You are on page 1of 13

ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN MUSKULOSKLETAL: OSTEOARTRITIS PADA LANSIA 1.

Definisi Osteoartritis adalah penyakit peradangan sendi yang sering muncul pada usia lanjut. Jarang dijumpai pada usia dibawah 40 tahun dan lebih sering dijumpai pada usia diatas 60 tahun (Kuntono,2005). Osteoartritis juga dikenal dengan nama osteoartrosis, yaitu melemahnya tulang rawan pada engsel yang dapat terjadi di engsel manapun di sekujur tubuh. Tapi umumnya, penyakit ini terjadi pada siku tangan, lutut, pinggang dan pinggul (Mansjoer, 2000). 2. Etiologi Osteoartritis terjadi karena tulang rawan yang menjadi ujung dari tulang yang bersambung dengan tulang lain menurun fungsinya. Permukaan halus tulang rawan ini menjadi kasar dan menyebabkan iritasi. Jika tulang rawan ini sudah kasar seluruhnya, akhirnya tulang akan bertemu tulang yang menyebabkan pangkal tulang menjadi rusak dan gerakan pada sambungan akan menyebabkan nyeri dan ngilu. Penelitian juga mencurigai bahwa osteoartritis disebabkan oleh kombinasi banyak faktor seperti berat badan, proses penuaan, cedera engsel atau stres, kelelahan otot dan gen. Ada beberapa faktor resiko timbulnya osteoartritis antara lain adalah : a. Umur. Dari semua faktor resiko untuk timbulnya osteoartritis, faktor ketuaan adalah yang terkuat. Prevalensi dan beratnya orteoartritis semakin meningkat dengan

bertambahnya umur. Osteoartritis hampir tak pernah pada anak-anak, jarang pada umur dibawah 40 tahun dan sering pada umur diatas 60 tahun.

Askep Osteoartritis pada Lansia Oleh Widya Anisa Hamim

b. Jenis Kelamin. Wanita lebih sering terkena osteoartritis lutut dan sendi , dan lelaki lebih sering terkena osteoartritis paha, pergelangan tangan dan leher. Secara keeluruhan dibawah 45 tahun frekuensi osteoartritis kurang lebih sama pada laki dan wanita tetapi diatas 50 tahun frekuensi oeteoartritis lebih banyak pada wanita dari pada pria hal ini menunjukkan adanya peran hormonal pada patogenesis osteoartritis. c. Genetik Faktor herediter juga berperan pada timbulnya osteoartritis missal, pada ibu dari seorang wanita dengan osteoartritis pada sendi-sendi inter falang distal terdapat dua kali lebih sering osteoartritis pada sendi-sendi tersebut, dan anak-anaknya perempuan cenderung mempunyai tiga kali lebih sering dari pada ibu dananak perempuan dari wanita tanpa osteoarthritis. d. Suku. Prevalensi dan pola terkenanya sendi pada osteoartritis nampaknya terdapat perbedaan diantara masing-masing suku bangsa, misalnya osteoartritis paha lebih jarang diantara orang-orang kulit hitam dan usia dari pada kaukasia. Osteoartritis lebih sering dijumpai pada orang orang Amerika asli dari pada orang kulit putih. Hal ini mungkin berkaitan dengan perbedaan cara hidup maupun perbedaan pada frekuensi kelainan kongenital dan pertumbuhan. e. Kegemukan Berat badan yang berlebihan nyata berkaitan dengan meningkatnya resiko untuk timbulnya osteoartritis baik pada wanita maupun pada pria. Kegemukan ternyata tak hanya berkaitan dengan osteoartritis pada sendi yang menanggung beban, tapi juga dengan osteoartritis sendi lain (tangan atau sternoklavikula).

