You are on page 1of 14

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.

1 Hasil Penelitian Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini diperoleh dari Nomor Rekam Medik (RM) pasien JAMPERSAL yang mendapatkan pelayanan bersalin di RSD dr. Soebandi Jember. Penelitian ini dilakukan secara retrospektif dalam periode Januari sampai Juni tahun 2011. Jumlah populasi yang diperoleh adalah sebanyak 2135 NRM, dari jumlah populasi didapatkan jumlah sampel sebanyak 214 NRM diambil dengan teknik proportional stratified random sampling. Hasil pengolahan data dari 214 NRM dari pasien JAMPERSAL yang mendapatkan pelayanan bersalin di RSD dr. Soebandi Jember adalah sebagai berikut : 4.1.1 Distribusi Jenis Persalinan dan Tindakan Persalianan Berdasarkan perhitungan NMR pasien JAMPERSAL di RSD dr. Soebandi Jember diperoleh sebanyak 2135 NMR sebagai populasi dan sampel yang digunakan sebanyak 10% dari seluruh populasi yaitu 214 NMR. Berdasarkan hasil observasi menunjukan bahwa pelayanan bersalin di RSD dr. Soebandi dikategorikan menjadi dua kelompok besar, yaitu Persalinan normal sebanyak 34,09% atau 728 pasien dan Persalinan dengan penyulit 65,90% atau 1407 pasien dapat dilihat pada gambar 4.1.

Gambar 4.1 Grafik perbandingan jumlah pasien JAMPERSAL Berdasarkan Jenis Persalinan

Dari 728 jumlah populasi pasien dengan persalinan normal, digunakan sebanyak 10% atau 73 pasien sebagai sampel dan dari 1407 pasien dengan persalinan penyulit digunakan 10% atau 141 pasien sebagai sampel. Sehingga total jumlah sampel sebanyak 214 pasien. Berdasarkan hasil observasi menunjukan persalinan normal dikategorikan menjadi dua yaitu persalina normal dan persalinan normal dengan tindakan, yang proporsinya sebanyak 10,54% persalinan normal dan 23,55% persalinan normal dengan tindakan. 4.1.2 Profil Pasien JAMPERSAL di RSD dr. Soebandi Jember Berdasarkan hasil penelitian didapatkan sebanyak 35 pasien yang berusia 1520 tahun, 66 pasien usia 21-25 tahun, 55 pasien usia 26-30 tahun, 27 pasien usia 3135 tahun dan 33 pasien usia 36-42 tahun.

Gambar 4.2 Grafik Jumlah Pasien JAMPERSAL berdasarkan Umur Pasien Jenis pelayanan bersalin di RSD dr. Soebandi Jember berdasarkan hasil observasi dikategorikan menjadi dua yaitu persalinan normal dan Persalinan dengan Penyulit. persalinan normal digolongkan menjadi dua yaitu pervaginam normal dan pervaginam dengan tindakan. Yang termasuk dalam persalinan pervaginam normal adalah persalinan spontan, persalinan dengan induksi, persalinan spontan brach. Sedangkan yang termasuk dalam persalinan Pervaginam dengan Tindakan adalah tindakan vakum ekstraksi (VE) dan forsep. Yang termasuk dalam persalinan

perabdominan adalah tindakan persalinan sektio caesaria, sektio caesaria dan kista, sektio caesaria dan tubektomi. Distribusi jenis tindakan persalinan pada pasien JAMPERSAL rawat inap di RSD dr. Soebandi Jember periode Januari sampai dengan Juni 2011 dapat dilihat pada gambar 4.2. Pada gambar tersebut menunjukan bahwa dari 66,90% persalinan perabdominan terdapat 36,80% tindakan sektio caesaria, 7,41% tindakan sektio caesaria dan kista, dan 22,68% tindakan sektio caesaria dan sterilisasi atau tubektomi. Kemudian dari 23,55% persalinan pervaginam normal terdapat 11,14% persalinan dengan induksi dan 5,52% persalinan brach dan 6,88% persalinan spontan. Selanjutnya dari 10,54% persalinan dengan tindakan didapatkan 6,65% persalinan dengan tindakan vakum ekstraksi dan 3,88% persalinan dengan tindakan forsep.

