You are on page 1of 20

Bahaya Efek Samping Pewarna Buatan

Makanan olahan seperti kue, permen, minuman suplemen, dan es krim cenderung mengandung kadar pewarna tambahan (aditif) yang tinggi. Pewarna tambahan, baik alami maupun buatan, digunakan dalam industri makanan karena berbagai alasan, di antaranya untuk:

mengimbangi pemudaran warna karena paparan cahaya, udara, perubahan suhu dan kelembaban memperbaiki variasi warna menguatkan warna yang terjadi secara alami mewarnai bahan makanan yang tak berwarna membuat makanan lebih menarik sehingga mengundang selera

Beberapa studi ilmiah telah mengaitkan penggunaan pewarna buatan dengan hiperaktivitas pada anak-anak. Hiperaktivitas adalah suatu kondisi di mana anak mengalami kesulitan untuk memusatkan perhatian dan mengontrol perilaku mereka. Pada bulan November 2007, sebuah hasil penelitian yang diterbitkan di jurnal medis terkemuka Lancet mengungkapkan bahwa beberapa zat pewarna makanan meningkatkan tingkat hiperaktivitas anak-anak usia 3-9 tahun. Anak-anak yang mengkonsumsi makanan yang mengandung pewarna buatan itu selama bertahun-tahun lebih berisiko menunjukkan tanda-tanda hiperaktif. Selain risiko hiperaktif, sekelompok sangat kecil dari populasi anak (sekitar 0,1%) juga mengalami efek samping lain seperti: ruam, mual, asma, pusing dan pingsan. Berikut adalah beberapa jenis pewarna buatan yang populer dan efek samping yang ditimbulkan: 1. Tartrazine (E102 atau Yellow 5) Tartrazine adalah pewarna kuning yang banyak digunakan dalam makanan dan obatobatan. Selain berpotensi meningkatkan hiperaktivitas anak, pada sekitar 1- 10 dari sepuluh ribu orang , tartrazine menimbulkan efek samping langsung seperti urtikaria (ruam kulit), rinitis (hidung meler), asma, purpura (kulit lebam) dan anafilaksis sistemik (shock). Intoleransi ini tampaknya lebih umum pada penderita asma atau orang yang sensitif terhadap aspirin. 2. Sunset Yellow (E110, Orange Yellow S atau Yellow 6) Sunset Yellow adalah pewarna yang dapat ditemukan dalam makanan seperti jus jeruk, es krim, ikan kalengan, keju, jeli, minuman soda dan banyak obat-obatan. Untuk sekelompok kecil individu, konsumsi pewarna aditif ini dapat menimbulkan urtikaria, rinitis, alergi, hiperaktivitas, sakit perut, mual, dan muntah.

Dalam beberapa penelitian ilmiah, zat ini telah dihubungkan dengan peningkatan kejadian tumor pada hewan dan kerusakan kromosom, namun kadar konsumsi zat ini dalam studi tersebut jauh lebih tinggi dari yang dikonsumsi manusia. Kajian Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tidak menemukan bukti insiden tumor meningkat baik dalam jangka pendek dan jangka panjang karena konsumsi Sunset Yellow. 3. Ponceau 4R (E124 atau SX Purple) Ponceau 4R adalah pewarna merah hati yang digunakan dalam berbagai produk, termasuk selai, kue, agar-agar dan minuman ringan. Selain berpotensi memicu hiperaktivitas pada anak, Ponceau 4R dianggap karsinogenik (penyebab kanker) di beberapa negara, termasuk Amerika Serikat, Norwegia, dan Finlandia. US Food and Drug Administration (FDA) sejak tahun 2000 telah menyita permen dan makanan buatan Cina yang mengandung Ponceau 4R. Pewarna aditif ini juga dapat meningkatkan serapan aluminium sehingga melebihi batas toleransi. 4. Allura Red (E129) Allura Red adalah pewarna sintetis merah jingga yang banyak digunakan pada permen dan minuman. Allura Red sudah dilarang di banyak negara lain, termasuk Belgia, Perancis, Jerman, Swedia, Austria dan Norwegia. Sebuah studi menunjukkan bahwa reaksi hipersensitivitas terjadi pada 15% orang yang mengkonsumsi Allura Red. Dalam studi itu, 52 peserta yang telah menderita gatal-gatal atau ruam kulit selama empat minggu atau lebih diikutkan dalam program diet yang sama sekali tidak mengandung Allura Red dan makanan lain yang diketahui dapat menyebabkan ruam atau gatal-gatal. Setelah tiga minggu tidak ada gejala, para peserta kembali diberi makanan yang mengandung Allura Red dan dimonitor. Dari pengujian itu, 15% kembali menunjukkan gejala ruam atau gatal-gatal. 5. Quinoline Yellow (E104) Pewarna makanan kuning ini digunakan dalam produk seperti es krim dan minuman energi. Zat ini sudah dilarang di banyak negara termasuk Australia, Amerika, Jepang dan Norwegia karena dianggap meningkatkan risiko hiperaktivitas dan serangan asma.

Bahaya Pewarna Sintetis pada Makanan


Penampilan makanan termasuk dari segi warnanya, memang sangat berpengaruh untuk menggugah selera. Pewarna makanan merupakan benda berwarna yang memiliki afinitas kimia terhadap makanan yang di warnainya. Tujuan pemberian warna dimaksudkan agar makanan terlihat lebih berwarna sehingga menarik perhatian konsumen. Bahan pewarna umumnya berwujud cair dan bubuk yang larut di air.

Zat pewarna sendiri secara luas digunakan di seluruh dunia. Di Indonesia, sejak dahulu orang banyak menggunakan pewarna makanan tradisional yang berasal dari bahan alami, misalnya kunyit untuk warna kuning, daun suji untuk warna hijau. Ada dua jenis zat warna yang biasa digunakan dalam pengolahan pangan, yaitu pewarna alami dan sintetis. Semua zat pewarna alami dapat digunakan dalam pengolahan pangan, tetapi tidak begitu dengan pewarna sintetis. Pewarna sintetis yang biasa digunakan dalam pengolahan pangan biasa disebut dengan Food Colour.

1. Pewarna Makanan Alami (Food Colour) Pewarna alami merupakan pewarna yang berasal dari tumbuh-tumbuhan atau hewan yang lebih aman untuk dikonsumsi. Contohnya karotenoid adalah kelompok zat warna yang meliputi warna kuning, oranye, dan merah. Biasanya terdapat pada tomat, wortel, cabai merah, dan jeruk. Sedangkan dari hewan terdapat dalam lobster dan kulit udang.

