You are on page 1of 23

BAB II Landasan Teori

BAB II LANDASAN TEORI


2.1 Pengertian Baja Baja merupakan paduan besi dengan karbon dimana kelarutan

maksimumnya 2% C, sedangkan jika kandungan karbon di atas 2%-6,6%C disebut dengan besi cor (cast iron). Secara umum berdasarkan paduannya baja terbagi ke dalam dua jenis yaitu baja karbon (plain karbon steel) dan baja karbon paduan (alloy steel). 2.1.1 Baja Karbon (Plain Karbon Steel) Baja karbon merupakan baja dengan paduan utamanya adalah karbon di mana unsur karbon sangat menentukan sifat-sifatnya, sifat baja karbon biasa ditentukan oleh persentase karbon dan mikrostruktur. Sedangkan unsur-unsur paduan lainnya yang biasa terkandung di dalamnya terjadi karena proses pembuatannya. Berdasarkan kandungan karbonnya baja karbon terbagi ke dalam 3 bagian yaitu :
a.

Baja Karbon Rendah (low carbon steel) Baja ini memiliki kandungan karbon 0,025 - 0,3% C. Mempunyai kekuatan dan kekerasan yang rendah, tetapi mempunyai keuletan dan ketangguhan yang tinggi. Mempunyai sifat mampu mesin dan mampu bentuk yang baik.
Tidak dapat dikeraskan dengan proses perlakuan panas tetapi dapat

dikeraskan dengan proses pengerjaan dingin (cold working) Aplikasinya yaitu untuk: badan kendaraan, konstruksi, pipa, jembatan, dsb.

Laboratorium Logam-UNJANI

BAB II Landasan Teori

Sistem kodifikasi dari AISI/SAE dan UNS serta rentang komposisi untuk baja karbon rendah dan berbagai jenis baja paduan rendah:

Gambar 2.1 Sistem kodifikasi dari AISI/SAE dan UNS[9]

b.

Baja Karbon Medium (medium carbon steel) Baja ini mempunyai kandungan karbon 0,3-0,5%.
Dapat dikeraskan dengan pemanasan hingga temperatur austenit,

didinginkan dengan cepat kemudian dilakukan pemanasan kembali (proses tempering) untuk menaikkan keuletannya. Mempunyai kekuatan dan kekerasan yang lebih tinggi dibandingkan baja karbon rendah.
Aplikasi: roda dan rel kereta api, roda gigi, poros engkol dan

beberapa komponen mesin.

Laboratorium Logam-UNJANI

BAB II Landasan Teori

Sifat mekanik dan penggunaan untuk baja karbon yang telah didinginkan cepat di oli dan ditemper

Gambar 2.2 Sifat mekanik dan penggunaannya untuk baja karbon medium[9]

c.

Baja Karbon Tinggi (high carbon steel) Baja karbon ini mempunyai kandungan karbon 0,5 - 2% C. Digunakan dalam kondisi telah dikeraskan dan ditemper. Mempunyai kekerasan dan kekuatan yang tinggi tetapi keuletannya rendah terutama ketahanan aus yang tinggi sehingga dapat digunakan sebagai pahat potong. Mengandung unsur-unsur paduan seperti Cr, Mo, V dan W; unsurunsur paduan ini dengan karbon membentuk senyawa yang sangat keras dan ketahanan aus yang tinggi. Aplikasinya yaitu untuk : pahat potong, dies (matres/cetakan) untuk pembentukan logam, pisau potong, pisau cukur, mata gergaji, pegas, kawat berkekuatan tinggi.

Laboratorium Logam-UNJANI

BAB II Landasan Teori

Sifat mekanik dan penggunaan untuk baja karbon tinggi dan baja perkakas

Gambar 2.3 Sifat mekanik dan penggunaan untuk baja karbon tinggi dan baja perkakas[9]

2.1.2

Baja Paduan Baja paduan adalah baja yang mengandung unsur lain selain karbon,

contohnya yaitu baja paduan nikel, baja paduan mangan, baja paduan kromium, dll. Secara umum penambahan unsur paduan pada baja yaitu:
1.

