You are on page 1of 50

BAB III

TINJAUAN HOTEL DAN GREEN ARCHITECTURE

III.1

TINJAUAN HOTEL III.1.1 Sejarah Singkat Hotel Hotel berasal dari kata hostel, konon diambil dari bahasa Perancis kuno. Bangunan publik ini sudah disebut-sebut sejak akhir abad ke-17. Maknanya kira-kira, "tempat penampungan buat pendatang" atau bisa juga "bangunan penyedia pondokan dan makanan untuk umum". Jadi, pada mulanya hotel memang diciptakan untuk meladeni masyarakat. Tapi, seiring perkembangan zaman dan bertambahnya pemakai jasa, layanan inap-makan ini mulai meninggalkan misi sosialnya. Tamu pun dipungut bayaran. Sementara bangunan dan kamarkamarnya mulai ditata sedemikian rupa agar membuat tamu betah. Meskipun demikian, bertahun-tahun standar layanan hotel tak banyak berubah. Di Indonesia, kata hotel selalu dikonotasikan sebagai bangunan penginapan yang cukup mahal. Umumnya di Indonesia dikenal hotel berbintang, hotel melati yang tarifnya cukup terjangkau namun hanya menyediakan tempat menginap dan sarapan pagi, serta guest house baik yang dikelola sebagai usaha swasta (seperti halnya hotel melati) ataupun mess yang dikelola oleh perusahaan-perusahaan sebagai tempat menginap bagi para tamu yang ada kaitannya dengan kegiatan atau urusan perusahaan. III.1.2 Pengertian Hotel Hotel menurut surat keputusan Dirjen Pariwisata No 14/U/1988 Hotel adalah suatu jenis akomodasi yang mempergunakan sebagian atau seluruh bangunan untuk menyediakan jasa pelayanan penginapan, makan dan minum serta jasa lainnya bagi umum, yang dikelola secara komersial dan memenuhi ketentuan persyaratan yang telah ditetapkan dalam keputusan tersebut. Hotel menurut surat keputusan Menteri Perhubungan No.10/PW.301/phb-77 Hotel adalah suatu bentuk akomodasi yang dikelola secara komersial disediakan bagi setiap orang untuk memperoleh pelayanan penginapan berikut makan dan minum. Hotel menurut Britania Encyclopedia

27

Hotel adalah sebuah rumah untuk menginap dan makan bagi orang-orang yang melakukan perjalanan Hotel menurut American Encyclopedia Hotel adalah suatu badan usaha yang menyediakan pelayanan penginapan, serta menyediakan sarana lainnya bagi kaum pelancong.

III.1.3 Penggolongan Hotel a. Hotel Berdasarkan Lokasi Hotel Kota Adalah hotel yang terletak di pusat kota yang mendukung tamu dengan tujuan utama urusan bisnis, atau dapat juga diperuntukkan bagi para wisatawan yang ingin menikmati suasana kota besar. Hotel Pegunungan Biasanya diperuntukkan bagi para tamu yang ingin menikmati keindahan alam pegunungan serta kebudayaaan masyarakat setempat. Hotel Pantai Merupakan hotel yang terletak di kawasan pantai dan biasanya difungsikan sebagai wisata pantai. Hotel Pedalaman Yaitu hotel yang terletak di suatu daerah yang sebagian besar alamnya masih asli seperti hutan tropis.cagar alam khusus diperuntukkan bagi wisatawan yang ingin menikmati keindahan flora dan fauna alam, serta adat istiadat suatu penduduk asli pedalaman b. Hotel Berdasarkan Lamanya Menginap Residental Hotel Hotel yang menerima tamu untuk tempat tinggal dalam jangka waktu agak lama tapi tidak menetap. Transit Hotel Hotel yang terletak pada jalur-jalur transportasi utama dekat dengan pusat perdagangan, biasanya hanya untuk tempat singgah atau istirahat sebelum melanjutkan tujuan Seasonal Hotel

28

Hotel yang diperuntukkan bagi tamu yang menginap tertentu dan dalam waktu tertentu. c. Hotel Berdasarkan Peruntukan Hotel Businness Hotel Untuk tamu yang bertujuan bisnis/kegiatan lain yang berhubungan dengan profesi misalkan olahragawan, peserta seminar, dan lain sebagainya. Resort Hotel Akomodasi bagi wisatawan yang berlibur. Pleasure Hotel Pengunjung hotel pada umumnya menginap dengan tujuan untuk bersenangsenang dan menikamati suasana serta fasilitas hiburan dari pihak hotel. Country Hotel Hotel yang diperuntukkan bagi tamu antarnegara. Research hotel Hotel yang mnyediakan akomodasi bagi tamu yang menginap dengan tujuan mengadakan penelitian/riset. Sport Hotel Hotel dimana pengunjung pada umumnya adalah olahragawan.

d. Hotel Berdasarkan jumlah kamar yang tersedia Hotel kecil, jumlah kamarnya antara 10 sampai dengan 49 kamar. Hotel menengah, jumlah kamarnya antara 50 sampai dengan 100 kamar. Hotel besar, jumlah kamarnya lebih dari 100 kamar.

e. Hotel Berdasarkan Kesibukan lalu-lintas Hotel Lintas (Highway Hotel/ Motor Hotel/ Motel) Sepanjang jalur antarkota dengan fasilitas utama sarana parkir kendaraan yang letaknya dekat dengan kamar-kamar yang disewakan. Hotel station Hotel yang terletak dekat dengan tempat transportasi darat. Hotel Pelabuhan Hotel yang terletak di pelabuhan dan difungsikan sebagai pendukung aktivitas pelabuhan. 29

f.

Hotel berdasarkan Sistem Operasi Chain Hotel Operation Hotel yang beroperasi secara berantai pada beberapa kota besar di beberapa negara dengan tetap memakai satu nama. Federal operation system Beberapa perhotelan yang bersatu dengan tujuan agar dapat saling memberi informasi dan bantuan kepada yang lain. Franchised Operation system Beberapa perhotelan secara bersama menunjuk suatu badan yang menjadi induk dan bertindak sebagi wakil mereka.

g. Hotel Sistem Bintang Hotel berbintang 1, 2, 3, 4, 5 ditetapkan oleh Menteri Perhubungan RI berdasarkan penilaian oleh tim penilai dan Dirjen Pariwisata. Penilaian tersebut antara lain adalah penilaian persyaratan fisik mengenai kondisi lokasi hotel, pelayanan hotel, kualitas tenaga kerjanya (tingkat pendidikan, kesejahteraan), dan fasilitas-fasilitas lain yang terdapat pada hotel tersebut antara lain seperti fasilitas hiburan, olahraga, dan lain sebagainya.

III.1.4 Pelaku Kegiatan dan Organisasi Pengelolaan Hotel a. Pelaku Kegiatan Hotel Tamu Hotel Tamu hotel terdiri dari wisatawan yang bertujuan melakukan kegiatan wisata atau kegiatan bisnis di kota Surakarta, dengan kegitan utamanya antara lain istirahat, makan-minum, rekreasi. Pengelola Pengelola adalah orang yang mengelola fasilirtas hotel dapat berlangsung baik, seperti: melakukan kegiatan administrasi hotel memberikan pelayanan bagi tamu hotel melakukan perawatan unit kamar

b. Organisasi pengelolaan Hotel Pada dasarnya susunan organisasi pengelolaan hotel mempunyai persamaan karena setiap hotel mempunyai pelayanan pokok yang sama yaitu pelayanan

30

penginapan, makanan dan minuman. Secara umum pembagian organisasi ruang hotel dapat dibedakan menurut fungsi, sifat maupun standart international.

Pembagian organisasi ruang menurut fungsi

Diagram III.1. Organisasi ruang menurut fungsi (Sumber : Analisa Pribadi)

Public Space, kelompok ruang untuk umum termasuk lobby utama dan front office serta function room Consession and rentable space, kelompok ruang yang disewakan untuk melayani keperluan tamu hotel dan juga usaha bisnis lainnya yang terpisah dari kegiatan hotel. Food and baverage space, kelompok ruang yang melayani bagian makan dan minum bagi tamu yang menginap maupun yang tidak menginap, disamping juga melayani bagi keperluan function room dan termasuk kelompok ini adalah restaurant, coffe chop, bar, kitchen dan gudang. General service space, kelompok ruang pelayanan meliputi bagian penerimaan, storage employees room, employee dinning room, laundry, linen room, house keeping, maintenance dll. Guest Room Space, kelompok yang terdiri dari ruang tidur bagi tamu yang menginap yang dilengkapi fasilitas untuk ruang tidur, toilet, koridor, lift dan perlengkapan lainnya. Recreation and sport space, kelompok fasilitas rekreasi dan olahraga yang biasannya diprioritaskan untuk tamu hotel yang memerlukan, selain itu terbuka bagi masyarakat luar 31

Pembagian Organisasi Ruang menurut sifatnya

Diagram III.2. Organisasi ruang menurut sifat (Sumber : Analisa Pribadi)

Public Room, kelompok ruang yang dipakai untuk keperluan umum seperti lobby utama, front office, restaurant, recreation and sport centre, function room and rentable room. Bed room, kelompok ruang tidur para tamu dengan fasilitas perlengkapannya Service Room, kelompok ruang yang sifatnya melakukan pelayanan yaitu kitchen, laundry, linen, general store, house keeping, maintenance, dll.

III.1.5 Waktu Operasional Hotel Waktu operasional hotel secara garis besar beroperasi selama 24 jam, dengan spesifikasi kegiatan : o Waktu aktifitas penerimaan tamu : 24 jam

o Waktu aktifitas clening service dan laundry : 07.00 - 17.00 o Waktu aktifitas keamanan : 24 jam

III.1.6 Sistem Penilaian Hotel World Trade Organization telah menetapkan beberapa persyaratan dan sistem klasifikasi untuk dapat menjadi pertimbangan dalam menilai kualitas atau tingkatan sebuah hotel. Persyaratan-persyaratan dan sistem klasifikasi tersebut telah digunakan oleh banyak negara. Di Indonesia ada instansi yang berwenang dalam hal tersebut yaitu Dirjen Pariwisata dan menentukan persyaratan-persyaratan sesuai dengan kondisi lokal. a. Penilaian World Trade Organization ( WTO ) 32