Gambar 4.3 Grafik perbandingan jumlah pasien JAMPERSAL Berdasarkan Tindakan Persalinan 4.1.3 Biaya Pelayanan Bersalin berdasarkan Tindakan Persalinan Dari hasil penelitian tindakan pelayanan bersalin di RSD dr. Soebandi dikategorikan tindakan persalinan spontan, tindakan persalinan dengan induksi, tindakan persalinan spontan brach, tindakan vakum ekstraksi (VE), forsep. tindakan persalinan sektio caesaria, tindakan sektio caesaria dan kista, tindakan sektio caesaria dan tubektomi.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukan rincian biaya rata-rata untuk masing-masing tindakan persalinan, dimana biaya tindakan medik non operatif yang lebih besar dari rata-rata paling banyak terdapat pada tindakan persalinan spontan brach yaitu sebesar 75%, sedangkan untuk biaya tindakan medik operatif yang lebih kecil dari biaya rata-rata terdapat pada tindakan persalinan dengan vakum ekstraksi dan forsep sebesar 33,33%. Sedangkan biaya penunjang persalinan yang lebih kecil dari biaya rata-rata adalah pada tindakan persalinan brach dan yang lebih besar terdapat pada tindakan SC dan Tubektomi sebesar 54,16%. Untuk biaya tindakan medik operatif yang lebih besar dari biaya rata-rata terdapat pada tindakanSC dan Kista sebesar 68,75% dan lebih kecil pada tindakan SC dan Tubektomi. Biaya keperawatan yang lebih kecil dari biaya rata-rata terdapat pada tindakan vakum ekstraksi dan yang lebih besar terdapat pada tindakan SC dab kista sebesar 68,75%. Sedangkan untuk biaya barang farmasi yang lebih kecil dari biaya rata-rata terdapat pada tindakan vakum ekstraksi dan forse dan yang lebih besar terdapat dalam tindakan SC sebesar 56,41%.

Gambar 4.4 Grafik Biaya Rata-rata Tindakan Persalinan. Hasil perhitungan biaya rata-rata tindakan persalinan dapat dilihat pada daftar lampiran lembar pengumpul data, jumlah persentase setiap tindakan persalinan adalah sebagai berikut: 1. Persalinan pervaginam dengan penyulit

