Discharge Planning Semua pasien yang dihospitalisasi memerlukan discharge planning (Discharge Planning Association, 2008). Namun ada beberapa kondisi yang menyebabkan pasien beresiko tidak dapat memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan yang berkelanjutan setelah pasien pulang, seperti pasien yang menderita penyaki tterminal atau pasien dengan kecacatan permanen (Rice,1992 dalamPerry & Potter,2005). Pasien dan seluruh anggota keluarga harus mendapatkan informasi tentangs emua rencana pemulangan (MedicalMutual of Ohio, 2008). d. Tujuan Discharge Planning Discharge planning bertujuan untuk mengidentifikasi kebutuhan spesifik untuk mempertahankan atau mencapai fungsi maksimal setelah pulang (Capernito,1999). Juga bertujuan memberikan pelayanan terbaik untuk menjamin keberlanjutan asuhan berkualitas antara rumah sakit dan komunitas dengan memfasilitasi komunikasi yang efektif (DischargePlanning Association, 2008). The Royal Marsden Hospital (2004) menyatakan bahwa tujuan dilakukannya discharge planning antara lain untuk mempersiapkan pasien dan keluarga secara fisik dan psikologis untuk di transfer ke rumah atau kesuatu lingkungan yang dapat disetujui, menyediakan informasi tertulis dan verbal kepada pasien dan pelayanan kesehatan untuk mempertemukan kebutuhan mereka dalam proses

pemulangan,memfasilitasi proses perpindahan yang nyaman dengan memastikan semua fasilitas pelayanan kesehatan yang diperlukan telah dipersiapkan untuk menerima pasien, mempromosikan tahap kemandirian yang tertinggi kepada pasien, teman- teman, dan keluarga dengan menyediakan, memandirikan aktivitas perawatan diri. e. Prinsip Discharge Planning

Ketika melakukan discharge planning dari suatu lingkungan ke lingkungan yang lain, ada beberapa prinsip yang harus diikuti/diperhatikan. Berikut ini adalah beberapa prinsip yang dikemukakan oleh The RoyalMarsden Hospital (2004), yaitu : y Persiapkan pasien dengan prescription atau resep pengobatan pasien sesuai dengan yang diinstruksikan oleh dokter. Lakukan pemeriksaan terakhir untuk kebutuhan informasi atau fasilitas pengobatan yang aman untuk administrasi diri. y y Berikan informasi tentang petunjuk untuk janji follow up kekantor dokter. Hubungi kantor agen bisnis untuk menentukan apakah pasien membutuhkan daftar pengeluaran untuk kebutuhan pembayaran. Anjurkan pasien dan keluarga mengunjungikantornya. y Dapatkan kotak untuk memindahkan barang-barang pasien.Kursi roda untuk pasien yang tidak mampu ke mobilambulans. Pasien yang pulang dengan

menggunakanambulans diantarkan oleh usungan ambulans. y Bantu pasien menuju kursi roda atau usungan dan gunakansikap tubuh dan teknikpemindahan yang sopan. Dampingi pasien memasuki unit dimana transportasi yang dibutuhkan sedang menunggu. Kunci roda dari kursi roda. Bantu pasien pindah ke mobil pribadi atau kendaraan untuk transportasi. Bantu keluarga menempatkan barang-barang pribadi pasien ke dalam kendaraan. y Kembali ke bagian, dan laporkan waktu pemulangan kepada departemen pendaftaran/penerimaan. Ingatkan bagian kebersihan untuk membersihkan ruangan pasien. f. Evaluasi 1. Minta pasien dan anggota keluarga menjelaskan tentang penyakit, pengobatan yang dibutuhkan, tanda-tanda fisik atau gejala yang harus dilaporkan kepada dokter. 2. Minta pasien atau anggota keluarga mendemonstrasikan setiap pengobatan yang akan dilanjutkan di rumah. 3. Perawat yang melakukan rintangan perawatan yang rumah memperhatikankeadaan bagi pasien,

rumah,mengidentifikasi

dapatmembahayakan

danmenganjurkan perbaikan. g. Unsur-Unsur Discharge Planning

Discharge Planning Association (2008) mengatakan bahwa unsur- unsur yang harus ada pada sebuahformperencanaan pemulanganantara lain : 1. Pengobatan di rumah, mencakup resep baru, pengobatan yang sangat dibutuhkan, dan pengobatan yang harus dihentikan. 2. Daftar nama obat harus mencakup nama, dosis, frekuensi, dan efeksamping yang umum terjadi. 3. Kebutuhan akan hasil test laboratorium yang dianjurkan, dan pemeriksaan lain, dengan petunjuk bagaimana untuk memperoleh atau bilamana waktu akan diadakannya. 4. Bagaimana melakukan pilihan gaya hidup dan tentang perubahan aktivitas, latihan, diet makanan yang dianjurkan dan pembatasannya. 5. Petunjuk perawatan diri (perawatan luka, perawatan kolostomi,ketentuan insulin, dan lain-lain). 6. Kapan dan bagaimana perawatan atau pengobatan selanjutnya yang akan dihadapi setelah dipulangkan. Nama pemberi layanan,waktu, tanggal, dan lokasi setiap janji untuk control. 7. Apa yang harus dilakukan pada keadaan darurat dan nomor telepon yang bisa dihubungi untuk melakukan peninjauan ulang petunjuk pemulangan. 8. Bagaimana mengatur perawatan lanjutan (jadwal pelayanan dirumah, perawat yang menjenguk, penolong, pembantu jalan; walker , kanul, oksigen, dan lain-lain) beserta dengan nama dan nomor telepon setiap institusi yang bertanggung jawab untuk menyediakan pelayanan. h. Cara Mengukur Discharge Planning Sebuah discharge planning dikatakan baik apabila pasien telah dipersiapkan untuk pulang, pasien telah mendapatkan penjelasan-penjelasan yang diperlukan, serta instruksi-instruksi yang harus dilakukan,serta apabila pasien diantarkan pulang sampai ke mobil atau alat transportasi lainnya (The Royal Marsden Hospital, 2004). Kesuksesan tindakan discharge planning menjamin pasien mampu melakukan tindakan perawatan lanjutan yang aman dan realistis setelah meninggalkan rumah sakit (Hou,2001 dalam Perry & Potter, 2006). Hal ini dapat dilihat dari kesiapan pasien untuk menghadapi pemulangan, yang diukur dengan kuesioner.

i. Kesiapan Pasien Menghadapi Pemulangan Menurut Martinsusilo (2007), ada dua komponen utama dari kesiapan yaitu kemampuan dan keinginan. Kemampuan adalah pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan yang dimiliki seorang ataupun kelompok untuk melakukan kegiatan atau tugas tertentu. Sedangkan keinginan berkaitan dengan keyakinan, komitmen, dan motivasi untuk menyelesaikan tugas atau kegiatan tertentu. Kesiapan merupakan kombinasi dari kemampuan dan keinginan yang berbeda yang ditunjukkan seseorang pada tiap-tiap tugas yang diberikan. Berdasarkan hal di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kesiapan pasien menghadapi pemulangan adalah kemampuan yang mencakup pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan serta keinginan yangmencakup keyakinan, komitmen,dan motivasi pasien pasca bedah akut abdomen untuk melakukan aktifitas ataukegiatan yang diajarkan sertadianjurkan oleh perawat dan klinisi lain. Pasien dinyatakan siap menghadapi pemulangan apabila pasien mengetahui pengobatan, tanda-tanda bahaya, aktivitas yang dilakukan, serta perawatan lanjutan di rumah (TheRoyal Marsden Hospital, 2004). j. Kriteria Pemulangan Capernito (1999) mengatakan bahwa sebelum pulang pasien pascabedah dan keluarga akan mampu menggambarkan pembatasan aktivitas dirumah, menggambarkan penatalaksanaan luka dan nyeri di rumah,mendiskusikan kebutuhan cairan dan nutrisi untuk pemulihan luka,menyebutkan tanda dan gejala yang harusdilaporkan pada tenagakesehatan, serta menggambarkan perawatan lanjutan

yangdiperlukan.Sedangkan Perry dan Potter (2005) mengatakan bahwa pada saat pulang,pasien harus mempunyai pengetahuan, keterampilan, dan sumber

yangdibutuhkanuntuk memenuhi perawatan dirinya. Kesuksesan tindakan discharge planning menjamin pasien mampu melakukan tindakan perawatan lanjutan yang aman dan realistis setelah meninggalkan rumah sakit (Hou, 2001 dalam Perry & Potter, 2006). Olehkarena itu pasien dinyatakan siap menghadapi pemulangan apabila pasien mengetahui pengobatan, tanda-tanda bahaya, aktivitas yang dilakukan, serta perawatan lanjutan di rumah (The Royal Marsden Hospital, 2004). Pasien dan keluarga memahami diagnosa, antisipasi tingkat fungsi, obat-obatan dan tindakan

pengobatan untuk kepulangan, antisipasi perawatan tindaklanjut, dan respons yangdiambil pada kondisi kedaruratan (Perry & Potter, 2005).

Discharge Planning Post Partum Rencana pemulangan pasien post partum sangat penting karena : 1. Memudahkan pemantauan kesehatan setelah pasien pulang ke rumah. 2. Membuat pasien lebih bertanggung jawab terhadap kesehatan dirinya. 3. Berkurangnya biaya pengobatan dan perawatan, tempat tidur dapat diisi pasien lain 4. Penggunaan rencana pemulangan tertulis sangat efektif untuk pedoman pengajaran dan evaluasi serta menjadi sumber pengetahuan ibu dan keluarga. Rencana Pemulangan (RP) merupakan bagian pelayanan perawatan, yang bertujuan untuk memandirikan klien dan mempersiapkan orang tua untuk memenuhi kebutuhan fisik dan emosional bayi bila pulang. Waktu yang terbaik untuk memulai rencana pulang adalah hari pertama masuk rumah sakit. Klien belum dapat dipulangkan sampai dia mampu melakukan apa yang diharapkan darinya ketika di rumah. Oleh karena itu Rencana Pemulangan harus didasarkan pada : 1. Kemampuan klien untuk melakukan aktifitas sehari-hari dan seberapa jauh tingkat ketergantungan pada orang lain 2. Ketrampilan, pengetahuan dan adanya anggota keluarga atau teman 3. Bimbingan perawat yang diperlukan untuk memperbaiki dan mempertahankan kesehatan, pendidikan, dan pengobatan. Beberapa hal yang perlu dikemukakan berkenaan dengan proses berencana untuk memulangkan klien adalah : 1. Menentukan klien yang memerlukan rencana pulang. 2. Waktu yang terbaik untuk memulai rencana pulang. 3. Staf yang terlibat dalam rencana pulang. 4. Cara yang digunakan dan evaluasi efektifitas dari rencana pulang. Beberapa karakteristik yang harus dipertimbangkan dalam membuat Rencana Pemulangan (RP) adalah : 1. Berfokus pada klien. Nilai, keinginan dan kebutuhan klien merupakan hal penting dalam perencanaan. Klien dan keluarga harus berpartisipasi aktif dalam hal ini.

2. Kebutuhan dasar klien pada waktu pulang harus diidentifikasi pada waktu masuk dan terus dipantau pada masa perawatan 3. Kriteria evaluasi menjadi panduan dalam menilai keberhasilan implementasi dan evaluasi secara periodik. 4. Rencana pemulangan suatu proses yang melibatkan tim kesehatan dari berbagai disiplin ilmu. 5. Klien harus membuat keputusan yang tertulis mengenai rencana pemulangan. Rencana penyuluhan didasarkan pada : 1. Kebutuhan belajar orang tua. 2. Prinsip belajar mengajar. 3. Mengkaji tingkat pengetahuan dan kesiapan belajar. a. Metode belajar b. Kondisi fisik dan psikologis orang tua 4. Latar belakang sosial budaya untuk proses belajar mengajar
o

Tekankan bahwa merawat bayi bukan hanya kewajiban wanita Lamanya bayi dan ibu tinggal di rumah sakit

Early discharge 6 - 8 jam I, dimana informasi penting harus diberikan serta follow up.

Cara-cara penyampaian Rencana Pemulangan adalah : 1. Gunakan bahasa yang sederhana, jelas dan ringkas. 2. Jelaskan langkah-langkah dalam melaksanakan suatu perawatan. 3. Perkuat penjelasan lisan dengan instruksi tertulis 4. Motivasi klien untuk mengikuti langkah-langkah tersebut dalam melakukan perawatan dan pengobatan. 5. Kenali tanda-tanda dan gejala komplikasi yang harus dilaporkan pada tim kesehatan. 6. Berikan nama dan nomor telepon yang dapat klien hubungi.