Askep Osteoartritis pada Lansia Oleh Widya Anisa Hamim

3. Patofisiologi Umur, jenis kelamin, genetik, kegemukan

Kerusakan fokal tulang rawan pembentukan tulang baru pada sendi yang progresif tulang rawan, sendi dan tepi sendi

Perubahan metabolisme tulang Peningkatan aktivitas enzim yang merusak makro molekul matriks tulang rawan sendi Penurunan kadar proteoglikan

Perubahan sifat sifat kolagen Berkurangnya kadar air tulang rawan sendi Permukaan tulang rawan sendi terbelah pecah dengan robekan / timbul laserasi Osteoartritis

4. Menifestasi klinis Gejala-gejala utama ialah adanya nyeri pada sendi yang terkena, terutama waktu bergerak. Umumnya timbul secara perlahan-lahan, mula-mula rasa kaku, kemudian timbul rasa nyeri yang berkurang saat istirahat. Terdapat hambatan pada pergerakan sendi, kaku pagi , krepitasi, pembesaran sendi, dan perubahan gaya berjalan. 5. Penatalaksanaan a. Obat obatan Sampai sekarang belum ada obat yang spesifik yang khas untuk osteoartritis, oleh karena patogenesisnya yang belum jelas, obat yang diberikan bertujuan untuk mengurangi rasa sakit, meningkatkan mobilitas dan mengurangi ketidak mampuan. Obat-obat anti inflamasinon steroid bekerja sebagai analgetik dan sekaligus

Askep Osteoartritis pada Lansia Oleh Widya Anisa Hamim

mengurangi sinovitis, meskipun tak dapat memperbaiki atau menghentikan proses patologis osteoartritis. b. Perlindungan sendi Osteoartritis mungkin timbul atau diperkuat karena mekanisme tubuh yang kurang baik. Perlu dihindari aktivitas yang berlebihan pada sendi yang sakit. Pemakaian tongkat, alat-alat listrik yang dapat memperingan kerja sendi juga perlu diperhatikan. Beban pada lutut berlebihan karena kakai yang tertekuk (pronatio).

c. Diet Diet untuk menurunkan berat badan pasien osteoartritis yang gemuk harus menjadi program utama pengobatan osteoartritis. Penurunan berat badan seringkali dapat mengurangi timbulnya keluhan dan peradangan. d. Dukungan psikososial Dukungan psikososial diperlukan pasien osteoartritis oleh karena sifatnya yang menahun dan ketidakmampuannya yang ditimbulkannya. Disatu pihak pasien ingin menyembunyikan ketidakmampuannya, dipihak lain dia ingin orang lain turut memikirkan penyakitnya. Pasien osteoartritis sering kali keberatan untuk memakai alat-alat pembantu karena faktor-faktor psikologis. e. Persoalan Seksual Gangguan seksual dapat dijumpai pada pasien osteoartritis terutama pada tulang belakang, paha dan lutut. Sering kali diskusi karena ini harus dimulai dari dokter karena biasanya pasien enggan mengutarakannya. f. Fisioterapi Fisioterapi berperan penting pada penatalaksanaan osteoartritis, yang meliputi pemakaian panas dan dingin dan program latihan ynag tepat. Pemakaian panas yang sedang diberikan sebelum latihan untk mengurangi rasa nyeri dan kekakuan. Pada
Askep Osteoartritis pada Lansia Oleh Widya Anisa Hamim

sendi yang masih aktif sebaiknya diberi dingin dan obat-obat gosok jangan dipakai sebelum pamanasan. Berbagai sumber panas dapat dipakai seperti Hidrokolator, bantalan elektrik, ultrasonic, inframerah, mandi paraffin dan mandi dari pancuran panas. Program latihan bertujuan untuk memperbaiki gerak sendi dan memperkuat otot yang biasanya atropik pada sekitar sendi osteoartritis. Latihan isometric lebih baik dari pada isotonic karena mengurangi tegangan pada sendi. Atropi rawan sendi dan tulang yang timbul pada tungkai yang lumpuh timbul karena berkurangnya beban ke sendi oleh karena kontraksi otot. Oleh karena otot-otot periartikular memegang peran penting terhadap perlindungan rawan senadi dari beban, maka penguatan otot-otot tersebut adalah penting. g. Operasi Operasi perlu dipertimbangkan pada pasien osteoartritis dengan kerusakan sendi yang nyata dengan nyari yang menetap dan kelemahan fungsi. Tindakan yang dilakukan adalah osteotomy untuk mengoreksi ketidaklurusan atau ketidaksesuaian, debridement sendi untuk menghilangkan fragmen tulang rawan sendi, pebersihan osteofit.