2. Pewarna Sintesis (Non Food Colour) Pewarna buatan/sintetis adalah pewarna yang biasanya dibuat dipabrik-pabrik dan berasal dari suatu zat kimia. Pewarna ini digolongkan kepada zat berbahaya apabila dicampurkan ke dalam makanan. Pewarna sintetis dapat menyebabkan gangguan kesehatan terutama pada fungsi hati dalam tubuh kita. Contoh-contoh zat pewarna sintesis yang digunakan antara lain indigoten, allura red, fast green, tartrazine.

Bahaya jika Digunakan pada Makanan Proses pembuatan zat pewarna sintetik biasanya melalui perlakuan pemberian asam sulfat atau asam nitrat yang sering kali terkontaminasi oleh arsen atau logam berat lain yang bersifat racun. Pada pembuatan zat pewarna organik sebelum mencapai produk akhir, harus melalui suatu senyawa antara yang kadang-kadang berbahaya dan sering kali tertinggal dalam hasil akhir, atau terbentuk senyawa-senyawa baru yang berbahaya.

Untuk zat pewarna yang dianggap aman, ditetapkan bahwa kandungan arsen tidak boleh lebih dari 0,00014 persen dan timbal tidak boleh lebih dari 0,001 persen, sedangkan logam berat lainnya tidak boleh ada. Kelarutan pewarna sintetik ada dua macam yaitu dyes dan lakes. Dyes adalah zat warna yang larut air dan diperjualbelikan dalam bentuk granula, cairan, campuran warna dan pasta. Digunakan untuk mewarnai minuman berkarbonat, minuman ringan, roti, kue-kue produk susu, pembungkus sosis, dan lain-lain. Lakes adalah pigmen yang dibuat melalui pengendapan dari penyerapan dyes pada bahan dasar, biasa digunakan pada pelapisan tablet, campuran adonan kue, cake dan donat.

Rhodamin B Rhodamin B adalah salah satu pewarna sintetik yang tidak boleh dipergunaan untuk makanan, selain itu pewarna lainnya yang dilarang adalah Metanil Yellow Rhodamin B memiliki rumus molekul C28H31N2O3Cl, dengan berat molekul sebesar 479.000. Rhodamin B berbentuk kristal hijau atau serbuk-unggu kemerah-merahan, sangat mudah larut dalam air yang akan menghasilkan warna merah kebiru-biruan dan berflourensi kuat. Selain mudah larut dalam air juga larut dalam alkohol, HCl dan NaOH. Rhodamin B ini biasanya dipakai dalam pewarnaan kertas, di dalam laboratorium digunakan sebagai pereaksi untuk identifikasi Pb, Bi, Co, Au, Mg, dan Th. Rhodamin B sampai sekarang masih banyak digunakan untuk mewarnai berbagai jenis makanan dan minuman (terutama untuk golongan ekonomi lemah), seperti kue-kue basah, saus, sirup, kerupuk dan tahu (khususnya Metanil Yellow), dan lain-lain.

Tanda-tanda dan gejala akut bila terpapar Rhodamin B: 1. Jika terhirup dapat menimbulkan iritasi pada saluran pernapasan. 2. Jika terkena kulit dapat menimbulkan iritasi pada kulit. 3. Jika terkena mata dapat menimbulkan iritasi pada mata, mata kemerahan, udem pada kelopak mata. 4. Jika tertelan dapat menimbulkan gejala keracunan dan air seni berwarna merah atau merah muda.

Metanil Yellow juga merupakan salah satu zat pewarna yang tidak diizinkan untuk ditambahkan ke dalam bahan makanan. Metanil Yellow digunakan sebagai pewarna untuk produk-produk tekstil (pakaian), cat kayu, dan cat lukis. Metanil juga biasa

dijadikan indikator reaksi netralisasi asam basa.

Berikut adalah beberapa jenis pewarna sintetis/buatan yang populer dan efek samping yang ditimbulkan:

1. Tartrazine (E102 atau Yellow 5) Tartrazine adalah pewarna kuning yang banyak digunakan dalam makanan dan obatobatan. Selain berpotensi meningkatkan hiperaktivitas anak, pada sekitar 1 - 10 dari sepuluh ribu orang, tartrazine menimbulkan efek samping langsung seperti urtikaria (ruam kulit), rinitis (hidung meler), asma, purpura (kulit lebam) dan anafilaksis sistemik (shock). Intoleransi ini tampaknya lebih umum pada penderita asma atau orang yang sensitif terhadap aspirin.

2. Sunset Yellow (E110, Orange Yellow S atau Yellow 6) Sunset Yellow adalah pewarna yang dapat ditemukan dalam makanan seperti jus jeruk, es krim, ikan kalengan, keju, jeli, minuman soda dan banyak obat-obatan. Untuk sekelompok kecil individu, konsumsi pewarna aditif ini dapat menimbulkan urtikaria, rinitis, alergi, hiperaktivitas, sakit perut, mual, dan muntah.

3. Ponceau 4R (E124 atau SX Purple) Ponceau 4R adalah pewarna merah hati yang digunakan dalam berbagai produk, termasuk selai, kue, agar-agar dan minuman ringan. Selain berpotensi memicu hiperaktivitas pada anak, Ponceau 4R dianggap karsinogenik (penyebab kanker) di beberapa negara, termasuk Amerika Serikat, Norwegia, dan Finlandia.

4. Allura Red (E129) Allura Red adalah pewarna sintetis merah jingga yang banyak digunakan pada permen dan minuman. Allura Red sudah dilarang di banyak negara lain, termasuk Belgia, Prancis, Jerman, Swedia, Austria dan Norwegia. Sebuah studi menunjukkan bahwa reaksi hipersensitivitas terjadi pada 15% orang yang mengkonsumsi Allura Red. Dalam studi itu, 52 peserta yang telah menderita gatal-gatal

atau ruam kulit selama empat minggu atau lebih diikutkan dalam program diet yang sama sekali tidak mengandung Allura Red dan makanan lain yang diketahui dapat menyebabkan ruam atau gatal-gatal. Setelah tiga minggu tidak ada gejala, para peserta kembali diberi makanan yang mengandung Allura Red dan dimonitor. Dari pengujian itu, 15% kembali menunjukkan gejala ruam atau gatal-gatal.