Untuk meningkatkan mampu keras baja. Untuk memperbaiki kekuatan dan temperatur tertentu. Untuk memperbaiki sifat mekanik pada temperatur rendah atau Untuk memperbaiki ketangguhan. Untuk meningkatkan ketahanan gesek dan ketahanan korosi. Baja paduan ini terbagi ke dalam 3 bagian yaitu: Low alloy steel (baja paduan rendah), jika elemen paduannya 2,5 Medium alloy steel (baja paduan sedang), jika elemen paduannya

temperatur tinggi.

%.
2.

2,5 10 %.

Laboratorium Logam-UNJANI

BAB II Landasan Teori

3.

High alloy steel (baja paduan tinggi), jika elemen paduannya > 10 Selain itu, contoh lain dari pada baja paduan yaitu baja perkakas.

%. Baja perkakas adalah baja dengan kualitas tinggi yang digunakan sebagai perkakas. Tingginya kualitas baja perkakas diperoleh melalui penambahan paduan Cr, W, Mo dsb. Sifat-sifat yang harus dimiliki oleh baja perkakas adalah tahan pakai, tajam atau mudah diasah, tahan panas, kuat dan ulet. Baja perkakas berdasarkan unsur paduan dan proses pengerjaan panasnya terbagi ke dalam 5 kelompok yaitu:
a.

Later hardening atau carbon tool steel (ditandai dengan tipe W

oleh AISI), Shock resisting (Tipe S), memiliki sifat kuat dan ulet dan tahan terhadap beban kejut dan repeat loading. Banyak dipakai untuk pahat, palu dan pisau.
b.

Cold work tool steel, diperoleh dengan proses hardening dengan yang berbeda-beda. Tipe O dijelaskan dengan

pendinginan udara.
c.

mendinginkan pada minyak sedangkan tipe A dan D didinginkan di Hot Work Steel (tipe H), mula-mula dipanaskan hingga (300

500)C dan didinginkan perlahan-lahan, karena baja ini banyak mengandung tungsten dan molybdenum sehingga sifatnya keras.
d.

High speed steel (tipe T dan M), merupakan hasil paduan baja

dengan tungsten dan molybdenum tanpa dilunakkan. Dengan sifatnya yang tidak mudah tumpul dan tahan panas tetapi tidak tahan kejut. e. Campuran carbon-tungsten (tipe F), sifatnya adalah keras tapi tidak tahan aus dan tidak cocok untuk beban dinamis serta untuk pemakaian pada temperatur tinggi. Adapun contoh dari baja perkakas yaitu Baja AISI D2 dan baja AISI 1045. 1. Baja AISI D2 Baja AISI D2 merupakan jenis baja perkakas type D dan jenis perlakuan yang biasa dikerjakan yaitu pengerjaan dingin, dimana komposisinya terdiri dari :

Laboratorium Logam-UNJANI

BAB II Landasan Teori

C Si Co

: 1.4% - 1,6 % : 0,3% - 0,5% : 0,6%

Cr Mo V

: 11% - 13% : 0,7% - 1,2% : 0,8%

Mn : 0,3% - 0,5%

Biasanya baja AISI D2 digunakan untuk pahat potong, dies (matres/cetakan) untuk pembentukan logam, roda gigi, poros engkol dan beberapa komponen mesin. 2. Baja AISI 1045 Baja AISI 1045 merupakan baja karbon medium tetapi dapat dikelompokkan sebagai baja perkakas, dimana komposisinya terdiri dari: C P S : 0,43% - 0,50% : 0,40% : 0,050% Mn : 0,60% - 0,90%

