You are on page 1of 2

Santri Kreatif Punya Karya Judul buku Pengarang Penerbit Cetakan Tebal buku Harga : Surat Cinta Untuk

Bapak Presidenku : Sri Handayani, dkk : DIVA Press (Anggota IKAPI) : I, April 2011 : 247 halaman : Rp. 38.000

Ternyata hidup di penjara suci tidak mematahkan semangat santriwan dan santriwati untuk tetap berkarya, menyalurkan ide kreatif mereka kepada dunia sastra Indonesia. Surat Cinta Untuk Bapak Presidenku inilah buktinya. Buku ini merupakan kumpulan cerpen santriwan dan santriwati yang telah terpilih sebagai 15 cerpen terbaik dalam lomba menulis cerpen yang diadakan dengan kerjasama antara Robithoh Ma ahid Islamiyah (RMI) Cabang Pati, Kantor Kementrian Agama Kabupaten Pati dan Penerbit DIVA Press Yogyakarta. Tujuan diadakannya kegiatan lomba menulis cerpen untuk para santri ternyata tidak hanya menjadikan 15 cerpen terbaiknya dalam sebuah buku, tetapi pada dasarnya, kegiatan menulis sudah turun-temurun diwariskan dari Kyai ke para santri sebagai sarana mengabdikan ilmu. Kumpulan cerpen para santri ini sangat sederhana, tetapi sarat dengan nilai edukatif dan rekreatif, sehingga pesan moral yang dituangkan dapat menarik pembaca dan lebih mudah dicerna sebagai bagian dari proses internalisasi nilai-nilai keagamaan dalam upaya pembentukan kepribadian generasi muda. Cerpen berjudul Kasih dan Dua Air Mata contohnya. Cerpen ini bertemakan percintaan yang sering diminati para pembaca khususnya remaja. Tidak hanya masalah cinta saja, tetapi ketika cinta juga harus memandang agama yang diyakininya turut hadir meramaikan cerita yang sarat dengan nilai keagamaan. Lewat kisah-kisah penuh hikmah seperti inilah, pembaca akan dipandu untuk menyelami hakikat kehidupan manusia dan menyadarkan bahwa dunia-akhirat bukanlah hal yang pisah, melainkan padu dalam ajaran dien yang sempurna. Contoh lainnya adalah cerpen berjudul Surat Cinta Untuk Bapak Presidenku . Dalam cerpen ini terkandung nilai-nilai kehidupan yang identik dengan kehidupan rakyat Indonesia dan kental akan kritik sosial terhadap pemerintah. Itulah mengapa, buku ini layak dibaca oleh siapapun tak terkecuali para pejabat negara agar mampu mewujudkan kesejahteraan rakyat Indonesia. Selain beberapa kelebihan yang turut mengiringi hadirnya buku ini, ternyata terselip beberapa kekurangan yakni beberapa cerpen masih belum memiliki ending yang bagus untuk mengakhiri ceritanya, sehingga pembaca akan bingung dengan jalan cerita masih menggantung. Tidak hanya ending cerita yang belum sempurna, tetapi juga pemilahan beberapa kata-kata mutiara yang tidak sesuai.

Dengan kata lain, kata mutiara yang seharusnya dikutip ternyata tidak dikutip. Tema yang diutarakan dalam cerita serta penjabaran cerita juga masih monoton dan banyak ditemui dalam beberapa karya sastrawan ternama, hanya saja yang membedakan adalah isi yang tidak terlalu ilmiah dan sarat akan nilai-nilai yang eksis di kehidupan sehari-hari. Menurut saya, buku ini lebih bersifat membangun dengan beberapa kelebihannya meskipun banyak kekurangan yang notabene timbul karena mutiara-mutiara cerpenist ini masih melalui tahap awal. Oleh karena itu, buku semacam inilah yang harusnya menggantikan kehadiran novel roman yang dominan terhadap tema percintaan dengan sisipan budaya barat. Untuk kedepannya, agar buku semacam ini dijadikan sesuatu yang paling ditunggu-tunggu oleh pecinta sastra Indonesia, pengarang karya sastra haruslah memilih tema yang unik dengan cara penceritaan yang beda dengan karya-karya lain tetapi tetap mengedepankan nilai-nilai serta pesan moral yang ada dalam cerita tersebut.

You might also like