Sejak tahun 1962, WTO telah menetapkan sistem penggolongan hotel yang telah diterima secara universal. Proposal yang sama telah diajukan oleh IHA ( International Hotel Association ). Confederation of National Hotel and Restaurant Association ( HOTREC ) atau konfederasi hotel nasional dan asosiasi restauran negara-negara Eropa menemukan sistem alternatif menggunakan simbol untuk mewakili fasilitas yang ada tanpa klasifikasi. Pada tahun 1995, terdapat lebih dari 100 sistem klasifikasi yang beroperasi mayoritas berdasarkan standar WTO, tetapi disesuaikan dengan kondisi lokal. Sistem yang telah meluas dibagi dalam 2 grup, yaitu klasifikasi resmi dan penilaian bebas. Klasifikasi resmi merupakan standar yang telah ditetapkan oleh pemerintah, biasanya oleh menteri pariwisata. Hal tersebut merupakan syarat wajib untuk pendaftaran atau pemberian ijin. Untuk penilaian bebas dilakukan dengan cara hotel diperiksa dan dinilai oleh asosiasi perhotelan. Beberapa hal yang menjadi pertimbangan dalam menentukan tingkat sebuah hotel menurut WTO adalah : o Infrastruktur lokal Persyaratan dasar, seperti suplai air bersih, sanitasi dan pengeramikan perlu dispesifikasi di negara-negara berkembang. o Kualitas keseluruhan Beberapa perusahaan memiliki ciri-ciri yang istimewa baik itu sejarah, lokasi dan karakter. Beberapa pola berdasarkan point berharga tersebut. o Dasar yang sesungguhnya Seluruh pola mempertimbangkan faktor nyata seperti ruang, fasilitas, ciriciri dan penyediaan pelayanan. Aspek kualitatif seperti penampilan dan pelayanan pribadi yang melibatkan penilaian subyektif cenderung lebih bervariasi. o Lokasi dan kebutuhan pasar Persyaratan pengguna untuk hotel resort berbeda dengan hotel di pusat kota. Standar yang terpisah dapat diterapkan. o Perawatan Kualitas hotel tergantung pada standar kebersihan dan perawatan yang mampu menghalangi kenyamanan dan keamanan, namun sulit untuk dimonitor. 33

Berdasarkan persyaratan-persyaratan tersebut, WTO memberikan penilaian secara umum bagi sebuah hotel yaitu : o Hotel dengan fasilitas dasar yang baik dan menjamin kenyamanan akomodasi. Pelayanan makanan dibatasi pada hotel ini. Termasuk golongan ini adalah hotel pribadi yang kecil. o Hotel yang memiliki standar-standar akomodasi yang lebih tinggi dan memiliki fasilitas lebih untuk kenyamanan bagi tamu. Termasuk golongan ini adalah hotel pribadi. o Hotel yang amat baik dengan akomodasi yang nyaman kebanyakan dengan kamar mandi pribadi. Fasilitas dan minum disediakan secara lengkap pada hotel jenis ini. o Hotel berkualitas tinggi dilengkapi dengan furniture dan perlengkapan dengan standar kenyamanan tinggi, pelayanan yang luas untuk tamu dan pengunjung. o Hotel luar biasa dengan kualitas akomodasi dan perlengkapan khusus dengan standar kenyamanan internasional menyediakan kenyamanan dan keleluasaan. b. Penilaian Dirjen Pariwisata Dirjen Pariwisata telah menetapkan persyaratan-persyaratan penilaian yang digunakan untuk menentukan klasifikasi bintang bagi sebuah hotel yaitu: o Persyaratan fisik, meliputi lokasi hotel dan kondisi bangunan. o Bentuk pelayanan yang diberikan o Jumlah kamar minimum yang tersedia o Kualifikasi tenaga kerja, meliputi pendidikan dan kesejahteraan karyawan o Fasilitas olahraga atau rekreasi. Berdasarkan persyaratan-persyaratn tersebut, maka klasifikasi bintang yang ditetapkan bagi sebuah hotel adalah : 1. Hotel Bintang I a. Jumlah kamar minimum 10 kamar b. Ukuran kamar + kamar mandi minimum Kamar single : 18 m2 Kamar double : 20 m2 34

c. Ruangan umum luasnya 3 m2 x jumlah kamar tidur minimal, lobby, ruang makan ( luas lantai minimal 30 m2 ) d. Pelayanan : akomodasi + penitipan barang berharga 2. Hotel Bintang II a. Jumlah kamar minimum 14 kamar + 1 suite room b. Ukuran kamar + kamar mandi minimum Kamar single : 20 m2 Kamar double : 24 m2 c. Ruangan umum luasnya 3 m2 x jumlah kamar tidur minimal, lobby, bar, ruang makan ( luas lantai minimal 36m2 ) d. Pelayanan : akomodasi + penitipan barang berharga 3. Hotel Bintang III a. Jumlah kamar minimum 28 kamar + suite room b. Ukuran kamar + kamar mandi minimum Kamar single : 22 m2 Kamar double : 24 m2 c. Ruangan umum luasnya 3 m2 x jumlah kamar tidur minimal, lobby, bar ( minimal 25 m2 ), ruang makan ( minimal 72 m2 ). d. Pelayanan : akomodasi + penitipan barang berharga + penukaran uang asing + postal service + antar jemput 4. Hotel Bintang IV a. Jumlah kamar minimum 47 kamar + 3 suite room b. Ukuran kamar + kamar mandi minimum Kamar single : 24 m2 Kamar double : 28 m2 c. Ruangan umum luasnya 3 m2 x jumlah kamar tidur, minimal lobby, bar ( minimal 40 m2 ) ruang makan ( minimal 100 m2 ) d. Pelayanan : akomodasi + penitipan barang berharga + penukaran uang asing + postal service + antar jemput + pelayanan laundry dan dry cleaning dalam waktu 24 jam. e. Fasilitas penunjang antara lain : Ruang lena minimal 0,5 m2 x jumlah kamar tidur Ruang laundry minimal 40 m2 Dry Cleaning minimal 20 m2 35

Dapur minimal 60 % dari seluruh luas ruang makan f. Fasilitas tambahan berupa pertokoan, kantor biro perjalanan, maskapai penerbangan, drug store, ruang konvensi, banquet hall, fasilitas olahraga dan rekreasi, sauna dan pijat. 5. Hotel Bintang V a. Jumlah kamar minimum 96 kamar + 4 suite room b. Ukuran kamar + kamar mandi minimum Kamar single : 24 m2 Kamar double : 28 m2 c. Ruanngan umum luasnya 3 m2 x jumlah kamar tidur minimal lobby, bar ( minimal 75 m2 ) ruang makan ( minimal 135 m2 ). d. Pelayanan : akomodasi + penitipan barang berharga + penukaran uang asing + postal service + antar jemput + pelayanan laundry dan dry cleaning dalam waktu 24 jam. e. Fasilitas penunjang antara lain : f. Ruang lena minimal 0,5 m2 x jumlah kamar tidur
g. h.

Ruang laundry minimal 30 m2 Dry Cleaning minimal 20 m2 Dapur minimal 60 % dari seluruh luas ruang makan Fasilitas tambahan berupa pertokoan, kantor biro perjalanan, maskapai penerbangan, drug store, ruang konvensi, banquet hall, fasilitas olahraga dan rekreasi, sauna dan pijat.

i. j.

III.2

TINJAUAN GREEN ARCHITECTURE III.2.1 Pengertian Green architecture


q

Pengertian green : 1. Hijau

Pengertian architecture : 1. Arsitektur, ahli bangunan ( John M. Echolis dan Hasan Shadily,1989 ) 2. Seni dan ilmu merancang bangunan. Dalam artian yang lebih luas,arsitektur mencakup merancang secara keseluruhan lingkungan binaan, mulai dari level makro yaitu perencanaan kota, perencanaan perkotaan, arsitektur lansekap, hingga ke level mikro yaitu desai perabot dan desain produk. Arsitektur juga 36

merujuk kepada hasil-hasil proses perancangan tersebut. (Sumber : www.wikipedia.com) Dalam pengertian yang lebih mendalam, Green Architecture berarti wawasan arsitektur yang memadukan tidak hanya nilai arsitektur umum ( kekuatan, fungsi, kenyamanan, biaya, estetika ) tetapi juga dimensi- dimensi lingkungan berdasarkan kepedulian tentang lingkungan global alami dengan penekanan pada efisiensi energi ( energi efficient), pola berkelanjutan ( sustainable ), dan pendekatan holistik ( holistic approach ) untuk meminimalkan kerusakan kerusakan yang terjadi.

III.2.2

Makna dan lambang Green architecture

Gb. III.1. Lambang Green Architecture ( Sumber : www.pepperconstruction.com )

Lambang diatas memiliki arti sederhana yaitu : 1. Recycle Pengolahan kembali, yaitu mengupayakan apaun yang digunakan dan dihasilkan pada proses membangun akan dapat diolah untuk didaur ulang agar dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan orang lain. 2. Reduce : Mengurangi pemanfaatan barang-barang yang berasal dari alam. Pengurangan yang dilakukan akan member pengaruh secara global, baik itu keberadaan material itu sendiri di bumi secara kuantitas maupun pengaruhnya terhadap energy saving yang dengan sendirinya berlangsung. 3. Reuse : Penggunaan kembali, yaitu pemanfaatan kembali material yang telah ada, tanpa menekankan ego dalam pemanfaatan material baru akan menghemat energy content yang terbuang 37

III.2.3

Mengapa Harus Green architecture?

Mengapa harus menggunakan green architecture ? tentu saja ada banyak alasan. Meskipun biaya green architecture hampir sama dengan bangunan konvensional, tetapi green architecture lebih estetis, nyaman, dan biaya operasionalnya relative rendah. Green architecture lebih merespon terhadap panas, dingin, atau pencahayaan dalam bangunan. Karena mengkonsumsi sedikit energy, green architecture lebih sedikit polusi. Biaya utilitas yang rendah membuatnya lebih mudah untuk dipenuhi. Selain itu, green architecture lebih sehat karena hampir dari 80% waktu dari penghuni bangunan dihabiskan di dalam bangunan. Beberapa alasan untuk selalu menggunakan Green Architecture dalam mendesain bangunan yaitu : 1. Menguntungkan dari segi ekonomi Green architecture selalu berusaha menggunakan prinsip-prinsip efisiensi terhadap energi, air maupun limbah. Hal ini akan menurunkan biaya operasional dan perawatan bangunan. Berbagai keuntungan-keuntungan tersebut mendorong kesadaran masyarakat untuk menggunakan desain dengan prinsip green architecture. Dalam berbagai proyek bangunan seperti perumahan dengan konsep green architecture, ternyata lebih laku daripada perumahan dengan bangunan konvensional, sehingga lebih menguntungkan bagi pengembang. 2. Menghemat konsumsi energi Dalam ukuran yang sama green architecture akan lebih hemat energi jika dibanding dengan bangunan konvensional. Pengurangan energi hingga 50% cukup mudah untuk dicapai, dan pengurangan sebesar 80%-90% dapat dicapai apabila bangunan didesain dengan baik.

3. Meningkatkan produktivitas Dalam bangunan yang mewadahi para pekerja, penggunaan green

architecture dapat meningkatkan produktivitas sebesar 6%-15% bahkan lebih. Hal ini dikarenakan karena kualitas ruangan yang tercipta lebih baik sehingga para pekerja merasa nyaman dan dapat menyelesaikan pekerjaannya dengan baik dan lebih cepat.

