You are on page 1of 9

Membuat Pestisida Organik, Pestisida Hayati

Ramuan Insektisida Organik Serba Guna


Bahan 1. Air cucian beras (leri0 sebanyak 1 liter. 2. Alkohol 10 sendok makan atau dapat diganti dengan 2 butir ragi. 3. Cuka 10 sendok makan. 4. Gula pasir 1kg 5. Perasan umbi gadung 10 sendok makan. 6. Bakteri 10 sendok makan. 7. Daun klekeh, daun sirih, daun kecubung, daun mahoni, daun sirsak masing-masing satu genggam dan ditumbuk halus. Pembuatan 1. Seluruh bahan dicampur dan diaduk menjadi satu dan didiamkan selama 3 hari 2. Bahan siap digunakan dengan cara mencampurkan air sebanyak 10-15 liter untuk 1 gelas 3. Sebelum digunakan tambahkan larutan air tumbukan bawang putih atau cabai.

Ramuan Mengatasi Ulat


Bahan 1. Daun gamal 1 kg 2. Air 5 liter 3. Tembakau 2 gram Cara Pembuatan 1. Daun gamal ditumbuk sampai halus dan dimasak dengan 5 liter air, lalu dinginkan. 2. Tambahkan tembakau sambil diaduk-aduk. 3. Didiamkan selama satu malam. 4. Air sarinya siap digunakan dengan perbandingan liter untuk 10 liter air.

Ramuan Pengendali Kupu-kupu dan Ngengat


Bahan 1. Bawang putih atau bawang merah 1 kg 2. Air secukupnya Cara Pembuatan

Ramuan Pengendali Ulat, Wereng dan Jamur


Bahan 1. Lengkuas/laos 1 kg 2. Jahe 1 kg 3. Kunyit/kunir 1 kg 4. Umbi gadung 1 kg 5. Akar jenu/tuba 1 kg Cara pembuatan 1. Seluruh bahan ditumbuk atau diparut

2. Peras airnya dan dicampur satu sama lainnya 3. Bahan disimpan dalam botol selama 1 minggu dan siap digunakan 4. Satu sendok bahan dapat dicampur dengan 1 liter air

Ramuan Pemberantas Keriting Pada Cabai


Bahan 1. Abu dapur 2 kg 2. Tembakau kg 3. Bubuk belerang 3 ons Cara Pembuatan 1. Semua bahan dilarutkan kedalam air selama 3 5 hari 2. Bahan siap digunakan dengan mencampurkan air 10 liter untuk 1 gelas

Fungsida organik untuk Memberantas Jamur

Bahan 1. Lengkuas/laos 1 kg 2. Kunyit/kunir 1kg 3. Jahe 1 kg Cara Pembuatan 1. Ketiga bahan ditumbuk atau diparut 2. Ambil sarinya dengan cara diperas 3. Bahan siap digunakan untuk 2 sendok makan dicampur dengan air 10 15 liter

Pembuatan Pestisida organik


Pembuatan Pestisida Alami Penggunaan pestisida kimia memang berbahaya bagi Manusia. Kita sering merasa waswas bila anak kita akan bisa menjangkaunya. Nah, semoga artikel tentang pembuatan pestisida alami ini dapat membantu memecahkan Persoalan Anda (petani) dalam melindungi kebun (lahan pertanian) sekaligus keluarga. Mimba (Azadiracta indica) Cara pembuatannya dapat dilakukan dengan mengambil 2 genggam bijinya, kemudian ditumbuk. Campur dengan 1 liter air, kemudian diaduk sampai rata. Biarkan selama 12 jam, kemudian disaring. Bahan saringan tersebut merupakan bahan aktif yang penggunaannya harus ditambah dengan air sebagai pengencer. Cara lainnya adalah dengan menggunakan daunnya sebanyak 1 kg yang direbus dengan 5 liter air. Rebusan ini diamkan selama 12 jam, kemudian saring. Air saringannya merupakan bahan pestisida alami yang dapat digunakan sebagai pengendali berbagai hama tanaman. Tembakau (Nicotium tabacum) Tembakau diambil batang atau daunnya untuk digunakan sebagai bahan pestisida alami. Caranya rendam batang atau daun tembakau selama 3 4 hari, atau bisa juga dengan direbus selama 15 menit. Kemudian biarkan dingin lalu saring.Air hasil saringan ini bisa digunakan untuk mengusir berbagai jenis hama tanaman. Tuba, Jenu (Derriseleptica) Bahan yang digunakan bisa dari akar dan kulit kayu. Caranya dengan menumbuk bahan tersebut sampai betul-betul hancur. Kemudian campur dengan air untuk dibuat ekstrak. Campur setiap 6 (enam) sendok makan ekstrak tersebut dengan 3 liter air. Campuran ini bisa digunakan untuk mengendalikan berbagai jenis hama tanaman.