Biasanya baja AISI 1045 digunakan untuk konstruksi-konstruksi bangunan. Diantara kedua baja tersebut terdapat berbagai jenis unsur paduan, dimana unsur-unsur paduan tersebut memiliki pengaruhnya masing-masing. Adapun pengaruh unsur paduan pada baja tersebut yaitu: a. Karbon Karbon (C) adalah unsur pengeras yang utama pada baja, jika berkombinasi dengan besi akan membentuk sementit yang sifatnya keras. Penambahan lebih lanjut akan meningkatkan kekerasan dan kekeuatan tarik baja diiringi dengan penurunan harga impaknya. Karbon berfungsi untuk mengatur kekuatan logam, besarnya tergantung dari kandungannya. Selain itu fungsi lain dari C adalah mengeraskan baja dengan struktur martensite yang terbentuk bila dicelup cepat dan membentuk karbida yang keras.

Laboratorium Logam-UNJANI

BAB II Landasan Teori

b.

Mangan (Mn)

Unsur ini senantiasa ada pada seluruh jenis baja komersil, selain itu berperan dalam meningkatkan kekuatan dan kekerasan, menurunkan laju pendinginan kritik sehingga mampu keras baja dapat ditingkatkan dan juga meningkatkan ketahanan terhadap abrasi. Fungsi lain dari Mn yaitu: c. Menstabilkan fasa karbida, Meningkatkan keuletan dan kekuatan tarik, Memperbaiki mampu keras, Sebagai deoksidan

Silikon (Si)

Silikon (Si) dan Mangan (Mn) adalah unsur-unsur yang selalu ada pada baja. Si ini berfungsi untuk menaikkan kekerasan dan elastisitas tetapi menurunkan kekuatan tarik dan keuletannya. Fungsi lain dari Silikon yaitu: d. Menaikkan sifat mekanik Penstabil fasa ferit, Meningkatkan ketahanan korosi pada suhu tinggi, Menaikkan ketahanan terhadap larutan kimia (14% Si)

Chrom (Cr)

Chrom (Cr) merupakan unsur paduan penting setelah C, dapat membentuk karbida (tergantung pada jenis perlakuan panas yang diterpakan dan kadarnya). Cr juga merupakan salah satu paduan utama pada HSS, selain itu Cr dapat meningkatkan ketahanan korosi karena dapat membentuk lapisan oksida Cr dipermukaan baja. e. Molibdenum (Mo) Molibdenum (Mo) ini dapat membentuk karbida sehingga dapat meningkatkan ketahanan terhadap keausan, meningkatkan ketangguhan dan kekuatan pada temperature tinggi. Mo ini jika berkombinasi dengan

Laboratorium Logam-UNJANI

10

BAB II Landasan Teori

unsur paduan lainnya akan meningkatkan ketangguhan dan ketahanan mulur serta dapat meningkatkan ketahanan baja pada temperatur tinggi. Selain itu Mo merupakan unsur yang terpenting untuk mencegah penurunan sifat bahan yang mengalami pemanasan cukup lama pada suhu 500C. f. Vanadium (V) Pada baja-baja konstruksi, Vanadium dapat menaikkan kekuatan tarik dan batas mulur serta memperbaiki rasio diantara kekuatan tarik dan mulur. V merupakan unsur pembentuk karbida yang kuat dan karbida yang terbentuk sifatnya sangat stabil. Sedangkan proses perlakuan panas yang diterapkan pada contoh baja perkakas di atas (baja perkakas AISI D2 dan AISI 1045) ada dua kategori, yaitu : 1. Pelunakan (Softening), adalah usaha untuk menurunkan sifat mekanik agar menjadi lunak dengan cara mendinginkan material yang sudah dipanaskan didalam tungku (annealing) atau mendinginkan dalam udara terbuka (normalizing).
2. Pengerasan (Hardening), adalah usaha untuk meningkatkan sifat

material terutama kekerasan dengan cara celup cepat (quenching) material yang sudah dipanaskan ke dalam suatu media quenching berupa air, air garam, maupun oli. 2.2 Perlakuan Panas (Heat Treatment) Perlakuan panas (Heat Treatment) adalah suatu proses mengubah sifat logam dengan jalan mengubah struktur mikro melalui proses pemanasan, penahanan waktu dan pengaturan kecepatan pendinginan dengan tanpa/merubah komposisi kimia yang bersangkutan. Tujuan dilakukannya proses perlakuan panas yaitu untuk merekayasa atau mendapatkan kekerasan baja sesuai dengan rencana yang diinginkan. Baja yang biasa dilakukan proses perlakuan panas yaitu baja perkakas, baja karbon rendah tidak dapat dilakukan proses perlakuan panas karena