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN A. Pengkajian 1. Aktivitas/Istirahat Gejala: Nyeri sendi karena gerakan, nyeri tekan, memburuk dengan stress pada Sendi : kekakuan pada pagi hari. Keletihan Tanda: Malaise Keterbatasan rentang gerak ; Atrofi otot, kulit : kontraktur atau kelainan pada sendi dan otot
Askep Osteoartritis pada Lansia Oleh Widya Anisa Hamim

2. Kardiovaskuler Gejala : Jantung cepat, tekanan darah menurun 3. Integritas Ego Gejala: Faktor-faktor stress akut atau kronis : Misalnya finansial, pekerjaan, ketidakmampuan, factor-faktor hubungan, Keputusasaan dan ketidak berdayaan Ancaman pada konsep diri, citra tubuh, identitas pribadi misalnya ketergantungan pada orang lain 4. Makanan Atau Cairan Gejala: Ketidakmampuan untuk menghasilkan/ mengkonsumsi makanan/ cairan adekuat : mual. Anoreksia Kesulitan untuk mengunyah Tanda: Penurunan berat badan Kekeringan pada membran mukosa 5. Higiene Gejala: berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas pribadi, ketergantungan pada orang lain. 6. Neurosensori Gejala: Kebas/kesemutan pada tangan dan kaki, hilangnya sensasi pada jari tangan Tanda: Pembengkakan sendi 7. Nyeri / Kenyamanan Gejala: Fase akut dari nyeri

Askep Osteoartritis pada Lansia Oleh Widya Anisa Hamim

Terasa nyeri kronis dan kekakuan 8. Keamanan Gejala: Kesulitan dalam menangani tugas/pemeliharaan rumah tangga Kekeringan pada mata dan membran mukosa 9. Interaksi Sosial Gejala: kerusakan interaksi dan keluarga / orang lsin : perubahan peran: isolasi B. Diagnosa Keperawatan Diagnosa I : Nyeri b/d penurunan fungsi tulang Kriteria hasil: Nyeri hilang atau tekontrol INTERVENSI Mandiri Kaji keluhan nyeri, catat lokasi dan intensitas (skala 0 10). Catat factorfaktor yang mempercepat dan tandatanda rasa sakit non verbal Berikan matras atau kasur keras, bantal kecil. Tinggikan linen tempat tidur sesuai kebutuhan Biarkan pasien mengambil posisi yang nyaman pada waktu tidur atau duduk di kursi. Tingkatkan istirahat di tempat tidur sesuai indikasi Dorong untuk sering mengubah posisi. Bantu pasien untuk bergerak di tempat Matras yang lembut/empuk, bantal yang besar akan mencegah pemeliharaan kesejajaran tubuh yang tepat, RASIONAL Membantu dalam menentukan kebutuhan managemen program nyeri dan keefektifan

menempatkan setres pada sendi yang sakit. Peninggian linen tempat tidur menurunkan tekanan pada sendi yang terinflamasi / nyeri Pada penyakit berat, tirah baring

mungkin diperlukan untuk membatasi nyeri atau cedera sendi. Mencegah terjadinya kelelahan umum dan kekakuan sendi. Menstabilkan

Askep Osteoartritis pada Lansia Oleh Widya Anisa Hamim

tidur, sokong sendi yang sakit di atas dan di bawah, hindari gerakan yang menyentak

sendi, mengurangi gerakan/rasa sakit pada sendi Panas meningkatkan relaksasi otot dan

Anjurkan pasien untuk mandi air hangat atau mandi pancuran pada waktu bangun. Sediakan waslap hangat untuk mengompres sendi-sendi yang sakit beberapa kali sehari. Pantau suhu air kompres, air mandi

mobilitas, menurunkan rasa sakit dan melepaskan kekakuan di pagi hari. Sensitifitas pada panas dapat

dihilangkan dan luka dermal dapat disembuhkan Meningkatkan elaksasi/mengurangi

Berikan masase yang lembut Kolaborasi Beri obat sebelum aktivitas atau latihan yang direncanakan sesuai petunjuk seperti asetil salisilat (aspirin)

tegangan otot Meningkatkan relaksasi, mengurangi tegangan otot, memudahkan untuk ikut serta dalam terapi