Temu-temuan (Temu Hitam, Kencur, Kunyit) Bahan diambil dari rimpangnya, yang kemudian ditumbuk halus dengan dicampur urine (air kencing) sapi. Campuran ini diencerkan dengan air dengan perbandingan 1 : 2 - 6 liter. Gunakan untuk mengendalikan berbagai jenis serangga penyerang tanaman.

Membuat Pestisida Organik Dengan semakin mahalnya bisaya pestisida, maka kita petani kita mulai melirik pestisida organic. Disamping harganya murah, bahan-bahannya banyak tersedia di sekitar kita. Namun sayangnya kita enggan untuk membuatnya, karena umumnya kita tidak tahu bagaimana cara membuatnya. gb.gadung Pestisida adalah zat pengendali hama (seperti: ulat, wereng dan kepik). Pestisida Organik: adalah pengendali hama yang dibuat dengan memanfaatkan zat racun dari gadung dan tembakau. Karena bahanbahan ini mudah didapat oleh petani, maka pestisida organik dapat dibuat sendiri oleh petani sehingga menekan biaya produksi dan akrab dengan lingkungan. Penggunaan pestisida organik juga harus dilakukan dengan hatihati dan dengan kesabaran serta ketelitian. Banyaknya pestisida organik yang disemprotkan ke tanaman harus disesuaikan dengan hama. Waktu penyemprotan juga harus diperhatikan petani sesuai dengan siklus perkembangan hama. Pestisida organik dapat menjamin keamanan ekosistem. Dengan pestisida organik hama hanya terusir dari tanaman petani tanpa membunuh. Selain itu penggunaan pestisida organik dapat mencegah lahan pertanian menjadi keras dan menghindari ketergantungan pada pestisida kimia. Untuk pencegahan adanya hama, penyemprotan dapat dilakukan secara periodik pada tanaman sayuran. Sebaiknya dalam waktu satu minggu sekali atau disesuaikan dengan ada tidaknya hama karena hama selalu berpindah. Bahan baku Pestisida organik dapat diperoleh dari biji mahoni, kunyit, jahe, serai dan cabe. Pembuatannya dengan dihaluskan, diberi air, diperas dan disaring . Untuk cabe saat penyemprotan harus hati-hati jangan sampai berbalik arah mengenai manusia. Pestisida dari mahoni untuk mengatasi hama tanaman terong dan pare. Kunyit, jahe, serai untuk mengatasi jamur tanaman dan buah. Cabe untuk mengatasi semua jenis hama kecuali hama di dalam tanah. Selain dengan pestisida organik buatan, pengusiran hama lalat buah juga dapat dilakukan dengan pengalihan perhatian hama pada warna-warna yang disukainya. Caranya dengan memasang warna tertentu yang bisa menarik lalat buah di sekitar tanaman. Pertanian secara tumpang sari juga bisa menjadi alternatif mengurangi hama tanaman tertentu. Berikut beberapa cara untuk membuat pestisida organik yang dapat dibuat sendiri: Membuat Pestisida Organik untuk Hama dan penyakit tanaman BIOPESTISIDA
Pembasmian hama dan penyakit tanaman dengan pestisida nabati adalah salahsatu komponen penting dari konsep pertanian organik, pertanian yang ramah lingkungan. Sebetulnya membasmi hama tanaman dengan pestisida nabati bukanlah konsep baru yang dipicu oleh maraknya pertanian organik akhir-akhir ini. Pestisida nabati lahir dari kearifan nenek moyang kita dalam menyikapi gangguan hama dan penyakit tanaman. Sayangnya, ketika brbagai produk imia pertanian beredar luas di pasaran, cara bijak itu pun dikesampingkan. Memang pestisida sintetis memiliki keunggulan dalam hal kecepatan dan efektivitasnya, namun efeknya yang bisa meracuni lingkungan mengembalikan kesadaran kita untuk memanfaatkan unsur-unsur dari alam dalam membasmi organisme pengganggu tanaman (OPT) tersebut. Sejauh ini pemakaian pestisida nabati aman bagi manusia, hewan, dan lingkungan. Inilah keunggulan pestisida nabati yang sifatnya hit and run (pukul dan lari), yaitu bila diaplikasikan akan membunuh hama pada saat itu juga dan setelah itu residunya akan cepat terurai di alam. Karena sifatnya yang