Laboratorium Logam-UNJANI

11

BAB II Landasan Teori

kandungan karbonnya tidak mencukupi. Adapun prinsip-prinsip proses perlakuan panas yaitu:
a. Laju penamanasan, dimana material dipanaskan sampai temperatur

austenit. Adapun syarat-syarat pemanasan yaitu :

Pemanasan yang dilakukan tidak merubah bentuk komponen (tetap dalam keadaan solid). Temperatur pemanasan tidak sampai fasa terbatas. (delta), karena fasa

Pemanasan tidak sampai pada fasa yang bertemperatur tinggi, karena butir akan menjadi kasar. Berdasarkan kandungan karbon, temperatur austenisasi dibagi atas: Untuk baja hipoeutektoid : T = A3 50-100C Untuk baja hipereutektoid : T = Acm 50-100C T = A13 50-100C

b. Penahanan waktu (holding time), dimana setelah material mencapai

temperatur austenite kemudian dilakukan penahanan waktu pada temperatur tertentu untuk mendapatkan struktur fasa yang seragam.
c. Media pendingin, dimana media pendingin yang digunakan yaitu oli, air,

tungku dan udara terbuka. Untuk baja karbon, medium pendingin yang digunakan adalah air, sedangkan untuk baja paduan medium yang disarankan adalah oli, cairan polimer atau garam. Untuk baja-baja paduan tinggi menggunakan medium cairan garam. disarankan agar

Laboratorium Logam-UNJANI

12

BAB II Landasan Teori

Gambar 2.4 Diagram fasa Fe-Fe3C[9]

Pada diagram fasa Fe-Fe3C, proses perlakuan panas terjadi pada fasa (austenite), dimana fasa austenite itu akan mengubah menjadi fasa-fasa yang lain. Perubahan fasa tersebut akan menyebabkan:

Material menjadi keras (menaikkan kekerasan, hardening process). Material menjadi lunak (menaikkan keuletan, softening processes). Diagram fasa Fe-Fe3C merupakan sarana untuk mengetahui temperatur

pemanasan suatu jenis baja. Seperti telah diketahui bahwa kandungan karbon berpengaruh terhadap struktur mikro dan sifat mekanik baja. Dengan demikian temperatur pemanasan akan berbeda sesuai dengan kandungan karbon.

Laboratorium Logam-UNJANI

13

BAB II Landasan Teori

Gambar 2.5 Kurva pemanasan pada proses perlakuan panas[9]

Dari kurva perlakuan panas di atas terlihat perbedaan kecepatan pendinginan antara yang diquench, dinormalizing dan diannealing. Perbedaan tersebut akan berakibat berbedanya struktur mikro dan sifat mekanik. Untuk memprediksi struktur mikro yang terbentuk akibat perbedaan kecepatan pendinginan digunakan diagram lain, yaitu Diagram TTT/IT (Time-TemperatureTransformation/Isothermal Transformation) dan CCT (Continous-CoolingTransformation).
a. Diagram

TTT/IT TTT/IT

(Time

Temperature

Transformation/Isothermal

transformation) Diagram (Time-Temperature-Transformation/Isothermal Transformation) digunakan untuk mengetahui perubahan transformasi yang terjadi pada proses perlakuan panas. Proses perlakuan panas yang terjadi cenderung membuat baja mengalami perubahan-perubahan fasa yang diakibatkan karena temperature pemanasan dan waktu penahanan
b. Diagram CCT (Continous-Cooling-Transformation)