Diagnosa II : Intoleran aktivitas b/d perubahan otot. Kriteria Hasil : Klien mampu berpartisipasi pada aktivitas yang diinginkan. INTERVENSI Perahankan istirahat tirah baring/duduk jika diperlukan. Bantu bergerak dengan bantuan Untuk RASIONAL mencegah kelelahan dan

mempertahankan kekuatan. Meningkatkan fungsi sendi, kekuatan otot dan stamina umum. Memaksimalkan fungsi sendi dan

seminimal mungkin. Dorong klien mempertahankan postur tegak, duduk tinggi, berdiri dan berjalan. Berikan lingkungan yang aman dan menganjurkan untuk menggunakan alat
Askep Osteoartritis pada Lansia Oleh Widya Anisa Hamim

mempertahankan mobilitas. Menghindari cedera akibat kecelakaan seperti jatuh. Untuk menekan inflamasi sistemik akut.
8

bantu. Berikan obat-obatan

Diagnosa III : Resiko tinggi cedera b/d penurunan fungsi tulang Kriteria hasil : Klien dapat mempertahankan keselamatan fisik INTERVENSI Kendalikan lingkungan dengan : RASIONAL Lingkungan yang bebas bahaya akan mengurangi membebaskan resiko cedera dan dari

Menyingkirkan bahaya yang tampak jelas, mengurangi potensial cedera

keluaraga

akibat jatuh ketika tidur misalnya menggunakan penyanggah tempat

kehawatiran yang konstan. Hal ini akan memberikan pasien merasa otonomi, restrain dapat meningkatkan agitasi, mengegetkan pasien akan

tidur, usahakan posisi tempat tidur rendah, gunakan pencahayaan malam, siapkan lampu panggil. Memantau regimen medikasi. Izinkan kemandirian dan kebebasan maksimum kebebasan dengan memberikan yang

meningkatkan ansietas.

dalam lingkungan

aman, hindari penggunaan restrain, ketika pasien melamun alihkan ketimbang

perhatiannya

Askep Osteoartritis pada Lansia Oleh Widya Anisa Hamim

mengagetkannya. Diagnosa IV : Perubahan pola tidur b/d Nyeri. Kriteria hasil : klien dapat memenuhi kebutuhan istirahat atau tidur INTERVENSI Madiri Tentukan kebiasaan tidur biasanya dan perubahan yang terjadi. Berikan tempat tidur yang nyaman. Buat rutinitas tidur baru yang RASIONAL Mengidentipikasi intervensi yang tepat. Meningkatkan kenyamanan tidur serta dukungan pisiologis/psikologis. Bila rutinitas baru mengandung aspek sebanyak kebiasaan lama, stress dan aansietas berkurang. tidur. Meningkatkan efek relaksasi. Dapat merasakan takut jatuh karena perubahan ukuran dan tinggi tempat tidur, pagar tempat tidur memberikan keamanan untuk membantu mengubah posisi. Tidur tanpa gangguan lebih menimbulkan rasa segar, dan pasien mungkin tidak mampu kembali tidur bila terbangun. Mungkin diberikan untuk membantu pasien tidur atau istirahat. yang berhubungan dapat dimasukkan dalam pola lama dan lingkungan baru. Instruksikan tindakan relaksasi. Tingkatkan regimen kenyamanan waktu tidur, misalnya mandi hangat dan massage. Gunakan pagar tempat tidur sesuai indikasi : rendahkan tempat tidur bila mungkin. Hindari mengganggui bila mungkin, misalnya membangunkan untuk obat atau terapi. Kolaborasi Berikan indikasi. sedative, hipnotik sesuai

Membantu

menginduksi

Askep Osteoartritis pada Lansia Oleh Widya Anisa Hamim

10

Diagnosa V : Defisit perawatan diri b/d Nyeri Kriteria Hasil : Klien dapat melaksanakan aktivitas perawatan sendiri secara mandiri. INTERVENSI Kaji tingkat fungsi fisik Pertahankan mobilitas, kontrol terhadap nyeri dan program latihan. Kaji hambatan terhadap partisipasi dalam perawatan diri, identifikasi untuk Mendukung kemandirian fisik/emosional. Menyiapkan untuk meningkatkan RASIONAL Mengidentifikasi tingkat

bantuan/dukungan yang diperlukan.

kemandirian yang akan meningkatkan harga diri.

modifikasi lingkungan. Identifikasi untuk perawatan yang

Memberikan kesempatan untuk dapat melakukan aktivitas secara mandiri.

diperlukan, misalnya lift, kursi roda dll.