5. Quinoline Yellow (E104) Pewarna makanan kuning ini digunakan dalam produk seperti es krim dan minuman energi. Zat ini sudah dilarang di banyak negara, termasuk Australia, Amerika, Jepang dan Norwegia karena dianggap meningkatkan risiko hiperaktivitas dan serangan asma. Oleh karena itu sebaiknya konsumen sebelum membeli makanan dan minuman, harus meneliti kondisi fisik, kandungan bahan pembuatnya, kehalalannya melalui label makanan yang terdapat di dalam kemasan makanan tersebut agar keamanan makanan yang dikonsumsi senantiasa terjaga. (pusdat/berbagai sumber) Setelah satu dekade dinyatakan aman, pemerintah Amerika Serikat mempertimbangkan untuk mengkaji kembali keamanan bahan pewarna makanan. Keputusan itu dibuat menyusul beberapa penelitian yang mengaitkan gangguan perilaku hiperaktif dengan makanan yang diberi pewarna. Badan pengawas obat dan makanan Amerika (FDA) sejak lama menyatakan bahwa tidak ditemukan hubungan antara pewarna makanan dan gangguan perilaku. Akan tetapi minggu lalu para pejabat FDA meminta masukan dewan panel FDA yang terdiri dari para ahli untuk mengkaji kembali keamanan bahan pewarna dan kemungkinan untuk menambahkan peringatan pada label makanan. Teori akan bahaya pewarna makanan ini sebenarnya sudah muncul empat dekade lalu ketika Dr.Benjamin Feingold, ahli alergi anak dari California, berhasil mengatasi perilaku hiperaktif pada anak-anak dengan menerapkan pola makan sehat yang bebas dari pewarna makanan. Penelitian yang dimuat dalam jurnal The Lancet tahun 2007 juga menunjukkan anakanak yang sering mengonsumsi makanan dengan tambahan warna cenderung lebih hiperaktif. Menyusul keputusan FDA ini, kelompok konsumen meminta pemerintah Amerika untuk melarang penggunaan pewarna celup, atau minimal mewajibkan produsen makanan untuk menambahkan label peringatan akan dampak hiperaktivitas di tiap kemasan makanan. Kendati demikian FDA menyatakan tidak akan mengambil keputusan dalam waktu dekat.

Produk makanan yang diberi pewarna buatan itu termasuk produk-produk yang populer bagi anak-anak, seperti sereal, jelly, dan berbagai jenis snack lainnya. Produk tersebut menggunakan bahan pewarna yang sudah dinyatakan aman oleh FDA.

Bahaya Pewarna Makanan 26.11.2010 10:05 Comments: 0 Categories: Report

Anak-anak cenderung tertarik dengan makanan yang bermarnawarni. Berbagai makanan yang dikonsumsi anak-anak seperti sereal, yogurt, jus, dan makanan lain yang telah diproses mengandung pewarna makanan.Laporan Center for Science in Public Interest menunjukkan bahwa pewarna makanan dapat menyebabkan hiperaktivitas pada anak-anak, bahkan dapat mengakibatkan alergi dan kanker. Penelitian muktahir menunjukkan bahwa banyak jenis makanan yang mengandung pewarna buatan dapat memiliki efek negatif pada perilaku anak. Anak-anak mengalami kesulitan dalam belajar, fokus, berpikir, dan mengontrol impuls, bahkan tingkat energi mereka menurun. Walaupun kebanyakan pewarna makanan yang digunakan merupakan pewarna yang diperbolehkan dan legal, namun bahaya kesehatan yang mungkin ditimbulkan tidak dapat diabaikan begitu saja. Warna permen, manisan, dan jenis makanan lain yang menarik sangat memperdayai kita. Namun apakah kita tahu bahwa pewarna makanan dapat menyebabkan tumor otak, kerusakan ginjal, kanker atau gondok. Selain itu, pewarna makanan juga dapat menyebabkan reaksi alergi. Alergi pewarna makanan dapat menyebabkan masalah kulit, pernafasan seperti batuk berkelanjutan atau asma, masalah pencernaan seperti mual, muntah, sakit perut, sampai sakit kepala.

Menurut Badan Pengawasan Pangan dan Obat-obatan Amerika (FDA) ada dua jenis pewarna makanan, yaitu pewarna makanan bersertifikat dan pewarna makanan bebas. Pewarna makanan bersertifikat diperoleh dari minyak sulingan dan belangkin. Pewarna ini merupakan bahan sintetis dan diciptakan di laboratorium. Sedangkan pewarna makanan bebas merupakan bahan-bahan alami yang diperoleh dari tumbuh-tumbuhan, mineral, dan sumber-sumber hewani. Walaupun berasal dari alam, namun dapat berbahaya. Untuk menghindari pewarna makanan, makanlah makanan yang segar. Sebelum membeli makanan yang telah diproses, periksa labelnya secara menyeluruh. Perbaharuilah informasi Anda untuk membuat pilihan yang tepat bagi kesehatan keluarga Anda. (goodeveningworld.com / rnt)

Bahaya Pewarna Makanan

Pewarna makanan merupakan benda berwarna yang memiliki afinitas kimia terhadap makanan yang di warnainya. Tujuan pemberian warna dimaksudkan agar makanan terlihat lebih berwarna sehingga, menarik perhatian konsumen. Bahan pewarna umumnya berwujud cair dan bubuk yang larut di air. Pewarna makanan dapat berupa pewarna jenis direct, mordant dan vat, dan penggunaannya secara ketat dikontrol hukum.

Ada 2 (dua) jenis zat warna yang biasa digunakan dalam pengolahan pangan, yaitu pewarna alami dan sintetis. Semua zat pewarna alami dapat digunakan dalam pengolahan pangan, tetapi tidak begitu dengan pewarna sintetis. Pewarna sintetis yang biasa digunakan dalam pengolahan pangan biasa disebut dengan Food Colour .

Pewarna Makanan Alami (Food Colour)

Pewarna alami merupakan pewarna yang berasal dari tumbuh-tumbuhan atau hewan yang lebih aman untuk dikonsumsi. Contohnya : Karotenoid adalah kelompok zat warna yang meliputi warna kuning, oranye, dan merah. Biasanya terdapat pada tomat, wortel, cabai merah, dan jeruk. Sedangkan dari hewan terdapat dalam lobster dan kulit udang.