Dasar-dasar rencana penyuluhan : 1. Cara memandikan bayi dengan air hangat (37 -38 celsius) a. Membersihkan mata dari dalam ke luar b. Membersihkan kepala bayi (bayi masih berpakaian lalu keringkan)

c. Buka pakaian bayi, beri sabun dan celupkan ke dalam air. 2. Perawatan tali pusat / umbilikus a. Bersihkan dengan alkohol lalu kompres betadin b. Tali pusat akan tanggal pada hari 7 3. Mengganti popok dan pakaian bayi 4. Menangis merupakan suatu komunikasi jika bayi tidak nyaman, bosan, kontak dengan sesuatu yang baru 5. Cara-cara mengukur suhu 6. Memberi minum 7. Pola eliminasi 8. Perawatan sirkumsisi 9. Imunisasi 10. Tanda-tanda dan gejala penyakit, misalnya : a. Letargi ( bayi sulit dibangunkan ) b. Demam ( suhu > 37 celsius) c. Muntah (sebagian besar atau seluruh makanan sebanyak 2 x) d. Diare ( lebih dari 3 x) e. Tidak ada nafsu makan. Rencana pemulangan ditujukan pada : IBU Dalam rencana pemulangan yang perlu dianjurkan antara lain : 1. Pernapasan dada 2. Bentuk tubuh, lumbal,dan fungsi otot-otot panggul 3. Latihan panggul, evaluasi, gambaran dan ukuran yang menyenangkan 4. Latihan penguatan otot perut 5. Posisi nyaman untuk istirahat 6. Permudahan gerakan badan dari berdiri ke jalan 7. Tehnik relaksasi 8. Pencegahan; jangan mengangkat berat, melakukan sit up secara berlebihan. 10

Daftar kegiatan sangat membantu kondisi post partum kembali dalam keadaan sehat. Saat

ibu kembali ke rumah, secara bertahap akan kembali melakukan aktivitas normal. Pekerjaan rumah akan membantu mencegah kekakuan otot-otot secara umum tetapi tidak akan melemahkan kekuatan otot (Blankfield, 1967). Ketika membantu klien untuk memilih program latihan perawat seharusnya

memperingatkan akan perubahan muskuloskeletal yang akan kembali normal pada 6 - 8 minggu (Danforth,1967). Selama periode ini, ligamen-ligamen akan lunak dan saling terpisah oleh karena itu latihan-latihan memerlukan keregangan dan kekuatan otot-otot yang berlebihan seperti halnya aerobik, lari, dan lai-lain harus dihindari selama periode ini untuk mencegah ketegangan. Aktifitas yang aman seperti berjalan, berenang dan bersepeda sangat dianjurkan. Seorang wanita dapat memulai latihan atau Yoga 2 minggu setelah melahirkan pervaginam atau 4 - 6 minggu setelah mengalami operasi caesar. Secara ideal ini harus memiliki seorang instruktur yang berpengalaman yang bertanggung jawab selama melatih ibu post partum. Ibu biasanya mendapatlan kesulitan dalam mengatur waktu untuk latihan atau melakukan tehnik relaksasi di rumah. Perawat harus membantu mendorong ibu untuk istirahat ketika bayi sedang tidur dan mencoba untuk tidak melakukan pekerjaan selama waktu itu. Wanita biasanya kurang sabar dalam hal merawat tubuhnya . Perawat harus mengingatkan bahwa selama masa menyusui membutuhkan ekstra lemak dari tubuhnya, oleh karena itu nutrizi dan gizi yang baik sangat dibutuhkan. Perawat harus meyakinkan ibu bahwa waktu yang dibutuhkan seorang wanita untuk kembali pada tubuh yang normal setelah persalinan sangan bervariasi dan prosesnya dapat berlangsung 6 - 12 bulan. Selama masa nifas ibu perlu memperhatikan : Pemenuhan rasa nyaman Hari I Perineum kompres dingin. Posisi terlentang, Sim, telungkup; semua

dengan bantal yang menyokong kepala, kedua lutut dan pelvis hanya untuk prone (telungkup)

Hari II

Gunakan BH yang menyangga, lakukan rendam hangat (daerah perineum), lanjutkan latihan Kegel, posisi berbaring atau telungkup (2x sehari selama 30 - 60 menit), ambulansi.

Pernapasan

Pernafasan ke arah dada dan toraks

Latihan Hari I Permulaan Pengembalian posisi pelvis :


o o o o

Pengerutan dasar pelvis 1-3-5 detik 5 kali / jam Pengerutan abdomen 5 - 10 detik 5 kali / 2 x sehari Pergerutan abdomen dan dasar pelvis 3-5-10 detik 5 x / 2x sehari Pengerutan abdominal,dasar panggul dan bokong 3 - 5- 10 detik 5 x /2x sehari

Ekstremitas bagian bawah


o o o

Menutup dan membuka lutut 10 x / jam Memutar lutut 10 x / jam Mengaktifkan quatriseps 5 - 10 detik, 10 x / jam

Hari II tambahan

Abdominal / pelvis
o o o

Mengkaji dasar pelvis 1x tiap hari Mengangkat pinggul 5 detik , 5 x / 2x sehari Gerakan bersepeda dengan terus-menerus terlentang 5x / 2x sehari

o o

Mengangkat bokong 5 detik, 5 x /2 x sehari Mengangkat kepala 5 detik, 5 x / 2x sehari

Instruksi masa nifas adalah : 1. Bekerja Ibu seharusnya menghindari kerja berat (misalnya mengangkat / membawa beban) pada 3

minggu pertama. Pada ibu-ibu yang mempunyai pengertian berbeda tengan kerja berat dapat mendiskusikan dengan ibu-ibu yang lain. Perawat dapat membantu

mengidentifikasikan pengertian dari kerja berat. Biasanya dianjurkan tidak bekerja selama 3 minggu ( lebih baik 6 minggu), bukan saja untuk kesehatan tetapi juga untuk mendapatkan kesempatan lebih dekat dengan bayinya. 2. Istirahat Ibu sebaiknya mengusahakan bisa tidur siang dan tidur malam yang cukup. Ibu biasanya tidur siang selagi bayi tidur dan minta suami/keluarga menggantikan tugas-tugas yang ada. Mintalah keluarga / suami untuk membantu tugas-tugas rumah tangga. 3. Kegiatan / aktifitas / latihan Pada minggu pertama ibu seharusnya memulai latihan berjalan setahap demi setahap. Pada minggu ke dua, jika lokea normal dapat memulai latihan aktifitas lain yang akan direncanakan seperti mencuci popok setiap hari walaupun dengan memakai mesin cuci, naik turun tangga untuk melihat bayinya atau berada setiap saat disamping bayinya. Ibu seharusnya melanjutkan senam nifas di rumah seperti halnya sit up dan mengangkat kaki. 4. Kebersihan Ibu harus tetap bersih, segar dan wangi. Merawat perineum dengan baik dengan menggunakan antiseptik (PK / Dethol) dan selalu diingat bahwa membersihkan perineum dari arah depan ke belakang. 5. Coitus Coitus lebih segera setelah lokea menjadi alba dan bila ada episiotomi sudah membaik/sembuh ( minggu 3 setelah persalinan) Sel-sel vagina mungkin tidak setebal sebelumnya karena keseimbangan hormon prepregnansi belum kembali secara lengkap. Gunakan kontrasepsi busa atau jeli akan membantu kenyamanan dan pengaturan posisi yang bisa mengurangi penekanan atau dispariunia. 6. Kontrasepsi Jika ibu menginginkan memakai IUD, dapat dipasang segera setelah persalinan atau chekup post partum yang pertama. Jenis kontrasepsi yang memakai diafragma harus pada minggu ke 6 , kontrasepsi oral dimulai antara 2 -3 minggu post partum sampai kembali pada chekup berikutnya. Ibu dan pasangannya dapat menggunakan kombinasi antara jelly

yang mengandung spermatid dengan kondom lebih dapat mencegah pembuahan. Konsultasi dalam memilih alat kontrasepsi harus kepada tenaga kesehatan yang berkopeten untuk mencegah kesalahan informasi. BAYI Pertumbuhan dan perkembangan serta perubahan kebutuhan bayi (seperti rangsangan, latihan, dan kotak sosial) selalu menjadi tanggung jawab orang tua dalam memenuhinya dengan mengikuti aturan dan gambaran yang diberikan selama perencanaan pulang . Yang perlu diperhatikan adalah : 1. Temperatur / suhu a. Sebab-sebab penurunan suhu tubuh b. Catat gejala-gejala yang timbul seperti kelemahan, bersin, batuk dll. c. Cara-cara mengurangi / menurunkan suhu tubuh seperti kompres dingin, mencegah bayi terkena sinar matahari terlalu lama, dan lain-lain d. Gunakan lampu penghangat / selimut tambahan e. Ukur suhu tubuh 2. Pernapasan a. Perubahan frekwensi dan irama napas b. Refleks-refleks seperti; bersin, batuk. c. Pencegahan terhadap asap rokok, infeksi orang terkena infeksi saluran napas d. Gejala-gejala pnemonia aspirasi 3. Eliminasi a. Perubahan warna dan kosistensi feses b. Perubahan warna urin 4. Keamanan a. Mencegah bayi dari trauma seperti; kejatuhan benda tajam (pisau, gunting) yang mudah dijangkau oleh bayi / balita. b. Mencegah benda panas, listrik, dan lainnya c. Menjaga keamanan bayi selama perjalanan dengan menggunakan mobil atau sarana lainnya. d. Pengawasan yang ketat terhadap bayi oleh saudara - saudaranya. 3. Home Visit (Homecare)

a. Definisi home care Menurut Departemen Kesehatan (2002) menyebutkan bahwa home care adalah pelayanan kesehatan yang berkesinambungan dan komprehensif yang diberikan kepada individu dan keluarga di tempat tinggal mereka yang bertujuan untuk meningkatkan, mempertahankan atau memulihkan kesehatan atau memaksimalkan tingkat kemandirian dan meminimalkan akibat dari penyakit. Pelayanan diberikan sesuai dengan kebutuhan pasien atau keluarga yang direncanakan dan dikoordinasi oleh pemberi pelayanan melalui staf yang diatur berdasarkan perjanjian bersama. Sedangkan menurut Neis dan Mc Ewen (2001) menyatakan home health careadalah sistem dimana pelayanan kesehatan dan pelayanan sosial diberikan di rumah kepada orang-orang yang cacat atau orang-orang yang harus tinggal di rumah karena kondisi kesehatannya. b. Tujuan home care Tujuan umum dari pelayanan home care adalah untuk meningkatkan,

mempertahankan atau memaksimalkan tingkat kemandirian, dan meminimalkan akibat dari penyakit untuk mencapai kemampuan individu secara optimal selama mungkin yang dilakukan secara komprehensif dan berkesinambungan sedangkan tujuan khusus dari pelayanan home careadalah: meningkatkan upaya promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif, mengurangi frekuensi hospitalisasi, meningkatkan efisiensi waktu, biaya, tenaga, dan pikiran. c. Manfaat pelayanan home care Berbagai keuntungan dari pelayanan home care bagi klien menurut Setyawati (2004) antara lain: 1) Pelayanan akan lebih sempurna, holistik dan komprehensif 2) Pelayanan keperawatan mandiri bisa diaplikasikan dengan di bawah naungan legal dan etik keperawatan 3) Kebutuhan klien akan dapat terpenuhi sehingga klien akan lebih nyaman dan puas dengan asuhan keperawatan yang professional d. Ruang lingkup pelayanan home care Menurut Nuryandari (2004) menyebutkan ruang lingkup pelayanan home

care adalah: pelayanan medik; pelayanan dan asuhan keperawatan; pelayanan sosial

dan upaya menciptakan lingkungan terapeutik; pelayanan rehabilitasi medik dan keterapian fisik; pelayanan informasi dan rujukan; pendidikan, pelatihan, dan penyuluhan kesehatan; higiene dan sanitasi perorangan serta lingkungan; pelayanan perbantuan untuk kegiatan sosial. e. Bentuk pelayanan home care Berbagai bentuk pelayanan home care yang dapat dilakukan di rumah. Tindakan tersebut antara lain: pengukuran tanda-tanda vital; pemasangan atau penggantian selang lambung (NGT); pemasangan atau penggantian kateter; pemasangan atau penggantian tube pernafasan; perawatan luka dekubitus atau ulcer dan jenis luka lainnya; penghisapan lendir dengan atau tanpa mesin; pemasangan peralatan oksigen; penyuntikan (IM, IV, Sub kutan); pemasangan atau penggantian infus; pengambilan preparat laboratorium (urin, darah, tinja, dll); pemberian huknah; perawatan kebersihan diri (mandi, keramas, dll); latihan atauexercise, fisioterapi, terapi wicara, dan pelayanan terapi lainnya; transportasi klien; pendidikan, pelatihan, dan penyuluhan perawatan kesehatan; konseling pada kasus-kasus khusus; konsultasi melalui telepon; memfasilitasi untuk konsultasi ke dokter; menyiapkan menu makanan; menyiapkan dan membersihkan tempat tidur; memfasilitasi terhadap kegiatan sosial atau mendampingi; memfasilitasi perbaikan sarana atau kondisi kamar atau rumah. f. Pemberi pelayanan home care Pelayanan kesehatan ini diberikan oleh para professional yang tergabung dalam tim home care. Menurut Setyawati (2004) tim home care tersebut antara lain: 1) Kelompok profesional kesehatan, termasuk di dalamya adalah ners atau perawat profesional, dokter, fisioterapis, ahli terapi kerja, ahli terapi wicara, ahli gizi, ahli radiologi, laboratorium, dan psikolog. 2) Kelompok profesional non kesehatan, yaitu pegawai sosial dan rohaniawan atau ahli agama. 3) Kelompok non profesional, yaitu nurse assistant yang bertugas sebagai pembantu yang menunggu untuk melayani kebutuhan atau aktivitas sehari-hari dari klien. Kelompok ini bekerja di bawah pengawasan dan petunjuk dari perawat.