38

4. Ramah terhadap lingkungan Desain yang kurang sesuai dapat merusak lansekap, mengurangi produksi hasil pertanian dan merusak habitat liar. Penggunaan Green Architecture akan menjaga habitat alami dan kealamian lansekap. Penggunaan material secara efisien juga dapat mengurangi kerusakan hutan yang berdampak buruk terhadap lingkungan. 5. Meningkatkan kesehatan Bangunan dengan desain yang kurang baik dapat menurunkan kualitas kesehatan penghuninya. Penyakiy-penyakit yang dapat timbul misalnya ; sakit mata, sakit kepala, sakit telinga, flu yang diakibatkan pencahayaan yang kurang, kualitas penghawaan yang kurang baik, sistem akustik yang buruk. Dalam Green architecture digunakan pencahayaan alami yang dikombinasikan dengan pencahayaan buatan, penghawaan alami, penggunaan material yang bebas racun, dan desain struktur yang ramah lingkungan sehingga gangguan kesehatan akibat kualitas bangunan dapat dikurangi.

III.2.4

Unsur Pokok dalam Green architecture Unsur pokok dalam Green Architecture atau arsitektur hijau mengacu pada pola manusia tradisional yang mengenal empat unsur yang menjadi dasar dari penyusunan segala jenis material yang ada di alam. Elemen-elemen tersebut dianggap sebagai pokok permasalahan dari hubungan timbal balik antara arsitektur [bangunan] dengan lingkungan. Keempat unsur tersebut yaitu : 1. Bumi ( Tanah ) Merupakan sumber bahan bangunan baik bahan bangunan tradisional seperti batu, pasir, tanah liat, logam, sulfur, ataupun bahan bangunan modern seperti semen portland untuk bahan dasar beton, baja, kaca, alumunium, plastik dan bahan sintesis lainnya. Setiap bahan bangunan pada dasarnya merupakan pinjaman yang pada kemudian hari harus kita kembalikan lagi kepada alam. Manusia pada generasi sekarang harus dapat mempersiapkan generasi yang akan datang agar mampu mengembalikan atau mempertahankan bahan bangunan tersebut agar alam tidak mengalami kerusakan. 2. Udara Udara merupakan kebutuhan dasar bagi makhluk hidup untuk bernafas agar tetap hidup. Makin tercemar udara, pernafasan akan semakin sulit dan kualitas 39

kehidupan menurun. Polusi udara juga berdampak buruk pada lingkungan yaitu timbulnya lubang ozon dan pemanasan global. 3. Air Bumi kita terbentuk dari daratan dan perairan. Perairan yang terdiri atas lautan, sungai-sungai, lapisan es pada kutub, serta air bawah tanah mempunyai volume yang dominan yaitu sebesar 1,384x106 km3. Dari banyaknya air tersebut 97,4 % merupakan air asin dan 2,6 % merupakan air tawar. Penggunaan air yang berlebihan serta pencemaran yang terus menerus mengakibatkan penurunan kualitas air. 4. Api ( energi ) Energi selalu dibutuhkan oleh makhluk hidup untuk melakukan aktivitasnya. Pembangkitan energi selalu membebani lingkungan alam. Energi dapat digolongkan menjadi dua yaitu energi yang dapat diperbaharui dan energi yang tak dapat diperbaharui. III.2.5 Kriteria Low Rise Building/Medium Rise Building dan High rise Building dengan prinsip Green architecture Beberapa kriteria yang harus dipenuhi oleh sebuah bangunan Green Architecture : 1. Hemat Energi Isu lingkungan global dengan cadangan energi yang semakin menipis mendorong para arsitek untuk mendesain bangunan yang hemat energi. Hemat energi dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu : a. Konservasi, yaitu penggunaan energi yang efisien, hemat dan realistik. b. Eksplorasi sumber energi alternatif, yaitu energi- energi yang dapat diperbaharui dan tersedia secara gratis di alam serta tidak menimbulkan/ menghasilkan polusi/limbah seperti energi solar (matahari), angin, air (pasang surut, air terjun), bionergi (biogas, bioetanol, biodiesel, biomassa, biofuel, geothermal dan hidrogen. Selain itu juga harus memikirkan keterlibatan energi dalam arsitektur, yaitu : Survei Proses Perancangan Pembukaan dan Penyiapan Lahan Transportasi penyediaan material bangunan 40

Konstruksi (pembangunan) Operasional Penerangan (ruang dalam dan ruang luar) Ventilasi (sistem penyejuk udara, fan) Penyediaan air (minum, sanitasi, mandi, penyiraman) Transportasi ( lift untuk transportasi lokal, kendaraan ) Penyimpanan ( ruang pendingin )

Perawatan berkala Pembersihan Penggantian elemen bangunan Pengecatan

Renovasi besar ( penyesuaian bangunan untuk fungsi baru ) Penghancuran ( bangunan sudah tidak layak digunakan, lahan akan digunajan untuk fungsi baru ) Pengangkutan runtuhan bangunan ke lahan lain.

2. Bekerja dengan iklim Sebelum merancang/mendesain bangunan arsitektur, sebaiknya para arsitek harus mengetahui data iklim bangunan, seperti : garis edar matahari, suhu, angin, kelembaban, dan lainnya dan perlu dicatat bahwa data-data tersebut merupakan data iklim mikro setempat, bukan iklim global/makro yang merupakan rata-rata dari iklim makro tersebut. Data-data tersebut akan sangat berguna bagi desain arsitektural, yang nantinya akan berkaitan satu sama lain dengan prinsip-prinsip green architecture lainnya. 3. Respek pada calon pengguna Pengguna adalah pemilik dan penghuni (yang menempati bangunan tersebut ). Arsitek sebelum mendesain harus mengetahui detil kegiatan-kegiatan dan menganalisis kegiatan apa saja yang akan berlangsung dan harus terwadahi di dalam bangunan tersebut nantinya mulai dari bagaimana proses kegiatan tersebut berlangsung hingga waktu yang dibutuhkan untuk melakukan kegiatan tersebut, para arsitek juga harus memahami aspirasi pemilik/pengguna yang bertujuan meminimalisir kemungkinan terjadinya kesalahan desain yang berakibat pada ketidaknyamanan pengguna. 41

4. Meminimalkan penggunaan sumber daya alam baru Eksplorasi sumber daya alam yang terus menerus akan sangat merugikan lingkungan alami. Penggunaan sumber daya alam baru dapat diminimalkan dengan cara : a. Recycle space Yaitu penggunaan kembali ruang-ruang yang tidak terpakai menjadi ruang-ruang dengan fungsi baru. Hal ini bertujuan untuk meminimalkan penggunaan material baru jika ruang-ruang tersebut dihancurkan. b. Recycle material yaitu penggunaan kembali material-material yang terbuang/tidak terpakai. Misal : pada bangunan yang dihancurkan karena struktur yang berbahaya, elemen-elemen seperti pintu, jendela, dan lainnya dapat digunakan kembali pada bangunan baru. Selain itu dapat pula digunakan material daur ulang dari dunia non arsitektur. 5. Bekerja dengan site/tapak terpilih Potensi site harus dimanfaatkan secara optimal. Elemen yang berharga seperti tumbuhan, air, dan tanah digunakan secara maksimal, jangan malah merusaknya. Selain itu bangunan juga harus menghormati elemen-elemen berharga disekitarnya misal :terletak di area konservasi, bersejarah, waterfront, dan lain-lain. 6. Pendekatan secara holistik Mencari data, menganalisis, dan berfikir secara multidisiplin (tidak hanya menekankan pada ilmu arsitektur), untuk mendapatkan bangunan Green Architecture ego seorang arsitek harus ditekan, karena kerjasama yang baik dengan ilmu yang berbeda akan mampu menghasilkan karya yang lebih baik. arsitek yang baik selalu belajar dari arsitek-arsitek sebelumnya adalah ungkapan yang sering digunakan, namun yang terbaik adalah the greatest arsitek learn from everythings. III.2.6 Penerapan prinsip Green architecture III.2.6.1 Green siting and land use Tahap pertama yang harus dilakukan dalam mendirikan sebuah bangunan adalah menentukan site yang sesuai dengan konsep green siting dan sesuai dengan tata guna lahan yang sudah ada. Hal ini bertujuan untuk menggabungkan 42

desain dan konstruksi dengan melakukan modifikasi antara site dan bangunan untuk mencapai kenyamanan secara maksimal dan efisiensi dalam mengoperasionalkan bangunan.1 Adapun aspek-aspek yang harus diperhatikan dalam memilih dan mengolah site yang baik yaitu : III.2.6.1.1 Site and land use efficiency Kecenderungan masyarakat akhir-akhir ini adalah membangun rumah atau bangunan dengan lahan yang besar. Hal ini telah menjadi semacam gaya hidup untuk menunjukkan kesuksesanmereka. Bangunan besar membutuhkan jumlah energi yang semakin besar. Energi yang difunakan biasanya berasal dari pembakaran bahan bakar fosil. Hal ini berdampak negatif menghabiskan sumber daya alam dan memancarkan gas rumah kaca serta polusi ke udara. Semakin besar bangunan, berarti semakin besar pula kebutuhan material untuk konstruksi. Hal ini tentunya juga berdampak buruk terhadap lingkungan yang dieksploitasi secara terus menerus. Suatu bangunanhendaknya menggunakan ruang-ruang secara efisien, mempunyai organisasi ruang yang baik dan teratur serta menjaga kepemilikan bangunan secara terkendali. Dengan demikian penggunaan sumber daya dapat ditekan seminimal mungkin. Pengolahan site pada saat proses perancangan juga harus

memperhatikan ketetapan perbandingan antara KDB dan KDH dalam konteks green architecture. Banyak orang yang memiliki pemahaman berbeda-beda dalam hal ini. Ada yang beranggapan bahwa besaran volume bangunan (koefisien dasar bangunan/KDB) harus lebih kecil dari koefisien dasar hijau (KDH) pada total luas lahan. Sesuai standard, perbandingan KDB (50-70%) dan KDH (30-50%) yang seimbang diharapkan mampu mewujudkan hunian ideal dan sehat secara konsisten. (sumber : www.beritaiptek.com, 4-10-2007). Dalam mendirikan bangunan, sebisa mungkin perlu dihindari pembukaan lahan baru untuk mendirikan bangunan. Terutama pada lahan-lahan yang diperuntukkan sebagai lahan pertanian dan lahan konservasi. Menggunakan lahan yang sudah ada dan sesuai dengan tata guna lahan akan lebih efisien dibandingkan dengan membuka lahan baru, selain itu dapat menjaga kelestarian

www. Doerr.org. 25-9-2007

43

hutan dan lahan pertanian sehingga keseimbangan ekosistem tetap terjaga (sumber :www.doerr.org, 23-09-07). III.2.6.1.2 Healthy Site Site yang dipilih sebaiknya memperhatikan factor-faktor yang

mempengaruhi kesehatan penghuni di dalamnya. Berikut merupakan table analisis site menurut factor kesehatan :

