You are on page 1of 45

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan yang penting bagi kemajuan suatu bangsa.

Maju atau mundurnya peradaban suatu bangsa ditentukan oleh keberhasilan pembangunannya di bidang pendidikan. Salah satu lembaga formal pendidikan adalah sekolah, dimana didalamnya terdapat kegiatan belajar mengajar. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan salah satu jenis lembaga pendidikan formal sebagai akibat dari perkembangan dan teknologi. SMK ini bertujuan untuk mempersiapkan peserta didik menguasai keterampilan tertentu untuk memasuki lapangan kerja dan sekaligus memberikan bekal untuk melanjutkan pendidikan kejuruan yang lebih tinggi. SMK sebagai lembaga memiliki bidang keahlian yang berbeda-beda menyesuaikan dengan lapangan kerja yang ada, dan di SMK ini para siswa dididik dan dilatih keterampilan agar profesional dalam bidang keahliannya masingmasing, SMK Negeri 1 Jakarta merupakan salah satu SMK negeri yang terletak di Jakarta. Menurut Mulyasa (2005) ada tiga syarat utama yang harus diperhatikan dalam pembangunan pendidikan agar dapat berkontribusi terhadap peningkatan sumber daya manusia, yakni : (1) sarana gedung, (2) buku yang berkualitas, dan (3) guru dan tenaga kependidikan yang profesional. Guru memegang peranan yang penting dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

Guru diharapkan memiliki kemampuan memahami karakteristik siswa dan mampu menguasai berbagai pendekatan dan metode dalam pembelajaran, sehingga mampu memilih metode pembelajaran yang sesuai dengan materi yang diajarkan. Kreativitas guru dalam menerapkan berbagai metode dan strategi pembelajaran akan membuat siswa antusias dalam belajar yang selanjutnya berdampak pada meningkatnya hasil belajar. Dalam pembelajaran Sekolah Menengah Kejuruan banyak sekali hambatan yang di temukan dalam proses transfer ilmu antara guru dan siswa. Berdasarkan hasil observasi penulis dalam melaksanakan kuliah Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMK Negeri 1 Jakarta, hal yang terjadi dalam pembelajaran Statika masih didominasi oleh pembelajaran dengan metode ceramah dari guru dan siswa hanya mendengarkan guru menjelaskan materi serta mengerjakan soalsoal yang ada di buku, metode tersebut terdapat pada pendekatan Teacher Centered Learning (TCL). Teacher Centered Learning adalah pembelajaran yang terpusat kepada guru, guru menjadi aktor utama dari hampir sebagian besar kegiatan belajar-mengajar. Mulai dari perencanaan materi pembelajaran sampai kemasalah ujian dan penilaian, hampir seluruhnya dikendalikan oleh para guru. Pada metode TCL guru lebih banyak melakukan kegiatan belajar mengajar dengan bentuk ceramah dan disertai pemberian masalah, metode ini berarti memberikan informasi satu arah karena yang ingin dicapai adalah bagaimana guru bisa mengajar dengan baik sehingga yang ada hanyalah transfer pengetahuan (Sudjana, 2003).

Statika merupakan mata pelajaran yang ada di Sekolah Menengah Kejuruan Teknik Bangunan, yang mempelajari keseimbangan gaya dan gerak benda-benda yang berhubungan dengan konstruksi bangunan. Dalam pelajaran tersebut terdapat banyak perhitungan yang apabila tidak diajarkan dengan jelas maka kompetensi dasar tidak akan tercapai dan tidak akan di mengerti oleh siswa karna dalam mempelajari statika ini harus memiliki motivasi dan ketekunan dari siswa. Didasarkan pada pengamatan hasil belajar Statika siswa di SMKN 1 Jakarta yang diperoleh selama ini cenderung belum ditemukan adanya peningkatan dari setiap semester, rendahnya hasil belajar siswa salah satunya disebabkan oleh kesulitan siswa dalam memahami konsep-konsep statika yang didekati dengan penalaran logis, dengan formulasi matematika sebagai alat bantu penjelasannya, sehingga berdampak pada kemalasan siswa untuk belajar statika. Oleh karena itu pembelajaran statika disekolah harus dirancang dan dikelola sebaik-baiknya dengan melibatkan siswa secara aktif dalam memahami konsep-konsep statika, sehingga siswa tidak hanya sebagai penerima informasi dari guru saja. Salah satu pendekatan pembelajaran yang tepat untuk dapat mendukung pembelajaran statika tersebut adalah metode pembelajaran yang melibatkan siswa untuk aktif secara mandiri, dan selalu banyak latihan, dengan kata lain metode tersebut ada pada pendekatan metode Student Centered Learning (SCL). Lea, Stephenson, dan Troy (dalam jurnal ONeill & McMahon, 2005) mendefinisikan SCL secara lebih luas bahwa SCL mencakup: ketergantungan terhadap belajar aktif, penekanan terhadap belajar secara mendalam, pemahaman, meningkatnya tanggungjawab di pihak siswa, saling ketergantungan antara guru dan siswa. SCL

lebih merupakan suatu metode pembelajaran yang refleksif bagi pihak siswa maupun guru. Berdasarkan pengertian diatas SCL merupakan pembelajaran yang terpusat pada siswa, siswa lebih aktif dan mendominasi sehingga disini guru hanya sebagai fasilitator saja. Banyaknya aktifitas yang dilakukan dapat menimbulkan motivasi siswa dalam belajar sehingga hasil belajar akan meningkat, maka diberikan metode SCL dengan model problem posing untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal-soal statika. Problem posing mempunyai beberapa arti, problem posing adalah perumusan masalah yang berkaitan dengan syarat-syarat soal yang telah dipecahkan atau alternatif soal yang masih relevan (Suharta, 2000: 93). Pada prinsipnya, metode pembelajaran problem posing adalah metode pembelajaran yang mewajibkan para siswa untuk mengajukan soal sendiri melalui belajar (berlatih soal) secara mandiri (Suyitno, 2004). Problem posing adalah perumusan soal sederhana atau perumusan ulang masalah yang ada dengan perubahan agar lebih sederhana dan dapat dikuasai. Dengan metode ini siswa lebih termotivasi dalam pembelajaran serta dapat meningkatkan hasil belajar dengan cara bekerja sendiri dan banyak latihan soal. Penerapan metode pembelajaran ini akan mempengaruhi cara belajar siswa yang semula cenderung pasif kearah yang lebih aktif. Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini akan membahas mengenai perbedaan hasil belajar Pendekatan Student Centered Learning (SCL) dengan metode Teacher Centered Learning (TCL) terhadap hasil belajar statika pada siswa/siswi SMKN 1 Jakarta.