Sedangkan menurut Allender (1997) pemberi pelayanan dalam home health care meliputi: 1) pelayanan keperawatan dapat diberikan oleh registered

nurse, perawat vokasional, pembantu dalam home health yang disupervisi oleh perawat; 2) suplemental therapiestmeliputi terapi fisik, terapi wicara, terapi okupasional, dan terapi rekreasi; 3) pelayanan pekerja sosial. G. PENDIDIKAN KESEHATAN Kebutuhan dalam Masa Nifas (postpartum) Dalam masa nifas (postpartum), alat-alat genitalia interna maupun eksterna akan berangsurangsur pulih seperti ke keadaan sebelum hamil. Untuk membantu mempercepat proses penyembuhan pada masa nifas, maka ibu nifas membutuhkan pendidikan kesehatan / health education seperti personal hygiene, istirahat dan tidur.Kebutuhan-kebutuhan yang dibutuhkan ibu nifas antara lain : 1. Kebersihan diri atau personal hygiene. Kebersihan diri ibu membantu mengurangi sumber infeksi dan meningkatkan perasaan nyaman pada ibu. Anjurkan ibu unutuk menjaga kebersihan diri dengan cara mandi yang teratur minimal 2 kali sehari, mengganti pakaian dan alas tempat tidur serta lingkungan dimana ibu tinggal. Ibu harus tetap bersih, segar dan wangi. Merawat perineum dengan baik dengan menggunakan antiseptik (PK / Dethol) dan selalu diingat bahwa membersihkan perineum dari arah depan ke belakang.

Jaga kebersihan diri secara keseluruhan untuk menghindari infeksi, baik pada luka jahitan maupun kulit. a. Pakaian Sebaiknya pakaian terbuat dari bahan yang mudah menyerap keringat karena produksi keringat menjadi banyak. Produksi keringat yang tinggi berguna untuk menghilangkan ekstra volume saat hamil. Sebaiknya, pakaian agak longgar di daerah dada sehingga payudara tidak tertekan dan kering. Demikian juga dengan pakaian dalam, agar tidak terjadi iritasi (lecet) pada daerah sekitarnya akibat lochea. b. Kebersihan rambut Setelah bayi lahir, ibu mungkin akan mengalami kerontokan rambut akibat gangguan perubahan hormon sehingga keadaannya menjadi lebih tipis dibandingkan keadaan normal. Jumlah dan lamanya kerontokan berbeda-beda antara satu wanita dengan wanita yang lain. Meskipun demikian, kebanyakan akan pulih setelah beberapa bulan. Cuci rambut dengan conditioner yang cukup, lalu menggunakan sisir yang lembut. Hindari penggunaan pengering rambut. c. Kebersihan kulit Setelah persalinan, ekstra cairan tubuh yang dibutuhkan saat hamil akan dikeluarkan kembali melalui air seni dan keringat untuk menghilangkan pembengkakan pada wajah, kaki, betis, dan tangan ibu. oleh karena itu, dalam minggu-minggu pertama setelah melahirkan, ibu akan merasakan jumlah keringat yang lebih banyak dari biasanya. Usahakan mandi lebih sering dan jaga agar kulit tetap kering. d. Kebersihan vulva dan sekitarnya. a) Mengajarkan ibu membersihkan daerah kelamin dengan cara membersihkan daerah di sekitar vulva terlebih dahulu, dari depan ke belakang, baru kemudian membersihkan daerah sekitar anus. Bersihkan vulva setiap kali buang air kecil atau besar. b) Sarankan ibu untuk mengganti pembalut atau kain pembalut setidaknya dua kali sehari. Kain dapat digunakan ulang jika telah dicuci dengan baik dan dikeringkan dibawah matahari atau disetrika. c) Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan sesudah membersihkan daerah kelaminnya.

d) Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi, sarankan kepada ibu untuk menghindari menyentuh luka, cebok dengan air dingin atau cuci menggunakan sabun. Perawatan luka perineum bertujuan untuk mencegah infeksi, meningkatkan rasa nyaman dan mempercepat penyembuhan. Perawatan luka perineum dapat dilakukan dengan cara mencuci daerah genital dengan air dan sabun setiap kali habis BAK/BAB yang dimulai dengan mencuci bagian depan, baru kenudian daerah anus. Sebelum dan sesudahnya ibu dianjukan untuk mencuci tangan. Pembalut hendaknya diganti minimal 2 kali sehari. Bila pembalut yang dipakai ibu bukan pembalut habis pakai, pembalut dapat dipakai kembali dengan dicuci, dijemur dibawah sinar matahari dan disetrika. 2. Istirahat dan tidur Istirahat dan tidur merupakan kebutuhan dasar yang mutlak harus dipenuhi oleh semua orang. Dengan istirahat dan tidur yang cukup,tubuh baru dapat berfungsi secara optimal. Istirahat dan tidur sendiri memiliki makna yang berbeda pada setiap individu. Secara umum,istirahat berartisuatu keadaan tenang,relaks,tanpa tekanan emosional,dan bebas dari perasaan gelisah. Jadi,beristirahat bukan berarti tidak melakukan aktivitas sama sekali. Terkadang,berjalan-jalan di taman juga bisa dikatakan sebagai suatu bentuk istirahat. Sedangkan tidur adalah status perubahan kesadaran ketika persepsi dan reaksi individu terhadap lingkungan menurun. Tidur dikarakteristikkan dengan aktifitas fisik yang minimal, tingkat kesadaran yang bervariasi, perubahan proses fsiologis tubuh,dan penurunan respons terhadap stimulus eksternal. Hampir sepertiga dari waktu kita,kita gunakan untuk tidur. Hal tersebut didasarkan pada keyakinan bahwa tidur dapat memulihkan atau mengistirahatkan fisik setelah seharian beraktivitas, mengurangi stress dan kecemasan,serta dapat meningkatkan kemampuan dan konsenterasi saat hendak melakukan aktivitas sehari-hari. Istirahat yang memuaskan bagi ibu yang baru melahirkan merupakan masalah yang sangat penting sekalipun tidak mudah dicapai. Keharusan ibu untuk beristirahat sesudah melahirkan memang tidak diragukan lagi, kehamilan dengan beban kandungan yang berat dan banyak keadaan yang mengganggu lainnya, pekerjaan bersalin, bukan persiapan yang

baik dalam menghadapi kesibukan yang akan terjadi. Padahal hari-hari postnatal akan dipenuhi oleh banyak hal, begitu banyak yang harus dipelajari, ASI yang diproduksi dalam payudara, kegembiraan menerima kartu ucapan selamat, karangan bunga, hadiahhadiah serta menyambut tamu dan juga kekhawatiran serta keprihatinan yang tidak ada kaitannya dengan situasi ini. Jadi, dengan tubuh yang letih dan mungkin pula pikiran yang sangat aktif, ibu sering perlu diingatkan dan dibantu agar mendapatkan istirahat yang cukup. Kegunaan atau fungsi dari Tidur yang cukup : 1. Regenerasi sel-sel tubuh yang rusak menjadi baru. 2. Memperlancar produksi hormon pertumbuhan tubuh. 3. Mengistirahatkan tubuh yang letih akibat aktivitas seharian. 4. Meningkatkan kekebalan tubuh kita dari serangan penyakit. 5. Menambah konsentrasi dan kemampuan fisik. Posisi tidur ibu waktu beristirahat sesudah melahirkan penderita harus tidur terlentang, hanya dengan satu bantal yang tipis. Tetapi ada juga pendapat lain mengatakan bahwa ibu bebas memilih posisi tetapi untuk memudahkan pengawasan sebenarnya tidur telentang lebih baik karena dengan tidur terlentang mudah mengawasi keadaan kontraksi uterus dan mengawasi pendarahan. Biasanya setelah melahirkan penderita akan merasa lelah dan dapat tidur sehingga merasa nyaman berada ditempat tidur. Usaha agar penderita dapat tidur ialah dengan menyakinkan penderita bahwa keadaannya normal. Istirahat dan tidur sangat perlu bagi penderita, selain untuk mengembalikan kesehatan, juga untuk pembentukan air susu ibu. Penderita juga diperbolehkan bangun dan turun dari tempat tidur pada hari kedua setelah melahirkan karena membawa beberapa keuntungan antara lainnya adalah : 1. Pelemasan otot lebih baik 2. Sirkulasi darah lebih lancar, mempercepat penyembuhan 3. Memperlancar pengeluaran lochia berarti mempercepat involusi 4. Penderita merasa sehat, karena tidak bersikap sebagai orang sakit 5. Mengurangi bahaya embolus dan thrombosis Ibu nifas memerlukan istirahat yang cukup, istirahat tidur yang dibutuhkan ibu nifas sekitar 8 jam pada malam hari dan 1 jam pada siang hari.

Istirahat malam Selama satu atau dua malam yang pertama,ibu yang baru mungkin memerlukan obat tidur yang ringan. Biasanya dokter akan memberikannya jika benar-benar diperlukan. Kerapkali tubuhnya sendiri yang mengambil alih fungsi obat tidur ini dan ia benar-benar tidur lelap sehingga pemeriksaan tanda-tanda vital serta fundus uteri hanya sedikit mengganggunya. Sebagian ibu menemukan bahwa lingkungan yang asing baginya telah mengalihkan perhatiannya dan sebagian lainnya merasa terganggu oleh luka bekas episiotomy sehingga semua ini akan menghalangi tidurnya ketika pengaruh pembiusan sudah hilang. Rasa nyeri atau terganggu selalu memerlukan pemeriksaan dan obat analgesic dapat diberikan sebelum pasien menggunakan obat tidur Setelah hari kedua postnatal, pemberian obat tidur pada malam hari biasanya sudah tidak diperlukan lagi dan tidak dianjurkan jika ibu ingin menyusui bayinya pada malam hari. Ibu harus dibantu agar dapat beristirahat lebih dini dan tidak diganggu tanpa alas an. Halhal kecil yang menarik perhatiannya seperti suara pintu yang berderik atau bunyi tetesan air dari keran harus dilaporkan pada siang harinya sehingga dapat diatasi sebelum suarasuara tersebut mengganggu tidur ibu. Ibu yang baru yang tidak dapat tidur harus diobservasi dengan ketat dan semua keadaan yang ditemukan harus dilaporkan pada dokter. Insomnia merupakan salah satu tanda peringatan untuk psikosis nifas. 3. Pola istirahat b. Anjurkan ibu untuk istirahat cukup untuk mencegah kelelahan yang berlebiha. c. Sarankan ibu untuk kembali ke kegiatan-kagiatan rumah tangga biasa secara perlahan-lahan, serta untuk tidur siang atau beristirahat selagi bayi tidur. d. Kurang istirahat akan mempengaruhi ibu dalam berbagai hal : y y y Mengurangi jumlah ASI yang diproduksi. Memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak perdarahan. Menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk merawat bayi dan dirinya sendiri. Anjurkan ibu untuk istirahat cukup untuk mencegah kelelahan yang berlebihan. Kurang istirahat dapat mengurangi produksi ASI , memperlambat proses involusi uterus dan

memperbanyak pendarahan, menyebabkan depresi dan ketidak mampuan untuk merawat bayinya (Saifudin AB, 2002 : N 25). Setelah menghadapi ketegangan dan kelelahan saat melahirkan, usahakan untuk rileks dan istirahat yang cukup, terutama saat bayi sedang tidur. Kebutuhan istirahat dan tidur harus lebih diutamakan daripada tugas-tugas rumah tangga yang kurang penting. Jangan sungkan untuk meminta bantuan suami dan keluarga jika ibu merasa lelah. Istirahat juga memberi ibu energi untuk memenuhi kebutuhan makan dan perawatan bayi sering dapat tidak terduga. Pasang dan dengarkan lagu-lagu klasik pada saat ibu dan bayi beristirahat untuk menghilangkan rasa tegang dan lelah. 4. Latihan a. Diskusi pentingnya mengembalikan otot otot perut dan panggul kembali normal.