Analisis Site Menurut factor kesehatan Nilai Sumber-sumber kebisingan di lingkungan site Uraian Pembatasan Nilai yang dianggap baik : 25-35 dB (decibel) pada waktu malam 30-40 dB (decibel) pada waktu siang hari di kamar duduk Pengaruh oleh lingkungan buatan Instalasi yang mengganggu : Kawat Listrik 220V-400kV Transformator-transformator listrik Kereta api listrik Radio, radar, dan televise (frekuensi tinggi dan gelombang mikro 100100.000MHz Pengotoran udara di lingkungan site Disamping asap dank abut atau gas, timbul juga gangguan oleh bau, misalnya : bau harum, pembusukan, peragian, zat pelerang, zat klor, zat lemas dan sebagainya. Sinar kosmik, bumi yang berhubungan dengan atmosfer alternative Sinar kosmik yang berhubungan dengan bumi dan atmosfer Sinar kosmik : sinar matahari, sinar ultra violet, infra merah, frekuensi tinggi, dan rendah. Sinar yang berhubungan dengan atmosfer : Gaya magnet bumi, medan listrik udara, radio aktivitas alam dan buatan. Sinar yang berhubungan dengan bumi : Gangguan geopatik, aliran air di bawah tanah, kerusakan dan kelabilan geologic, perubahan dalam kemagnetan bumi, daerah geomantik

44

Tabel III.1. Analisa Site Menurut Faktor Kesehatan (Sumber : Frick, Heinz, 1995)

III.2.6.1.3 Transport Orientation Polusi dan dampak lingkungan dari pemakaian mobil dapat dikurangi dengan menempaykan bangunan di lokasi yang dekat dengan akses transportasi umum, jalur sepeda, dan akses pejalan kaki menuju fasilitas umum. Konstruksi jalan yang baik juga akan menghemat biaya karena terhindar dari biaya-biaya perbaikan jalan. (sumber : www.doerr.org, 23-9-2007)

Gb. III. 2. Bangunan dengan akses langsung ke jalan umum (Sumber : www.greenhouse.gov.au , 5-1-2007)

III.2.6.1.4 Solar Orientation Orientasi matahari di dalam site menentukan orientasi bangunan di dalam site. Orientasi bangunan digunakan untuk menghasilkan kantong sinar matahari (sun pocket) yaitu kondisi dimana matahari berada dalam integritas paling rendah. Sesuai dengan siklus terbit dan tenggelamnya matahari serta mempunyai sudut jatuh yang kecil. Dengan demikian area yang tersinari aka lebih besar dan integritas radiasinya akan lebih rendah.

Gb. III. 4. Skematik desain berdasarkan orientasi matahari dan arah angin

45

III.2.6.1.5 Wind Orientation Dalam penggunaannya untuk orientasi bangunan, bukaan-bukaan dalam bangunan dimaksimalkan pada sisi utara. Jendela-jendela yang besar dan ventilasi diperbanyak pada sisi barat laut, sehingga pada musim hujan angin yang sejuk dapat masuk dengan leluasa kedalam bangunan. Bukaan pada sisi selatan sebaiknya dihindari khususnya pada permukaan yang selalu terkena raiasi matahari pada saat intensitas tinggi ( Sumber : SENVAR IV, Better Living Environment 2005 ). Menggunakan system air pump ( pemompaan angin ) dan cross ventilation untuk mendistribusikan udara yang bersih dan sejuk kedalam ruangan. Caranya dengan membuat jendela diatas atap ( cerobong ) untuk menciptakan tekanan udara yang cukup tinggi diatas bangunan supaya udara panas yang ada didalam ruangan naik dan keluar keatas, tekanan udara dalam ruangan menjadi rendah dan udara dari luar ruangan yang lebih segar akan masuk kedalam ruangan.2 Sehingga penggunaan AC ( Air Conditioner ) dapat dikurangi

Gb. III. 5. Pola Sirkulasi Udara menurut jumlah dan letak ventilasi (Sumber : Y.B. Mangunwijaya)

III.2.6.1.6 Vegetative Cooling Ada empat faktor yang berpengaruh terhadap kenyamanan manusia, yaitu panas matahari (solar radiation), suhu udara, kecepatan angin, dan kelembaban. Pada iklim tropis, suhu dan kelembaban sangat berperan dalam menentukan faktor kenyamanan. Tumbuh-tumbuhan mempunyai kemampuan sebagai pengendali factor-faktor tersebut di atas.

Panitia seminar Arsitektur Surya , ( 2000 ), kumpulan makalah Arsitektur Surya, UK Petra, Surabaya.

46

Fungsi tanaman sebagai pengendali kelembaban dan suhu lingkungan yang terkait langsung dengan siklus hidrologi yang dialami tanaman. Proses tersebut adalah proses evapotranspirasi yaitu proses penguapan air dari tanah lewat permukaan daun. Karena tumbuhan dapat berperan sebagai absorban radiasi matahari dan untuk proses evapotransporasi tersebut memerlukan panas, maka tanaman dapat menurunkan suhu lingkungannya.

Gb. III. 6. Hubungan Jarak dari permukaan tanah pada suatu naungan pohon dengan kerapatan dan jenis yang relative sama dengan tingkat kelembaban dan suhu udara (sumber : SENVAR IV, Better Living Environment, 2005 )

Gb. III. 7. Pohon melindungi bangunan dari panas matahari disekitarnya (Sumber: Frick, Heinz 2005)

Gb. III. 8. Aliran udara pada bangunan dengan pohon disekitarnya (Sumber : Frick, Heinz 2005)

47

Landscaping dapat dilakukan secara vertical maupun horizontal. Jenis-jenis landscaping yang dapat diterapkan dalam desain : 1. Vertical Landscaping Vertical Landscaping adalah penghijauan pada bangunan bertingkat tinggi. Vertical landscaping mempengaruhi bangunan. kegunaan iklim-mikro angin pada pada sama fasade seperti

Pemecah vegetasi

Ground-plane,

menyerap polusi CO dan CO2, menyediakan oksigen dari hasil fotosintesis, dan mengurangi beban pendinginan sebanyak 8% dari
Gb. III. 9. Vertical Landscaping (sumber: Yeang, Ken 1999)

peningkatan 10% di area vegetasi. 2. Green Roof

Green roof adalah atap dari bangunan yang sebagian atau seluruh bagiannya ditutupi oleh vegetasi, tanah, atau suatu media tanam yang ditanam diatas suatu lapisan tahan air. (sumber : www.wikipedia.org. 10-2007)

Gb. III. 10. Pengaplikasian green roof (Sumber : www.3Darchitect.com)

Green roof dapat memberikan perlindungan terhadap sinar matahari di musim kemarau dan mengkondisikan micro-climate pada musim dingin

Gb. III. 11. Green roof dan lapisan penyusunnya (Sumber : www.usemenow.com.20-3-2007)

48

Green Roof kelebihan Mengurangi polusi udara Kelemahan Memerlukan desain khusus pada struktur atap agar dapat menahan beban Melindungi material atap di bawahnya Lebih mahal disbanding atap biasa karena memerlukan konstruksi dan perawatan khusus Mengurangi perpindahan kebisingan dari luar bangunan ke dalam bangunan Melindungi bangunan dari suhu yang sangat kuat Menyaring polusi dari air hujan
Tabel III. 2. Kelebihan dan kelemahan green roof (sumber : analisa pribadi)

Klasifikasi Green Roof


Intensive and Extensive Green Roof Karakteristik Image Intensive Green Roof Extensive Green Roof

Tanah Vegetasi

Membutuhkan kedalaman min 30 cm Digunakan untuk pohon besar, semak belukar,(memerlukan perawatan dengan baik)

Hanya membutuhkan min 2,5 cm Digunakan untuk ground cover dan rumput

Beban

Membebani struktur 80-150 pon/sq.ft

Membebani struktur 12-15 pon/sq.ft tergantung dari karakteristik tanah dan jenis substrat yang digunakan

Akses Perawatan

Dapat diakses dengan mudah Memerlukan perawatan khusus

Biasanya tidak diakses untuk umum Pemeliharaan dilakukan secara berkala tiap tahun

Drainase

Memerlukan system irigasi dan drainase yang kompleks


Tabel III. 3. Klasifikasi Green roof (Sumber : www.epa.gov, 20-5-2007)

Menggunakan system drainase dan irigasi sederhana

49

3. Ground cover Tanah halaman dan jalan-jalan taman disekitar bangunan merupakan bidang penerima sinar yang terbanyak. Oleh karena itu jangan memakai pelat-pelat beton atau batu penutup yang mudah menjadi panas dan memancarkan panas ke dalam bangunan. Pemakaian ground cover dapat menjadi alternative yang baik. Ground cover merupakan sebutan untuk tanaman yang ukurannya tidak terlalu tinggi ( paling tinggi 15 cm ) dan tumbuhnya menutupi permukaan tanah tempatnya berada. Karena tergolong tanaman kecil, akar ground cover pada umumnya berbentuk serabut. Serabut-srabut akar inilah yang akan mengikat tanah sehingga pada saat turun hujan, tanah tidak menjadi becek. Pada musim panas, tanah yang diberi ground cover lebih dingin bila dibandingkan dengan tanah yang tidak diberi ground cover III.2.6.1.7 Water Cooling Badan air dalam bentangan alam sangat berpengaruh terhadap iklim mikro. Pada aplikasi dalam merancang suatu tapak, badan air (kolam atau danau) dapat direncanakan pada area dimana mendapat penyinaran radiasi sinar matahari. Dengan demikian panas matahari yang sedang terik-teriknya akan diserap oleh badan air, sehingga suhu disekitarnya akan turun. Selain itu, penggunaan air juga dapat ditempatkan dalam suatu bangunan atau kompleks bangunan. Penurunan suhu dan penaikan lelembaban udara dapat ditingkatkan dengan memuncratkan air ke udara (water fountain) untuk menambah butir-butir air di udara sekaligus sebagai elemen estetis tambahan dalam desain lansekap ( Sumber : SENVAR IV, Better Livung Environment, 2005 )

Gb. III. 12. Water cooling (Sumber : Analisa Pribadi)

50

III.2.6.2

Green Building design

Yaitu prinsip-prinsip Green Architecture yang diterapkan di dalam mendesain bangunan, diantaranya adalah : III.2.6.2.1 Dalighting ( Pencahayaan Alami) Daylighting adalah memasukkan cahaya alami melalui suatu celah atau jendela untuk mengurangi atau menghapuskan pemakaian lampu elektrik. Dengan menyediakan suatu mata rantai yang dinamis dan terus menerus dengan memanfaatkan iliminasi dari luar ruangan, daylighting dapat membantu terbentuknya rangsangan visual dan menciptakan lingkungan yang produktif bagi penghuni sekaligus mengurangi biaya energy. 1. Keuntungan daylighting : a. Meningkatkan nilai daur-hidup Pada suatu perhitungan kenaikan biaya didapatkan bahwa kenaikan mencapai harga sebesar $0.50-$0.75 / sq.ft pada ruangan dengan cahaya redup. Daylighting dapat menyimpan $0.05-$0.20 setiap tahun. (sumber : www.wbdg.org, 8-3-2007) b. Meningkatkan produktivitas Daylighting juga membuat orang lebih sehat dan produktif. Hal ini dikarenakan adanya jendela-jendela yang dapat memperlihatkan pemandangan di luar bangunan sehingga orang yang bekerja di dalamnya tidak mengalami kejenuhan dan dapat bekerja lebih baik c. Mengurangi Emisi Dengan mengurangi kebutuhan akan konsumsi elektris untuk penerangan dan pendinginan, penggunaan daylighting dapat mengurangi gas rumah kaca dan melambat penghabisan bahan bakar fosil. (sumber : www.wbdg.org, 8-3-2007) d. Mengurangi biaya operasional Lambu penerangan elektrik menggunakan 35-50% dari total energy listrik di dalam bangunan komersial. Dengan menimbulkan sisa pemanasan, penerangan ini juga menambah beban mesin pendingin bangunan. Hal ini dapat dikurangi dengan menggunakan daylighting yang dapat mengurangi beban pendinginan bangunan sebanyak 10-20%. (sumber : www.wbdg.org, 8-3-2007) 2. Factor-faktor yang mempengaruhi daylighting : a. Posisi matahari terhadap bangunan 51
Gb. III. 13. Day Lighting (Sumber : eere.energy.gov, 8-3-2007)