1.2

Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, dapat

diidentifikasikan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana efektivitas pembelajaran dengan menggunakan Pendekatan pembelajaran Student Centered Learning bila dibandingkan dengan siswa yang menggunakan Teacher Centered Learning? 2. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar Statika siswa yang

menggunakan pendekatan pembelajaran Student Centered Learning bila dibandingkan dengan siswa yang menggunakan Teacher Centered Learning? 3. Apakah ada peningkatan hasil belajar oleh siswa yang menggunakan pendekatan pembelajaran Student Centered Learning? 1.3 Pembatasan Masalah Setelah melihat dari beberapa identifikasi masalah yang ada begitu luas dan mengingat keterbatasan waktu, kemampuan serta biaya maka penelitian ini dibatasi pada : perbedaan hasil belajar Statika siswa yang menggunakan pendekatan pembelajaran Student Centered Learning bila dibandingkan dengan siswa yang menggunakan Teacher Centered Learning

1.4

Perumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka perumusan masalah sebagai

berikut: Adakah perbedaan hasil belajar Statika siswa yang menggunakan pendekatan pembelajaran Student Centered Learning bila dibandingkan dengan siswa yang menggunakan Teacher Centered Learning 1.5 Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk : a. Jurusan Teknik Sipil Universitas Negeri Jakarta: menambah referensi penelitian tentang penggunakan pendekatan pembelajaran Student Centered Learning terhadap hasil belajar siswa di Sekolah Menengah Kejuruan b. Guru: sebagai bahan masukan untuk mempersiapkan strategi

pembelajaran dalam metode SCL di kelas untuk menciptakan hasil belajar yang baik. c. Bagi Murid : Dapat memotivasi dan menggali potensi belajar yang dimiliki dan mampu mengembangkan kemampuan belajarnya dalam bentuk kerja mandiri. d. Mahasiswa: untuk mengembangkan wawasan keilmuan dan

pengalaman di bidang penelitiannya, khususnya mengenai pendekatan Student Centered Learning (SCL)

BAB II KERANGKA TEORITIS, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

2.1

Kerangka Teoritis

2.1.1 Hakikat Pendekatan Pembelajaran Pendekatan pembelajaran merupakan cara kerja mempunyai sistem untuk memudahkan pelaksanaan proses pembelajaran dan membelajarkan siswa guna membantu dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Hal ini sesuai pendapat Wahjoedi (1999) bahwa, pendekatan pembelajaran adalah cara mengelola kegiatan belajar dan perilaku siswa agar ia dapat aktif melakukan tugas belajar sehingga dapat memperoleh hasil belajar secara optimal. Menurut Sagala (2005) bahwa Pendekatan pembelajaran merupakan jalan yang akan ditempuh oleh guru dan siswa dalam mencapai tujuan instruksional untuk suatu satuan instruksional tertentu. Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifat nya masih sangat umum, didalamnya mewadahi, menginspirasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoritis tertentu (Sudrajat, 2008). Dilihat dari pendekatannya,

pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu: 1. Pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa (Student Centered Learning) dan 2.

Pendekatan pembelajaran yang berorientasi pada guru (Teacher Centered Learning) 2.1.2 Hakikat Metode Pembelajaran Dalam kamus bahasa Indonesia didefinisikan metode adalah cara yang digunakan untuk mencapai suatu tujuan. Sedangkan pembelajaran adalah suatu proses untuk menuju yang lebih baik. Supriyono (2009) dalam bukunya Jenis-jenis model pembelajaran juga mendefinisikan metode pembelajaran ialah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas. Sedangkan menurut husnaeni (2009), metode pembelajaran adalah model pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru di kelas. Prawiradilaga (2007) Menyatakan bahwa metode Pembelajaan adalah prosedur, urutan, langkah-langkah dan cara yang digunakan guru dalam mencapai tujuan pembelajaran. Dapat dikatakan metode pembelajaran adalah proses pembelajaran yang difokuskan kepada pencapaian tujuan. Jadi metode pembelajaran adalah langkah-langkah dan cara yang digunakan guru dan disajikan khas oleh guru dikelas untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dari metode, teknik pembelajaran diturunkan secara aplikatif, nyata, dan praktis ketika pembelajaran dikelas berlangsung. Dalam memilih metode pembelajaran ada beberapa hal yang perlu diperhatikan (Suryobroto 1986, diacu dalam solihatin 2007 adalah : a. Tujuan yang akan dicapai, b. Bahan yang akan diberikan,

c. Waktu dan perlengkapan yang tersedia, d. Kemampuan dan banyaknya murid, e. Kemampuan guru mengajar. Maksudnya, metode pembelajaran yang digunakan harus disesuaikan dengan tujuan yang akan dicapai, bahan yang digunakan, waktu dan perlengkapan yang tersedia, kemampuan dan banyaknya murid, dan kemampuan guru mengajar, sehingga bisa disesuaikan dalam pemilihan metode pembelajaran yang sesuai dengan keseluruhannya dan tidak menyulitkan siswa dan gurunya, sehingga bisa tercapai tujuan yang diinginkan. 2.1.3 Hakikat Teacher Centered Learning (TCL) Harden dan Crosby (dalam Oneill dan McMahon, 2005) menyebutkan bahwa teacher centered learning (TCL) adalah sebuah paradigma berupa metode pembelajaran dalam dunia pendidikan dimana guru selalu pakar (expert) di bidangnya memfokuskan diri untuk menyampaikan ilmu pengetahuan yang ia miliki kepada siswa-siswanya selaku orang awam. McDonald (dalam Brown 2003) menyatakan bahwa guru merancang sebuah kurikulum yang dimaksudkan untuk mengantarkan siswa-siswanya ke jenjang pengetahuan yang lebih baik. Menurut Muslich (2008) Pendekatan ini lebih banyak menekankan pada direct instruction, pengajaran dedukatif atau pengajaran ekspository. Dalam metode ini guru mengontrol apa yang diajarkan dan bagaimana seharusnya siswa mempelajari pelajaran yang diberikan. Pendekatan ini digunakan apabila kurang nya motivasi belajar siswa yang dimiliki, untuk itu guru harus berperan aktif

10

untuk kelancaran kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan, ini juga bertujuan untuk menumbuhkan motivasi belajar siswa. Dalam pendekatan TCL, perencanaan dan instruksi disusun dengan ketat dan guru mengarahkan pembelajaran murid (Santrock, 2008). Adapun metode metode yang digunakan: 1. Instruksi Langsung (Direct Instruction), yaitu pendekatan terstruktur yang dicirikan oleh arahan dan kontrol guru, ekspetasi guru yang tinggi atas kemajuan murid, maksimalisasi waktu yang dihabiskan murid untuk tugas-tugas akademik, dan usaha oleh guru untuk meminimalkan pengaruh negative terhadap murid (Joyce & Weil, 1996). Fokusnya adalah aktivitas akademik, non akademik (seperti bermain dan teka-teki) cenderung tidak dipakai, interaksi murid dan guru juga tidak begitu ditekankan, tujuannya untuk memaksimalkan waktu belajar murid (Stevenson, 2000). 2. Mastery Learning, yaitu dimana pembelajaran satu konsep atau topik secara menyeluruh sebelum pindah ke topic yang lebih sulit. 3. Seatwork (tugas di bangku kelas), dimana menyuruh semua murid untuk belajar sendiri-sendiri dibangku mereka (Santrock, 2008). guru maupun murid memiliki tantangan dalam seatwork, tantangan bagi guru adalah menjaga hal-hal yang dilakukan dikelas, menjaga agar murid tetap mengerjakan tugas, menghadapi langkah cara yang dilakukan murid dalam mengerjakan tugas, memilih atau menciptakan seatwork yang jelas dan bermakna, menyesuaikan seatwork dengan level prestasi murid yang berbeda-beda, mengumpulkan, mengoreksi, mencatat dan mengembalikan