Pewarna Makanan Buatan/Pewarna Sintesis (Non Food Colour)

Pewarna buatan adalah pewarna yang biasanya dibuat dipabrik-pabrik dan berasal dari suatu zat kimia. Pewarna ini digolongkan kepada zat berbahaya apabila dicampurkan kedalam makanan. Pewarna sintetis dapat menyebabkan gangguan kesehatan terutama pada fungsi hati dalam tubuh kita. Contoh-contoh zat pewarna sintesis yang digunakan antara lain indigoten, allura red, fast green, tartrazine. Deteksi secara Visual terhadap Pewarna Non Food Colour Sebagai langkah keamanan memang lebih baik mengkonsumsi makanan yang tidak diwarnai. Ataupun kalau diwarnai, sebaiknya yang menggunakan pewarna alami, karena dijamin tidak membahayakan. Bagaimana cara membedakan pewarna alami dan pewarna Non Food Colour ???? Ciri-ciri visual yang dapat digunakan sebagai patokan dalam memilih makanan di pasaran, adalah sebagai berikut : Pewarna Alami : 1. Warna agak suram 2. Mudah larut dalam air 3. Membutuhkan bahan pewarna lebih banyak (kurang mampu mewarnai dengan baik) 4. Membutuhkan waktu lama untuk meresap kedalam produk

Pewarna Non Food Colour : 1. Warna cerah sekali 2. Tidak mudah larut dalam air 3. Membutuhkan bahan pewarna lebih sedikit, karena dalam konsentrasi rendah sudah mampu mewarnai dengan baik. 4. Cepat meresap ke dalam produk Makanan yang diwarnai dengan pewarna Non Food Colour akan cerah sekali, karena pewarna cepat meresap kedalam produk. Biasanya tempat atau bejananya juga akan berwarna, sukar sekali dihilangkan meskipun telah dicuci. Begitupun bila kita pegang, maka bekas pewarna akan tetap menempel. Ada beberapa hal yang perlu kita lakukan untuk mencegah bahaya pewarna makanan di lingkungan keluarga dan lingkungan sekitar diantaranya :

Tanamkan pemahaman kepada anak-anak kita untuk tidak jajan sembarangan. Makanan yang dimasak di rumah tentu jauh lebih aman ketimbang jajanan yang kita tidak tahu proses pembuatannya seperti apa. Akan lebih baik jika anak-anak membawa bekal makanan/minuman sendiri dari rumah. Mengkampanyekan agar bersikap hati-hati terhadap makanan/jajanan di luar rumah. Makanan/minuman dengan warna yang mencolok sebaiknya dihindari, karena ada kemungkinan menggunakan pewarna yang bukan untuk makanan. Lakukan kampanye ini kepada anggota keluarga, saudara, dan orang-orang di sekitar Anda. Sekedar tambahan, junk food yang digilai banyak orang di Indonesia, di negara asalnya justru sudah mulai ditinggalkan karena terbukti menimbulkan efek buruk terhadap kesehatan. Jadi, jangan alihkan anak-anak dari jajanan biasa di sekitar kita ke junk food yang juga sama-sama berisiko membahayakan kesehatan.[amd]

HIDUP SEHAT
hidup sehat adalah pilihan

BAHAYA ZAT PEWARNA PADA MAKANAN


with 7 comments Dengan pengetahuan keamanan pangan yang baik dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari, maka masyarakat dapat terhindar dari berbagai bahaya akibat mengkonsumsi makanan yang tidak aman. Masyarakat dapat terhindar dari bahaya keracunan makanan akibat mengkonsumsi makanan yang tidak bebas dari cemaran logam berat, pestisida, bahan tambahan pangan dan racun. Terhindar dari konsumsi makanan yang tercemar cemaran biologis seperti seperti bakteri, virus, kapang, parasit, protozoa. Terhindar dari konsumsi makanan yang tercemar Cemaran fisik seperti pecahan gelas, potongan tulang, kerikil, kawat dan sebagainya. Pewarna Alami Adalah zat warna alami (pigmen) yang diperoleh dari tumbuhan, hewan, atau dari sumber-sumber mineral. Zat warna ini telah digunakan sejak dulu dan umumnya dianggap lebih aman daripada zat warna sintetis, seperti annato sebagai sumber warna kuning alamiah bagi berbagai jenis makanan begitu juga karoten dan klorofil. Dalam daftar FDA pewarna alami dan pewarna identik alami tergolong dalam uncertified color additives karena tidak memerlukan sertifikat kemurnian kimiawi. Keterbatasan pewarna alami adalah seringkali memberikan rasa dan flavor khas yang tidak diinginkan, konsentrasi pigmen rendah, stabilitas pigmen rendah, keseragaman warna kurang baik dan spektrum warna tidak seluas pewarna sintetik. Pewarna sintetik mempunyai keuntungan yang nyata dibandingkan pewarna alami, yaitu mempunyai kekuatan mewarnai yang lebih kuat, lebih seragam, lebih stabil dan biasanya lebih murah. Beberapa contoh zat pewarna alami yang biasa digunakan untuk mewarnai makanan (Dikutip dari buku membuat pewarna alami karya nur hidayat dan elfi anis saati terbitan Trubus Agrisarana 2006. dapat diperoleh di toko-toko buku se Indonesia) adalah:

KAROTEN, menghasilkan warna jingga sampai merah. Biasanya digunakan untuk mewarnai produk-produk minyak dan lemak seperti minyak goreng dan margarin. Dapat diperoleh dari wortel, papaya dan sebagainya. BIKSIN, memberikan warna kuning seperti mentega. Biksin diperoleh dari biji pohon Bixa orellana yang terdapat di daerah tropis dan sering digunakan untuk mewarnai mentega, margarin, minyak jagung dan salad dressing. KARAMEL, berwarna coklat gelap dan merupakan hasil dari hidrolisis (pemecahan) karbohidrat, gula pasir, laktosa dan sirup malt. Karamel terdiri dari 3 jenis, yaitu karamel tahan asam yang sering digunakan untuk minuman berkarbonat, karamel cair untuk roti dan biskuit, serta karamel kering. Gula

kelapa yang selain berfungsi sebagai pemanis, juga memberikan warna merah kecoklatan pada minuman es kelapa ataupun es cendol KLOROFIL, menghasilkan warna hijau, diperoleh dari daun. Banyak digunakan untuk makanan. Saat ini bahkan mulai digunakan pada berbagai produk kesehatan. Pigmen klorofil banyak terdapat pada dedaunan (misal daun suji, pandan, katuk dan sebaginya). Daun suji dan daun pandan, daun katuk sebagai penghasil warna hijau untuk berbagai jenis kue jajanan pasar. Selain menghasilkan warna hijau yang cantik, juga memiliki harum yang khas. ANTOSIANIN, penyebab warna merah, oranye, ungu dan biru banyak terdapat pada bunga dan buah-buahan seperti bunga mawar, pacar air, kembang sepatu, bunga tasbih/kana, krisan, pelargonium, aster cina, dan buah apel,chery, anggur, strawberi, juga terdapat pada buah manggis dan umbi ubi jalar. Bunga telang, menghasilkan warna biru keunguan. Bunga belimbing sayur menghasilkan warna merah. Penggunaan zat pewarna alami, misalnya pigmen antosianin masih terbatas pada beberapa produk makanan, seperti produk minuman (sari buah, juice dan susu).