A. Forsep a. Biaya Tindakan Medik Non Operatif


39 x 100 %=33,33 %

b. Biaya Keperawatan
59 x 100 %=55,55 %

c. Biaya Pelayanan Penunjang


49 x 100 %=44,44 %

d. Biaya Barang Farmasi


49 x 100 %=44,44 %

e. Total
49 x 100 %=44,44 % A. Vakum Ekstraksi

a. Biaya Tindakan Medik Non Operatif


515 x 100 %=33,33 %

b. Biaya Keperawatan
515 x 100 %=33,33 %

c. Biaya Pelayanan Penunjang


315 x 100 %=20 %

d. Biaya Barang Farmasi


015 x 100 %=0 %

e. Total
615 x 100 %=40 %

1. Persalinan pervaginam normal A. P. spontan branch a. Biaya Tindakan Medik Non Operatif
912 x 100 %=75 %

b. Biaya Keperawatan

512 x 100 %=41,66 %

c. Biaya Pelayanan Penunjang


112 x 100 %=8,33 %

d. Biaya Barang Farmasi


012 x 100 %=0 %

e. Total
512 x 100 %=41,66 %

A. P. induksi a. Biaya Tindakan Medik Non Operatif


724 x 100 %=70,83 %

b. Biaya Keperawatan
1124 x 100 %=45,83 %

c. Biaya Pelayanan Penunjang


924 x 100 %=37,5 %

d. Biaya Barang Farmasi


624 x 100 %=25 %

e. Total
1324 x 100 %=54,16 %

A. P. spontan a. Biaya Tindakan Medik Non Operatif


1115 x 100 %=73,33 %

b. Biaya Keperawatan
815 x 100 %=53,33 %

c. Biaya Pelayanan Penunjang


515 x 100 %=33,33 %

d. Biaya Barang Farmasi


415 x 100 %=26,66 %

e. Total

715 x 100 %=46,66 % 1. Persalinan perabdominan

A. Sectio Caesaria a. Biaya Tindakan Medik Non Operatif


5078 x 100 %=64,10 %

b. Biaya Keperawatan
4678 x 100 %=58,97 %

c. Biaya Pelayanan Penunjang


3278 x 100 %=41,02 %

d. Biaya Barang Farmasi


4478 x 100 %=56,41 %

e. Total
5178 x 100 %=65,38 %

A. Sectio Caesaria dan Kista a. Biaya Tindakan Medik Non Operatif


1116 x 100 %=68,75 %

b. Biaya Keperawatan
1116 x 100 %=68,75 %

c. Biaya Pelayanan Penunjang


416 x 100 %=25 %

d. Biaya Barang Farmasi


816 x 100 %=50 %

e. Total
916 x 100 %=56,25 %

A. Sectio Caesaria dan Tubektomi a. Biaya Tindakan Medik Non Operatif


2748 x 100 %=56,25 %

b. Biaya Keperawatan
3048 x 100 %=62,5 %

c. Biaya Pelayanan Penunjang


2648 x 100 %=54,16 %

d. Biaya Barang Farmasi


2348 x 100 %=47,91 %

e. Total
2748 x 100 %=56,25 %

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa 90,78%% biaya tindakan pelayanan bersalin yang diberikan tidak sesuai dengan tarif INA-CBGs, dapat dilihat pada lampiran lembar pengumpul data.

4.1.4 Jumlah Pasien Obsgyn dan Anak Berdasarkan data dari Rekam Medik RSD dr. Soebandi Jember, Jumlah AKI sebesar 0,30% dan AKB sebesar 4,20% peserta JAMPERSAL dapat dilihat pada gambar 4.5. Pada peserta non JAMPERSAL AKI sebesar 0,22% dan AKB sebesar 6,36%.

Gambar 4.5 Grafik persentase jumlah AKI dan AKB pada pasien JAMPERSAL dan pasien non JAMPERSAL.

4.2 Pembahasan Kepesertaan Jaminan Persalinan merupakan perluasan kepesertaan dari Jamkesmas, yang terintegrasi dan dikelola mengikuti tata kelola dan manajemen Jamkesmas peserta program Jaminan Persalinan adalah seluruh sasaran yang belum memiliki Jaminan Persalinan, peserta Jaminan Persalinan dapat memanfaatkan pelayanan di seluruh jaringan fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama dan tingkat lanjutan (Rumah Sakit) di kelas III yang memiliki Perjanjian Kerja Sama (PKS) dengan Tim Pengelola Jamkesmas dan BOK Kabupaten/Kota. Dalam hal ini RSD dr. Soebandi Jember merupakan pelayanan kesehatan tingkat lanjutan yang melayani Program Jaminan Persalinan di kabupaten Jember. Distribusi umur pasien JAMPERSAL di RSD dr. Soebandi Jember Hal ini menunjukan bahwa pasien bersalin di RSD dr. Soebandi telah cukup umur untuk menjalani proses persalinan. Sebagaimana menurut Wardana (2007) menyatakan usia wanita produktif yang aman untuk kehamilan dan persalinan adalah 20-35 tahun. Diduga risiko plasenta previa meningkat dengan bertambahnya usia ibu, terutama setelah usia 35 tahun. Persentase jumlah pasien JAMPERSAL di RSD dr. Soebandi Jember pada periode Januari sampai Juni 2011 sebanyak 2135 pasien, dengan jenis persalinan pervaginam adalah sebanyak 34,09% yang terdiri atas 10,54% persalinan pervaginam dengan penyulit dan 23,55% persalinan persalinan tanpa penyulit. Jumlah pasien dengan jenis persalinan pervaginam dengan peyulit didapatkan berupa jenis tindakan persalinan dengan menggunakan vakum ekstraksi sebanyak 6,65% dan jenis tindakan dengan menggunakan forsep sebanyak 3,88%. Sedangkan untuk jenis persalinan pervaginam tanpa penyulit didapatkan berupa jenis tindakan persalinan induksi 11,14%, persalinan brach 5,52 dan persalinan normal atau spontan sebanyak 6,88%. Jumlah persentase pasien JAMPERSAL dengan jenis persalinan perabdominan adalah sebanyak 36,80% dengan tindakan persalinan sectio caesaria, 7,41% dengan tindakan persalinan sectio caesaria dan kista, dan 22,68% jenis tindakan persalinan sectio caesaria dan tubektomi atau sterilisasi. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik proportional stratified