Letak dan posisi matahari berbeda setiap bulannya, oleh karena itu pembayangan yang dilakukan harus ditentukan pada bulan terpanas agar efektif. Posisi matahari didefinisikan berdasarkan sudut altitude (g) dan azimuth (a). Kedua sudut tersebut dapat diprediksikan berdasarkan tanggal dan jam penyinaran dengan menggunakan solar chart atau sun path diagram sehingga dapat diperkirakan kapan saat memasukkan sinar matahari dan kapan saat menghalaunya. b. Letak dan dimensi bukaan pada bangunan Dimensi bukaan mempengaruhi kuantitas penetrasi cahaya langit ke dalam ruang. c. Orientasi bangunan untuk meminimalkan akumulasi panas Orientasi bangunan dan ruang mempengaruhi banyaknya cahaya yang diterima. Bila ruang tegak lurus dengan sumber cahaya matahari, semakin terang cahaya yang masuk akan tetapi ruang akan terasa lebih panas.

3. Konsep daylighting Penggunaan pencahayaan alami pada interior bangunan seringkali mengalami kesulitan karena distribusinya sangat sulit untuk dicapai dan tidak merata. Oleh karena itu desain harus dilakukan secara tepat. Perencanaan daylighting sebaiknya menggabungkan ahli dari berbagai cabang ilmu yang berkaitan seperti arsitektur, mesin, listrik dan pencahayaan. Tim desain sebaiknya memastikan agar daylighting benar-benar dipakai dalam keseluruhan desain. Adapun konsep-konsepnya adalah : a. Permasalahan visual dan tampilan

Veiling Reflections (menyelubungi pemantulan) Menyelubungi pemantulan pada sumber cahaya dengan penerangan yang tinggi. Pemantulan juga harus segera dicegah bila terjadi gangguan pada aspek visual.

Distribution (distribusi) Menggunakan daylighting sebanyak mungkin pada interior bangunan. Mata manusia dapat melakukan penyesuaian pada tingkat yang tinggi pada cahaya sama panjang dengan distribusinya. Secara umum, cahaya yang sampai secara tidak langsung (misal : cahaya yang dipantulkan dari dinding putih akan menyediakan kualitas pencahayaan yang lebih baik dibandingkan dengan cahaya langsung dari sumber alami maupun buatan.

Glare (silau) 52

Tujuan dari desain daylighting yang efisien tidak hanya untuk menyediakan tingkat pencahayaan yang cukup untuk tampilan yang bagus. Tetapi juga untuk menciptakan kenyamanan dan kepuasan atmosfer. Silau atau kekontrasan sinar berlebihan dalam pandangan adalah aspek yang menyebabkan ketidaknyamanan pada penghuni. Mata manusia dapat berfungsi cukup bagus melebihi cakupan luas dari pencahayaan lingkungan, namun tidak berfungsi baik jika terdapat kekontrasan pencahayaan yang sama dalam setiap sudut pandang.

Variety (variasi) Beberapa kontras dalam tingkatan brightness mungkin diinginkan dalam suatu keefektifan ruangan. Warna cahaya yang pudar dalam pencahayaan dapat mendorong kea rah kelelahan dan dapat mengurangi konsentrasi sehingga menciptakan lingkungan yang kurang produktif.

b. Daylighting yang baik memerlukan perhatian pada aspek kualitatif dan kuantitatif pada desain. Pastikan kombinasi dari pencahayaan alami dan pencahayaan buatan cukup untuk kebutuhan yang diperlukan. c. Agar efektif, daylighting harus dikombinasikan dengan desain pencahayaan elektrik. Selain ituagar hemat energy, daylighting perlu digabungkan dengan pengontrol pencahayaan elektrik yang efisien. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam perancangan menggunakan daylighting : 1. Perbandingan luas bukaan 20% dari luas lantai 2. Perbandingan tinggi jendela dengan kedalaman ruang. Kedalaman ruang yang masih memungkinkan penggunaan pencahayaan alami secara efektif adalah 2,5 kali ketinggian ruang untuk hunian dan 1,5 kali ketinggian ruang untuk kantor. 3. Batas kedalaman ruang Frank Lloyd Wright menyarankan 6m sebagai batas ke dalam ruang untuk pencahayaan alami, sedangkan britis planning legislation dan Ken Yeang menyarankan dilakukan pada bangunan dengan perbandingan luas bukaan dengan luas dinding sebesar 15-20%. Berikut merupakan zona pencahayaan pada ruang :

Primarily daylight zone sedalam 4,5m dari bukaan, sumber cahaya utama berupa cahaya alami atau daylight. 53

Partially daylight zone 4-5m berikutnya (9m dari bukaan), sebagian memerlukan pencahayaan buatan.

Primarily artificial light zone, lebih dari 9m dari bukaan, membutuhkan penerangan buatan

4. Rekomendasi desain a. Meningkatkan batas dari luas daerah yang menggunakan daylighting untuk memaksimalkan pencahayaan. b. Membiarkan penetrasi daylighting yang tinggi di dalam ruang. Tempatkan jendela dalam posisi yang tinggi di dinding atau di atap untuk menghasilkan penetrasi cahaya yang lebih ringan dan menghindari pencahayaan yang berlebihan. c. Pencerminan daylighting dalam ruang untuk meningkatkan terang dalam ruangan. d. Langit-langit berbentuk serong dapat digunakan untuk memasukkan cahaya lebih banyak ke dalam ruangan e. Memberikan filter daylight. Cahaya langsung yang sangat tajam dapat dikurangi intensitasnya dengan memberikan filter berupa vegetasi, tirai, kisikisi, atau benda lain sejenis yang mampu mendistribusikan cahaya.

Gb. III. 14. Jendela dengan shading (Sumber : Dokumen pribadi)

f.

Memanfaatkan orientasi matahari untuk mendapatkan manfaat yang lebih baik bagi daylighting.

5. Material dan Konstruksi daylighting a. Shading Di iklim yan panas, shading yang dipasang di bagian eksterior bangunan dapat bekerja dengan baik untuk mengurangi panas dan mendistribusikan cahaya ke daam ruangan. 54

b. Material kaca Metode termudah yang digunakan untuk memaksimalkan daylighting di dalam ruangan adalah dengan memasang material kaca. Namun demikian, sebelumnya perlu dipahami criteria berikut untuk menegoptimalkan system penetrasi. U-Value Menciptakan tingkat pemindahan kalor dalam kaitannya dengan perbedaan temperature melalui pemasangan material kaca. Shading Coefficient (SC) Merupakan perbandingan dari panas matahari pada perakitan kaca terhadap pemasangan kaca ganda da kaca tunggal. Visible Transmttance (Tvis) Merupakan ukuran banyaknya cahaya yang dipancarkan memalui pemasangan material kaca

Gb. III. 15. Visible transmittance (sumber : www.wbdg.org, 8-3-2007)

Untuk bangunan dengan skala besar di beberapa iklim dianjurkan penggunaan kaca dengan nilai SC sedang dan Nilai VT yang cukup tinggi. c. Perletakan Lubang Cahaya Strategi pencahayaan yang sederhana membiarkan daylighting untuk memasuki ruang dan juga menyediakan kemudahan pandangan dan ventilasi. Hal yang penting untuk diperhatikan yaitu kedalaman penetrasi daylighting adalah sekitar 2 atau 1 kali jarak antara bagian puncak jendela dengan ambang pencahayaan.

55

d. Faktor refleksi permukaan ruang Nilai factor refleksi untuk permukaan ruang akan berdampak secara signifikan terhadap kualitas tampilan daylighting dan harus dijaga setinggi mungkin. Hal ini untuk menjaga factor refleksi di langit-langit melebihi 80%, dinding melebihi 50%, dan lantai meliputi 20%. Pada kebanyakan jenis ruang, factor refleksi lantai memiliki sedikit pengaruh pada penetrasi daylighting. e. Pengabungan dengan alat control pencahayaan elektrik Desain pencahayaan daylighting yang sukses tidak hannya dari segi arsitektural, tetapi juga harus digabungkan dengan system pencahayaan elektrik. Dengan menambahkan alat pengontrol, penghuni dapat

menyesuaikan tingkatan daylighting dengan kebutuhan. Tiga jenis alat control di pasaran meliputi : Switching controls Terdiri dari tombol on/off untuk memadamkan pencahayaan elektrik ketika daylighting cukup untuk memenuhi kebutuhan pencahayaan, dan menghidupkan pencahayaan elektrik ketika daylighting dirasa kurang. Stepped controls Menyediakan level menengah pada pencahayaan elektrik dengan mengontrol lampu tunggal dalam pencahayaan. Dimming controls Secara berkala melakukan penyesuaian pencahayaan elektrik dengan mengatur masuknya energy ke dalam lampu untuk melengkapi tingkat iliminasi yang disediakan oleh daylighting.

Gb. III. 16. Daylighting contribution (sumber : www.wbdg.org, 8-3-2007)

56

Strategi-strategi tersebut sebaiknya diintegrasikan dengan system manajemen bangunan untuk mendapatkan keuntungan dari system pengendali secara keseluruhan didalam bangunan. Agar mendapatkan keuntungan penuh dari daylighting dan mencegah daerah gelap (dark zone) perencana harus merencanakan system rangkaian dengan baik. f. Sistem pengontrol lainnya Sebagai tambahan dari pengontrol daylighting, alat control elektrik lainnya perlu ditambahkan untuk mendapatkan biaya yang efektif, diantaranya meliputi penggunaan : Occupancy controls Gunakan inframerah, ultrasonic atau tekhnologi gelombang mikro, sensor pemilik untuk menghidupkan atau memadamkan lampu. Ini dapat menghemat 10-50%. Timer Alat ini digunakan untuk mengatur waktu menghidupkan dan menyalakan lampu. Alat ini juga efektif untuk menghemat biaya. III.2.6.2.2 Natural Ventilation (ventilasi alami) Ventilasi alami adalah proses memasukkan udara ke dalam bangunan dan mengeluarkan udara ke luar bangunan secara alami, hal ini dilakukan dengan memanfaatkan sifat udara yang mengalir dari tekanan tinggi ke tekanan yang lebih rendah. Penggunaan ventilasi alami dapat menghemat konsumsi energy di dalam bangunan akibat pengguanaan AC, kipas angin, dan lain-lain. (sumber :www.wikipedia.com, 21-3-2007). Selain itu, terus menerus dalam ruangan tanpa ventilasi alami yang mengalirkan udara segar masuk ruangan dapat berdampak buruk bagi kesehatan,karena manusia memiliki kebutuhan akan udara segar dengan standard 17-26 m3 /jam/orang (van straiten, 1967) Jenis-jenis ventilasi alami : 1. Wind Driven Ventilation Aliran angin mengakibatkan tekanan positif pada arah datangnya dan tekanan negative pada sisi keluarnya. Untuk menyeimbangkan tekanan ini udara luar akan mengisi bukaan dan mengikuti aliran angin.