Pewarna sintetis Pewarna sintetis mempunyai keuntungan yang nyata dibandingkan pewarna alami, yaitu mempunyai kekuatan mewarnai yang lebih kuat, lebih seragam, lebih stabil, dan biasanya lebih murah. Berdasarkan rumus kimianya, zat warna sintetis dalam makanan menurut Joint FAO/WHO Expert Commitee on Food Additives (JECFA) dapat digolongkan dalam beberapa kelas yaitu : azo, triaril metana, quinolin, xantin dan indigoid. Bahaya Jika Digunakan Pada Makanan Proses pembuatan zat pewarna sintetik biasanya melalui perlakuan pemberian asam sulfat atau asam nitrat yang sering kali terkontaminasi oleh arsen atau logam berat lain yang bersifat racun. Pada pembuatan zat pewarna organik sebelum mencapai produk akhir, harus melalui suatu senyawa antara yang kadang-kadang berbahaya dan sering kali tertinggal dalam hasil akhir, atau terbentuk senyawa-senyawa baru yang berbahaya. Untuk zat pewarna yang dianggap aman, ditetapkan bahwa kandungan arsen tidak boleh lebih dari 0,00014 persen dan timbal tidak boleh lebih dari 0,001 persen, sedangkan logam berat lainnnya tidak boleh ada. Kelarutan pewarna sintetik ada dua macam yaitu dyes dan lakes. Dyes adalah zat warna yang larut air dan diperjual belikan dalam bentuk granula, cairan, campuran warna dan pasta. Digunakan untuk mewarnai minuman berkarbonat, minuman ringan, roti, kue-kue produk susu, pembungkus sosis, dan lain-lain. Lakes adalah pigmen yang dibuat melalui pengendapan dari penyerapan dye pada bahan dasar, biasa digunakan pada pelapisan tablet, campuran adonan kue, cake dan donat. Rhodamin B. Rhodamin B adalah salah satu pewarna sintetik yang tidak boleh dipergunaan untuk makanan, selain itu pewarna lainnya yang dilarang adalah Metanil Yellow Rhodamin B memiliki rumus molekul C28H31N2O3Cl, dengan berat molekul

sebesar 479.000. Rhodamin B berbentuk kristal hijau atau serbuk-unggu kemerahmerahan, sangat mudah larut dalam air yang akan menghasilkan warna merah kebirubiruan dan berflourensi kuat. Selain mudah larut dalam air juga larut dalam alkohol, HCl dan NaOH. Rhodamin B ini biasanya dipakai dalam pewarnaan kertas, di dalam laboratorium digunakan sebagai pereaksi untuk identifikasi Pb, Bi, Co, Au, Mg, dan Th. Rhodamin B sampai sekarang masih banyak digunakan untuk mewarnai berbagai jenis makanan dan minuman (terutama untuk golongan ekonomi lemah), seperti kue-kue basah, saus, sirup, kerupuk dan tahu (khususnya Metanil Yellow), dan lain-lain. Menurut Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Barat, ciri-ciri makanan yang diberi Rhodamin B adalah warna makanan merah terang mencolok. Biasanya makanan yang diberi pewarna untuk makanan warnanya tidak begitu merah terang mencolok. Tanda-tanda dan gejala akut bila terpapar Rhodamin B : 1. Jika terhirup dapat menimbulkan iritasi pada saluran pernafasan. 2. Jika terkena kulit dapat menimbulkan iritasi pada kulit. 3. Jika terkena mata dapat menimbulkan iritasi pada mata, mata kemerahan, udem pada kelopak mata. 4. Jika tertelan dapat menimbulkan gejala keracunan dan air seni berwarna merah atau merah muda. Metanil Yellow juga merupakan salah satu zat pewama yang tidak diizinkan untuk ditambahkan ke dalam bahan makanan. Metanil Yellow digunakan sebagai pewama untuk produk-produk tekstil (pakaian), cat kayu, dan cat lukis. Metanil juga biasa dijadikan indikator reaksi netralisasi asam basa. Oleh karena itu sebaiknya konsumen sebelum membeli makanan dan minuman, harus meneliti kondisi fisik, kandungan bahan pembuatnya, kehalalannya melalui label makanan yang terdapat di dalam kemasan makanan tersebut agar keamanan makanan yang dikonsumsi senantiasa terjaga. Tips Memilih dan Membeli Produk Pangan Pastikan Anda telah membaca label yang tertera pada kemasan sebelum memutuskan membeli suatu produk pangan. Informasi penting yang perlu Anda amati dari label produk pangan antara lain:

Kode registrasi produk, Ini untuk menandakan apakah produk yang bersangkutan sudah terdaftar di Badan POM. Produk yang telah teregistrasi biasanya telah dikaji keamanannya. Penyimpangan bisa saja terjadi jika produsen melakukan perubahan tanpa sepengetahuan Badan POM setelah nomor registrasi didapatkan. Namun dengan mekanisme pengawasan dan kontrol yang dilakukan secara rutin oleh Badan POM, penyimpangan ini bisa terdeteksi.

Ingredient atau bahan-bahan yang terkandung dalam produk pangan, Sebaiknya hindari membeli produk yang tidak mencantumkan informasi bahan kandungannya. Petunjuk aturan pakai, Informasi ini untuk memudahkan Anda dalam mengonsumsi produk pangan. Informasi efek samping, Ini salah satu faktor penting yang perlu diketahui sebelum membeli dan mengonsumsi produk pangan khususnya yanq berisiko pada orang-orang tertentu. Expired date atau kedaluwarsa produk, Pastikan produk pangan yang dibeli masih belum kedaluwarsa agar tetap terjamin keamanannya.