random sampling yaitu pengambilan sampel berdasarkan proporsinya dari masingmasing strata atau kelompok, dalam hal ini adalah kelompok jenis tindakan persalinan yang meliputi tindakan persalinan dengan vakum ekstraksi, forsep, induksi, brach, spontan, sectio caesaria (SC), SC dan kista, SC dan tubektomi. Dari masing-masing populasi diambil sebanyak 10% sebagai sampel, sehingga didapatkan sampel yang dapat mewakili populasi yaitu sebanyak 15 pasien dengan tindakan vakum ekstraksi, 9 pasien dengan tindakan forsep, 24 pasien dengan tindakan induksi, 12 pasien dengan tindakan brach, 15 pasien dengan tindakan spontan, 78 pasien dengan tindakan sectio caesaria (SC), 16 pasien dengan tindakan SC dan kista, 48 pasien dengan tindakan SC dan tubektomi. Persentase yang paling besar terdapat pada persalinan perabdominan dengan jenis tindakan persalinan sectio caesar sebesar 36,80% atau 774 pasien, hal ini dikarenakan adanya komplikasi persalinan dan penyulit persalinan. Komplikasi pada persalinan seperti preeklamsia berat ,riwayat thalasemia, riwayat asma, . Penyulit persalian seperti tidak ada pembukaan jalan lahir, bayi kembar, adanya riwayat caesaria, letak sungsang, keguguran dan lain sebagainya. Persentase tindakan persalinan SC dan Tubektomi juga termasuk besar yaitu 22,68% dibandingkan dengan tindakan persalinan lainnya, hal ini dikarenakan adanya komplikasi dan penyulit seperti yang terdapat dalam SC. Disamping itu karena pasien berstatus Primitua atau kehamilan pada usia tua yaitu lebih dari 35 tahun, adanya permintaan dari keluarga pasien untuk dilakukannya tindakan Tubektomi dan adanya bimbingan atau sosialisasi dari tenaga kesehatan untuk melakukan kontrasepsi berupa tindakan Tubektomi dengan melihat riwayat persalinan pasien. Jenis persalinan pervaginam, persentase terbesar terdapat pada tindakan persalinan dengan induksi yaitu 11,14%. Hal ini disebabkan karena pemberian induksi merupakan langkah atau tindakan pertama yang dilakukan jika selama observasi tidak ada kemajuan persalinan. Menurut Israr (2009) Induksi persalinan adalah usaha agar persalinan mulai berlangsung sebelum atau sesudah kehamilan cukup bulan dengan jalan merangsang timbulnya his atau kontraksi. Indikasi melakukan induksi persalinan antara lain:

1. Ibu hamil tidak merasakan adanya kontraksi atau his. Padahal kehamilannya sudah memasuki tanggal perkiraan lahir bahkan lebih (sembilan bulan lewat). 2. Induksi juga dapat dilakukan dengan alasan kesehatan ibu, misalnya si ibu menderita tekanan darah tinggi, terkena infeksi serius, atau mengidap diabetes.
3. Ukuran janin terlalu kecil, bila dibiarkan terlalu lama dalam kandungan

diduga akan beresiko/membahayakan hidup janin. 4. Membran ketuban pecah sebelum ada tanda-tanda awal persalinan.
5. Plasenta keluar lebih dahulu sebelum bayi.