Diagram CCT (Continous-Cooling-Transformation) digunakan pada proses perlakuan panas yang berfungsi untuk mengetahui lamanya waktu yang dibutuhkan untuk pembentukan tranformasi fasa

Laboratorium Logam-UNJANI

14

BAB II Landasan Teori

2.3 Jenis-Jenis Proses Perlakuan Panas +Fe3C + 0 0,8 A13

Gambar 2.6 Jenis-jenis perlakuan panas[9]

2.3.1

Hardening

Gambar 2.7 Proses hardening

Laboratorium Logam-UNJANI

15

BAB II Landasan Teori

Tujuan dilakukannya proses hardening yaitu untuk menaikkan kekerasan, menaikkan kekuatan dan menurunkan keuletan. Pada proses ini material dipanaskan pada temperatur austenite (+50-1000C A3 dan +501000C Acm) kemudian dilakukan penahan waktu pada temperatur tertentu dan kemudian setelah itu didinginkan dengan laju pendinginan yang sangat tinggi atau diquench agar diperoleh kekerasan yang diinginkan. Biasanya baja yang diproses hardening diikuti dengan proses penemperan yang bertujuan untuk menurunkan tegangan yang ditimbulkan akibat quenching karena adanya pembentukan martensit. Pada proses ini akan menghasilkan terperangkapnya karbon yang akan menyebabkan bergesernya atom-atom sehingga membentuk struktur body center tetragonal (BCT) atau struktur yang tidak setimbang yang disebut martensit yang bersifat keras dan getas

Skema mekanisme geser pada pembentukan martensit

Gambar 2.8 Skema mekanisme geser pada pembentukan martensit

Tujuan utama proses hardening adalah untuk meningkatkan kekerasan benda kerja dan meningkatkan ketahanan aus, dimana makin tinggi kekerasannya maka makin tinggi pula ketahanan ausnya. Sebagai contoh: spindle, roda gigi, pahat-pahat pemotong dan dies memerlukan kekerasan yang tinggi. Disamping itu pada baja-baja struktural diperlukan juga sifat-sifat mekanik tertentu seperti kekuatan tarik, keuletan dan

Laboratorium Logam-UNJANI

16

BAB II Landasan Teori

elastisitas, sifat seperti itu dapat dicapai dengan menerapkan proses pengerasan dan penemperan. Benda kerja yang dikeraskan dan ditemper memiliki sifat mekanik yang lebih baik dibanding benda kerja hasil proses anil dan normal. Proses pengerasan umumnya diterapkan sebagai tahap terakhir dalam suatu proses pembuatan benda kerja. Waktu yang diperlukan untuk mencapai temperatur hardening tergantung pada beberapa faktor seperti jenis tungku dan jenis elemen pemanasnya. Laju pemanasan dari tungku garam relative lebih cepat dibanding tungku dengan atmosfir karena perpindahan panas dari cairan ke benda padat terjadi dengan laju yang lebih cepat. Sedangkan lama pemanasan pada temperatur pengerasan tergantung pada jenis baja dan temperatur pemanasan yang dipilih dari rentang temperatur yang telah ditentukan untuk jenis baja yang bersangkutan. Umumnya dipilih temperatur pengerasan yang tertinggi dari rentang temperatur pengerasan yang sudah ditentukan. Media quench yang biasa digunakan pada proses hardening yaitu dengan cara mengquench langsung, biasanya media yang digunakan yaitu oli dan air. Tetapi kekurangan dari cara mengquench langsung ini yaitu besarnya distorsi dan kemungkinan timbulnya retak akibat sangat tingginya laju pendinginan. Media Quench Oli Manfaat dari media quench oli yaitu bahwa laju pendinginannya pada tahap pembentukan lapisan uap dapat terkontrol sehingga dihasilkan karakteristik quenching yang homogen. Laju pendinginan untuk baja yang diquench di oli relative lebih rendah karena tingginya titik didih dari oli. Oli mempunyai viskositas yang lebih tinggi daripada air, dimana makin rendah viskositasnya maka makin cepat laju pendinginannya dan makin tinggi viskositasnya maka makin lambat pendinginannya. Media Quench Air Air sangat umum digunakan sebagai media quench, terutama digunakan untuk mengeraskan baja dengan mampu keras yang rendah sepert baja-