Ibuakan merasa lebih kuat dan ini menyebabkan otot perutnya menjadi kuat sehingga mengurangi rasa sakit pada punggung. b. Jelaskan bahwa latihan tertentu beberapa menit setiap hari sangat membantu, seperti : Dengan tidur telentang dengan lengan di samping, menarik otot perut selagi menarik nafas, tahan nafas kedalam dan angkat dagu ke dada : tahan satu hitungan sampai 5. Rileks dan ulangi 10 kali. Untuk memperkuat tonus otot vagina (latihan kegel). c. Berdiri dengan tungkai dirapatkan. Kencangkan otot otot, pantat dan pinggul dan

tahan sampai 5 hitungan. Kendurkan dan ulangi latihan sebanyak 5 kali. Mulai dengan mengerjakan 5 kali latihan untuk setiap gerakan. Setiap minggu naikkan jumlah latihan 5 kali lebih banyak. Pada minggu ke-6 setelah persalinan Ibu harus mengerjakan setiap gerakan sebanyak 30 kali. 5. Gizi Ibumenyusui harus : a. Mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari. b. Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein, mineral dan vitamin yang cukup. c. Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari (anjurkan Ibu untuk setiap kali menyusui). d. Pil zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi setidaknya selama 40 hari pasca bersalin minun kapsul vitamin A (200.000 unit) agar bisa memberikan vitamin A kepada bayinya melalui ASInya. 6. Perawatan Payudara

a. Menjaga payudara tetap bersih dan kering b. Menggunakan BH yang menyokong payudara. c. Apabila puting susu lecet oleskan kolestrum atau ASI yang keluar pada sekitar puting susu setiap kali selesai menyusui. Menyusui tetap dilakukan dimulai dari puting susu yang tidak lecet. d. Apabila lecet sangat berat dapat diistirahatkan selama 24 jam. ASI. Dikeluarkan dan diminumkan dengan menggunakan sendok. e. Untuk menghilangkan nyeri dapat minum parasetamol 1 tablet setiap 4 f. Apabila payudara bengkak akibat pembendungan ASI, lakukan : y Pengompresan payudara dengan menggunakan kain basah dan hangat selama 5 menit. y Urut payudara dari arah pangkal menuju puting atau gunakan sisir untuk mengurut payudara dengan arah Z menuju puting. y Keluarkan ASI sebagaian dari bagian depan payudara sehingga puting susu menjadi lunak. y Susukan bayi setiap 2 keluarkan dengan 3 jam sekali. Apabila tidak dapat menghisap seluruh ASI tangan.letakan kain dingin pada payudara setelah 6 jam.

menyusui.payudara di keringkan

Letakkan kain dingin pada dikeringkan.

H. PERAN KELUARGA Beberapa cara peningkatan support mental yang dapat dilakukan keluarga diantaranya : a. Sekali-kali ibu meminta suami untuk membantu dalam mengerjakan pekerjaan rumah seperti: membantu mengurus bayinya, memasak, menyiapkan susu dll. b. Memanggil orangtua ibu bayi agar bisa menemani ibu dalam menghadapi kesibukan merawat bayi c. Suami seharusnya tahu permasalahan yang dihadapi istrinya dan lebih perhatian terhadap istrinya d. Menyiapkan mental dalam menghadapi anak pertama yang akan lahir e. Memperbanyak dukungan dari suami f. Suami menggantikan peran isteri ketika isteri kelelahan g. Ibu dianjurkan sering sharing dengan teman-temannya yang baru saja melahirkan h. Bayi menggunakan pampers untuk meringankan kerja ibu i. mengganti suasana, dengan bersosialisasi j. Suami sering menemani isteri dalam mengurus bayinya

I. PERAN PERAWAT 1. Mobilisasi Karena lelah sehabis bersalin, ibu harus istirahat, tidur telentang selama 8 jam pasca persalinan, kemudian boleh miring-miring kekanan dan kekiri untuk mencegah terjadinya trombosis dan tromboemboli. Pada hari ke dua diperbolehkan duduk, hari ketiga jalan, dan hari keempat atau kelima sudah diperbolehkan pulang. 2. Diet Makanan harus bermutu, bergizi, dan cukup kalori. Sebaiknya makan makanan yang mengandung protein, banyak cairan, sayur-sayuran dan buah-buahan. 3. Miksi Hendaknya kencing dapat dilakukan sendiri secepatnya, kadang-kadang wanita mengalami sulit kencing, karena sfingter uretra ditekan oleh kepala janin dan juga karena bila kandung kemih penuh dan wanita sulit kencing, sebaiknya dilakukan kateterisasi.

4. Defekasi Buang air besar harus dilakukan 3-4 hari pasca persalinan. Bila masih sulit buang air besar dan terjadi obstipasi apalagi berak keras dapat diberikan obat laksans peroral atau perrektal. Jika masih belum bisa dilakukan klisma. 5. Perawatan payudara Perawatan mamma dilakukan sejak wanita hamil supaya puting susu lemas, tidak keras, dan kering sebagai persiapan untuk menyusui bayinya. Bila bayi meninggal, laktasi harus dihentikan dengan cara : a. Pembalutan mamae sampai tertekan b. Pemberian obat estrogen untuk supresi LH seperti tablet lynoral dan pariodel. Dianjurkan sekali supaya ibu menyusukan bayinya karena sangat baik untuk kesehatan bayinya. 6. Laktasi Untuk menghadapi masa laktasi (menyusukan) sejak dari kehamilan telah terjadi perubahan-perubahan pada kelenjar mamma yaitu : a. Proliferasi jaringan pada kelenjar-kelenjar, alveoli, dan jaringan lemak bertambah b. Keluaran cairan susu jolong dari duktus laktiferus disebut colostrum, berwarna kuning-putih susu. c. Hipervaskularisasi pada permukaan dan basian dalam, di mana vena-vena berdilatasi sehingga tampak jelas. d. Setelah persalinan, pengaruh supresi estrogen dan progesteron hilang maka timbul poengaruh hormon loktogenik (LH) atau prolaktin yang akan merangsang air susu. Di samping itu pengaruh oksitoksin menyebabkan mioepitel kelenjar susu berkontraksi sehingga air susu keluar.

J. ASPEK NILAI BUDAYA Pengaruh sosial budaya pada ibu hamil dan keluarga di sejumlah daerah di Indonesia yang menyambut masa-masa kehamilan sangat sering dilakukan. Upacara-upacara yang

diselenggarakan mulai dari kehamilan 3 bulan, 7 bulan, masa melahirkan dan masa nifas sangat beragam menurut adat istiadat daerah masing-masing (Syafrudin, 2009).

Dikepulauan Sangihe (Sulawesi) misalnya, perawatan pasca persalinan dilakukan dengan mandi uap air rebusan ramuan (setiap hari) untuk mengembalikan panas tubuh, memberikan minuman air perasan daun turi, mengompres kepala sang ibu dengan ampas daun turi, makan rebusan kulit pohon ketapang gunanya memulihkan kesehatan, perawatan berlangsung 2 minggu sampai dengan satu bulan atau 40 hari (Syafruddin, 2009). K. ASUHAN KEPERAWATAN POSTPARTUM 1. Pengkajian 1. Biodata Klien : Nama, Umur, Pendidikan, Pekerjaan, Suku, Agama, Alamat, No. Medical Record, Nama Suami, Umur, Pendidikan, Pekerjaan , Suku, Agama, Alamat, Tanggal Pengkajian. 2. Keluhan Utama 3. Riwayat Haid : Umur Menarche pertama kali, Lama haid, jumlah darah yang keluar, konsistensi, siklus haid, hari pertama haid terakhir, perkiraan tanggal partus. 4. Riwayat Perkawinan 5. Riwayat Obstetri :   Riwayat kehamilan Riwayat persalinan

6. Riwayat KB dan Perencanaan Keluarga 7. Riwayat Penyakit Dahulu 8. Riwayat Psikososial-Kultural : Adaptasi psikologi ibu setelah melahirkan, pengalaman tentang melahirkan, apakah ibu pasif atau cerewet, atau sangat kalm. 9. Riwayat Kesehatan Keluarga : Adakah anggota keluarga yang menderita penyakit yang diturunkan secara genetic, menular, kelainan congenital atau gangguan kejiwaan yang pernah diderita oleh keluarga.

10. Profil Keluarga : Kebutuhan informasi pada keluarga, dukungan orang terdekat, sibling, type rumah, community seeting, penghasilan keluarga, hubungan social & keterlibatan dalam kegiatan masyarakat. 11. Kebiasaan Sehari-hari : Pola nutrisi, Pola istirahat dan tidur, Pola eliminasi, Personal Hygiene, Aktifitas, Rekreasi dan hiburan. 12. Seksual 13. Konsep Diri 14. Peran 15. Pemeriksaan Fisik : Keadaan Umum, BB, TB, LLA, Tanda Vital normal, Kepala, Breast, Abdomen, Genitalia, Muskoloskeletal 16. Pemeriksaan Laboratorium : Darah (Hemoglobin dan Hematokrit), Klien dengan Dower Cateter diperlukan culture urine. PEMERIKSAAN FISIK a. Keadaan Umum : Tingkat energi,self esteem, tingkat kesadaran. b. BB, TB, LLA, Tanda Vital normal (RR konsisten, Nadi cenderung bradicardy, suhu 36,2-38, Respirasi 16-24) c. Kepala : Rambut, Wajah, Mata(conjunctiva), hidung, Mulut, Fungsi pengecapan; pendengaran, dan leher. d. Breast : Pembesaran, simetris,pigmentasi, warna kulit, keadaan areola danputing susu, stimulation nepple erexi. Kepenuhan atau pembengkakan, benjolan, nyeri, produksi laktasi/kolostrum. Perabaan pembesaran kelenjar getah beningdiketiak. e. Abdomen : teraba lembut , tekstur Doughy (kenyal), musculus rectus abdominal utuh (intact) atau terdapat diastasis, distensi, striae. Tinggi fundus uterus, konsistensi (keras, lunak, boggy), lokasi, kontraksi uterus, nyeri, perabaan distensi blas. f. Anogenital Lihat struktur, regangan, udema vagina, keadaan liang vagina (licin, kendur/lemah) adakah hematom, nyeri, tegang. Perineum : Keadaan luka episiotomy, echimosis, edema, kemerahan,

eritema, drainage. Lochia (warna, jumlah, bau, bekuan darah atau konsistensi , 1-3 hr rubra, 4-10 hr serosa, > 10 hr alba), Anus : hemoroid dan trombosis pada anus. g. Muskoloskeletal : Tanda Homan, edema, tekstur kulit, nyeri bila dipalpasi, kekuatan otot.

PEMERIKSAAN LABORATORIUM 1. Darah : Hemoglobin dan Hematokrit 12- 24 jam post partum (jika Hb < 10 g% dibutuhkan suplemen FE), eritrosit, leukosit, Trombosit. 2. Klien dengan Dower Kateter diperlukan culture urine.

Analisa Data No DO : TTV : y y y y 1. Tingkat energi : letih, dapat memperlihatkan untuk tidur. Rahim : setinggi umbilikus Lokia rubra : sedikit bekuan, tercium bau seperti cairan menstruasi normal Perinium : oedema, ada luka kebutuhan Suhu : menurun Nadi : menurun TD : menurun RR : menurun Penurunan masukan cairan tidak adekuat, Risiko tinggi terhadap volume Tanda dan Gejala Etiologi Masalah

kehilangan cairan berlebihan.

kekurangan cairan

episiotomi dan jahitan. Tungkai : oedema di telapak kaki (pedal) Payudara : keras saat palpasi, kolostrum belum dikeluarkan. Jumlah darah yang keluar pascapartum 500cc. Terdapat ketuban pecah dini dan partus lama. Terjadi peningkatan haluaran urine. DO : TTV : y Suhu (38,5o setelah 2. y pertama) Nadi : meningkat, : C meningkat / 24 lebih jam Jaringan atau kerusakan kulit, penurunan Hb, Risiko tinggi infeksi Berkeringat (diaforesis). : lebih dari

tindakan infasif, dan atau peningkatan pemajanan

(takikardi) y TD : meningkat

lingkungan malnutrisi

(hipertansi) y RR : meningkat

(24x/menit / lebih) Tingkat energi : letih, lemas, dapat memperlihatkan

kebutuhan untuk tidur. Wajah gelisah. Rahim (TFU) : tidak sesuai dengan proses involusi. Lokea : purulen, sedikit bau busuk. Perinium : oedema, ada luka episiotomi dan jahitan serta ada tanda-tanda infeksi. Kontraksi uterus : lembek. Pembalut : penuh oleh darah lebih dari 500cc. Kulit : dingin. capilaryferiltime memanjang (>2 detik). DO : 3. TTV : y TD : meningkat Frekuensi BAK Trauma oedema jaringan / mekanisme pembesaran distansi Nyeri akut atau : terlihat : pucat,

atau

ketidaknyamanan.

efek-efek hormonal.

y y

Nadi : meningkat Pernafasan meningkat :

Perinium : oedema, ada luka episiotomi, ada jahitan.