11

tugas seatwork. Adapun tantangan seatwork bagi murid adalah menyelesaikan tugas yang diberikan kepada mereka, memhami bagaimana dan kapan harus mencari bantuan guru, memahami aturan untuk membantu teman, mempelajari cara agar efektif dalam mendapat bantuan dari teman. 2.1.4 Hakikat Student Centered Learning Istilah student-centered learning (SCL) digunakan secara luas di dalam literatur yang membahas masalah-masalah pengajaran dan pendidikan. Istilah ini seringkali dikait-kaitkan dengan istilah-istilah lain seperti flexible learning, experiential learning, collaborative learning, constructivist learning, active learning, vicarious learning, cooperative learning dan self-directed learning. Oleh karena itulah, SCL seringkali didefinisikan dengan makna yang berbedabeda pula (Kurhila, 2004). Menurut Gibbs (dalam Sparrow dkk 2000) menyatakan bahwa SCL adalah suatu metode pembelajaran di dalam dunia pendidikan. Dimana guru dan penyelenggara pendidikan memberikan otonomi dan kendali lebih besar kepada siswa untuk menentukan materi pelajaran, model pembelajaran dan cepat-lambat tahapan dalam pembelajaran. Menurut Hall (2006) yang dikutip dalam blog Exploration on Learning, SCL adalah tentang membantu siswa menemukan gaya belajarnya sendiri, memahami motivasi dan menguasai keterampilan belajar yang paling sesuai bagi mereka. Hal tersebut akan sangat berharga dan bermanfaat sepanjang hidup mereka. Melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran SCL

12

berarti guru perlu membantu siswa untuk menentukan tujuan yang dapat dicapai, mendorong siswa untuk dapat menilai hasil belajarnya sendiri, membantu mereka untuk bekerja sama dalam kelompok, dan memastikan agar mereka mengetahui bagaimana memanfaatkan semua sumber belajar yang tersedia. Lea, Stephenson, dan Troy (dalam ONeill & McMahon, 2005) mendefinisikan SCL secara lebih luas yaitu bahwa SCL mencakup : ketergantungan terhadap belajar aktif, penekanan terhadap belajar secara mendalam, pemahaman, meningkatnya tanggungjawab di pihak siswa,

meningkatnya perasaan otonomi pada pembelajar, saling ketergantungan antara guru dan siswa. SCL lebih merupakan suatu metode pembelajaran yang refleksif baik bagi pihak siswa maupun guru. Menurut Cannon (2000), istilah Student-Centered Learning (SCL) atau yang sering juga dikenal dengan Learner-Centered Teaching adalah suatu metode pembelajaran di mana di dalamnya siswa memiliki tanggung jawab atas beberapa aktivitas penting seperti perencanaan pembelajaran, interaksi antara guru dan sesama pelajar, penelitian, dan evaluasi terhadap pembelajaran yang telah dikerjakan (Ingleton dkk, 2000). Gibbs (dalam Sparrow dkk, 2000) menyatakan bahwa SCL adalah suatu metode pembelajaran dimana guru dan penyelenggara pendidikan memberikan otonomi dan kendali lebih besar kepada siswa untuk menentukan materi pelajaran, model pembelajaran dan cepat-lambat tahapan dalam pembelajaran. McCombs (dalam Brown, 2003) menyatakan bahwa yang menjadi fokus dalam metode ini adalah siswa-siswa itu sendiri dengan segenap pengalaman, perspektif, latar

13

belakang, bakat, minat, kemampuan, dan kebutuhannya. Oleh karena itu, suatu kegiatan pembelajaran harus dirancang sedemikian rupa agar (hampir) semua siswa yang berada di dalamnya dapat meraih kesuksesan. Menurut Indra (2009) dalam metode pembelajaran SCL, pembelajar memiliki tanggung jawab penuh atas kegiatan belajarnya, terutama dalam bentuk keterlibatan aktif dan partisipasi siswa. Hubungan antara siswa yang satu dengan yang lainnya adalah setara, yang tercermin dalam bentuk kerja sama dalam kelompok untuk menyelesaikan suatu tugas belajar. Guru lebih berperan sebagai fasilitator yang mendorong perkembangan siswa, dan bukan merupakan satusatunya sumber belajar. Keaktifan siswa telah dilibatkan sejak awal dalam bentuk disain belajar yang memperhitungkan pengetahuan,keterampilan, dan pengalaman belajar siswa yang telah didapatkan sebelumnya. Diharapkan setelah mengalami pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran SCL siswa akan melihat dirinya secara berbeda, dalam arti lebih memahami manfaat belajar, lebih dapat menerapkan pengetahuan dan

keterampilan yang dipelajari, dan lebih percaya diri (ONeill & McMahon, 2005). Berdasarkan pendapat-pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa inti dari pembelajaran SCL itu adalah meliputi consrtuktivisme, Active Learning, dan Experiental Learning. Sehingga untuk mencapai inti pembelajaran tersebut dibutuhkan suatu pendekatan.

14

Gambar 2.1 Konsep Pembelajaran SCL (Rt. Nuqi B BPPT 2006/ 2007) Menurut HC. Whiterington dan W.H Burton (Djamarah, 2002) bahwa : The process of leaarning is doing, reacting, underdoing, experiencing. The product of learning are all achieved by the learner through his own activity. Sedangkan menurut Thamraksa (2003) mengatakan bahwa: Student Centered Learning merupakan metode pembelajaran yang menempatkan siswa sebagai pusat pembelajaran sehingga mendorong siswa untuk belajar lebih aktif (active learning) dan bermakna (experiental learning). Pembelajaran SCL dapat terjadi apabila ada proses transformasi dari guru dalam membentuk (construktivisme) siswa untuk mencapai tujuan yang dikehendaki yaitu active Learning dan experiental learning sesuai dengan pendekatan pembelajaran yang digunakan. Dalam pembelajaran walaupun difokuskan kepada siswa, guru tetap membuat rancangan pembelajaran tetapi mengurangi kontrol terhadap siswa (Muslich, 2008).