Laboratorium Logam-UNJANI

17

BAB II Landasan Teori

baja karbon, beberapa jenis baja paduan rendah, logam-logam non-ferro dan baja-baja tahan karat. Air ini memiliki kemampuan mendinginkan yang tinggi, tapi selain itu air mudah membentuk lapisan uap sehingga akan dihasilkan daerah-daerah yang lunak pada benda kerja yang diproses. Namun kerugian dari media quench air yaitu adanya penurunan yang tajam dari kapasitas pendinginannya pada rentang temperatur yang tinggi yaitu terbentuknya selimut uap air yang keberadaannya makin lama makin tinggi temperatur benda kerja. Umumnya keberadaan selimut uap air tersebut akan terjadi lebih lama dimana titik didihnya akan cepat tercapai, sehingga menghasilkan kekerasan yang tidak seragam (tergantung kompleksitas bentuk benda kerja) dan berarti akan menghasilkan distribusi tegangan yang tidak homogen sehingga dapat menyebabkan distorsi dan retak pada daerah-daerah yang lunak Adapun tahapan pengerjaan yang harus dilakukan sebelum proses pengerasan baja yaitu sebagai berikut:

Bebas dari terak (scale), oli dan sebagainya agar dihasilkan Benda kerja yang memiliki lubang, jika perlu, terutama pada baja

kekerasan yang diinginkan dengan kata lain benda kerja harus bersih.

perkakas harus ditutup dengan tanah liat, asbes atau baja insert sehingga tidak terjadi pengerasan pada bagian lubang tersebut. Hal ini tidak perlu dilakukan jika ukuran lubang relatif besar.

Benda kerja harus ditempatkan pada fixture yang layak sebelum

diletakkan di dalam tungku. Hal ini dilakukan untuk mencegah timbulnya distorsi.

Benda kerja-benda kerja yang relatif kecil dapat diletakkan dalam

suatu keranjang yang didisain khusus untuk itu agar dijamin kekerasan yang homogen.

Baja karbon dan baja paduan rendah dapat dipanaskan langsung ke

temperature pemanasannya tanpa memerlukan adanya pemanasan awal (pre-heat). Sedangkan benda kerja yang besar dan bentuknya rumit dapat dilakukan pemanasan awal untuk mencegah distorsi dan retak akibat

Laboratorium Logam-UNJANI

18

BAB II Landasan Teori

tidak homogennya temperatur di bagian tengah dengan di bagian permukaan. Pemanasan awal biasanya dilakukan untuk baja-baja perkakas karena konduktifitas panas baja tersebut sangat rendah. Temperatur pemanasan awal yang dilakukan adalah 5000-6000 C.

Benda kerja yang akan dikeraskan harus mempunyai struktur yang

homogen dan halus, karena apabila dari struktur logam tersebut kasar maka akan diperoleh struktur logam yang tidak homogen, distorsi, retak pada saat dipanaskan maupun pada saat diquench. Untuk itu struktur logam yang kasar sebelum dipanaskan harus dinormalkan terlebih dahulu dengan temperature 7800-8000 C. 2.3.2 Tempering

Gambar 2.9 Kurva pemanasan proses tempering

Pada proses ini, material dipanaskan sampai temperatur austenite kemudian setalah itu dilakukan penahanan waktu pada temperatur tertentu dan dinginkan di udara terbuka. Proses ini merupakan proses memanaskan kembali baja yang sudah dikeraskan karena sebelumnya telah dilakukan proses pengerasan baja (hardening). Tujuannya dilakukan proses tempering yaitu mengembalikan keuletannya/meningkatkan keuletannya tapi kekerasan
Laboratorium Logam-UNJANI 19

