You are on page 1of 7

2. Asam Nukleat Secara kimiawi struktur materi genetik hanyalah asam nukleat.

Asam nukleat tersusun oleh suatu gugus gula, gugus fosfat, dan gugus basa (Albrecht Kossel, 1879). Asam nukleat merupakan molekul makro yang memberi keterangan tiap asam nukleat mempunyai urutan nukleotida yang unik sama seperti urutan asam amino yang unik dari suatu protein tertentu karena asam nukleat merupakan rantai polimer yang tersusun dari satuan monomer yang disebut nukleotida (Dage, 1992). Asam nukleat terdiri dari dua macam yaitu DNA (deoxyribonucleid acid) dan RNA (ribonucleid acid). Hampir seluruh makhluk hidup memiliki DNA sebagai materi genetik, dan hanyalah sekelompok retrovirus yang memiliki RNA sebagai materi genetik (Russel, 1992). Secara kimiawi RNA berbeda dengan DNA, dimana RNA memiliki ribosa sebagai pentosanya, sedangkan DNA memiliki 2-deoxiribosa. RNA juga memiliki basa nitrogenosa urasil, sementara DNA memiliki timin, suatu derivat urasil yang dimetilasi. DNA adalah bahan genetika, merupakan peranan biologi spesifik pertama yang diajukan untuk suatu asam nukleat (Afrey, 1944). Salah satu penelitian awal yang dilakukan pada 1928, mengarah kepada fenomena asam nukleat DNA sebagai materi genetik (Russel. 1992). Griffith melakukan eksperimen tersebut sebagai suatu eksperimen transformasi. Pada waktu itu Griffith percaya bahwa protein merupakan agen pentransformasi yang bertanggung-jawab terhadap perubahan materi genetik selama eksperimen tersebut. Struktur kimia molekul DNA adalah polinukleotida demikian juga RNA. Pada molekul-molekul DNA maupun RNA terdapat unit yang disebut nukleotidayang terdiri dari tiga bagia yaitu basa nitrogen, gula dan asam fosfat (Corebima, 2008). Gula pada nukleotida DNA adalah deoksiribosa sedangkan pada RNA adalah ribosa. Biasanya molekul DNA terdiri dari helix ganda polinukleotida, antar unting nukleotida terdapat ikatan hidrogen yang menghubungkan basa-basa yang komplementer antara adenin dan timin serta antara guanin dan sitosin.

Tabel 1 Perbedaan antara Molekul DNA dan RNA Parameter Asam Nukleat DNA Gula pada nukleotida Basa nitrogen (pirimidin) Pada nukleotida urasil timin Jumlah untung pada satu molekul Tidak ada Ada Ada Tidak ada Deoksiribosa RNA Ribosa

Biasanya dua (berupa Satu helix ganda)

Perbedaan DNA dan RNA yaitu (Poedjiati, 1994): 1. Bagian pentosa RNA adalah ribosa, sedangkan bagian pentosa DNA adalah dioksiribosa. 2. Bentuk molekul DNA adalah heliks ganda, bentuk molekul RNA berupa rantai tunggal yang terlipat, sehingga menyerupai rantai ganda. 3. RNA mengandung basa adenin, guanin dan sitosin seperti DNA tetapi tidak mengandung timin, sebagai gantinya RNA mengandung urasil. 4. Jumlah guanin dalam molekul RNA tidak perlu sama dengan sitosin, demikian pula jumlah adenin, tidak perlu sama dengan urasil.

Selain itu perbedaan RNA dengan DNA yang lain adalah dalam hal (Suryo, 1992): 1. Ukuran dan bentuk Pada umumnya molekul RNA lebih pendek dari molekul DNA. DNA berbentuk double helix, sedangkan RNA berbentuk pita tunggal. Meskipun demikian pada beberapa virus tanaman, RNA merupakan pita double namun tidak terpilih sebagai spiral.

2. Susunan kimia Molekul RNA juga merupakan polimer nukleotida, perbedaannya dengan DNA yaitu: a. Gula yang menyusunnya bukan dioksiribosa, melainkan ribosa.

b. Basa pirimidin yang menyusunnya bukan timin seperti DNA, tetapi urasil.

3. Lokasi DNA pada umumnya terdapat di kromosom, sedangkan RNA tergantung dari macamnya, yaitu: a. RNAd (RNA duta), terdapat dalam nukleus, RNAd dicetak oleh salah satupita DNA yang berlangsung didalam nukleus. b. RNAp (RNA pemindah) atau RNAt (RNA transfer), terdapat di sitoplasma. c. RNAr (RNA ribosom), terdapat didalam ribosom.

4. Fungsinya DNA berfungsi memberikan informasi atau keterangan genetik, sedangkan fungsi RNA tergantung dari macamnya, yaitu: a. RNAd, menerima informasi genetik dari DNA, prosesnya dinamakan transkripsi, berlangsung didalam inti sel. b. RNAt, mengikat asam amino yang ada di sitoplasma. c. RNAt, mensintesa protein dengan menggunakan bahan asam amino, proses ini berlangsung di ribosom dan hasil akhir berupa polipeptida.