15

Adapun metode-metode dari pembelajaran SCL sebagai berikut (Santoso, 2011): 1. Small Group Discussion Diskusi merupakan Salah satu elemen belajar secara aktif dan merupakan bagian dari banyak model pembelajaran SCL yang lain, didalam metode ini siswa membentuk beberapa kelompok kecil untuk mendiskusikan bahan yang telah di berikan oleh guru. 2. Simulation Simulasi adalah model yang membawa situasi yang mirip dengan sesungguhnya kedalam kelas. 3. Discovery Learning Discovery learning adalah metode belajar yang difokuskan pada pemanfaatan informasi yang tersedia, baik yang diberikan guru maupun siswa mencari sendiri. 4. Self Directed Learning Self Directed Learning adalah proses belajar yang dilakukan atas inisiatif individu siswa sendiri. 5. Cooperatif Learning Cooperatif learning merupakan metode belajar kelompok yang dirancang oleh guru untuk memecahkan suatu masalah yang diberikan kepada siswa. 6. Collaborative Learning

16

Collaborative Learning adalah metode belajar yang menitikberatkan pada kerjasama antar siswa yang didasarkan pada consensus yang dibangun sendiri oleh anggota kelompok. 7. Contextual Instruction Contextual Instruktion adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan isi dari mata pelajaran kedalam kehidupan sehari-hari. 8. Problem Based Learning Problem Based Learning adalah pembelajaran yang memanfaatkan masalah, dan siswa harus melakukan pencarian informasi untuk dapat memecahkan masalah tersebut. 9. Problem Posing Problem Posing adalah metode pembelajaran aktif yang mengharuskan siswa untuk membuat dan menilai sendiri proses serta hasil belajarnya.

Untuk memenuhi standard SCL, Seitzinger (2006) mendaftar empat (4) elemen yang harus dipenuhi oleh lembaga yang ingin mengimplementasikan paradigma ini. Berikut keempat elemen tersebut: 1. Adanya kontrol dari siswa/pembelajar. Ini berarti bahwa guru lebih bertindak sebagai fasilitator dibandingkan hanya berfungsi sebagai pemberi materi. Pada saat yang sama, siswa diberi kesempatan lebih besar untuk aktif dalam kegiatan belajar-mengajar. 2. Siswa memiliki sifat-sifat pembelajar aktif (active learner). Pembelajar aktif adalah siswa yang mampu mengerjakan hal-hal berikut ini:

17

a. Mampu menentukan topik, masalah, kasus, serta membuat keputusan berdasarkan opini yang masuk akal (logis). b. Berani menyajikan/mempresentasikan karyanya kepada publik, mengajari orang lain, memberi tanggapan serta dukungan kepada rekan kerja. c. Berani memilih dan menentukan cara untuk menyelesaikan tugas masing-masing. d. Mampu mengaplikasikan materi-materi yang telah dipelajari serta mengimplementasikan ide-ide sesuai dengan konteks yang diinginkan. e. Berani, mampu, sekaligus aktif turut serta dalam diskusi, baik itu sebelum, selama, atau setelah kelas/forum berakhir (baik itu forum yang bersifat online maupun off-line). 3. Refleksi dan artikulasi. Hal ini berkaitan dengan keberadaan suatu area atau aktivitas yang bisa digunakan oleh para siswa untuk menuangkan pemahamannya atas sesuatu yang selama ini telah dipelajarinya. Misalnya dengan membuat semacam jurnal harian atau aktivitas semacamnya. 4. Fleksibel. Ini bisa berarti dua hal. Pertama, suatu kegiatan belajarmengajar yang fleksibel harusnya memberikan kesempatan bagi para siswa untuk memilih bahkan menentukan beberapa elemen

pembelajaran seperti waktu, tempat, cepat lambat tahapan belajar (pace), sekaligus kemudahan akses, kenyamanan, serta kebebasan.

18

Kedua, para siswa memiliki kemudahan untuk mentransfer dan menggunakan ilmu yang dimiliki untuk kasus-kasus lain, juga kesempatan untuk mengaplikasikan keahliannya di situasi lain yang diinginkan. Berdasarkan dari metode SCL diatas dan pembelajaran aktif yang terdapat dalam elemen SCL tersebut ditemukan metode pembelajaran yang bernama Problem Posing. Suryanto (1998) dan Asari (2000) menterjemahkan problem posing sebagai pembentukan soal, Sutiarso (1999) memakai istilah membuat soal, dan Suhara (2000) mempergunakan konstruksian masalah. Dan selanjutnya akan dipakai problem posing dengan pengertian pembentukan soal. Metode ini merupakan metode bagian dari SCL karna didalam metode ini siswa ditugaskan untuk mandiri dalam membuat soal yang sebelumnya diajarkan oleh guru dan mengevaluasi sendiri hasil soal tersebut. 2.1.5 Hakikat Hasil Belajar Roestiyah (1990) menyatakan bahwa hasil belajar adalah perubahan tingkah laku yang didapat setelah proses belajar. Sehingga dapat diartikan, Hasil Belajar adalah kemampuan, keterampilan, sikap, dan keterampilan yang diperoleh siswa setelah siswa tersebut menerima perlakuan yang diberikan oleh guru, sehingga dapat mengkonstruksikan pengetahuan itu dalam kehidupan sehari-hari. Uno (2008) mengungkapkan bahwa hasil belajar dalam tingkatan yang sangat umum sekali dapat diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu : efektifitas, efisiensi, dan daya tarik. Efektivitas pembelajaran biasanya diukur dengan tingkat pencapaian peserta didik. Ada empat aspek penting yang dapat dipakai untuk

19

mendeskripsikan efektivitas pembelajaran, yaitu : kecermatan penguasaan perilaku yang dipelajari, kecepatan belajar, tingkat alih belajar, dan tingkat retensi dari apa yang dipelajari. Daya tarik pembelajaran erat kaitannya dengan daya tarik bidang studi, dimana kualitas pembelajaran biasanya akan mempengaruhi. Itulah sebabnya pengukuran kecenderungan siswa untuk terus atau tidak terus belajar dapat dapat dikaitkan dengan proses pembelajaran itu sendiri atau dengan bidang studi. Efisiensi pembelajaran biasanya diukur dengan rasio keefektivan dan jumlah waktu yang dipakai si pembelajar atau jumlah biaya yang dikeluarkan si pembelajar. Hasil belajar peserta didik dipengaruhi oleh kemampuan peserta didik dan kualitas pengajaran. Kedua factor tersebut mempunyai hubungan berbanding lurus dengan hasil belajar. Artinya semakin tinggi kemampuan dan kualitas pengajaran, maka semakin tinggi pula hasil belajarnya. Pendapat tersebut sejalan dengan sebagaimana yang dikutip oleh Sudjana (2000) bahwa hasil belajar dipengaruhi oleh lima factor, yaitu : bakat, waktu yang tersedia untuk belajar, waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan pelajaran, kualitas pelajaran, dan kemampuan. Dalam system pendidikan nasional rumusan tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah, yaitu : ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik. Ranah kognitif berkenan dengan hasil belajar intelektual, yang terdiri dari enam aspek, yaitu : pengeathuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan

20

evaluasi. Kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah, dan empat aspek berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi. Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yaitu : penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi. Ranah psikomotorik berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotorik, yaitu : gerakan refkeks, kemampuan gerakan dasar, kemampuan perceptual, keharmonisan atau ketepatan, gerakan ketrampilan kompleks, dan gerakan ekspresif & intrepretatif. Untuk dapat menilai hasil belajar diperlukanlah suatu alat evaluasi yang disebut dengan tes. Tes pada umumnya digunakan untuk menilai dan mengukur hasil belajar, terutama hasil belajar kognitif berkenaan dengan penguasaan bahan ajar sesuai dengan tujuan pendidikan dan pengajaran. Ada dua jenis tes yang biasa digunakan untuk menilai hasil belajar yaitu tes uraian atau tes essay dan tes objektif yang terdiri dari beberapa bentuk yaitu bentuk benar salah, pilihan berganda dengan berbagai variasi, menjodohkan, dan isian pendek atau melengkapi. Banyak faktor yang mempengaruhi atau menentukan hasil belajar. Seperti yang diungkapkan (Hakim,2005) secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar dapat digolongkan menjadi dua, yaitu : faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yaitu faktor yang terdapat di dalam individu, seperti : jasmani dan rohani, kecerdasan (intelegensia), daya ingat, kemauan, bakat. Sedangkan Faktor eksternal adalah faktor yang terdapat di luar individu yang

21

bersangkutan, yaitu : keadaan lingkungan rumah, lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat, dan sebagainya 2.1.6 Hakikat Statika Menurut (Osfan, 2009) Ilmu Statika Bangunan itu sendiri memiliki arti, yaitu : Statika adalah ilmu yang mempelajari keseimbangan gaya dimana suatu konstruksi yang tetap diam walaupun pada konstruksi tersebut ada gaya-gaya yang bekerja. Sedangkan, bangunan adalah suatu konstruksi baik sederhana maupun kompleks yang berdiri dan membentuk suatu ruangan-ruangan yang memiliki fungsi. Jadi, arti dari Statika dan Tegangan adalah ilmu yang mempelajari stabilitas dan kekuatan dari konstruksi bangunan serta tegangantegangan yang terjadi dari bangunan itu sendiri. Menurut (Frick, 1978) Statika ialah ilmu tentang semua benda yang tetap, yang statis. Ilmu ini merupakan bidang bagian ilmu mekanika teknik, dalam ilmu ini dinamika diterangkan semua benda yang bergerak sedangkan dalam ilmu statika semua yang tidak bergerak (hanya bekerja dengan gaya-gaya yang tidak bergerak) dengan pergerakan = nol. Perhitungan Statika dan Tegangan mencakup : a. Perhitungan stabilitas yaitu perhitungan yang dilakukan agar bangunan selalu dalam keadaan kokoh. Berarti harus dilakukan pemeriksaan tentang kedudukan bangunan dengan pondasi dan keadaan tanah sebagai peletakan pondasi. b. Perhitungan dimensi yaitu suatu perhitungan yang menentukan ukuran-ukuran penampang bahan yang diperlukan agar mampu

22

mendukung beban-beban atau gaya-gaya yang bekerja pada konstruksi dengan tetap memperhitungkan factor keamanan. c. Perhitungan kekuatan yaitu perhitungan yang dilakukan untuk memeriksa apabila pada konstruksi terjadi perubahan bentuk, perakitan-perakitan searta tuntuan yang terjadi melampaui batas yang telah ditentukan atau tidak. d. Perhitungan Kontrol yaitu perhitungan yang dilakukan dengan tujuan memeriksa apakah bangunan yang akan didirikan cukup kuat dan cukup kokoh terhadap beban yang direncanakan. Tabel 2.1 Silabus Ilmu Statika SMKN 1 Jakarta Nama Sekolah Mata Pelajaran Kelas / semester Kode Kompetensi : SMKN 1 jakarta : Dasar Kompetensi Kejuruan : XII/2 : 004.DK.002 Nilai Budaya Kegiatan dan Pembelajaran Karakter Bangsa 1. Menjelaskan y Disiplin konsep y Kerja kesetimbang keras an y Jujur 2. Menghitung y Kreatif diagram y Mandiri gaya y Komunika lintang, tif normal dan y Tanggung momen dari jawab balok tunggal

Standar Kompetensi : Menerapkan Ilmu Statika

Kompetensi Dasar

Indikator

Materi Pembelajaran

Penilai an

Sumbe r Belajar

Membuat 1. Menjelaskan 1. Konsep diagram Konsep kesetimbang gaya kesetimbanga an normal, n 2. Perhitungan momen reaksi dari gaya, kopel 2. Menghitung gaya pada reaksi dari normal, konstruksi gaya normal, momen bangunan momen gaya, gaya, dan dan gaya gaya lintang lintang

Test y Buku tertulis meka nika Pembe teknik rian Ir. tugas Heinz frick y Modul Ilmu statik a dan

23

yang dibebani berbagai macam muatan 3. Menggambar diagram gaya normal, momen dan lintang 3. Membuat 3. Menggambar gambar diagram diagram dari gaya gaya normal, normal, momen dan momen dan lintang dari lintang balok yang dibebani oleh y Balok berbagai tunggal macam yang muatan menerima beban titik y Balok tunggal yang menerima beban terbagi rata y Balok tunggal yang menerima muatan segitiga y Balok yang menerima beban gabungan antara beban titik dan terbagi rata y Balok yang menerima gabungan antara beban merata dan muatan segitiga

tegan gan SMK N1 Jakart a

24

2.2

Kerangka Berfikir Student Centered Learning (SCL) merupakan metode pembelajaran yang

menempatkan siswa sebagai pusat pembelajaran sehingga mendorong siswa untuk belajar lebih aktif (active learning) dan bermakna (experiental learning). Pembelajaran SCL dapat terjadi apabila ada proses transformasi dari guru dalam membentuk (construktivisme) siswa untuk mencapai tujuan yang dikehendaki yaitu active Learning dan experiental learning sesuai dengan pendekatan pembelajaran yang digunakan. Pembelajaran SCL di desain tidak hanya dengan metode ceramah, tanya jawab dan tugas, tetapi juga ditambahkan dengan metode problem posing yang mengharuskan siswa berlatih soal terus menerus dengan cara membuat soal serta mengevaluasi hasil nya sendiri dari pembuatan soal-soal tersebut, dalam proses problem posing ini guru hanya mengamati dan sebagai fasilitator dan siswa harus membuat soal secara mandiri dengan mengacu pada contoh soal yang telah diberikan oleh guru dengan harapan hasil belajar siswa dapat meningkat. Pembelajaran Teacher Centered Learning (TCL) merupakan metode pembelajaran yang dominan dikuasai oleh guru, semua perencanaan serta hasil belajar di lakukan oleh guru, dan siswa hanya menerima informasi dari guru. Pembelajaran ini metode ceramah, tanya jawab serta pemberian tugas kepada siswa. Berdasarkan nilai siswa-siswi SMKN 1 Jakarta terutama pada mata pelajaran statika program Keahlian Teknik Konstruksi Kayu yang belum ada peningkatan, bahkan cenderung rendah, hal ini dikarenakan Ilmu Statika dan