57

2. Stack effect ventilation Berupa pemisah/ celah kecil pada komponen upper structural bangunan atau cladding yang dapat meningkatkan eksfiltrasi udara panas dalam jumlah yang significan. 3. Thermo-shippon effect Menggunakan prinsip yang sama dengan stack effect, hanya saja pemanasan udara dibantu oleh cahaya matahari. Variasi dari system ini adalah solar chimney dan atrium spaces.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam perancangan ventilasi alami : Menggunakan prinsip ventilasi silang (cross ventilation) Dalam cross ventilation bukaan dapat diletakkan di dua sisi dinding yang berhadap-hadapan dapat pula pada sisi yang saling tegak lurus. Jika bukaan hanya memungkinkan pada satu sisi, udara dapat dialirkan keluar ruangan melalui lorong kemudian dialirkan melalui innercourt yang terbuka ke atas. Sebaiknya pada cross ventilation diberikan bukaan bawah dan bukaan atas di kedua sisi. Bukaan bawah memungkinkan udara dingin ke dalam rumah, sedangkan bukaan atas berfungsi mengeluarkan udara panas. Untuk mencegah masuknya serangga dan binatang lain dapat diberikan kawat kasa.

Gb. III. 17. Cross ventilation (Sumber: materi kuliah fisbang I)

58

Mengatur arah bukaan jendela Jumlah udara yang melewati jendela tergantung dari area distribusi

vertical dari bukaan. Jenis-jenis arah bukaan pada jendela : a. Jendela dengan arah bukaan horizontal Jendela dengan arah bukaan horizontal memiliki kapasitas ventilasi paling tinggi. Adapun kriteria perancangannya adalah sebagai berikut : Untuk sisi ventilasi tunggal, letakkan jendela setinggi mungkin untuk membuang udara panas di langit-langit Udara yang masuk melalui jendela diarahkan menuju langit-langit agar pendinginan dapat efektif. b. Jendela dengan arah bukaan vertical Jendela dengan arah bukaan vertical mempunyai kapasitas udara yang lebih sedikit dibandingkan dengan jendela yang mempunyai arah bukaan vertical. Namun demikian, jendela jenis ini dapat digunakan sebagai pengarah angin yang melalui fasade bangunan. c. Casement window (jendela dorong) Jendela ini memiliki keuntungan yang hampir sama dengan jendela bukaan vertical tetapi lebih peka terhadap hembusan keras. Kriteria perancangan casement window : Membuka pada arah dating angin bila digunakan untuk memasukkan angin Membuka menjauhi arah datang angin bila digunakan untuk mengeluarkan angin Menggunakan alternative desain lain apabila arah bukaan jendela tidak dapat diatur dengan bebas a. Menggunakan sirip vertical pada ruangan yang hanya memiliki satu dinding luar b. Menyediakan dua jendela terpisah dibagian atas dan bawah dinding. Pemisahan vertical antara bukaan kira-kira 152,4 cm, ventilasi efektif sampai 2,5 kali ketinggian langit-langit. Menggunakan jendela yang responsive terhadap kebisingan

59

Pada lingkungan perkotaan, perlu dipertimbangkan factor kebisingan yang dapat masuk ke dalam bangunan melalui bukaan ventilasi. Untuk mengurangi kebisingan, bukaan sebaiknya dibuat pada arah yang tidak mendapat kebisingan secara langsung. III.2.6.2.3 Indoor air quality (IAQ) Indoor air quality merupakan factor penting bagi penghuni bangunan karena dapat berpengaruh terhadap kesehatan, kenyamanan dan produktivitas penghuni. IAQ dipengaruhi oleh kontaminasi mikrobia (jamur, bakteri), bahan-bahan kimia(carbonmonoxide, radon), bahan-bahan penyebab alergi, dan massa atau alat penekan energy yang dapat mempengaruhi efek kesehatan. Kebanyakan penghuni bangunan menghabiskan sekitar 90% waktunya di dalam ruangan. Menurut penelitian Environmental Protection Agency (EPA) dan lainnya menunjukkan bahwa tingkat polusi di dalam ruangan seringkali lebih tinggi 10-100 kali daripada diluar ruangan. (Sumber : www.environmentalexpert.com, 25-12-2007) 1. Penyebab permasalahan kualitas udara di dalam ruang : a. Adanya sumber polusi di dalam rumah b. System ventilasi yang kurang dirawat c. Penggunaan bangunan yang tidak direncanakan dengan baik ketika bangunan sedang direnovasi 2. Sumber polusi udara dalam bangunan : a. Asap rokok b. Formaldehyde dari produk berbahan dasar kayu c. Bahan organic dari material bangunan, karpet, peralatan kantor, bahan pembersih, penyegar udara, cat, lem, mesin fotokopi dan percetakan. d. Kontaminasi biologis dari system ventilasi yang kotor, dinding yang rusak dan lembab, atap dan karpet yang kotor. e. Pestisida 3. Cara menciptakan indoor air quality yang baik (sumber : www. greenhouse.gov.au, 2512-2007) : a. Eliminate Mengidentifikasi penyebab permasalahan udara dan sedapat mungkin menghindari pemakaian material yang berdampak negatif. Cara mengeliminasi polutan:

60

1. Ketika bangunan sedang direnovasi, arsitek harus memperhatikan indoor air quality. 2. Menggunakan material alami yang mampu mengontrol hama sekaligus mempunyai kandungan racun yang rendah. 3. Selalu melakukann pengecekan terhadap material dan segera melakukan tindakan bila terdapat unsur-unsur berbahaya dalam material tersebut. b. ventilate Jika udara segar yang masuk ke dalam bangunan terlalu sedikit akan menyebabkan permasalahan yang mempengaruhi kenyamanan dan kesehatan. Ketika bangunan berada di tepi jalan atau kawasan industri diperlukan suatu filter untuk menyaring debu. Filter juga berguna untuk penghuni bangunan yang mempunyai kepekaan tinggi terhadap bahan-bahan kimia. Ventilasi yang buruk dapat ditandai dengan adanya kondensasi pada dinding atau jendela, pada ruangan yang berbau, dan ruangan yang berdebu. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam sistem ventilasi (Sumber: Andi Nusa Patria, 1998):

Meletakkan ventilasi di tempat yang tinggi dan ternaungi Mengurangi pemasukan udara pada jam-jam dengan aktivitas lalu lintas yang padat

Mengurangi pemasukan udara pada saat polusi tinggi atau arah angin dari bangunan berpolusi menuju ke bangunan

Merencanakan sabuk perlindungan berupa tembok atau dinding

c. Separate Material yang bermasalah dapat dipisahkan dengan penggunaan mantel atau penutup lainnya. Untuk produk kayu dapat dilakukan pelapisan lagi di atasnya. Untuk bahan-bahan yang tidak dapat dipisahkan, dapat diantisipasi dengan melapisi bahan tersebut dengan cat yang bebas racun atau bahan berbahaya. d. Absorb Meletakkan tanaman-tanaman tertentu yang dapat menyerap bahan-bahan berbahaya di dalam ruangan. Polutan Formaldehyde Sumber Insulasi foam Plywood Particle board Solusi Chrysantemum Azalea Dieffenbachia 61

Karpet Furnitur Kain/tekstil Kertas Pembersih Anti air Benzene Serat sintetik Plastik Tinta Asap rokok Minyak Karet Deterjen Cat Vernis Lem Tinta

Philodendron Spider Plant Golden Photos Bambu Jagung Lidah Mertua Chrysantemum Gerbera daisy Marginata Peace Lily Wameckei Janet Craig English Ivy Chrysantemum Gerbera daisy Peace Lily Wameckei

Tricholroethylence

Tabel III.5 Tumbuhan yang dapat menyerap polusi udara (Sumber: Pilatowicz, 1995)

III.2.6.2.4

Building Envelope Buiding Envelope atau kulit bangunan terdiri dari material struktur dan finishing

ruangan, memisahkan sisi dalam dan luar bangunan. Kulit bangunan harus seimbang pada ventilasi dan daylighting untuk menyediakan perlindungan suhu dan kelembaban pada kondisi iklim di dalam site. Kulit bangunan adalah faktor utama yang menentukan banyaknya biaya operasional bangunan yang dibutuhkan. Agar desain berhasil, perancang harus menggabungkan desain kulit bangunan dengan elemen desain lainnya yang meliputi: pemilihan material, daylighting, passive solar design, HVAC, dan rencana elektrikal. Hal terpenting yang paling mempengaruhi desain kulit bangunan adalah iklim. Perbedaan iklim yang berpengaruh terhadap desain. Faktor kedua yang berpengaruh adalah kegiatan apa yang diwadahi dalam bangunan tersebut. Jika aktivitas dan peralatan yang terdapat di dalam bangunan memiliki nilai panas yang tinggi, beban termal justru lebih banyak secara internal daripada secara eksternal (dari matahari). Hal-hal yang harus diperhatikan dalam mendesain buiding envelope: 1. Pertimbangan iklim a. mengolah data-data iklim di dalam site
l

Pada iklim panas kering gunakan material dengan nilai masa termal tinggi.

62

Pada iklim panas lembab gunakan material dengan kapasitas thermal yang rendah

Pada iklim sedang gunakan material berdasarkan lokasi dan strategi pemanasan/pendinginan yang akan digunakan.

Pada iklim dingin gunakan penghambat angin dan insulasi dinding yang baik pada kulit bangunan.

b. Mengolah pergerakan matahari di dalam site Sinar matahari yang mengenai atap, dinding, dan interior bangunan melalui bukaan jendela dapat menjadi keuntungan atau permasalahan pada pemanasan, pendinginan, dan kenyamanan bangunan. Dengan mempelajari lebih lanjut pola pergerakan matahari di dalam site akan memudahkan untuk menentukan desain kulit bangunan yang tepat. 2. Bentuk dan Orientasi Bangunan Pilih bentuk bangunan yang dapat mendukung daylighting, solar heating and cooling, dan fungsi bangunan. Orientasi bangunan di dalam site diolah agar mampu meminimalkan pengaruh dari turbulensi angin yang memasuki bangunan. 3. Shading Bukaan untuk mengatasi permasalahan termperatur dan kelembaban udara sering mendatangkan masalah baru saat hujan (tampias) dan panas matahari yang masuk dalam ruang secara berlebihan. Shading digunakan di kulit bangunan untuk mengurangi penetrasi sinar matahari langsung pada interior bangunan sekaligus menghindari tampias. Panas matahari yang tinggi dipantulkan terlebih dahulu ke sunshading sehingga panas matahari dapat dipecah dan mendapatkan cahaya pantulan (lightself).