Ada beberapa cara untuk menentukan DNA dan RNA, yaitu (Frutan and Sofia, 1968): 1. Jaringan hewan dan alkali hangat RNA akan terpecah menjadi komponen-komponen nukleotida yang larut dalam asam. DNA sulit dipecah atau dirusak oleh alkali. 2. Metode Schnider

Jaringan dan asam trikloro asetat panas dan diperkirakan DNA dapat diuji oleh reaksi kalorimetri dengan difenilanin, yang mana akan bereaksi dengan purin dioksiribosa dan tidak bereaksi dengan purin ribosa. 3. Metode Feligen Fuchsin sulfurous acid akan berwarna merah dengan DNA, dan tidak dengan RNA. Reaksi ini diterapkan untuk mempelajari distribusi RNA dan DNA didalam bagian-bagian sel. 4. Secara Spektroskopi Pengukuran absorbsi cahaya oleh RNA dan DNA pada 260 nm dimana spektra cincin purin dan pirimidin asam nukleat menunjukkan maksimal. Tiga bentuk utama RNA yang terdapat didalam sel adalah mRNA (messenger RNA), rRNA (ribosa RNA), dan tRNA (transfer RNA). Tiap bentuk RNA ini mempunyai berat molekul dan komposisi yang berlainan, tetapi khas untuk tiap macam bentuk RNA. Semua RNA terdiri dari rantai tunggal poliribonukleotida. Pada sel bakteri, hampir semua RNA ada di dalam sitoplasma. Disel hati kira-kira 11% terdapat dalam nukleus (terutama mRNA), sekitar 15% dalam mitokondria, lebih dari 50% dalam ribosom, dan kira-kira 24% dalam strosol.

Gambar 2.1 Struktur DNA sederhana (Sumber: http://sciencebiotech.net/mengenal-dna-lebih-dekatanatomi-dna/)

Gambar 2.2 Struktur untai komplementer DNA menunjukkan pasangan basa (adenin dengan timin dan guanin dengan sitosin) yang membentuk DNA beruntai ganda

Gambar 3

model molekul DNA 3 dimensi (Sumber:http://biosman1sbw.files.wordpress.com/2010/08/.jpg)

Pada molekul DNA itu terdapat gen, dalam hal ini gen merupakan suatu urut-urutan nukleotida yang mengamban suatu fungsi tertentu, misalnya yang mengkode pembentukan suatu polipeptida, yang mengkode pembentukan suatu RNAt, atau yang dibutuhkan untuk transkripsi gen lain (Ayala, 1984) Polipeptida atau protein yang pembentukannya dikode oleh gen yang selanjutnya berfungsi sebagai enzim pada tiap reaksi biokimia fisiologis dalam sel atau tubuh makhluk hidup. Hasil rangkaian reaksi biokimia fisiologis dalam sel

atau tubuh makhluk hidup itulah yang lazim disebut sebagai sifat sel atau sifat makhluk hidup. Oleh karena itu pula dikatakan bahwa sifat makhluk hidup ditentukan oleh gen (Corebima, 2008). Sebagaimana yang telah dikemukakan, pewarisan sifat terkait langsung dengan pewarisan materi genetik melalui reproduksi materi genetik. Dalam hal ini yang dimaksud adalah pewarisan urut-urutan nukleotida materi genetik (misalnya DNA) secara umum atau khusus pewarisan urut-urutan nukleotida gen, melalui reproduksi genetik. Mekanisme reproduksi genetik adalah replikasi (jika materi genetik DNA) dan transkipsi balik (atau reverse transcription, jika materi genetik RNA) (Corebima, 2008). Perkembangan genetika hingga sekarang telah memunculkan dua konsep besar yang terkait dengan materi genetik, yaitu kromosom dan asam nukleat (DNA dan RNA); dan yang paling penting adalah telah terungkap bahwa secara operasional dan fungsional, molekul yang berperan sebagai materi genetik adalah asam nukleat, DNA atau RNA, dan bukan macam molekul yang lain. Terkait dengan kromosom dan khususnya asam nukleat sebagai materi genetik, pada saat ini dikenal pula bentukan-bentukan yang disebut sebagai plasmid, episom, dan elemen transposabel (Corebima, 2008).

Pertanyaan 1. Mengapa konsentrasi DNA dan RNA dslam sebuah sampel dapat diketahui dengan mengukur absorbsansi UV dan mengapa sitosin, timin, urasil, guanin, dan adenin lebih mudah larut? Konsentrasi DNA dan RNA dalam sebuah sampel dapat diketahui dengan mengukur absorbansi UV, karena pirimidin dan purin dapat mengabsorbsi sinar UV. Sitosin, timin, urasil, guanin, dan adenin mudah larut karena mereka memiliki banyak grup polar yang tersedia untuk pengikatan hidrogen. (Higgins, 2001) 2. Bagaimana DNA dapat menggulung tanpa membuat kromosom menjadi kusut?

Berdasarkan pendapat Watson dan Crick DNA tersebut dianggap sebagai heliks paranemic, yang merupakan sepasang kumparan yang terletak berdampingan tanpa berlekatan. Untai heliks paranemic tersebut dapat berpisah tanpa adanya rotasi atau tanpa harus berputar. (Higgins, 2001)

You might also like