25

Tegangan sangat berkaitan erat dengan Ilmu Fisika dan Ilmu Matematika, sehingga Ilmu Statika Bangunan berhubungan dengan perhitungan, apabila siswa tidak mempunyai motivasi yang kuat dan tidak mendapatkan metode yang sesuai dengan karakter siswa maka ilmu statika yang telah diajarkan tidak akan terekam dalam pemikiran siswa, begitu juga halnya dengan siswa-siswi di SMK Negeri 1 Jakarta. Oleh sebab itu jika guru salah menerapkan Metode Pembelajaran, maka siswa akan sulit dalam menerima pelajaran yang diberikan. Dengan demikian dari uraian di atas, penelitian ini akan menggunakan pendekatan pembelajaran Student Centered Learning (SCL) dalam proses belajar mengajar kelas XII TKK1 dan membedakan nya dengan penggunaan pendekatan Teacher Centered Learning (TCL) kelas XII TKK2 terhadap hasil belajar statika bangunan pada SMKN 1 Jakarta. Tabel 2.2 Strategi Pelaksanaan Pembelajaran dengan Teacher Centered Learning Pelaku Proses Belajar Mengajar Guru Pelaksanaan pembelajaran 1. Menyampaikan tujuan dari materi dan memotivasi siswa 2. Menjelaskan materi 3. Menjelaskan contoh soal dari materi 4. Memberikan tugas kepada siswa dalam kelas (berlatih soal) 5. Mengevaluasi latihan soal siswa Siswa 1. Mendengarkan dan mencatat materi

26

2. Mendengarkan dan memperhatikan contoh soal yang diberikan 3. Melaksanakan tugas (mengerjakan soal-soal yang diberikan)

Tabel 2.3 Strategi Pelaksanaan Pembelajaran dengan Student Centered Learning Pelaku Proses Belajar Mengajar Guru Pelaksanaan pembelajaran 1. Menyampaikan tujuan dari materi dan memotivasi siswa 2. Menjelaskan sedikit isi materi 3. Memberikan contoh soal 4. Memberikan tugas untuk siswa membuat soal yang menyerupai contoh soal yang telah diberikan (problem posing) 5. Mengamati proses pembuatan soal oleh murid 6. Mengevaluasi Siswa 1. Mendengarkan dan mencatat materi 2. Mencatat dan mendengarkan contoh soal yang diberikan 3. Membuat soal baru yang

27

menyerupai contoh soal (Problem Posing) dan latihan beberapa soal yang dibuat sendiri 4. Mengevaluasi hasil belajar

2.3 Perumusan Hipotesis Penelitian Dari uraian di atas, maka hipotesis yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut : Terdapat perbedaan hasil belajar antara pendekatan Student Centered Learning (SCL) dengan Teacher Centered Learning (TCL) terhadap hasil belajar statika bangunan pada siswa/siswa kelas XII teknik konstruksi kayu di SMKN 1 Jakarta.

28

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1

Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan data empiris hasil

belajar statika antara siswa yang mendapatkan pendekatan Student Centered Learning dengan siswa yang mendapatkan pendekatan Teacher Centered Learning. Sehingga peneliti dapat mengetahui ada tidaknya perbedaan hasil belajar pembelajaran Student Centered Learning dengan pembelajaran Teacher Centered Learning terhadap hasil belajar statika pada kelas XII teknik konstruksi kayu SMKN 1 Jakarta. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di SMKN 1 Jakarta jurusan Teknik Konstruksi Kayu. Waktu penelitian akan dilaksanakan pada bulan Februari Maret 2011 tahun akademik 2011 - 2012. 3.3 Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Metode eksperimen adalah metode penelitian kuantitatif yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan dalam suatu populasi dan mengambil sampel dari satu populasi tersebut. (Sugiyono,2007)

29

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan dua kelas di SMKN 1 Jakarta satu kelas menjadi kelas eksperimen dan satu kelas menjadi kelas control. Kelas eksperimen 1 mendapatkan pembelajaran dengan metode student centered learning, dan kelas eksperimen 2 mendapatkan pembelajaran dengan teacher centered learning. Skema metode ini dapat digambarkan sebagai berikut : Tabel 3.1 Skema metode Kelompok KE1 KE2 Keterangan : KE1 : Kelas Eksperimen 1 KE2 : Kelas Eksperimen 2 XE1 : Perlakuan pada kelompok eksperimen 1 dengan menggunakan metode student centered learning Xe2: Perlakuan pada kelompok eksperimen 2 dengan menggunakan metode teacher centered learning YE1 : Hasil belajar statika bangunan kelompok eksperimen 1 YE2 : Hasil belajar statika bangunan kelompok eksperimen 2 Treatment XE1 XE2 Post Test YE1 YE2

30

Diagram Alur Penelitian


Proposal

Pemilihan Kompetensi Dasar

Peesiapan Materi Ajar

Bahan Ajar

Pengelompokan Sample (Kelas eksperimen 1 & eksperimen 2)

Kelas Eksperimen 1

Kelas Eksperimen 2

Metode Student Centered Learning

Metode Teacher Centered Learning

Test

Test

Analisi Data

Kesimpulan Penelitian Gambar 3.1 Diagram Alur Penelitian

31

Tabel 3.2 Proses pelaksanaan penelitian Kelas Eksperimen 1 Waktu Pelaksanaan Pertemuan ke 1 Pelaksanaan Learning Pemberian Materi I : Konsep Kesetimbangan. Melakukan konsep SCL dengan problem posing (ceramah, tanya jawab, pemberian tugas dan pembuatan soal). Pertemuan ke 2 Pemberian Materi II : perhitungan dan penggambaran diagram gaya normal, gaya lintang, dan momen. Melakukan konsep SCL dengan problem posing (ceramah, tanya jawab, pemberian tugas dan pembuatan soal).. Pertemuan ke 3 Pemberian Materi III : Balok tunggal yang menerima beban titik. Melakukan konsep SCL dengan problem posing (ceramah, tanya jawab, pemberian tugas dan pembuatan soal). Pertemuan ke 4 Pemberian Materi III : Balok tunggal yang menerima beban terbagi rata. Melakukan konsep SCL dengan problem posing (ceramah, tanya jawab, pemberian tugas dan pembuatan soal). Pertemuan ke 5 Pemberian Materi IV : Balok tunggal yang menerima gabungan beban titik dan beban terbagi rata. Melakukan konsep SCL dengan problem posing (ceramah, tanya jawab, pemberian tugas dan pembuatan soal). Pertemuan ke 6 Pelaksanaan Test akhir pada siswa di kelas Student Centered