Gb. III. 18 Peranan sunshading dalam memecah panas (Sumber : SENVAR IV, 2005)

63

Secara umum, pada hot side dari bangunan diperlukan shading device agar sunlight tidak langsung masuk ke dalam ruangan. Secara garis besar ada empat tipe shading device:

Gb. III. 19 Tipe-tipe shading (Sumber : www.squ1.org, 16-5-2007)

a. Reflective glass Sinar matahari yang menerpa bidang kaca akan dipantulkan kembali sehingga ruangan terhindar dari radiasi langsung sinar matahari. b. Internal shade Sinar matahari yang masuk akan dihalau oleh shading yang dipasang di dalam ruangan. c. Eksternal shade Penggunaan eksternal shade lebih menguntungkan dibanding dengan internal shade karena sinar matahari tidak sempat memasuki ruangan. Jenis-jenis eksternal shade:
l

vertical shade Di daerah tropis elemen shading vertikal digunakan untuk perlindungan terhadap sinar matahari rendah yaitu sinar matahari pagi hari dan sore hari. Elemen shading vertikal ini ditempatkan pada fasad timur dan barat. Beberapa karakteristik dari vertical shade:

Sirip-sirip vertikal cocok untuk melindungi sisi barat.

64

Sirip-sirip vertikal yang miring akan menghasilkan perlindungan yang asimetris. Pemisahan dari dinding menghindari transmisi panas.

Sirip-sirip yang dapat digerakkan mampu melindungi dinding keseluruhan atau dapat dibuka dengan arah berbeda mengikuti posisi matahari.

Horizontal shade Horizontal side efektif untuk menahan panas matahari tinggi, elemen shading ini ditempatkan pada fasad utara dan selatan. Karakteristik horizontal shade:

Horizontal overhangs, efisien untuk fasad yang menghadap ke arah selatan. Karakteristik penutupnya segmental.

Louvers paralel to wall, sirkulasi udara masuk dekat tampak. Memiliki kemiringan yang dapat memberikan perlindungan lebih baik daripada tanpa kemiringan.

Penggantung yang solid dan dapat dimodifikasi merupakan karakteristik dari canvas canopies.

Perlindungan yang dibutuhkan pada area dengan sudut jatuh matahari yang rendah melalui louvers window yang digantung pada penggantung solid horisontal akan lebih efisien.

Solid, bentukan perforated screen dengan lubang-lubang jendela secara paralel dapat memotong sinar matahari.

Horizontal louvers yang dapat bergerak dapat menjadi pelindung sesuai dengan posisi yang diatur.

Eggrate Shading

Eggrate merupakan kombinasi dari tipe vertikal dan horisontal. Solid enggrate dengan sirip-sirip yang memiliki kemiringan vertikal akan menghasilkan kemiringan yang asimetris.

Eggrate dengan kemiringan horisontal yang dapat digerakkan merupakan tipe perlindungan yang lebih fleksibel karena rasio ketinggian shading efektif untuk musim panas. 65

III.2.6.2.4

Structure and Construction

Struktur dan konstruksi yang baik harus memenuhi kualitas struktur: a. Kualitas struktur fungsional, lingkungan, bangunan, dan bentuk
l

Struktur Fungsional Menentukan dimensi geometris yang berhubungan dengan penggunaan atau fungsi (kebutuhan ruang, ruang gerak, ruang sirkulasi, dimensi pengaturan ruang, dan sebagainya).

Struktur Lingkungan Meliputi lingkungan alam (iklim, topografi, geologi, hidrologi, florafauna) serta lingkungan buatan (bangunan, sirkulasi, prasarana teknis, dan radiasi buatan).

Struktur Bangunan Susunan kegiatan yang dibutuhkan untuk membangun,

memelihara, dan membongkar suatu gedung.


l

Struktur Bentuk Mengandung masa dan isi, ruang antara dan segala kegiatan membanguna ruang.

b. Integralistiknya dengan alam Kualitas struktur kemudian dapat dinilai dari segi integralistiknya dengan alam sebagai berikut : c. Kesinambungan (sustainability) pada struktur Hubungan antara masa pakai bahan bangunan dan struktur bangunan mempengaruhi baik pilihan struktur maupun penggunaan bahan bangunan menurut prinsip-prinsip kualitas struktur :

Prinsip pembuangan dimana semua unsur dari sebagian bangunan menyesuaikan diri dalam daya tahannya atas unsur-unsur yang paling lemah/paling mudah rusak.

Prinsip Rolls Royce dimana unsur-unsur yang paling kuat menentukan daya tahan bagian bangunan masing-masing.

Prinsip Struktural dimana setiap unsur bangunan yang daya tahannya berbeda dengan bagian bangunan yang lain dapat diganti tanpa merusak bahan bangunan yang lebih kuat. Makin banyak bagian bangunan yang tahan lama, makin kecil biaya pemeliharaannya. 66

III.2.6.2.4

Alternative Energy

Banyak cara yang dapat digunakan untuk membangun bangunan yang hemat energi. Salah satunya dengan memanfaatkan energi angin, air, dan matahari untuk menimbulkan aliran listrik yang nantinya dipergunakan untuk penerangan atau kebutuhan lainnya. 1. Solar Power (Photovoltaic System) Photovoltaic (PV) adalah teknologi yang menggunakan solar cells atau solar photovoltaic untuk mengubah energi matahari menjadi energi listrik. Solar cells menghasilkan listrik arus searah dari sinar matahari yang dapat digunakan untuk peralatan penghasil energi atau mencharge baterai. Sistem ini menguntungkan karena biaya pemeliharaannya rendah, tahan lama, dan tidak menimbulkan polusi namun sistem ini juga mempunyai beberapa kelemahan diantaranya sangat tergantung pada musim, harganya masih cukup mahal dan belum dapat diproduksi di negara-negara tertentu termasuk Indonesia. (Sumber : www.wikipedia.com dan www.earthtoys.com, 22-2-2007) 2. Wind Power Wind power mengubah tenaga angin untuk dijadikan energi listrik. Sistem kerjanya adalah sebagai berikut : Baling-baling pada tower akan digerakkan oleh tenaga angin, kemudian tenaga kinetis yang dihasilkan akan diubah menjadi energi listrik dan selanjutnya dapat digunakan ke dalam bangunan. Bangunan yang menggunakan energi angin dapat menghemat energi hingga 20%. Namun sistem ini belum banyak digunakan karena harganya yang relatif mahal.

III.2.6.2.4 Waste Recycling Sampah dari sisa-sisa bangunan dan konstruksi gedung merupakan bagian yang menonjol disamping sampah dari permukiman, perdagangan, dan perindustrian. Sampah yang dihasilkan dari kegiatan pembangunan maupun pemugaran tersebut terdiri dari dua macam yaitu sampa organik (kayu, tripleks, bambu) dan sampah anorganik (semen, pasir, batu bata, ubin, besi, baja, kaca, kaleng, cat sintesis, pipa plastik dan bahan sintetis lainnya).

67

Jenis sampah yang berasal dari kegiatan pembangunan dan cara pengolahannya : Jenis Sampah Bahan organik kayu : diserap kembali Tripleks Diolah Kembali Dibakar dan abunya diserap kembali oleh akar tumbuhan Dibakar dan abunya diserap kembali oleh akar tumbuhan Dibakar dan abunya diserap kembali oleh akar tumbuhan Dikumpulkan + diproses ulang menjadi kertas kembali (menghemat 50% Pembungkus barangbarang Didaur Ulang Konstruksi atap dan pintu Digunakan Kembali Kusen, jendela Masih dalam keadaan baik Bekisting beton tripleks dapat menjadi pelat langit-langit

Bambu

Kertas/kardus

Bahan anorganik : tanah galian Tanah liat Dicetak dan dibakar menjadi batu bata, genting flam Dicampur semen menjadi beton Digiling menjadi pasir Dicetak batu tanah liat

Tanah timbunan

Pasir/kerikil Ubin/genting beton

Lapisan kersik buat jalan Lapisan pecahan batu untuk jalan

Batu bata, genting flam Digiling menjadi semen merah Kaca Logam (besi, baja, kaleng) Bahan sintetis : pipa plastik, dsb Cat sintetis Dilebur menjadi kaca baru Dilebur menjadi logam baru Diproses lagi menjadi bahan sintetis berkualitas rendah Dipasang pada jendela baru Dipotong/dilas, dibentuk Digunakan sebagai baru tulangan dalam beton Dipotong/dilem disambung pipa lagi (mis: pipa air) Sisa digunakan pada tempat lain
Tabel III.7. Jenis sampah dan cara pengelolaannya (Sumber : Frick, Heinz, 2005)

68

III.2.6.2.5

Water Recycling

Air merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia yang harus tersedia setiap saat. Penggunaan air yang paling besar justru berasal dari operasional bangunan. Saat ini kebanyakan bangunan tidak memiliki system pengolahan limbah air dengan baik. Padahal sistem ini seharusnya merupakan hal yang sangat penting untuk menghemat konsumsi air dan mengurangi dampak lingkungan seperti pencemaran dan banjir. Air limbah dari bangunan dapat diatur ulang dengan sistem-sistem sebagai berikut : 1. Grey Water System Yang dimaksud dengan grey water adalah limbah air yang berasal dari dapur, air cucian, air dari shower kamar mandi, dll. Sistem kerjanya adalah sebagai berikut: air yang berasalhdari grey water ditampung dalam suatu bak khusus yang dapat menyaring lemak, sabun, dan kotoran-kotoran lainnya. Setelah itu air dialirkan melalui pipa menuju ke return water tank. Kemudian air dialirkan untuk memenuhi kebutuhan seperti menyiram tanaman, menyiram toilet, dan lain-lain. 2. Black Water System Black Water merupakan air yang berasal dari air limbah yang berasal dari toilet. Sistem kerja dari Black Water System adalah sebagai berikut: air limbah dialirkan melalui pipa menuju ke bak penampungan dan diolah di dalamnya. Setelah bersih air dapat digunakan untuk menyiram tanaman. 3. Rainwater System Air hujan yang terbuang percuma dapat dimanfaatkan menjadi sumber air baru. Pda musim penghujan air ditampung dalam bak atau tangki air kemudian didaur ulang dan digunakan untuk memenuhi kebutuhan air di dalam bangunan. Air hujan dapat pula digunakan sebagai sumber air minum karena air hujan cukup bersih dan tidak mengandung kuman-kuman meskipun tidak mengandung mineral-mineral yang berguna untuk gigi, tulang dan lain-lain.