BAB II Landasan Teori

dan kekutannya menurun. Pada sebagian besar baja struktur, proses tempering dimaksudkan untuk memperoleh kombinasi antara kekuatan, keuletan dan ketangguhan yang tinggi. Dengan demikian, proses tempering yang dilakukan setelah proses hardening akan menjadikan baja lebih bermanfaat karena adanya struktur yang lebih stabil. Temperature proses tempering yaitu ;

1000C-2000C ; bertujuan untuk menghilangkan tegangan sisa 2000C-3000C : bertujuan untuk menurunkan kekerasan 3000C-7200C ; bertujuan untuk menurunkan kekerasan dan keuletan.[7] 2.3.3 Annealing

menaikkan

Gambar 2.10 Proses annealing, normalizing dan homogenizing[9]

Laboratorium Logam-UNJANI

20

BAB II Landasan Teori

Gambar 2.11 Proses dan kurva pemanasan Annealing

Proses

annealing

yaitu

proses

pemanasan

dimana

material

dipanaskan sampai temperatur austenisasi (1000C A3 dan 1000C A1) kemudian dilakukan penahanan waktu pada temperatur tertentu dan setelah itu diikuti dengan pendinginan yang lambat didalam tungku yang dimatikan Tujuannya yaitu:

Memperbaiki sifat mampu mesin. Memperbaiki sifat mampu bentuk. Menaikkan keuletan (melunakkan). Menghilangkan tegangan sisa. Menghilangkan ketidakhomogenan struktur. Memperhalus ukuran butir.

Laboratorium Logam-UNJANI

21

BAB II Landasan Teori

2.3.4

Normalizing

Gambar 2.12 Proses dan kurva pemanasan Normalizing

Proses normalizing temperatur austenite

ini yaitu

memanaskan

material

sampai

(1000C A3 dan 1000C Acm) kemudian dilakukan

penahanan waktu pada temperatur tertentu dan setelah itu didinginkan di udara terbuka. Proses ini bertujuan untuk memperbaiki mampu mesin, menghilangkan tegangan sisa dan memperbaiki sifat mekanik baja karbon struktural dan baja-baja paduan rendah. Sifat mekanik yang akan diperoleh setelah proses normalizing tergantung pada laju pendinginan di udara. Jika laju pendinginannya cepat maka akan menghasilkan kekuatan dan kekerasan yang lebih tinggi. Proses normalizing umumnya diterapkan pada baja karbon dan baja paduan rendah. Selain itu proses normalizing tidak dapat diterapkan pada jenis-jenis baja yang dapat dikeraskan di udara terbuka. Manfaat dari dilakukannya proses normalizing yaitu:

Laboratorium Logam-UNJANI

22

BAB II Landasan Teori

Proses normalizing biasanya digunakan untuk menghilangkan

struktur yang berbutir kasar yang diperoleh dari proses pengerjaan yang sebelumnya dialami oleh baja. Proses normalizing digunakan untuk mengeliminasi struktur yang kasar yang diperoleh dari akibat pendinginan yang lambat pada proses annealing.

Proses normalizing dapat mencegah distorsi dan memperbaiki

mampu mesin baja-baja paduan yang dikarburisasi karena temperature penormalan lebih tinggi dari temperature pengarbonan, dll.
2.3.5

Homogenizing

Gambar 2.13 Proses dan kurva pemanasan Homogenizing

Proses homogenizing yaitu proses pemanasan dimana material dipanaskan sampai temperatur austenite (11500C-12000C) kemudian dilakukan penahan waktu pada temperatur tertentu dan setalah itu dilakukan pendinginan di udara. Proses ini bertujuan untuk menghomogenkan/menyeragamkan komposisi kimia baja yang telah dicor.