32

Tabel 3.3 Proses Pelaksanaan Penelitian Kelas Eksperimen 2 Waktu Pelaksanaan Pertemuan ke 1 Pelaksanaan Learning Pemberian Materi I : Konsep Kesetimbangan. Melakukan konsep TCL (ceramah, tanya jawab, pengerjaan tugas). Pertemuan ke 2 Pemberian Materi II : perhitungan dan di kelas Teacher Centered

penggambaran diagram gaya normal, gaya lintang, dan momen. Pertemuan ke 3 Pertemuan ke 4 Pertemuan ke 5 Melakukan konsep TCL (ceramah, tanya jawab, pengerjaan tugas). Pemberian Materi III : Balok tunggal yang menerima beban titik. Melakukan konsep TCL (ceramah, tanya jawab, pengerjaan tugas). Pemberian Materi III : Balok tunggal yang menerima beban terbagi rata. Melakukan konsep TCL (ceramah, tanya jawab, pengerjaan tugas). Pemberian Materi IV : Balok tunggal yang menerima gabungan beban titik dan beban terbagi rata. Pertemuan ke 6 Melakukan konsep TCL (ceramah, tanya jawab, pengerjaan tugas). Pelaksanaan Test akhir pada siswa

33

3.4. 3.4.1

Populasi dan Sampel Populasi Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto,2006). Populasi

dalam penelitian ini adalah siswa/siswi SMKN 1 Jakarta jurusan Teknik Konstruksi Kayu 3.4.2 Sampel Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono,2007). Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa/siswa kelas XII Jurusan Teknik Konstruksi Kayu 1 dan kelas XII Jurusan Teknik Konstruksi Kayu 2 tahun akademik 2011 - 2012. 3.5 Variabel Penelitian Dalam penelitian ini terdapat dua variable, yatu : variable bebas (independent variable) dan variable terikat (dependent variable). Variabel bebas adalah variable yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variable terikat, sedangkan variable terikat adalah variable yang dipengaruhi karena adanya variable bebas. Variable Bebas : Kelas eksperimen 1 : Pendekatan Student Centered Learning Kelas eksperimen 2 : Pendekatan Teacher Centered Learning Variabel Terikat: Hasil belajar statika 3.6 Instrumen Penelitian Instrumen yang digunakan untuk memperoleh data mengenai hasil belajar dilakukan menggunakan test pilihan ganda. Terdiri dari 20 pertanyaan.dalam penyusunan instrument didasarkan pada kisi-kisi instrumen seperti pada tabel 3.4

34

Tabel 3.4 Kisi-Kisi Instrument Penelitian KISI-KISI SOAL 1. Nama Sekolah 3. Mata Pelajaran 4. Pokok bahasan 6. Alokasi Waktu No . Standar Kompeten si
1 Menerapka n Ilmu Statika dan Tegangan Membuat diagram gaya normal, momen, dan lintang pada konstruksi bangunan. Menjelaskan 1. Menjelaskan konsep kesetimbang an sifat-sifat perletakan 2. Menyebutkan bentuk-bentuk perletakan 3. Menjelaskan pengertian Resultan 4. Menjelaskan syarat kesetimbangan Menjelaskan bidang momen 1. Menjelaskan penggambaran bidang momen 2. Menjelaskan pengertian momen PG 8 PG 6,7 5 PG 4 PG 2, 3 PG 1

: SMK NEGERI 1 JAKARTA : Dasar Kejuruan Statika : Konstruksi tangga : 2 x 45 menit Kompeten si Dasar Indikator Indikator Soal Bentu k Soal Nomo r Soal

2. Kompetensi Keahlian : Teknik Konstruksi Kayu

5. Kelas / Semester : XII / 1

35

3. Mengidentifik asi penggambaran jenis-jenis pembebanan Menghitung diagram gaya normal, lintang, dan momen 1. Menghitung reaksi perletakan pada balok tunggal yang menerima beban titik

PG

9,10

PG

11

2. Menghitung diagram lintang pada balok tunggal yang menerima beban titik. 3. Menghitung diagram momen pada balok tunggal yang menerima beban titik

PG

12

PG

13,14

36

4. Menghitung titik beban pada balok tunggal yang menerima beban terbagi rata 5. Menghitung reaksi perletakan pada balok tunggal yang menerima beban terbagi rata 6. Menghitung diagram lintang pada balok tunggal yang menerima beban terbagi rata 7. Menghitung diagram momen pada balok tunggal yang menerima beban terbagi rata

PG

15

PG

16,17

PG

18

PG

19,20

37

3.7

Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data yang digunakan adalah

menggunakan test tertulis dengan bentuk pilihan berganda. Yang mana data diperoleh dari hasil test antara dua kelompok, yaitu kelompok yang diberi pembelajaran SCL (kelas eksperimen 1), dengan kelompok yang diberi pembelajaran TCL (kelas eksperimen 2). Karena pada variabel hasil belajar teknik pengumpulan data yang digunakan adalah test. 3.8 Teknik Analisis Data Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan statistik parametris. Statistik parametris adalah statistik yang digunakan untuk menguji parameter populasi melalui data yang diperoleh dari sampel (Sugiyono,2007). Dalam statistik parametris banyak asumsi yang digunakan. Asumsi yang utama yaitu data yang akan dianalisis harus berdistribusi normal. Selanjutnya dalam penggunaan salah satu tes mengharuskan data dua kelompok atau lebih yang diuji harus homogen, dan dalam regresi harus terpenuhi asumsi linearitas. Uji normalitas, uji homogenitas, dan uji linearitas disebut dengan uji persyaratan analisis data. 3.8.1 Uji Instrumen Penelitian

3.8.1.1 Uji Validitas Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrument. Suatu instrument dikatakan valid atau sahih jika mempunyai validitas tinggi, sebaliknya suatu instrument dikatakan tidak valid

38

atau kurang valid jika memiliki validitas rendah. Suatu instrument dikatakan valid apabila instrument itu dapat mengukur apa yang hendak diukur. Pengujian validitas instrument bertujuan untuk mengetahui ketepatan instrumen dalam memberikan gambaran tentang data sesuai dengan keadaan sesungguhnya. Untuk mengetahui tingkat kevalidan dari suatu instrument digunakan rumus :

nxy (x)(y) rxy = {nx - (x)} {ny - (y)}


Keterangan :

rxy
x y n

= koefisien = skor item nomor soal = skor total = jumlah sampel

apabila rxy > r table, maka instrument tersebut dinyatakan valid. 3.8.1.2 Uji Realibilitas Realibilitas berasal dari kata reliable yang artinya dapat dipercaya. Suatu instrumen dikatakan reliable jika instrument tersebut memberikan hasil yang tetap. Pengujian suatu tes bisa dilakukan pada obyek yang sama pada waktu yang berlainan dengan selang waktu yang tidak terlalu lama dan juga tidak terlalu singkat, biasanya juga dilakukan dengan membandingkan hasil dari pengujian yang sama.