III.2.6.3

Green Material

Perkembangan pembangunan dewasa ini ditandai dengan peningkatan macam-macam bahan bangunan dan munculnya bahan bangunan baru. Keadaan tersebut memungkinkan berbagai ragam alternatif pemilihan bahan bangunan guna mengkonstruksikan gedung. Maraknya penemuan bahan bangunan baru 69

juga ditandai dengan kesadara terhadap ekologi, lingkungan dan fisika bangunan. Membangun berarti suatu usaha untuk menghemat energi dan sumber daya alam. Teknologi bangunan yang baru menuntut para ahli supaya mereka terbuka terhadap perkembangan tersebut, karena tidak jarang teknologi baru menyimpang dari cara pertukangan tradisional. Kajian ilmu bahan bangunan yang cukup sederhana dan formal selama ini kiranya perlu diubah sesuai dengan pandangan pembangunan yang menyeluruh. (Sumber : Frick Heinz, 2005) 1. Rantai Bahan Bangunan

Gb. III. 20 Rantai bahan bangunan (Sumber: Frick, Heinz, 2005)

Rantai bahan bangunan menerangkan proses dan tingkatan pengembangan (riwayat hidup bahan) bahan bangunan pada umumnya (dari bahan mentah hingga menjadi puing dan sampah), dengan perhatian pada setiap tingkat perubahan transformasi, penggunaan energi dan pencemaran lingkungan (tanah, air, dan udara). 2. Penggolongan Bahan Bangunan a. Penggolongan bahan bangunan secara ekologis:

Klasifikasi bahan secara ekologis Bahan bangunan yang dapat dibudidayakan kembali (regeneratif) Bahan bangunan alam yang dapat digunakan kembali (reuse)

Contoh bahan Bahan nabati: kayu, bambu, rotan, rumbia, serabut kelapa, ijuk, kulit kayu, kapas, kapuk, Bahan hewani: kulit, binatang, wol Tanah, tanah liat, lempung, tras, kapur, batu kali, batu alam

Bahan bangunan buatan yang dapat didaur ulang Limbah, potongan, sampah, ampas, bahan ( recycling) bungkusan (kaleng, botol), mobil bekas, serbuk kayu, potongan bahan sintetis, kaca, seng 70

Bahan bangunan alam yang mengalami perubahan transformasi sederhana Bahan bangunan yang mengalami beberapa tingkat perubahan transformasi Bahan bangunan komposit

Batu merah, conblock, batako, genting (genting flam dan genting pres), bis beton, semen, beton tanpa tulangan Plastik, damar epoksi, produk petrokimia yang lain Beton bertulang, pelat serat semen, cat kimia, perekat

Tabel III.8. Penggolongan bahan bangunan ekologis (Sumber : Frick, Heinz, 2005)

b. Persyaratan bahan bangunan secara ekologis


l

Eksploitasi dan pembuatan (produksi) bahan bangunan menggunakan energi yang sesedikit mungkin.

Tidak mengalami perubahan bahan (transformasi) yang tidak dapat dikembalikan kepada alam.

Eksploitasi, pembuatan (produksi), penggunaan, dan pemeliharaan bahan bangunan mencemari lingkungan sesedikit mungkin

Bahan bangunan berasal dari sumber alam lokal (di tempat dekat).

III.2.6.3 III.2.6.3.1

Green Equipment Electrics Equipment

Pemakaian listrik pada bangunan dapat dihemat dengan cara-cara sebagai berikut: 1. Efisiensi Penerangan Pemakaian lampu untuk penerangan hendaknya disesuaikan dengan kapasitas pemakaian dan besaran ruang. Ruangan yang tidak terlalu luas sebaiknya memakai penerangan dengan jenis lampu yang memancarkan intensitas sinar yang rendah sehingga tidak menimbulkan panas pada ruangan. (Sumber : Tabloid Rumah edisi 18). Pada dasarnya ada 3 jenis lampu:
l

Lampu Pijar (Tungsten) Lampu ini biasa disebut bohlam, harganya relatif murah. Warna yang ditimbulkan adalah warna kuning yang berkesan hangat. Oleh karena itu lampu ini banyak dipakai pada rumah tinggal. Kelebihnnya dibanding neon

71

cahayanya konstan, tidak berkedip-kedip. Kelemahan lampu ini adalah memakai daya yang besar. Untuk ruangan sebesar 3x4m saja membutuhkan daya sebesar 30-40 W, sehingga tidak hemat energi.

Gb. III. 21 Lampu pijar (Sumber: Jatmiko dalam Fisika Bangunan, 2004)

Lampu Fluorescence (Lampu Neon) Lampu jenis ini mempunyai warna biru kehijauan, tetapi kesan yang ditangkap mata adalah warna putih. Warna ini menimbulkan kesan dingin pada ruang. Karena warnanya yang seperti daylight, lampu neon banyak digunakan pada ruang kerja atau kantor. Kekurangan lampu neon adalah berkedip-kedip sehingga dapat mengganggu aktivitas di dalam ruang. Lampu neon merupakan lampu paling efisien walaupun harganya relatif lebih mahal dari lampu pijar. Lampu ini memakai daya listrik lebih sedikit dan tahan lebih lama. Ada pula lampu neon yang dapat menyimpan energi (energy saver) sehingga hemat energi.

Gb. III. 22 Lampu Fluorescence (Sumber: Jatmiko dalam Fisika Bangunan, 2004)

72

Lampu Halogen Lampu halogen mempunyai daya terang paling kuat, cahayanya berwarna putih kekuning-kuningan. Lampu ini paling bagus untuk membentuk suasana ruang. Menimbulkan kesan hangat, lembut, bahkan membuat kulit dan pakaian tampak lebih bagus. Karena itu lampu ini banyak dipakai pada bangunan komersial. Lampu ini juga digunakan sebagai spot lighting lukisan atau benda-benda seni yang menimbulkan kesan dramatis. Halogen cocok digunakan pada semua fungsi ruang, namun harganya relatif mahal.

Gb. III. 22 Lampu Halogen (Sumber: Jatmiko dalam Fisika Bangunan, 2004)

2. Membagi Aliran Lisrik Menjadi Beberapa Jalur Agar Mudah Dikontrol Pembagian aliran listrik dalam beberapa jalur akan mempermudah apabila terjadi kerusakan. Bagian yang rusak akan lebih cepat dideteksi dan diperbaiki sehingga tidak perlu membongkar keseluruhan jaringan listrik. Cara ini lebih efektif dalam mengurangi biaya pemeliharaan. (Sumber : Tabloid Rumah edisi 18) 3. Menggunakan Alat-alat Elektronik Sesuai dengan Kebutuhan Kemajuan teknologi yang cukup pesat telah berhasil menciptakan alat-alat yang dapat membantu kegiatan manusia. Hampir seluruh rumah memiliki barang-barang elektronik seperti TV, radio/tape, setrika, dan mesin cuci. Pada beberapa rumah dengan kemampuan ekonmi menengah ke atas memiliki fasilitas tambahan seperti AC, pemanas ruangan, dan lain-lain. Benda-benda tersebut seringkali tidak terlalu diperlukan namun tetap dioperasikan sehingga boros energi. Pemakaian alat-alat yang dapat mengubah iklim mikro di dalam ruangan seperti pendingin atau pemanas ruangan dapat dikurangi dengan menciptakan bangunan dengan sirkulasi udara yang baik dan pengolahan

73

lansekap yang tepat sehingga iklim mikro yang baik akan tercipta secara alami. (Sumber : Pemikiran).

III.2.6.3.1

Electrics Equipment

Toilet, shower, dan kran yang dirawat tidak hanya mengurangi pemakaian air tetapi juga mengurangi beban sistem pengolahan limbah. Penempatan peralatan secara tetap juga mengurangi biaya-biaya pemeliharaan. Selain itu peralatan yang menghemat air juga direkomendasikan dalam membangun secara hemat energi. (Sumber: www.doerr.org, 23-9-2006) Alternatif peralatan untuk menghemat air, diantaranya adalah sebagai berikut : 1. Ultra Low Flow Toilet Ultra low flow toilet dapat menghemat penggunaan air pada bangunan. Jika toilet konvensional membutuhkan air sebanyak 18 liter, toilet ini hanya membutuhkan 6 liter. 2. Lowflow Showerheads Shower merupakan bagian dari kamar mandi yang paling banyak membutuhkan air. Penggunaan Low-flow showerheads dapat menurunkan pemakaian air dan biaya operasional bangunan.

II.2.6 III.2.6.1

Studi kasus bangunan dengan prinsip Green Architecture Graha Wonokoyo

Gb. III.25 Graha Wonokoyo (Sumber: Majalah I-Arch, edisi 3, 2006)

1. Kriteria Bangunan Lokasi Fungsi Luas Lahan Luas Bangunan : Jl. Taman Bungkul 1-3-5-7, Surabaya : Kantor : 1.854 sqm : 7.121 sqm 74

Ketinggian Arsitek

: 10 lantai : Ir. Jimmy Priatman, M.Arch.

Gedung ini dirancang hemat energi dan kontekstual terhadap lingkungannya yang berupa situs arsitektur kolonial dengan mencitrakan bangunan yang menghubungkan antara masa lalu dengan masa kini. 2. Program Ruang Bangunan ini terdiri dari 3 massa. Massa pertama berupa bangunan penerima, terdiri dari satu lantai yang menyelaraskan sendiri dengan ketinggian bangunan sekitar. Massa kedia merupakan bangunan medium tiga lantai, berfungsi sebagai gallery, hall, dan ruang rapat kolektif pada bagian tengah. Massa ketiga merupakan massa penanda yang berfungsi sebagai perkantoran. 3. Kriteria Bangunan Green Architecture a. Hemat Energi Dicapai dengan penggunaan material hemat energi dan manajemen energi di dalam bangunan. b. Bekerja dengan Iklim Site menghadap dan memanjang dari barat-timur akan

mempengaruhi fasad dan selubung bangunan. c. Respek terhadap calon pengguna Layout ruang menyesuaikan dengan fungsi sebagai kantor sewa yang mencerminkan efisiensi ruang. d. Bekerja dengan tapak terpilih Bangunan ini berusaha untuk menyelaraskan diri dengan lingkungannya yang berupa bangunan konservasi arsitektur kolonial.

4. Prinsip Green Architecture: a. Building Envelope Menggunakan perhitungan OOTV (Overall Thermal Transfer Value) untuk membatasi radiasi panas pada selubung bangunan.

75

- Selubung bangunan merespon arah matahari. Pada bagian utara full dengan material kaca, sedangkan fasad selatan berupa kisi-kisi material cladding. b. Green Structure struktur utama konstruksi beton bertulang, dan struktur atap konstruksi baja. Pemilihan struktur tersebut didasarkan untuk menghindari kerusakan pada bangunan perumahan yang padat di sekitar bangunan. c. Green Material Untuk mewujudkan perpaduan yang sinergis antara citra monumental dengan kriteria hemat energi, material dinding dipilih dari bahan metal cladding ex indal, high performance glass exstoposal dilapisi kaca film pada sisi barat, dan pada bangunan penerima dipilih granit dan panel alumunium.

Gb. III.26 Graha Wonokoyo (Sumber: Majalah I-Arch, edisi 3, 2006)

76

You might also like