Adanya diaforesis berlebihan Terdapat kontraksi uterus. Tinggi Fundus : fundus uteri pada hari pertama setinggi pusat.

Lokia : ada pengeluaran. Payudara : membengkak, ASI belum keluar.

Ada

nyeri

palpasi

pada

daerah lokasi. Inpeksi daerah nyeri :

memperlihatkan kemerahan, pembengkakan. Mobilisasi / gerak : terasa nyeri Isrirahat : tidak mampu

istirahat atau tidur.

DO: Dampak pengalaman

melahirkan : sesuai dengan keinginan atau tidak (mis. Ingin lahir pervaginam

berhasil atau tidak). Interaksi orang tua-bayi : respon orang tua terhadap kelahiran perilaku maladaftif. Taking in periode (Terjadi pada 4. hari 1-2 setelah Transisi atau peningkatan perkembangan keluarga. anggota Perubahan keluarga proses anak adaptif meliputi atau

persalinan) : y Ibu masih pasif dan sangat fokus tergantung, perhatian

terhadap tubuhnya, y Ibu lebih mengingat pengalaman melahirkan persalinan dialami, y kebutuhan meningkat, tidur nafsu dan yang

makan meningkat. Taking Hold Periode

(Berlangsung 3-4 hari post partum) : y Ibu berkonsentrasi kemampuannya menerima jawab terhadap bayi. y Ibu menjadi sangat sehingga tanggung sepenuhnya perawatan lebih pada

sensitif

membutuhkan bimbingan dorongan perawat. Letting Go Peroide (Dialami setelah tiba dirumah secara penuh ) : y Ibu tanggung menerima jawab dan

sebagai orang tua dan menyadari merasa bayi atau kebutuhan yang sangat dari

tergantung

kesehatan sebagai ibu.

DO : Pengalaman melahirkan

pertama (partus pertama). 5. Informasi perawatan diri Kurangnya informasi Kurang pengetahuan

yang tidak adekuat dari tim kesehatan. Belum adanya penyuluhan perawatan diri dan bayi dari tim kesehatan.

mengenai perawatan diri dan bayi

Diagnosa Keperawatan 1. Risiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan penurunan masukan tidak adekuat, kehilangan cairan berlebihan. 2. Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan trauma jaringan / kerusakan kulit, penurunan Hb, tindakan infasif, dan atau peningkatan pemajanan lingkungan malnutrisi. 3. Nyeri akut atau ketidaknyamanan berhubungan dengan trauma mekanisme oedema / pembesaran jaringan atau distansi efek-efek hormonal. 4. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan transisi atau peningkatan perkembangan anggota keluarga. 5. Kurang pengetahuan mengenai perawatan diri dan bayi berhubungan dengan kurangnya informasi.

Intervensi Keperawatan N o Diagnosa Keperawatan

Tujuan

Kriteria hasil

Intervensi

Rasional

Catat kehilangan cairan pada

Potensial hemorangi atau

kehilangan darah berlebihan waktu pada

Menunj ukkan

waktu kelahiran, tinjau riwayat intranatal. Kaji lokal dan kontraktilitas fundus uteri ulang

kelahiran pada post dapat

Risiko terhadap

tinggi

tekanan darah dan nadi dalam Dapat meningkat kan masukkan cairan yang adekuat. . batas normal. Masuka n cairan dan haluaran urine seimban g. Hb, dalam kadar normal Ht

berlanjut periode partum

kekurangan volume cairan

diakibatkan dari persalinan lama. Uterus relaks yang atau yang

berhubungan dengan penurunan 1. masukan tidak adekuat, kehilangan cairan berlebihan (muntah, diafonesis, peningkatan haluaran urine).

jumlah lochea, vagina kondisi perineum setelah 2 jam pada 8 jam dan

menonjol dengan peningkatan aliran lochea

dapat diakibatkan dari persalinan

pertama. Dengan perlahan masase fundus bila uterus

yang lama. Merangsang kontraksi uterus dapat mengontrol perdarahan. Membantu dalam analisa

menonjol. Kaji cairan masukan dan

keluaran urine. Pantau nadi, suhu, dan

keseimbangan cairan dan derajat kekurangan cairan Indikator dalam

tekanan darah.

membantu untuk mengevaluasi tingkat hidrasi. Mendemon strasikan teknik teknik Risiko infeksi berhubungan dengan trauma jaringan / tinggi untuk menurunka n risiko / meningkat kan penyembuh an, menunjukk an luka Klien dapat mendem onstrasi kan tehnikteknik untuk menuru nkan resiko, mening katkan penyem buhan Tandatanda infeksi tidak ada Pantau dan dengan suhu nadi rutin Peningkatan suhu dapat memperberat, takikardi terjadi. Peningkatan suhu sampai dan 38,5oC dapat

sesuai indikasi, catat tanda menggigil, anorexia malaise Catat lochea, jumlah bau, tanda-

dalam 24 jam I menandakan adanya infeksi. Loctica normal mempunyai amis Namun / bau anyir. pada secara

kerusakan kulit, 2. penurunan Hb, tindakan infasif, dan atau peningkatan pemajanan lingkungan malnutrisi.

karakteristikny a atau

yang bebas dari drainase purulen, bebas dari infeksi ;

perubahan pada kemajuan normal rubra serosa Inspeksi perbaikan sisi dari menjadi

endometritis, mungkin purulen dan bau busuk. Diagnosis dini

tidak febris ; dan

dari infeksi lokal

mempunya i aliran

episiotomi setiap 8 jam. Perhatikan nyeri tekan

dapat

dicegah

penyebaran pada jaringan uterus. Status urinarius

lokhial dan karakter normal.

berlebihan. Observasi frekuensi berkemih Kaji terhadap

meningkatkan resiko infeksi . Gejala ISK dapat tampak pada hari 2-3 pasca partum karena infeksi. naiknya terhadap

tanda-tanda infeksi saluran kemih

Anjurkan perawatan

Pembersihan sering membantu mencegah menghalangi atau

Klien dapat mengide ntifikasi dan menggu nakan

perincal Tentukan adanya, lokasi, dan sifat

penyebaran infeksi. Mengidentifikasi kebutuhan kebutuhan

ketidaknyaman an. Inspeksi perbaikan perineum epiostomi. dan

Nyeri akut atau ketidaknyaman an berhubungan dengan trauma 3. mekanisme oedema pembesaran jaringan distensi atau efek/

Mengidenti fikasi dan

interven si untuk mengata si ketidakn yamana n dengan tepat. Klien dapat mengun gkapkan berkura ngnya ketidakn yamana n

khusus intervensi tepat. Dapat menunjukkan es trauma berlebihan

dan yang

menggunak an intervensi untuk mengatasi ketidaknya manan .

Berikan kompres

pada perineum, khususnya selama 24 jam pertama setelah kelahiran. Berikan kompres hangat ( misalnya ;

pada

jaringan perineal dan terjadinya

efek hormonal.

komplikasi yang memerlukan evaluasi intervensi lanjut. Memberi anestesia lokal, /

rendam duduk / bak mandi) Anjurkan duduk otot dengan gluteal

meningkatkan vasokonstriksi, dan mengurangi edema vasodilatasi. dan

terkontraksi

diatas perbaikan episiotomi Kolaborasi dalam pemberian obat analgesik 30-60 menit sebelum menyusui.

Meningkatkan sirkulasi perineum, meningkatkan oksigenasi nutrisi jaringan, menurunkan edema meningkatkan penyembuhan. dan dan pada pada

Penggunaan pengencangan gluteal duduk menurunkan stres dan langsung perineum. tekanan pada saat

Memberikan kenyamanan, khususnya selama bila paling laktasi, afterpain hebat

karena pelepasan oksitosin. Perubahan proses keluarga Mengungk apkan Mengge ndong Anjurkan klien untuk Jam-jam pertama setelah kelahiran

4.

berhubungan dengan transisi atau peningkatan perkembangan anggota keluarga

masalah dan pertanyaan tentang menjadi orang tua, mendiskusi kan peran

bayi saat kondisi ibu dan neonatu s memun gkinkan. Mende monstra sikan prilaku kedekat an dan

menggendong, menyentuh dan memeriksa bayi Anjurkan ayah untuk menyentuh dan menggendong bayi membantu dalam perawatan bayi sesuai kondisi Anjurkan bantu pemberian ASI tergantung pada pilihan klien dan serta

memberikan kesempatan unik untuk terjadinya ikatan keluarga,

karena ibu dan bayi secara

emosional saling menerima isyarat yang menimbulkan kedekatan penerimaan Ayah yang secara aktif berpartisipasi dalam kelahiran proses dan dan

menjadi orang secara realistis, secara aktif mulai melakukan tugas perawatan bayi lahir dengan tepat, mengidenti fikasi sumber sumber. baru tua

ikatan yang tepat.

dan keyakinan

aktifitas interaksi terutama bayi, umum menyatakan perasaan ikatan dari secara

khusus pada bayi. Kontak awal

mempunyai efek positif pada

durasi pemberian ASI, kontak kulit dengan kulit dan

mulainya

tugas

ibu meningkatka ikatan. Mengungk apkan berhubung an dengan pemahama n Kurang pengetahuan mengenai perawatan diri 5. dan bayi perubahan fisiologis, kebutuhan individu, hasil yang diharapkan, melakukan aktivitas prosedur yang perlu dan menjelaska n alasan alasan untuk tindakan / Melaku kan aktivitas atau prosedu r yang Kaji klien kesiapan dan Mengun gkapkan pemaha man perubah an fisiologi s. Anjurkan klien berbaring tengkurap dengan dibawah abdomen klien melakukan teknik visualisasi atau aktivitas pengalihan. dan bantal Periode postpartum dapat merupakan pengalaman positif bila

penyuluhan yang tepat diberikan. Menbantu menstandarisasi informasi diterima yang orang

tua dari perawat dan menurunkan kebinggungan klien Membantu mencegah infeksi, mempercepat penyembuhan dan berperan

berhubungan dengan kurangnya informasi.

motivasi untuk belajar Mulai rencana penyuluhan tertulis dengan menggunakan format yang

diperluk an dan

menjela skan alasanalasan untuk tindakan .

distandarisasi dengan menggunakan ceklist.

pada adaptif yang positif perubahan dari fisik

dan emosional

Berikan informasi tentang perawatan diri, termasuk perubahan peran dan

Ibu

yang

baru kali

pertama

melahirkan akan kurang sekali

pengetahuannya mengenai perawatan cara bayi

perubahan fisik serta emosional. Berikan penyuluhan mengenai perawatan pusat tali dan

dan akan takut dalam merawat

bayinya sendiri. Pasangan mungkin memerlukan kejelasan mengenai ketersediaan metoda kontrasepsi Meningkatkan kenyamanan, meningkatkan rasa kontrol dan kembali memfokuskan perhatian.

memandikan bayi. Diskusikan tentang kebutuhan seksualitas dan rencana untuk

kontrasepsi

BAYI BARU LAHIR

A. ADAPTASI BAYI BARU LAHIR TERHADAP KEHIDUPAN DI LUAR UTERUS Adaptasi bayi baru lahir terhadap kehidupan di luar uterus menurut Maryunani dan Nurhayati (2008) adalah : 2. Penyesuaian sistim pernapasan Penyesuaian yang paling kritis dan segera terjadi yang dialami bayibaru lahir adalah sistim pernapasan. Udara harus diganti oleh cairanyang mengisi saluran pernapasan sampaialveoli. 3. Penyesuaian sistem kardiovaskuler / sistim sirkulasi jantung mulaiber denyut pada minggu ketiga kehamilan. Selama kehidupan janin,jantung mendistribusikan oksigen dan zat nutrisi yang disuplai melaluiplasenta. Selama kehidupan janin, darah sebagian besar melalui paru-paru dan hepar melalui duktus, venosus, foramen ovale dan arteriosus. 4. Penyesuaian sistim termoregulasi Termogeneses berarti produksi panas. Temprature pada bayi pada saat lahir adalah sekitar 3 derajat lebih tinggi dari ibunya. Namun, padadetik kedua, terdapat penurunan yang tajam pada temprature tubuhyang dikeluarkan melalui konveksi, evaporasi, konduksi dan radiasi. 5. Penyesuaian gastro intestinal Sebelum lahir, janin cukup menghisap dan menelan air ketuban.Refleks gumoh dan batuk yang matang sudah terbentuk dengan baikpada saat lahir. 6. Penyesuaian sistem kekebalan tubuh Pada masa awal kehidupan janin, sel-sel yang menyuplai imunitasjanin sudah mulai berkembang. Namun sel-sel ini tidak aktif selamabeberapa bulan. Bayi baru lahir dilindungi oleh kekebalan pasif yangditerima dari ibunya. Namun bayi sangat rentan terhadap Mikroorganisme, oleh karena itu bayi rentan terkena infeksi