Bahaya Penggunaan Rhodamine B Sebagai Pewarna Makanan 26 Jan 2006 Zat pewarna makanan alami sejak dulu telah dikenal dalam industri makanan untuk meningkatkan daya tarik produk makanan tersebut, sehingga konsumen tergugah untuk membelinya. Namun celakanya sudah sejak lama pula terjadi penyalahgunaan dengan adanya pewarna buatan yang tidak diizinkan untuk digunakan sebagai zat aditif. Contoh yang sering ditemui di lapangan dan diberitakan di beberapa media massa adalah penggunaan bahan pewarna Rhodamine B, yaitu zat pewarna yang lazim digunakan dalam industri tekstil, namun digunakan sebagai pewarna makanan. Berbagai penelitian dan uji telah membuktikan bahwa dari penggunaan zat pewarna ini pada makanan dapat menyebabkan kerusakan pada organ hati. Pada uji terhadap mencit, diperoleh hasil ; terjadi perubahan sel hati dari normal menjadi nekrosis dan jaringan disekitarnya mengalami disintegrasi atau disorganisasi. Kerusakan pada jaringan hati ditandai dengan terjadinya piknotik (sel yang melakukan pinositosis ) dan hiperkromatik (pewarnaan yang lebih kuat dari normal) dari nukleus. Degenerasi lemak dan sitolisis dari sitoplasma. Batas antar sel tidak jelas, susunan sel tidak teratur dan sinusoid tidak utuh. Semakin tinggi dosis yang diberikan, maka semakin berat sekali tingkat kerusakan jaringan hati mencit. Secara statistik, terdapat perbedaan yang nyata antara kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan dalam laju rata-rata pertambaan berat badan mencit. Sedangkan menurut studi yang dilakukan oleh Universitas Hokoriku, Kanazawa, Jepang. Efek Rhodamine B pada kosmetik adalah pada proliferasi dari fibroblas yang diamati pada kultur sistem. Rhodamine B pada takaran 25 mikrogram/ml dan diatasnya secara signifikan menyebabkan pengurangan sel setelah 72 jam dalam kultur. Studi ini menghasilkan bahwa 50 mikrogram/ml dalam rhodamine B menyebabkan berkurangnya jumlah sel setelah 48 jam dan lebih. Studi ini juga menyarankan bahwa zat warna rhodamine B menghambat proliferasi tanpa mengurangi penggabungan sel. Gabungan [3H] timidine dan [14C] leusin dalam fraksi asam tidak terlarut dari membran sel secara signifikan dihambat oleh 50 mikrogram/ml Rhodamine B. Rhodamine 6G menyebabkan kerusakan sel yang parah dan rhodamine B secara signifikan mengurangi jumlah sel. Rhodamine 123 tidak memiliki efek yang berarti, sedangkan. Lebih jauh lagi, rhodamine

B mengurangi jumlah sel vaskuler endothelial pada pembuluh darah sapi dan sel otot polos pada pembuluh darah hewan berkulit duri setelah 72 jam dalam kultur. Sehingga tidak berlebihan jika studi ini menyimpulkan bahwa rhodamine B menghambat proses proliferasi lipo fibroblast pada manusia. Berikut ini adalah nama-nama lain dari Rhodamine B Nama Lain Rhodamine B

Acid Bruliant Pink B ADC Rhodamine B Aizen Rhodamine BH Aizen Rhodamine BHC Akiriku Rhodamine B Briliant Pink B Calcozine Rhodamine BL Calcozine Rhodamine BX Calcozine Rhodamine BXP Cerise Toner [9-(orto-Karboksifenil)-6-(dietilamino)-3H-xantin-3-ylidene]dietil ammonium klorida Cerise Toner X127 Certiqual Rhodamine Cogilor Red 321.10 Cosmetic Briliant Pink Bluish D conc Edicol Supra Rose B Elcozine rhodamine B Geranium Lake N Hexacol Rhodamine B Extra Rheonine B Symulex Magenta Takaoka Rhodmine B Tetraetilrhodamine

BAHAYA ZAT PEWARNA MAKANAN PADA CENIL BAGI ANAK


Diposkan oleh Anisa Geniz di 02:53
A. Latar belakang Cenil merupakan makanan khas daerah yang bahan bakunya terbuat dari ketela pohon atau lebih dikenal dengan sebutan singkong. Biasanya dijual di pasar-pasar daerah dengan harga yang relatif murah yakni lima ratus hingga seribu rupiah. Disetiap daerah Cenil dikenal dengan nama yag berbeda-beda, ada yang menyebutnya dengan nama cetil. Makanan ini dibuat dengan warna-warna yang menarik terutama bisa menarik perhatian anak. Warna yang biasa digunakan adalah warna merah, hijau dan putih (alami/tanpa menggunakan pewarna). Sebenarnya, cenil bukan termasuk makanan yang berbahaya. Namun pada kenyataannya anak-anak lebih tertarik dengan warna-warna yang lebih menyolok dan secara tidak langsung memaksa penjual untuk memakai warna-warna yang mencolok tersebut. Akhirnya para pembuat cenil memakai jalan pintas yakni memakai pewarna sintetik yang mempunyai kelebihan, yaitu warnanya homogen dan penggunaannya sangat efisien karena hanya memerlukan jumlah yang sangat sedikit. Akan tetapi, kekurangannya adalah jika pada saat proses terkontaminasi logam berat, pewarna jenis ini akan berbahaya (pewarna untuk pembuatan cat dan tekstil). B. Bahan-bahan yang diperlukan dalam pembuatan cenil Untuk membuat cenil diperlukan bahan-bahan sebagai berikut : Ketela/singkong Tepung kanji Pewarna makanan Gula Kelapa (parutan kelapa) Garam

C.

Cara membuat dan menyajikan cenil

Berikut ini dipaparkan cara pembuatan cernil serta bagaimana menyajikan cenil : 1. a. Ketela/singkong dikupas b. Dicuci c. Diparut 2. Parutan singkong diperas diambil seratnya saja 3. a. Setelah itu serat singkong diberi pewarna makanan b. Ditambahi gula dan garam cecukupnya 4. Setelah pencampuran selesai, adonan singkong digelintiri atau dibentuk sesui selera masingmasing. Bisa dibuat bulat atau lonjong. 5. Direbus selama 10 menit dalam air mendidih 6. Setelah cenil terangkat keatas, berarti sudah matang. Lalu tiriskan. Dalam penyajiannya, aneka jajanan pasar ini biasanya disajikan bercampur jadi satu dalam satu wadah yang terbuat dari daun pisang dibentuk kerucut berfungsi sebagai piring. Parutan kelapa serta guyuran air gula merah pekat melengkapi nikmatnya jajanan-jajanan ini. Kelapa/parutan kelapa serta larutan air gula merah ditaburkan diatas cenil yang sudah matang, lalu taburkan juga gula halus diatasnya. Cenil siap untuk disajikan. Bisa dilihat pada gambar berikut :

A.