Berdasarkan hasil penelitian pada data Rekam Medik pasien JAMPERSAL di RSD dr. Soebandi Jember, menunjukan bahwa pada setiap tindakan persalinan terdapat biaya yang berbeda. Maka peneliti menggunakan rata-rata biaya setiap tindakan persalinan untuk menilai atau mengetahui persentase pasien yang biayanya melebihi rata-rata. Pada tindakan persalinan terdapat beberapa macam biaya yaitu biaya tindakan medik operatif,biaya tindakan medik non operatif, biaya keperawatan, biaya pelayanan penunjang, dan biaya barang farmasi, sehingga didapatkan total biaya tindakan persalinan. Rincian biaya tindakan pelayanan bersalin di RSD dr. Soebandi dapat dilihat pada daftar lampiran, hasilnya adalah sebagai berikut. Biaya tindakan medik non operatif yang lebih besar dari rata-rata paling banyak terdapat pada tindakan persalinan spontan brach yaitu sebesar 75%, sedangkan untuk biaya tindakan medik non operatif yang lebih kecil dari biaya rata-rata terdapat pada tindakan persalinan dengan vakum ekstraksi dan forsep sebesar 33,33%. Hal ini dikarenakan persalinan spontan brach merupakan jenis persalinan yang paling sulit diantara persalinan pervaginam lainnya, karena letak atau posisi pantat bayi yang bermacam-macam saat dalam proses persalinan. Sehingga biaya tindakan medik operatifnya menjadi lebih besar. Sedangkan biaya penunjang persalinan yang lebih kecil dari biaya rata-rata adalah pada tindakan persalinan brach dan yang lebih besar terdapat pada tindakan SC dan Tubektomi sebesar 54,16%. Ini dikarenakan pada tindakan persalinan SC dan

Tubektomi, biaya penunjang seperti pemeriksaan laboratorium sangat komplit. Mengingat bahwa pasien adalah pasien primitua dengan resiko tinggi pada saat persalinan, sehingga dibutuhkan data laboratorium yang lengkap untuk mengetahui kondisi pasien. Untuk biaya tindakan medik operatif yang lebih besar dari biaya rata-rata terdapat pada tindakan SC dan Kista sebesar 68,75% dan lebih kecil pada tindakan SC dan Tubektomi. Dikarenakan tindakan SC dan Kista tergantung dari besar atau kecilnya diameter kista dan letak kista yang ada didalam rahim pasien, kista sangat membahayakan jika pecah. Biaya keperawatan yang lebih kecil dari biaya rata-rata terdapat pada tindakan vakum ekstraksi dan yang lebih besar terdapat pada tindakan SC dan kista sebesar 68,75%. Hal ini menunjukan bahwa pelayanan keperawatan ini termasuk kelompok pelayanan utama yang ada di suatu rumah sakit, pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan kebutuhan pasien. Biaya barang farmasi yang lebih kecil dari biaya rata-rata terdapat pada tindakan vakum ekstraksi dan forse dan yang lebih besar terdapat dalam tindakan SC sebesar 56,41%. Pada tindakan SC cenderung menunjukan biaya yang lebih besar, karena tarif seperti bahan habis pakai dan oksigen dihitung diluar tarif tindakan medik operatif. Total biaya pelayanan bersalin di RSD dr. Soebandi Jember sebagaimana hasil perhitungan yang terdapat pada lampiran, menunjukan bahwa total biaya pelayanan bersalin yang diberikan kepada pasien berbeda-beda dalam masing-masing tindakan persalinan. Dimana total biaya yang lebih kecil dari biaya rat-rata terdapat pada tindakan dengan vakum ekstraksi, dan yang lebih besar dari biaya rata-rata terdapat pada tindakan SC sebesar 65,38%. Ini menunjukan bahwa pada tindakan SC membutuhkan biaya yang lebih besar untuk penyembuhan pasien, sesuai dengan kebutuhan pasien. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa 90,78% biaya pelayanan bersalin yang diberikan kepada pasien tidak sesuai dengan tarif INA-CBGs. hal ini merupakan kenyataan yang perlu diperbaiki, dimana seharusnya tarif yang telah

ditetapkan dalam INA-CBGs sudah mencakup keseluruhan biaya tindakan yang seharusnya untuk melayani pasien.

You might also like