B. PERAWATAN BAYI BARU LAHIR Menurut Prawirohardjo (2008). Tujuan utama perawatan bayi segera sesudah lahir, yaitu : a. Pencegahan Infeksi

Bayi baru lahir sangat rentan terhadap infeksi yang disebabkanoleh paparan atau kontaminasi mikroorganisme selama prosespersalinan berlangsung maupun beberapa saat setelah lahir. Sebelummenangani bayi baru lahir penolong harus melakukan upayapencegahan infeksi berikut : a. Cuci tangan sebelum dan sesudah menyentuh bayi. b. Memakai sarung tangan bersih pada saat menangani bayi yang belum dimandikan. c. Memastikan semua peralatan dan bahan yang digunakan, terutamaklem, gunting, penghisap lendirDeL ee dan benang tali pusat telahdidesinfeksi tingkat tinggi atau steril. Gunakan bola karet yangbaru dan bersih jika ingin melakukan penghisapan lendir denganalat tersebut. d. Pastikan semua pakaian, handuk, selimut dan kain yang digunakanuntuk bayi, sudah dalam keadaan bersih. Demikian pula halnyatimbangan, pita pengukur, thermometer, stetoskop dan benda lainyang akan bersentuhan dangan bayi juga bersih ii. Penilaian Awal Biasanya untuk mengevaluasi bayi baru lahir pada menit pertamadan menit kelima setelah kelahirannya menggunakan sistim APGAR. Nilai APGAR akan membantu dalam, menentukan tingkat keseriusan dari depresi bayi baru lahir yang terjadi serta langkah segera yang akan diambil. Hal yang perlu dinilai antara lain warna kulit bayi, frekuensi jantung reaksi terhadap rangsangan, aktivitas tonus otot, dan pernapasan bayi, masing-masing diberi tanda 0, 1 atau 2. sesuai dengan kondisi bayi. Klasifikasi klinik : 1. Nilai 7-10: bayi normal 2. Nilai 4-6: bayi dengan asfiksia ringan dan sedang 3. Nilai 1-3: bayi dengan asfiksia berat Penilaian bayi dilakukan secara apgar: Tanda A : Appearance color (warna kulit) 0 Pucat 1 Badan 2 merah Seluruh tubuh

ekstremitas biru P : Pulse (heart rate) /Frekuensi jantung Tidak ada Dibawah 100

kemerah-merahan

Di atas 100

G :Grimace (reaksiTerhadaprangsangan) Tidak ada

Sedikit gerakan Menangis,batuk/bersin mimic

A : Activity (tonus otot)

Lemas

Fleksi sedikit

Gerakan aktif

R : Respiration(pernafasan)

Tidak ada

Lemah, tidakteratur

Baik, teratur,menangis

iii. Membersihkan Jalan Napas Bayi normal akan menangis spontan segera setelah lahir. Apabilatidak langsung menangis, penolong segera membersihkan jalan napasdengan cara sebagai berikut: 1. Letakkan bayi pada posisi terlentang di tempat yang keras dan hangat. 2. Gulung sepotong kain dan letakkan di bawah bahu sehingga leherbayi lebih lurus dan kepala tidak menekuk. Posisi kepala diaturlurus lebih sedikit tengadah ke belakang. 3. Bersihkan hidung, rongga mulut dan tenggorokan bayi dengan jari tangan yang dibungkus kasa steril. 4. Tepuk kedua telapak kaki bayi sebanyak 2-3 kali atau gosok kulitbayi dengan kain kering. Dengan rangsangan ini biasanya bayisegera menangis. Kekurangan zat asam pada bayi baru membersihkan lahir dapatmenyebabkan kerusakan otak. Sangat sehingga upaya bayi bernapas tidak penting akan

jalannapas,

menyebabkanaspirasi lendir (masuknya lendir ke paru-paru). 5. Alat penghisap lendir mulut (DeLee) atau alat penghisap lainnyayang steril, tabung oksigen dengan selangnya harus telah siap ditempat. 6. Segera lakukan usaha menghisap mulut atau hidung. 7. Petugas harus memantau dan mencatat usaha napas yang pertama 8. Warna kulit, adanya cairan atau mekonium dalam hidung atau mulut harus diperhatikan. Bantuan untuk memulai pernapasan mungkin diperlukan untuk mewujudkan ventilasi yang adekuat. 9. Dokter atau tenaga medis lain hendaknya melakukan resusitasi setelah satu menit bayi tak bernapas. iv. Memotong dan Merawat Tali Pusat

Tali pusat dipotong sebelum atau sesudah plasenta lahir tidakbegitu menentukan dan tidak akan mempengaruhi bayi, kecuali padabayi kurang bulan. Apabila bayi lahir tidak menangis, maka tali pusatsegera dipotong untuk memudahkan melakukan tindakan resusitasipada bayi. Tali pusat dipotong 5 cm dari dinding perut bayi dengandibuat ikatan baru. Luka tali pusat dibersihkan dan dirawat denganalkohol 70% atau povidon iodine 10% serta dibalut kasa steril. Pembalut tersebut diganti setiap hari atau setiap tali basah atau kotor. 1. Sebelum memotong tali pusat, dipastikan bahwa tali pusat telah diklem dengan baik untuk mencegah terjadinya perdarahan. 2. Alat pengikat tali pusat atau klem harus selalu siap tersedia diambulans, di kamar bersalin, ruang penerima bayi, dan ruangperawatan bayi. 3. Gunting steril juga siap 4. Pantau kemungkinan terjadinya perdarahan dari tali pusat. b. Mempertahankan Suhu Tubuh Bayi Pada waktu baru lahir, bayi belum mampu mengatur tetap suhubadannya dan membutuhkan pengaturan dari luar untuk membuatnyatetap hangat. Bayi baru lahir harus dibungkus hangat. Suhu tubuh bayimerupakan tolak ukur kebutuhan akan tempat tidur yang hangatsampai suhu tubuhnya sudah stabil. Suhu bayi harus dicatat. c. Memberi Vitamin K Kejadian perdarahan Karena defisiensi vitamin K pada bayi barulahir dilaporkan cukup tinggi, berkisar antara 0.25-0.5%. Untukmencegah terjadinya perdarahan tersebut, diberi vitamin K parenteraldengan dosis 0.5-1 mg secara im. d. Memberi Obat Tetes atau Salep Mata Di daerah di mana prevalensi gonorhoe tinggi, setiap bayi barulahir perlu diberi salep mata sesudah lima jam. bayi lahir. Pemberianobat mata cloramphenikol 0,5% dianjurkan untuk pencegahanpenyakit mata karena klamidia (penyakit menular seksual). e. Identifikasi Bayi Apabila bayi dilahirkan di tempat bersalin yang persalinannyamungkin lebih dari satu persalinan maka sebuah alat pengenal yangefektif harus diberikan kepada setiap bayi baru lahir dan harus ditempatnya sampai waktu bayi dipulangkan.

a. Peralatan identifikasi bayi baru lahir harus selalu tersedia di tempat penerimaan pasien, di kamar bersalin dan ruang perawatan bayi. b. Alat yang digunakan hendaknya kebal air dengan tepi yang halus tidak mudah melukai, tidak mudah sobek dan tidak mudah lepas. c. Pada alas atau gelang identifikasi harus tercantum : ii. Nama lengkap ibu iii. Warna gelang sesuai jenis kelamin pada bayi iv. Tanggal lahir v. Nomor medical record vi. Jenis kelamin

vii. Unit/berat badan a. Disetiap tempat tidur harus diberi tanda dengan mencantumkannama, tanggal lahir, nomor identifikasi. Sidik telapak kaki bayi dansidik jari ibu harus di klip di catatan yang tidak mudah hilang.Sidik telapak kaki bayi harus dibuat oleh personil yangberpengalaman menerapkan cara ini, dan dibuat dalam catatanbayi. Bantalan sidik kaki harus disimpan dalam ruangan dengan suhu kamar. Ukurlah berat lahir, panjang bayi, lingkar kepala, lingkar dada dan catat dalam rekam medik. f. Pemberian ASI Rangsangan hisapan bayi pada puting susu akan diteruskan olehserabut syaraf ke hipofisis anterior untuk mengeluarkan hormonprolaktin. Prolaktin inilah yang memacu payudara untuk menghasilkan ASI.Semakin bayi menghisap puting susu akan semakin banyak prolaktindan ASI dikeluarkan. Produksi ASI akan optimal setelah hari ke 10-14usia bayi. Bayi sehat akan mengkonsumsi 700-800 ml ASI perhariuntuk tumbuh kembang bayi. Produksi ASI mulai turun 500-600 mlsetiap enam bulan pertama dan menjadi 300-500 ml pada tahun keduausia anak. Pastikan bahwa pemberian ASI mulai dalam waktu 30 menitsetelah bayi lahir. Anjurkan ibu untuk memeluk dan mencoba untukmenyusui bayi setelah tali pusat diklem dan dipotong. i. Pemberian ASI memiliki beberapa keuntungan, antara lain: ii. Memulai pemberian ASI secara dini akan merangsang produksi ASI.

iii. Memperkuat refleks menghisap (refleks menghisap awal pada bayi paling kuat pada beberapa jam pertama setelah lahir) iv. Memulai pemberian ASI secara dini akan memberikan pengaruh yang positif bagi kesehatan bayi. v. Mempromosikan hubungan emosional antara ibu dan bayi. vi. Memberikan kekebalan pasif segera kepada bayi melalui colostrum. vii. Merangsang kontraksi uterus. 1. Pedoman Umum untuk Ibu saat Menyusui 2. Mulai menyusui segera setelah bayi lahir dalam 30 menit pertama. 3. Jangan memberikan makanan dan minuman lain kepada bayi(misalnya air, madu, larutan gula atau pengganti susu ibukecuali pada indikasi yang jelas atas alasanalasan mereka). 4. Jarang sekali para ibu cukup memiliki ASI sehingga membutuhkan asupan susu buatan tambahan. 5. Berikan ASI saja selama enam bulan pertama kehidupannya. 6. Berikan ASI kepada bayi sesuai dengan kebutuhannya, baiksiang maupun malam (delapan kali atau lebih dalam 24 jam)selain bayi menginginkannya. 7. Refleks Laktasi Terdapat dua mekanisme refleks laktasi pada ibu yaitu refleksprolaktin don refleks oksitosin yang berperan dalam produksi ASIdan involutio uteri. Pada bayi terdapat tiga jenis refleks, yaitu: a. Refleks Mencari Puting Susu (rooting refleks) Rrefleks akan menoleh ke arah dimana terjadi sentuhan padapipinya. Bayi akan membuka membuka mulutnya apabilabibirnya disentuh dan berusaha untuk menghisap benda yangdisentuhkan tersebut. b. Refleks Menghisap (sucking refleks) Rangsangan puting susu pada langit-langit bayi menimbulkanrefleks menghisap. Hisapan ini akan menyebabkan areola danpunting susu ibu tertekan gusi, lidah dan langit-langit bayisehigga sinus laktiferus dibawah, areola dan ASI terpancarkeluar. c. Refleks Menelan (Swalowwing refleks)

Kumpulan ASI didalam mulut bayi mendesak otot-ototdidaerah mulut dan faring untuk mengaktifkan refleks menelandan mendorong ASI kedalam lambung bayi. (AsuhanPersalinan Normal, Revisi 2007 ). g. Pemantauan Bayi Lahir Tujuan pemantauan bayi baru lahir adalah untuk mengetahuiaktivitas bayi normal atau tidak dan identifikasi masalah kesehatanbayi baru lahir yang memerlukan perhatian keluarga dan penolongpersalinan serta tindak lanjut petugas kesehatan. a. Dua jam Pertama Setelah Lahir Hal-hal yang dinilai waktu pemantauan bayi pada jam pertama sesudah lahir meliputi: y y y Kemampuan menghisap kuat atau lemah Bayi tampak aktif atau lunglai Bayi kemerahan atau biru

b. Sebelum penolong persalinan meninggalkan ibu dan bayinya,penolong persalinan melakukan pemeriksaan dan penilaianterhadap ada atau tidaknya masalah kesehatan yang memerlukantindak lanjut seperti: ii. Bayi kecil untuk masa kehamilan bayi kurang bulan iii. Gangguan pernapasan iv. Hipotermia v. Infeksi vi. Cacat bawaan dan trauma lahir