Laboratorium Logam-UNJANI

23

BAB II Landasan Teori

Ketidakhomogenan (segregasi) terjadi akibat perbedaan proses pembekuan didalam cetakan. 2.3.6 Spherodizing

Gambar 2.14 Proses Spherodizing, recrystalitation dan stress relieving[9]

Spherodizing

merupakan

proses

perlakuan

panas

untuk

menghasilkan struktur carbida berbentuk bulat (spheroid) pada matriks ferrite. Pada proses Spherodizing ini akan memperbaiki machinibility pada baja paduan kadar karbon tinggi. Secara sederhana dapat dijelaskan sebagai berikut : bahwa baja hypereutectoid yang dianneal itu mempunyai struktur yang terdiri dari pearlite yang terbungkus oleh jaringan cemented. Adanya jaringan cemented ini (cemented network) ini meyebabkan rendah. baja Untuk (hypereutectoid) mempunyai machinibility

Laboratorium Logam-UNJANI

24

BAB II Landasan Teori

memperbaikinya maka cemented network tersebut harus dihancurkan dengan proses spherodizing. Spherodizing ini dilaksanakan dengan melakukan pemanasan sampai disekitar temperature kritis A1 bawah atau sedikit dibawahnya dan dibiarkan pada temperature tersebut dalam waktu yang lama (sekitar 24 jam) baru kemudian didinginkan. Karena berada pada temperatur yang tinggi dalam waktu yang lama maka cemented yang tadinya berbentuk plat atau lempengan itu akan hancur menjadi bola-bola kecil (sphere) yang disebut dengan spheroidite yang tersebar dalam matriks ferrite. 2.3.7 Stress relieving

Proses stress relieving bertujuan untuk menghilangkan tegangan sisa yang terjadi akibat berbagai proses, misalnya proses pemesinan, pengelasan, pembentukan, pengecoran dan perlakuan panas itu sendiri, memperkecil distorsi yang terjadi selama proses perlakuan panas dan mencegah timbulnya retak. Pada proses ini material dipanaskan pada suhu stress relieving (di bawah temp A1) kemudian dilakukan penahanan waktu pada temperature tertentu dan setelah itu dilakukan pendinginan di tungku. 2.3.8 Recrystalitation

Proses recrystalitation bertujuan untuk memperbaiki butir yang telah mengalami deformasi (pengerjaan dingin). Dengan proses pemanasan butirbutir yang terelongasi akibat deformasi, akan terjadi pertumbuhan butir baru yang halus. Pada proses ini material dipanaskan pada setengah temperatur melting, kemudian dilakukan panahanan waktu pada temperature tertentu dan setelah itu dilakuakn pendinginan di tungku. 2.3.9 Quenching

Quenching merupakan salah satu teknik perlakuan panas yang diawali dengan proses pemanasan sampai temperatur austenit (austenisasi) diikuti pendinginan secara cepat, sehingga fasa austenit langsung

Laboratorium Logam-UNJANI

25

BAB II Landasan Teori

bertransformasi secara parsial membentuk struktur martensit. Austenisasi dimulai pada temperatur minimum 50C di atas Ac3, yang merupakan temperatur aktual transformasi fasa ferit, perlit, dan sementit menjadi austenit. Temperatur pemanasan hingga fasa austenit untuk proses quenching disebut juga sebagai temperatur pengerasan (hardening temperatur), dan setelah mencapai temperatur pengerasan dilakukan penahanan waktu untuk menghomogenisasikan energi panas yang diserap selama pemanasan, kemudian didinginkan secara cepat dalam media pendingin. Tujuan utama quenching adalah menghasilkan baja dengan sifat kekerasan tinggi sekaligus terakumulasi dengan kekuatan tarik dan kekuatan luluh, melalui transformasi austenit ke martensit. Proses quenching akan optimal jika selama proses transformasi, struktur austenit dapat dikonversi secara keseluruhan membentuk struktur martensit. Hal-hal penting untuk menjamin keberhasilan quenching dan menunjang terbentuknya martensit yairu temperatur pengerasan, waktu penahanan, laju pemanasan, metode pendinginan, media pendingin dan hardenability.

Laboratorium Logam-UNJANI

26

You might also like