Zat pewarna makanan yang membahayakan Penampilan makanan, termasuk warnanya, sangat berpengaruh untuk menggugah selera. Penambahan zat pewarna pada makanan bertujuan agar makanan lebih menarik terutama bagi anak-anak. Di Indonesia, sejak dahulu orang banyak menggunakan pewarna makanan tradisional yang berasal dari bahan alami, misalnya kunyit untuk warna kuning, daun suji untuk warna hijau dan daun jambu untuk warna merah. Pewarna alami ini aman dikonsumsi namun mempunyai kelemahan, yakni ketersediaannya terbatas, dan warnanya tidak homogen sehingga tidak cocok digunakan untuk industri makanan dan minuman. Penggunaan bahan alami untuk produk massal akan meningkatkan biaya produksi menjadi lebih mahal dan lebih sulit karena sifat pewarna alami tidak homogen sehingga sulit menghasilkan warna yang stabil. Kemajuan teknologi pangan pangan memungkinkan zat pewarna dibuat secara sintetis. Dalam jumlah yang sedikit, suatu zat kimia bisa memberi warna yang stabil pada produk pangan. Dengan demikian produsen bisa menggunakan lebih banyak pilihan warna untuk menarik perhatian konsumen. Pewarna makanan sintetis yang mengandung bahan kimia mempunyai pengaruh buruk terhadap kesehatan seseorang, terutama bagi anak-anak. Celakanya lagi, manusia saat ini mengkonsumsi panganan yang diwarnai, berkali-kali lipat dari tahun-tahun sebelumnya. Pewarna makanan digunakan hampir seluruh makanan olahan yang dikonsumsi banyak orang, terutama makanan anak-anak, mulai dari permen, jajanan, sereal, hingga minuman ringan termasuk juga cenil. Untuk itu, sebaiknya kenali terlebih dahulu pewarna makanan pada makanan olahan (makanan). Penambahan pewarna makanan digunakan dengan tujuan dapat memperbaiki penampilan makanan agar terkesan menarik bagi konsumen, menyeragamkan dan mempertajam warna makanan itu sendiri. Namun, adakalanya kita tetap harus mewaspadai makanan yang mengandung zat pewarna, terutama pewarna buatan. Hal ini dikarenakan adanya penambahan bahan pewarna makanan yang digunakan lantaran untuk menutupi perubahan warna akibat proses pengolahan dan penyimpanan, menyembunyikan bahan makanan yang sudah rusak atau berubah warna serta menyembunyikan cara produksi atau pengolahan makanan yang tidak benar.

Bahan pewarna makanan terbagi menjadi dua kelompok besar, yakni pewarna makanan alami dan pewarna buatan (sintetis). Pewarna makanan alami diperoleh dari tanaman ataupun hewan yang berupa pigmen. Beberapa pigmen alami yang banyak terdapat di sekitar kita antara lain: klorofil (terdapat pada daun-daun berwarna hijau), karotenoid (terdapat pada wortel dan sayuran lain yang berwarna oranye-merah). Umumnya, pewarna makanan alami ini bersifat tidak cukup stabil terhadap panas, cahaya, dan tidak tahan lama. Walau begitu, pewarna alami umumnya aman dipergunakan dan tidak menimbulkan efek samping. Seperti yang di katakan oleh Kepala Bidang Jaminan dan Sarana Kesehatan Dinas Kesehatan Kota Surabaya drg. Rini Budiarti, Pewarna alami yang aman itu dari bahan alami seperti kunyit, daun suji, tomat, cabe merah, dan bahanbahan alami lainnya. Sedangkan pewarna buatan atau sintetis untuk makanan diperoleh melalui sintesis kimia buatan yang mengandalkan bahan-bahan kimia, atau dari bahan yang mengandung pewarna alami melalui ekstraksi secara kimiawi. Beberapa contoh pewarna buatan yakni : tartrazin, sunset yellow (untuk warna kuning), allura, eritrosin, amaranth (warna merah), dan beberapa pewarna buatan lainnya. Namun, ada juga pewarna makanan buatan yang tidak aman dan tidak layak untuk dikonsumsi. Seperti Rhodamin B dan metanil yellow yang sebenarnya merupakan pewarna tekstil yang dilarang penggunaannya dalam produk-produk pangan. Rhodamin B dan metanil yellow dapat menyebabkan iritasi mata, kerusakan hati, tumor, dan Kanker jika bahan tersebut terakumulasi di dalam tubuh. Namun, kedua pewarna tersebut masih sering dijumpai dalam produk-produk makanan dan minuman. Ciri-ciri pangan mengandung Rhodamin B : Berwarna merah menyala, bila produk pangan dalam bentuk larutan/minuman warna merah berpendar atau berflueresensi. Dalam pengelolaan tahan terhadap pemanasan (direbus/digoreng warna tidak pudar). Banyak memberikan titik-titik warna karena tidak homogen (misalnya pada kerupuk, es puter). B. Dampak zat pewarna makanan sintetis berbahaya bagi anak Anak-anak sangat tertarik dengan makanan yang berwarna-warni. Pewarna makanan digunakan di hampir seluruh makanan olahan yang dikonsumsi anak-anak, dari mulai permen, sereal, hingga minuman ringan. Di antara zat atau bahan berbahaya dalam jajanan sekolah yakni boraks (pengawet), bakteri e-coli, dan sacharin (pemanis buatan). Namun ada lagi yang tak kalah berbahaya, yakni kandungan zat pewarna buatan. Biasanya, zat pewarna banyak ditemukan pada jajanan permen, jeli, kue lapis, serta minuman warna warni. Bahan ini juga terdapat dalam makanan ringan (snack), atau makanan berwarna terang lainnya, misalnya cenil. Di dalam jajanana anak terdapat zat yang dilarang untuk makanan, yakni rhodamin B. Zat ini biasa digunakan untuk pewarna pakaian (pewarna tekstil). Di samping jajanan sekolah, zat yang sama juga sering dipakai untuk mewarnai terasi, kerupuk dan minuman sirup. Rhodamin B sangat berbahaya jika terhirup, mengenai kulit, mengenai mata dan tertelan. Akibat yang ditimbulkan dapat berupa : iritasi pada saluran pernapasan, iritasi pada kulit, iritasi pada mata, iritasi saluran pencernaan, dan bahaya kanker hati. Bahaya akut Rhodamin B bila sampai tertelan maka dapat menimbulkan iritasi pada saluran pencernaan dan air seni akan berwarna merah atau merah muda. Apabila terpapar Rhodamin B dalam waktu yang lama, maka dapat menyebabkan gangguan pada fungsi hati dan kanker hati. Bila mengonsumsi makanan yang mengandung rhodamin B, dalam tubuh akan terjadi penumpukan lemak, sehingga lama-