C. PEMERIKSAAN PADA BAYI Pengukuran Rutin Bayi Baru Lahir Pengukuran rutin bayi baru lahir nenurut Maryunani dan Nurhayati (2008), yaitu : 1. Berat badan Berat badan pada bayi cukup bulan normalnya 2500-4000 gram.Timbang berat badan bayi segera setelah lahir karena dapat terjadipenurunan berat badan secara cepat. 2. Panjang badan Panjang badan diukur dari puncak kepala sampai tumit pada bayicukup bulan normalnya 48-53 cm. terkadang agak sulit dilakukan padabayi cukup karena adanya molase, ekstensi

lutut tidak sempurna. Bilapanjang badan kurang dari 45 cm atau lebih dari 55 cm perlu dicermatiadanya penyimpangan kromosom. 3. Lingkar kepala Lingkar kepala diukur dangan meteran, mulai dari bagian depankepala (diatas alis atau area frontal) dan. area occipital dusebutoksipitofrontalis yang merupakan diameter terbesar. Lingkar kepalanormalnya 31-35,5 cm pada bayi cukup bulan. 4. Lingkar dada Lingkar dada pada bayi cukup bulan normalnya 30,5-33 cm. sekitar 2cm lebih kecil dari lingkar kepala. Pengukuran dilakukan tepat padagaris bawah dada. Bila panjang badan kurang dari 30 cm perludicurigai adanya premature. Pemeriksaan Pada Bayi Menurut Saifuddin (2006), lakukan pemeriksaan fisik yang lengkap ketika memeriksa bayi baru lahir dan ingat butir-butir penting berikut: a. Gunakan tempat yang hangat dan bersih untuk pemeriksaan b. Cuci tangan sebelum dan sesudah pemeriksaan, gunakan sarung tangan dan bertindak lembut pada saat menangani bayi c. Lihat, dengarkan dan rasakan tiap-tiap daerah, dimulai dari kepala dan berlanjut secara sistematis menuju jari kaki d. Jika ditemukan faktor resiko atau masalah, carilah bantuan lebih lanjut yang memang diperlukan e. Rekam hasil pengamatan dan tiap tindakan jika diperlukan bantuan lebih lanjut a. Pemeriksaan fisik pada Bayi Sebelum melakukan pemeriksaan fisik BBL, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain : 1. Bayi sebaiknya dalam keadaaan telanjang di bawah lamputerang sehingga bayi tidak mudah kehilangan panas atau lepaskan pakaian pada daerah yang diperiksa 2. Lakukan prosedur secara berurutan dari kepala dan kaki ataulakukan prosedur yang memerlukan observasi ketat lebihdahulu, seperti paru, jantung dan abdomen. 3. Lakukan prosedur yang mengganggu bayi seperti pemeriksaan refleks pada tahap akhir 4. Bicara lembut, pegang tangan bayi di atas dadanya atau lainnya b. Hal-hal yang Akan Diperiksa

1. Penampilan secara umum Yang dinilai penampilan secara umum adalah seperti tangisan bayi, ukuran tubuh bayi apakah kecil, besar atau kurus. 2. Tanda-tanda fisik i. Tingkat pernapasan Bayi yang baru lahir umumnya bernapas antara 30-60x/menit, dihitung selama satu menit penuh denganmengamati naik turun perutnya, bayi dalam keadaantenang. ii. Detak jantung Jantung BBL normalnya berdetak antara 120-160 x/menitdengan menggunakan stetoskop dapat didengar denganjelas di telinga. iii. Suhu tubuh Suhu tubuh BBL normalnya 36,5-37,5C diukur di daerahketiak bayi selama 15 menit dengan menggunakanthermometer. iv. Kepala Lakukan inspeksi daerah kepala, lihat apakah ada molase,Caput succadenum dan chepal hematoma, perdarahan ataukelainan lainnya. 5. Telinga Untuk memeriksa telinga bayi tataplah mukanya.Bayangkan sebuah garis melintas kedua matanya,normalnya beberapa bagian telinga harus berada di garis ini. vii. Mata Lihat kedua mata bayi apakah kedua mata tampak normaldan apakah bergerak bersama, lakukan pemeriksaan denganmelakukan penyinaran pada pupil bayi. Jika disinari, keduamata mengecil berarti dalam keadaan normal. Selanjutnyalihat sclera dan konjungtivanya. viii. Hidung dan mulut Pertama yang kita lihat apakah bayi dapat bernapas denganlancar tanpa hambatan, kemudian lakukan pemeriksaanpada bibir dan langit-langit dengan cara menekan sedikitpipi bayi untuk membuka mulut bayi kemudian masukkanjari tangan anda untuk merasakan hisapan bayi. ix. Leher Periksa leher apakah ada pembengkakan dan benjolan.Pastikan untuk melihat apakah kelenjar thyroid bengkak,hal ini merupakan suatu masalah pada BBL. x. Dada

xi.

xii.

xiii.

xiv.

xv.

xvi.

xvii.

Yang diperiksa adalah bentuk dari dada, puting, bunyi napas dan bunyi jantung. Bahu, lengan dan tangan Yang dilakukan adalah melihat gerakan bayi apakah aktif atau tidak kemudian menghitung jumlah jari Perut Pada perut yang diperhatikan adalah bentuk dari perut bayi,lingkar perut, penonjolan sekitar tali pusat ketika bayimenangis, perdarahan pada tali pusat, dinding perut lembekpada saat bayi tidak menangis dan benjolan yang terlihatpada perut bayi. Alat kelamin Pada bayi laki-laki yang harus diperiksa adalah normalnyadua testis dalam skrotum kemudian apakah pada ujungpenis terdapat lubang. Pada bayi perempuan yang harusdiperiksa adalah normalnya labia mayora dan minora, padavagina terdapat lubang, pada uretra terdapat lubang danterdapat klitoris. Pinggul Untuk pemeriksaan pinggul peganglah tungkai kaki bayi.Tekan pangkal paha dengan lembut ke sisi luar, dengarkandan rasakan adakah bunyi "klik" ketika menggerakkan kakibayi. Bila terdengar bunyi "klik", laporkan dokter. Kulit Pada kulit yang perlu diperhatikan adalah verniks, warna,pembengkakan atau bercak-bercak hitam dan kemerahanseperti tanda lahir. Punggung dan anus Lihat punggung apakah terdapat kelainan atau benjolan, apakah anus berlubang atau tidak. Tungkai dan kaki Yang perlu diperiksa adalah gerakan kaki, bentuk simetriskaki, panjang kedua kaki dan jumlah jari pada kaki.

D. PENATALAKSANAAN BAYI BARU LAHIR Setelah lahir, tubuh bayi belum punya daya tahan yang cukup untuk menangkal berbagai penyakit, selain antibodi bawaan yang diberikan ibu sejak dalam kandungan. Dengan imunisasi, tubuh bayi disiapkan mengenali beberapa penyakit tertentu yang mungkin mengancamnya. Berikut 3 jenis imunisasi awal yang diberikan di rumah sakit setelah lahir.

Jenis Manfaat Imunisasi

Waktu Pemberian

Tempat Pemberian

Catatan
y

Segera setelah Mencegah penyakit lahir, diupayakan hepatitis B yang dalam 12 jam menyerang hati (liver); pertama. Disuntikkan di Hepatitis B berakhir menjadi Diberikan paha. sirosis (hati menciut) minimal 3 kali dalam rentang dan kanker hati. waktu 6 bulan. Mencegah terkena polio (poliomyelitis) yang menyebabkan anak lumpuh Menjelang (kebanyakan mengenai pulang. satu kaki tetapi bisa juga terkena kedua kakinya).

Diberi-kan tanpa meman-dang status ibu (pernah terinfeksi atau belum). Tak ada obat spesifik untuk menangani penyakit ini.

Polio

Diteteskan di mulut. Diberikan 3 kali Penyakit ini sangat menular dalam selang dan tidak ada obat. waktu 6-8 minggu. Umumnya menyerang paru-paru. Tapi pada anakanak, penyakit ini dapat Disuntikkan di menjalar misalnya ke lengan atas. otak, kelenjar, dan tulang, dan menimbul-kan komplika-si.

BCG (Bacillus Cellmete Guerin)

Mencegah penyakit TB Menjelang (tuberkulosis). pulang.

E. REFLEKS AWAL BAYI 1. Refleks melangkah Bila tubuh bayi dipegang pada bagian bawah ketiaknya dalam posisi tegak (pastikan kepalanya tertopang dengan baik!), lalu kakinya menyentuh bidang yang datar, secara otomatis si kecil akan meluruskan tungkainya seolah-olah hendak berdiri. Begitu tubuhnya dimiringkan ke depan, kakinya akan bergerak seakan-akan ingin melangkah. 2. Refleks mencari puting (rooting) Begitu sudut bibir dan pipi bayi disentuh dengan tangan Anda, si kecil akan langsung memiringkan kepalanya ke arah datangnya sentuhan dengan mulut yang membuka. Catatan: Bila pipinya bersentuhan dengan payudara Anda, ia akan langsung memiringkan kepalanya dan mengarahkan mulutnya untuk mendapat ASI. 3. Refleks menghisap

Bila bibirnya disentuh dengan ujung jari Anda, secara otomatis bayi akan membuka mulutnya dan mulai menghisap. Catatan: Ketika puting susu masuk ke dalam mulutnya, ia akan langsung menghisap ASI. 4. Refleks menggenggam (babinski) Kalau jari Anda diletakkan di tengah telapak tangan atau di bawah jari kakinya, secara otomatis ia akan menekuk dan mengerutkan jari-jarinya seolah-olah ingin menggenggam atau menjepit dengan erat. 5. Refleks moro Bila Anda memukul keras-keras atau menarik alas tidurnya serta mengangkat dan menurunkan tubuhnya secara mendadak, maka kedua tangan serta kakinya akan merentang dan menutup lagi. Bersamaan dengan itu, jemarinya pun menggenggam. 6. Refleks leher asimetrik tonik Refleks ini memang agak sulit terlihat. Meski begitu, bisa Anda amati. Caranya? Baringkan si kecil, lalu miringkan kepalanya ke kiri misalnya. Nah, tangan kiri bayi Anda akan segera merentang lurus ke luar, sedangkan tangan kanannya akan menekuk ke arah kepalanya. Catatan: Refleks ini paling jelas terlihat saat si kecil berusia 2 bulan, namun akan menghilang saat usianya 5 bulan.

F. KARAKTERISTIK BAYI BARU LAHIR Bayi Baru Lahir adalah bayi yang lahir dan umur kelahiran 37 minggu sampai 42 minggu dan Berat lahir 2.5000 gram ( Sugiyarti,2000) Bayi Baru Lahir adalah hasil konsepsi yang baru lahir dari rahim seorang wanita melalui jalan lahir normal atau dengan alat tertentu sampai umur satu bulan (FKUI,1999). Ciri-ciri Bayi Baru Lahir ( Keilly P.2002) y y y y y Berat Badan 2.500 4.000 gram Panjang Badan 48 52 gram

Lingkar dada 30 38 cm Lingkar kepala 33 35 cm

GDS 45 g/dl 130 g/dl

Bunyi jantung dalam menit pertama - tama 180 x/menit lalu menurun 120 140 x/menit

y y

Pernafasan pada menit menit pertama

140 x/menit

Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan sub kutan cukup dan diliputi vernik caseosa

y y y

Rambut lanugo tidak terlihat, rambut kepala biasanya telah sempurna Kuku agak panjang dan lemas Genetalia perempuan labia mayora sudah menutupi labia minora untuk laki-laki testis sudah menurun

y y y

Reflek hisap dan menelan sudah terbentuk dengan baik Graps reflek baik, bila diletakan suatu benda diatas tangan bayi akan menggenggam Reflek moro sudah baik, urin dan mekoneum akan keluar dalam 24 jam pertama, mekoneum hitam kecoklatan.

G. RESPON TERHADAP STIMULUS LINGKUNGAN y Temperamen Hasil penelitian Chess (1969) menghasilkan tiga gaya perilaku utama atau pola tempramen: a. Anak yang menunjukkan keteraturan fungsi tubuh dan beradaptasi terhadap perubahan dengan mudah, pada umumnya, memiliki mood yang positif, ambang sensoris yang moderat, dan menghadapi situasi atau obyek baru dengan suatu respons yang berintensitas moderat. b. Anak yang lambat menjadi panas, yaitu anak yang memiliki tingkat aktivitas yang rendah, menarik diri ketika menjumpai stimulus baru untuk pertama kali, lambat beradaptasi, berespons dengan intensitas lambat, dan dalam beberapa hal memiliki mood yang negatif. c. Anak yang tidak tenang, yaitu anak yang fungsi tubuhnya tidak teratur, tegang dalam bereaksi, memiliki mood yang negative, resisten terhadap perubahan atau stimulus baru, dan seringkali memangis keras selama waktu yang lam y Habituasi

Merupakan mekanisme proteksi, membuat bayi terbiasa dengan stimulus lingkungan. Habituasi adalah suatu fenomena psikologis dan fisiologis, dimana respon terhadap stimulus yang tetap atau berulang menurun. y Konsolasi Korner (1971) melaporkan beberapa penelitian yang menjelaskan variasi kemampuan bayi baru lahir dalam menghibur diri mereka atau kemampuan untuk dihibur. Menangis merupakan salah satu inisiatif bayi dalam mengurangi stress yang dialaminya. Gerakan tangan kea rah mulut umum dilakukan bayi, dengan atau tanpa menghisap. Bayi juga terjaga jika diberi stimulus suara, bunyi, atau stimulus visual. y Menggendong bayi Sangatlah penting bagi orang tua baru untuk menggendong bayi karena mereka dapat mengukur kemampuan mereka dalam merawat bayi baru lahir dengan melihat respons bayi tersebut terhadap tindakan mereka. y Iritabilitas Beberapa bayi mempunya ambang sensoris rendah (mereka mudah marah akibat suara asing, lapar, basah, dan mereka berespons dengan intens) dan sisanya tinggi (membutuhkan lebih banyak stimulus dan lebih banyak variasi stimulus untuk mencapai tingkat kesadaran aktif). y Menangis Menangis pada bayi berarti berkomunikasi dan bisa menunjukkan rasa lapar, nyeri, keinginan untuk diperhatikan, atau rasa tidak puas. Tangisan karena lapar biasanya keras dan lama tidak berhenti sampai diberi makan, tangisan karena nyeri memiliki nada yang lebih tinggi dan melengking, menangis karena merasa tidak puas bernada lebih rendah dan memiliki intensitas yang lebih rendah dan bervariasi.