Diagnosa VI : Gangguan citra tubuh / Perubahan penampilan peran b/d perubahan kemampuan untuk melakukan tugas-tugas umum. Kriteria Hasil : Mengungkapkan peningkatan percaya diri dalam kemampuan untuk menghadapi keterbatasan. INTERVENSI Mandiri Dorong pengungkapan mengenai RASIONAL Beri kesempatan untuk mengidentifikasi rasa takut / kesalahan konsep dan menghadapinya secara langdung. Mengidentfikasi bagaimana penyakit mempengaruhi Diskusikan arti dari kehilangan / perubahan pada pasien/orang terdekat. Memastikan bagaimana pandangan interaksi persepsi diri dan akan masalah proses penyakit, harapan masa depan. penyakit, perubahan gaya hidup dan kemungkinan

dengan

orang lain

menentukan

kebutuhan

terhadap

intervensi atau konseling lebih lanjut. Isyarat verbal/non verbal orang terdekat

pribadi pasien dalam memfungsikan gaya hidup sehari-hari termasuk aspek-

Askep Osteoartritis pada Lansia Oleh Widya Anisa Hamim

11

aspek seksual. Diskusikan persepsi pasien mengenai bagaimana orang terdekat menerima keterbatasan. Akui dan terima perasaan berduka, bermusuhan, ketergantungan.

dapat mempunyai pengaruh mayor pada bagaimana pasien memandang dirinya sendiri. Nyeri konstan akan melelahkan, dan perasaan marah, bermusuhan umum terjadi. Dapat menunjukkan emosional atau

Perhatikan prilaku menarik diri, terlalu memperhatikan tubuh/perubahan. Susun batasan pada prilaku maladaptive. Bantu pasien untuk mengidentifikasi perilaku positif yang dapat membantu koping. Ikut sertakan pasien dalam merencanakan perawatan aktifitas. Kolaborasi Rujuk pada konseling psikiatri dan membuat jadwal

metode

koping

maladaptive,

membutuhkan intervensi lebih lanjut atau dukungan psikologis. Membantu pasien untuk

mempertahankan kontrol diri yang dapat meningkatkan perasaan harga diri. Meningkatkan kompetensi/harga kemandirian, diri, dan perasaan mendorong mendorong

partisipasi dan terapi. Pasien / Berikan obat-obatan sesuai petunjuk. orang terdekat dukungan dengan proses mungkin selama jangka

membutuhkan berhadapan

panjang/ketidakmampuan. Mungkin dibutuhkan pada saat

munculnya depresi hebat sampai pasien mengembangkan kemampuan koping yang lebih efektif.

DAFTAR PUSTAKA
Askep Osteoartritis pada Lansia Oleh Widya Anisa Hamim

12

Doenges E Marilynn, 2000., Rencana Asuhan Keperawatan, EGC, Jakarta

Kalim, Handono, 1996., Ilmu Penyakit Dalam, Balai Penerbit FKUI, Jakarta.

Mansjoer, Arif, 2000., Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculaapius FKUI, Jakarta.

Prince, Sylvia Anderson, 1999., Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit., Ed. 4, EGC, Jakarta.

Diunduh dari http://etd.eprints.ums.ac.id/14837/2/BAB_I.pdf pada tanggal 18 februari 2011 Pukul 17.45 WIB.

Diunduh dari http://meongnoque.blogspot.com/2011/09/makalah-keperawatan-gerontik.html pada tanggal 18 februari 2011 Pukul 18.00 WIB.

Askep Osteoartritis pada Lansia Oleh Widya Anisa Hamim

13

You might also like