39

Sugiyono(2007), pengujian reliabilitas instrumen dapat dilakukan dengan menggunakan rumus Kuder Richardson 20. Rumus yang digunakan untuk mencari rKR adalah :

rkr

k k1

St - pq St
= koefisien reliabilitas test = banyaknya butir soal yang valid = Varians soal = Proporsi jawaban benar untuk butir soal ke i = Proporsi jawaban salah untuk butir soal ke i

Keterangan :

rKR
k

St
pi qi

Tabel 3.5 Kriteria Tingkat Reliabilitas Instrumen Indeks Reliabilitas 0,00 0,20 0,21 0,40 0,41 0,60 0,61 0,80 0,81 1,00 Tingkat Reliabilitas Rendah Sekali Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi

3.8.1.3 Analisis Tingkat Kesukaran

40

Asumsi yang digunakan untuk memperoleh kualitas soal yang baik , disamping memenuhi validitas dan realibitas, adalah adanya keseimbangan dari tingkat kesulitan soal tersebut. Keseimbangan yang dimaksudkan adalah adanya soal-soal yang termasuk mudah, sedang, dan sukar secara kemampuan siswa dalam menjawabnya, bukan dilihat dari sudut pandang guru sebagai pembuat soal. Adapun cara melakukan analisis tingkat kesukaran soal adalah dengan menggunakan rumus sebagai berikut : Untuk melakukan analisis tingkat kesukaran menggunakan rumus :

I!

B N

Keterangan : I = Indeks kesulitan untuk tiap butir soal B = Banyaknya siswa yang menjawa benar untuk tiap butir N = banyaknya siswa yang memberikan jawaban pada soal yang dimaksudkan. Kriteria yang digunakan adalah makin kecil indeks yang diperoleh, makin sulit soal tersebut. Sebaliknya, makin besar indeks yang diperoleh, makin mudah soal tersebut. Criteria indeks kesulitan soal tersebut adalah : 0 0,31 0,71 0,30 0,70 1,00 = soal kategori sukar = soal kategori sedang = soal kategori mudah

3.8.1.4 Analisis Daya Pembeda Analisis daya pembeda mengkaji butir-butir soal dengan tujuan untuk mengetahui kesanggupan soal dalam membedakan siswa yang tergolong mampu atau tinggi prestasinya, dengan siswa yang kurang atau lemah prestasinya.

41

Artinya, bila soal tersebut diberikan kepada anak yang mampu, hasilnya menunjukkan prestasi yang tinggi, tetapi bila diberikan kepada anak yang lemah, hasilnya rendah. Tes dikatakan tidak memiliki daya pembeda apa bila tes tersebut, jika diujikan kepada anak berprestasi tinggi hasilnya rendah, tetapi apabila diberikan kepada anak yang berprestasi rendah hasilnya tinggi. Cara yang digunakan dalam analisis daya pembeda adalah dengan menggunakan table atau criteria Rose-Stanley.

B = SR - ST Keterangan : SR = Siswa yang menjawab salah dari kelompok rendah ST = Siswa yang menjawab salah dari kelompok tinggi Rumus indeks daya pembeda :

I=

B N

Keterangan :

I = indeks daya pembeda (%) B = Beda (SR-ST) N = Banyaknya siswa kelompok atas/bawah.

3.8.2

Uji Persyaratan Analisis

3.8.2.1 Uji Normalitas Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data populasi berdistribusi normal atau tidak berdasarkan data sampel yang diperoleh. Karena dalam penelitian ini data yang digunakan adalah data kelompok maka uji normalitasnya menggunakan uji chi kuadrat.

42

Adapun langkah-langkah uji chi kuadrat adalah sebagai berikut : a. Data sampel dikelompokkan dalam daftar distribusi frekuensi absolute, dantentukan batas intervalnya. b. c. Tentukan nilai z dari masing-masing batas interval tersebut. Hitung besar peluang untuk tiap-tiap nilai z itu (berupa luas) berdasarkan table z. d. Hitung besar peluang untuk masing-masing kelas interval sebagai selisih luas dari c. e. Tentukan fe untuk tiap kelas interval sebagai hasil kali peluang tiap kelas (d) dengan n (ukuran sampel). f. g. Gunakan rumus chi kuadrat Apabila chi kuadrat
hitung

< chi kuadrat

tabel,

maka sampel berasal

dari populasi yang berdistribusi normal. 3.8.2.2 Uji Homogenitas Untuk mengetahui apakah data memiliki varian yang homogeny atau tidak, maka dilakukan uji homogenitas. Uji homogenitas atau kesamaan dua varians populasi dua kelompok sampel dilakukan dengan menggunakan rumus uji F. Rumus yang digunakan : F= S1 S2 Keterangan : S1 = varians terbesar S2 = varians terkecil Ho : varians tiap kelompok sama (homogen)

43

H1

: varians tiap kelompok tidak sama (tidak homogen)

Dengan criteria pengujian : Terima Ho, jika F hitung < F table. Tolak Ho, jika F hitung > F table . 3.9 Pengujian Hipotesis Setelah data-data terkumpul pada uji normalitas dan homogenitas, maka untuk menguji hipotesis digunakan uji t. Rumus yang digunakan adalah : X1 X2

t=

S1 + S2

n1

n2

Keterangan : X1 = Skor rata-rata hasil belajar kelas eksperimen X2 = Skor rata-rata hasil belajar kelas control S1 = Varians kelas eksperimen 1 S2 = Varians kelas eksperimen 2

n1 = Banyaknya data kelas eksperimen 1 n2 = Banyaknya data kelas eksperimen 2


3.10 Ho : Hipotesis Statistik

2,

Tidak ada perbedaan antara penerapan metode pembelajaran cooperative learning model stad dengan metode diskusi kelompokterhadap hasil belajar statika bangunan.

44

H1 :

>

2.

Terdapat perbedaan antara penerapan metode cooperative learning model stad dengan metode diskusi kelompok terhadap hasil belajar statika bangunan.

Terima Ho, jika t hitung < t tabel. Tolak Ho, jika t hitung > t tabel.

45

DAFTAR PUSTAKA Frick,Heinz.1978. Mekanika Teknik 1 Statika dan Keguanaanya. Jogjakarta : Kanisius. Sudjana.2005. Metoda Statistika. Bandung : PT Tarsito Bandung Sudjana,Nana.1990. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung : PT Remaja Rosdakarya Sugiyono.2007. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta. Nurazizah, Maryam.2010. Efektivitas Penggunaan Metode Pembelajaran Student Centered Learning berbasis Classroom Blogging Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa SMA. Skripsi. Bandung: UPI Jurnal Pendidikan Volume 8 No.1 Merat 2007: Nugraheni, Endang 2007. Student Centered Learning dan Implikasi nya terhadap proses Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka Murtinugraha,Eka.2008. Diktat Statistika Terapan Jurusan Teknik Sipil

Universitas Negeri Jakarta. Jakarta Http://akhmadsudrajat.wordpress.com/ (Diakses pada 7 Februari 2012) Http://uripsantoso.wordpress.com/2011/06/03/metode-pembelajaran-dalamstudent-centered-learning-scl/ (Diakses pada 7 Februari 2012)

You might also like