H. FAKTOR PENGARUH PERILAKU  Beberapa variable lain, selain keadaan tidur-terjaga, mempengaruhi respon BBL. Variable-variabel ini akan di bahas berikut ini.  Usia gestasi bayi dan tingkat kematangan SSP akan mempengaruhi perilaku yang terlihat. Bayi yang SSP nya tidak matang, seluruh tubuhnya akan berespons terhadap tusukan

peniti di kaki. Bayi yang matang hanya akan menarik kakinya. Ketidakmatangan SSP juga akan terlihat pada perkembangan refleks dan siklus tidur-terjaga.  Lama waktu untuk memulihkan dii akibat persalinan dan melahirkan akan mempengaruhi perilaku BBL saat mereka mulai terorganisasi. Jarak waktu antara pemberian makan terakhir dan waktu tertentu dapat mempengaruhi respon BBL.  Kejadian di lingkungan dan stimulus akan mempengaruhi respon perilaku BBL. Perawat yang bertugas di bagian perawatan intensif bayi mengobservasi respon bayi terhadap bunyi keras, cahaya terang, alarm monitor, dan ketegangan di dalam ruangan tersebut. Tercatat dengan baik bahwa BBL dari ibu yang tegang melakukan lebih banyak aktivitas otot dan kecepatan DJJ bayi tersebut menjadi sama dengan ibunya saat bayi diberi susu. Selain itu, BBL memperlihatkan respon yang berbeda terhadap stimulus aktif dan stimulus tidak aktif.  Ada kontroversi tentang efek obat-obatan matrernal yang diberikan selama persalinan kepada BBL (analgesic dan anestesi). Beberapa ahli mencatat bahwa bayi dari ibu yang diberi obat dapat tetap berada dalam organisasi yang buruk sampai lebih dari lima hari setelah lahir (Kangas, Saarela, dkk, 1989). Ahli lain percaya bahwa obat-obatan tersebut tidak memberi pengaruh apapun.

I. ASUHAN SEGERA BAYI BARU LAHIR y Adalah asuhan yang diberikan pada bayi baru lahir selama satu jam pertama setelah kelahiran. y Sebagian besar BBL akan menunjukkan usaha pernafasan spontan dg sedikit bantuan/gangguan y Oleh karena itu PENTING diperhatikan dlm memberikan asuhan SEGERA, yaitu jaga bayi tetap kering & hangat, kotak antara kulit bayi dg kulit ibu sesegera mungkin a. Membersihkan jalan nafas 1). Sambil menilai pernafasan secara cepat, letakkan bayi dg handuk di atas perut ibu 2). Bersihkan darah/lendir dr wajah bayi dg kain bersih & kering/ kassa 3). Periksa ulang pernafasan

4). Bayi akan segera menagis dlm waktu 30 detik pertama setelah lahir jika tdk dpt menangis spontan dilakukan : 1). letakkkan by pd posisi terlentang di t4 yg keras & hangat 2). gulung sepotong kain & letakkan di bwh bahu shg leher bayi ekstensi 3). bersihkan hidung, rongga mulut, & tenggorokan by dg jari tangan yg dibungkus kassa steril 4). tepuk telapak kaki by sebanyak 2-3x/ gosok kulit by dg kain kering & kasar

Gb. Posisi ekstensi Kebiasaan yang harus dihindari LANGKAH-LANGKAH Menepuk pantat bayi Menekan dada Menekan kaki bayi ke bagian perutnya ALASAN TIDAK DIANJURKAN Trauma/cedera Patah, pneumothorax, gawat nafas, kematian Merusak pembuluh darah dan kelenjar pada hati/limpa, perdarahan Membuka sphincter anusnya Menggunakan bungkusan panas/dingin Merusak /melukai sphincter ani Membakar/hipotermi

Meniupkan

oksigen/udara

dingin

pada Hipotermi

tubuh/wajah bayi Memberi minuman air bawang Membuang waktu, karena tindakan resusitasi yang tidak efektif pada saat kritis Penghisapan lendir     Gunakan alat penghisap lendir mulut (De Lee)/ alat lain yg steril, sediakan juga tabung oksigen & selangnya Segera lakukan usaha menghisap mulut & hidung Memantau mencatat usaha nafas yg pertama Warna kulit, adanya cairan / mekonium dlm hidung / mulut hrs diperhatikan

b. Perawatan tali pusat setelah plasenta lahir & kondisi ibu stabil, ikat atau jepit tali pusat Cara :  celupkan tangan yg masih mggnakan sarung tangan ke dlm klorin 0,5% untuk membersihkan darah & sekresi tubuh lainnya  bilas tangan dengan air matang /DTT  keringkan tangan (bersarung tangan)  letakkan bayi yang terbungkus diatas permukaan yang bersih dan hangat  ikat ujung tali pusat sekitar 1 cm dr pusat dengan menggunakan benang DTT. Lakukan simpul kunci/ jepitkan  Jika menggunakan benang tali pusat, lingkarkan benang sekeliling ujung tali pusat & lakukan pengikatan kedua dg simpul kunci dibagian TP pd sisi yg berlawanan  Lepaskan klem penjepit & letakkan di dlm larutan klorin 0,5%  Selimuti bayi dg kain bersih & kering, pastikan bahwa bagian kepala bayi tertutu

Gb. Pemotongan tali pusat

Gb. Bayi yang telah diikat

Gb. Bayi terbungkus kain kering

INGAT ! JANGAN MENGOLESKAN SALEP APAPUN/ZAT LAIN KE BAGIAN TALI PUSAT

c. Mempertahankan suhu tubuh Dengan cara :  Keringkan bayi secara seksama  Selimuti bayi dg selimut/kain bersih, kering & hangat  Tutup bagian kepala bayi  Anjurkan ibu untuk memeluk & menyusukan bayinya  Lakukan penimbangan stl bayi mengenakan pakaian  Tempatkan bayi di lingk yg hangat

Gb. Metode kanguru d. Pencegahan infeksi  Memberikan obat tetes mata/salep  diberikan 1 jam pertama by lahir yaitu ; eritromysin 0,5%/tetrasiklin 1%.  Yang biasa dipakai adalah larutan perak nitrat/ neosporin & langsung diteteskan pd mata bayi segera stl bayi lahir

BBL sangat rentan terjadi infeksi, sehingga perlu diperhatikan hal-hal dalam perawatannya.  Cuci tangan sebelum & setelah kontak dg bayi  Pakai sarung tangan bersih pd saat menangani bayi yg blm dimandikan  Pastikan semua peralatan (gunting, benang tali pusat) telah di DTT, jika menggunakan bola karet penghisap, pastukan dlm keadaan bersih  Pastikan semua pakaian, handuk, selimut serta kain yg digunakan untuk bayi dlm keadaan bersih  Pastikan timbangan, pipa pengukur, termometer, stetoskop & benda2 lainnya akan bersentuhan dg bayi dlm keadaan bersih (dekontaminasi setelah digunakan)

2. Asuhan bayi baru lahir 1-24 jam pertama kelahiran Tujuan :

Mengetahui aktivitas bayi normal/tdk & identifikasi masalah kesehatan BBL yg memerlukan perhatian keluarga & penolong persalinan serta tindak lanjut petugas kesehatan Pemantauan 2 jam pertama meliputi :  Kemampuan menghisap (kuat/lemah)  Bayi tampak aktif/lunglai  Bayi kemerahan /biru

Sebelum penolong meninggalkan ibu, harus melakukan pemeriksaan & penilaian ada tdknya masalah kesehatan terutama pada :  Bayi kecil masa kehamilan/KB  Gangguan pernafasan  Hipotermia  Infeksi  Cacat bawaan/trauma lahir Jika tidak ada masalah, a. lanjutkan pengamatan pernafasan, warna & aktivitasnya b. Pertahankan suhu tubuh bayi dg cara :  hindari memandikan min. 6 jam/min suhu 36,5 C  bungkus bayi dengan kain yg kering & hangat, kepala bayi harus tertutup c. Lakukan pemeriksaan fisik  gunakan tempat yg hangat & bersih  cuci tangan sebelum & sesudah pemeriksaan, gunakan sarung tangan & bertindak lembut  LIHAT, DENGAR, & RASAkan

 Rekam /catat hasil pengamatan  jika ditemukan faktor risiko/masalah segera Cari bantuan lebih lanjut

d. Pemberian vitamin K  untuk mencegah terjadinya perdarahan krn defisiensi vit. K  Bayi cukup bulan/normal 1 mg/hari peroral selama 3 hari  Bayi berisiko 0,5mg 1mg perperenteral/ IM

e. Identifikasi BBL  Peralatan identifikasi BBL harus selalu tersedia  Alat yg digunakan; kebal air, tepi halus dan tidak melukai, tdk mudah sobek dan tdk mudah lepas  Harus tercantum ; nama bayi (Ny) tgl lahir, nomor bayi, jenis kelamin, unit, nama lengkap ibu  Di tiap tempat tidur harus diberi tanda dg mencantumkan nama, Tgl lahir, nomor identifikasi

Gb. Bayi dalam box bayi dengan identitas f. Ajarkan pada orang tua cara merawat bayi, meliputi : 1). Pemberian nutrisi  Berikan asi seserig keinginan bayi atau kebutuhan ibu (jika payudara ibu penuh)  Frekuensi menyusui setiap 2-3 jam

 Pastikan bayi mendapat cukup colostrum selama 24 jam. Colostrum memberikan zat perlindungan terhadap infeksi dan membantu pengeluaran mekonium.  Berikan ASI saja sampai umur 6 bulan 2). Mempertahankan kehangatan tubuh bayi  Suhu ruangan setidaknya 18 - 21C  Jika bayi kedinginan, harus didekap erat ke tubuh ibu  Jangan menggunakan alat penghangat buatan di tempat tidur (misalnya botol berisi air panas) 3). Mencegah infeksi  Cuci tangan sebelum memegang bayi dan setelah menggunakan toilet untuk BAK/BAB  Jaga tali pusat bayi dalam keadaan bersih, selalu dan letakkan popok di bawah tali pusat. Jika tali pusat kotor cuci dengan air bersih dan sabun. Laporkan segera ke bidan jika timbul perdarahan, pembengkakan, keluar cairan, tampak merah atau bau busuk.  Ibu menjaga kebersihan bayi dan dirinya terutama payudara dengan mandi setiap hari  Muka, pantat, dan tali pusat dibersihkan dengan air bersih , hangat, dan sabun setiap hari.  Jaga bayi dari orang-orang yang menderita infeksi dan pastikan setiap orang yang memegang bayi selalu cuci tangan terlebih dahulu Ajarkan tanda-tanda bahaya bayi pada orang tua  Pernafasan sulit/ > 60x/menit  Suhu > 38 C atau < 36,5 C  Warna kulit biru/pucat  Hisapan lemah, mengantuk berlebihan, rewel, banyak muntah, tinja lembek, sering warna hijau tua, ada lendir darah  Tali pusat merah, bengkak, keluar cairan, bau busuk  Tidak berkemih dalam 3 hari, 24 jam  Mengigil, tangis yg tidak biasa, rewel, lemas, terlalu mengantuk, lunglai, kejang

DAFTAR PUSTAKA

Iren, Bobak.1996.Keperawatan Maternitas Edisi 4.Jakarta: EGC http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3575/1/obstetri-tmhanafiah.pdf http://www.hypno-birthing.web.id/?p=225 http://www.scribd.com/doc/21638963/Asuhan-Kebidanan-Bayi-Baru-Lahir-Normal http://ainicahayamata.wordpress.com/2011/03/30/fisiologi-maternal-pada-periode-pascapartum/ http://www.asuhan-keperawatan-kebidanan.co.cc/2010/11/adaptasi-fisik-dan-psikis-postpartum.html http://www.rajawana.com/artikel/pendidikan-umum/453-home-care.html

You might also like