kelamaan jumlahnya terus bertambah. Dampaknya baru akan kelihatan akan kelihatan setelah puluhan tahun kemudian. Bahan perwarna dapat membahayakan kesehatan bila pewarna buatan ditambahkan dalam jumlah berlebih pada makanan, atau dalam jumlah kecil namun dikonsumsi secara terusmenerus dalam jangka waktu lama. Perlu diperhatikan bahwa pada saat ini banyak pengusaha nakal yang menggunakan zat-zat pewarna berbahaya yaitu zat pewarna bukan untuk makanan (non food grade). Misalnya, pemakaian zat pewarna tekstil atau kulit. Selain itu, terjadi juga penggunaan bahan pewarna buatan dengan dosis tidak tepat. Hal-hal tersebutlah yang dapat membahayakan kesehatan tubuh. Perilaku hiperaktif pada anak-anak ternyata terkait dengan pewarna makanan dan pengawet sodium benzoat, sebut penelitian yang diterbitkan The Lancet, baru-baru ini. Dampak zat-zat tersebut sangat luas, kata para peneliti. Mereka menyarankan para orangtua mengatur makanan anak-anak mereka, karena langkah itu ternyata cara mudah untuk menangani perilaku hiperaktif. Secara keseluruhan, anak-anak yang diberi minuman campuran, maju sekitar 10 persen ke arah hiperaktif. Kita sekarang punya bukti nyata bahwa campuran antara pewarna tertentu dengan pengawet benzoat memengaruhi tingkah laku anak-anak secara merugikan (Jim Stevenson, yang juga profesor psikologi di universitas Southampton). C. Menghindarkan anak terhadap makanan yang mengandung zat pewarna yang membahayakan Sebagai orang tua yang sangat peduli dengan kesehatan anak-anak maka sebagai orang tua harus bisa dan dilakukan sejak dini dengan cara mengajarkan dan melatih anak untuk melihat dan mengenali mana makanan yang baik dan mana yang tidak. Misalnya sebelum dimakan, anak dilatih untuk melihat, apakah rasa, warna, dan rupa makanan tadi berubah. Dilihat juga, apakah makanan tadi berair atau berlendir. Jadi, anak dilatih untuk melihat apakah dari sisi kualitas makanan-makanan tadi masih bisa dikonsumsi. Nah, kalau anak-anak sudah terlatih, begitu melihat nasi berlendir saja, ia pasti tahu bahwa nasi itu sudah tidak layak makan, misalnya rasanya sedikit kecut, mereka tahu. Warnanya kok aneh, anak juga tahu bahwa makanan tadi tentu tidak baik. Orangtua juga harus pandai membaca label jajanan anak. Jajanan anak sekarang ada dimana-mana, dari yang kaki lima sampai yang buatan pabrik. Kalau dulu hanya warna dan rasa, kini label juga menjadi penting dicermati, karena orang tidak hanya memberi MSG di bakso, tapi juga di makan kemasan. Jika orangtua melihat ada kemasan yang tidak memberi kejelasan tentang komposisi, sebaiknya komplain. Selain itu anak sebaiknya juga diajari tentang kebersihan. Sehingga kalau ia melihat penjual jajan di sekolahnya tidak pernah cuci tangan, misalnya, ia sudah tahu bahwa jajanannya itu tidak bagus. Maka kebiasaan itu akan melekat kepada anak dan anak akan terbiasa untuk hidup bersih, selain itu secara tidak langsung anak akan terhindar dari makanan atau jajanan yang mengandung zat pewarna yang berbahaya. Tips memilih makanan yang aman secara kasat mata : Carilah makanan atau minuman yang warnanya tidak terlalu mencolok Untuk produk makanan yang tidak dikemas secara khusus, sebaiknya anda pilih makanan atau minuman dengan warna yang tidak terlalu mencolok. Hal ini karena makanan yang terlihat mencolok atau ngejreng, kebanyakan dari pewarna makanan sintetis yang biasa digunakan untuk pewarna tekstil. Seperti halnya Rhodamin B yang membuatwarna makanan terlihat lebih ngejreng. 2. Test terlebih dahulu jika memilih makanan atau minuman yang berwarna Caranya, uji cobalah dengan menempelkan makanan ke tangan atau kain. Jika warnanya menempel dan sulit untuk dihilangkan, berarti makanan tersebut menggunakan pewarna yang tidak aman dan tidak layak untuk dikonsumsi. Lebih baik anda memilih warna makanan yang 1.

3.

4.

5.

6.

soft atau halus, karena pewarna makanan alami warnanya tidak ngejreng dan cenderung soft, jelas drg. Rini. Kenalkan sejak dini pada anak Tidak cukup dengan mengetahui pewarna yang aman atau tidak aman, kenalkan juga sedini mungkin pada anak-anak, makanan yang aman dan tidak aman. Sehingga anak-anak mengetahui makanan yang boleh ia makan atau tidak. Hal itu untuk mengantisipasi anak, jika terpaksa ia harus jajan diluar, ia akan memilih makanan yang aman. Biasakan anak sarapan dirumah Biasakan anak sarapan dirumah sebelum berangkat sekolah, dan beri bekal untuk makan siang anak. Karena dengan anak sarapan pagi dirumah, maka meminimalkan anak untuk jajan diluar yang memang belum terjamin keamanan dan kebersihannya. Baca jenis dan jumlah pewarna yang dipergunakan Setiap kali membeli makanan dalam kemasan, teliti dan baca jenis dan bahan pewarna yang dipergunakan dalam produk tersebut. Hal ini untuk mengetahui jumlah kandungan bahan pewarna yang dipakai di makanan tersebut. Perhatikan label pada setiap kemasan produk Pastikan di label makanan tercantum izin dari BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan) yang tertulis POM beserta no izin pendaftaran. Atau jika produk tersebut hasil industri rumah tangga, maka harus ada nomor pendaftarannya yang tertulis PIRT (Pangan Industri Rumah Tangga) dan nomor izin pendaftarannya.

You might also like