mudah terdegradasi, pestisida nabati harus sering disemprotkan pada tanaman. Alam memang telah menyediakan bahan-bahan pestisida tersebut. Berbagai penelitian membuktikan beberapa tumbuhan mampu membasmi atau mengusir hama dan penyakit tanaman. Bahan-bahan alamiah tersebut hadir dalam jaringan tumbuhan seperti daun, bunga, buah, kulit dan kayunya. Tercatat ada 2.400 jenis tumbuhan yang termasuk ke dalam 234 famili dilaporkan mengandung bahan pestisida (Ir. Agus Kardinan, MS, Pestisida Nabati,Ramuan & Aplikasi, 1999). Tumbuhtumbuhan ini dikelompokkan ke dalam: tumbuhan insektisida nabati, tumbuhan atraktan, tumbuhan rodentia nabati, tumbuhan moluskisida nabati dan tumbuhan pestisida serba guna. PROSES PEMBUATAN & PENGGUNAAN 1. Untuk Mengendalikan Hama secara Umum Bahan : - 8 kg daun mimba - 6 kg lengkuas - 6 kg sereh - 20 kg deterjen/sabun colek - 80 l air Cara Membuat: Daun mimba, lengkuas dan sereh ditumbuk halus dicampur dengan deterjen/sabun colek lalu tambahkan 20 liter air diaduk sampai merata. Direndam selama 24 jam kemudian saring dengan kain halus. Larutan akhir encerkan dengan 60 liter air. Larutan tersebut disemprotkan pada tanaman untuk luasan 1 hektar. 2. Mengendalikan Hama Trips pada Cabai Bahan: - 50-100 lembar daun sirsak - 15 gr deterjen/sabun colek - 5 l air Cara Membuat: - Daun sirsak ditumbuk halus dicampur dengan 5 liter air. - Direndam selama 24 jam, saring dengan kain halus. - Setiap liter Iarutan dapat diencerkan dengan 10 - 15 liter air. - Aplikasi dengan menyemprotkan larutan tersebut pada seluruh bagian tanaman yang ada hamanya. 3. Ramuan untuk Mengendalikan Hama Belalang dan Ulat Bahan : - 50 lembar daun sirsak - Satu genggam daun tembakau - 20 gr deterjen/sabun colek - 20 l air Cara Membuat : - Daun sirsak dan tembakau ditumbuk halus. Tambahkan deterjen/sabun colek, aduk dengan 20 liter air, endapkan 24 jam. - Disaring dengan kain halus dan diencerkan dengan 50 - 60 liter air. Aplikasi dengan cara disemprotkan. 4. Ramuan untuk Mengendalikan Hama Wereng Coklat, Penggerek Batang dan Mematoda. A. Bahan : - 50 gr biji mimba - 10 cc alkohol - 1 l air B. Cara Membuat : - Biji mimba ditumbuk halus dan diaduk dengan 10 cc alkohol, encerkan dengan 1 liter air - Endapkan selama 24 jam, saring dan dapat disemprotkan pada tanaman/serangga hama.

5. Ramuan untuk Mengendalikan Hama Tanaman Bawang Merah. Bahan : - 1 kg daun mimba - 2 buah umbi gadung racun - Deterjen/sabun colek sedikit - 20 l air Cara Membuat : Daun mimba dan umbi gadung ditumbuk halus, ditambah deterjen/sabun colek, aduk dengan 20 liter air, endapkan 24 jam, saring dan disemprotkan pada tanaman 6. Ramuan untuk Mengendalikan Tikus. Bahan : - 1 kg umbi gadung racun - 10 kg dedak padi - 1ons tepung ikan - Kemiri sedikit - Air sedikit Cara Membuat : Umbi dikupas, dihaluskan, semua bahan dicampurkan tambah air dibuat pelet. Sebarkan pelet di pematang sawah tempat tikus bersarang. 7. Pembuatan EM5 Persiapan, langkah kerja pembuatan EM5, dan cara pemakaian/penggunaan EM5 adalah sebagai berikut : A. Bahan : - 1 l air cucian beras (leri) - 100 cc EM4 - 100 cc/0,50 ons (50 gr) molase/gula pasir - 100 cc asam cuka makan (kadar 5%) - 100 cc alkohol ( kadar 30%-40%) B. Alat : 1. Jerigen plastik 2. Gelas ukur C. Cara Membuat : - Bahan-bahan tersebut di atas diaduk merata di dalam jerigen plastik dan kemudian ditutup rapat - Setiap pagi dan sore hari dikocok, kemudian tutup dibuka agar keluar gasnya. Pekerjaan ini dilakukan terusmenerus selama 15 hari (30 kali kocok), dan jangan sampai lupa ada hari yang tidak dikocok pada waktunya (hal ini untuk memelihara kondisi an-aerobik) - Setelah selesai 15 hari, biarkan selama 5 hari lagi tidak usah dikocok dan dibuka, simpan di tempat yang teduh dan gelap agar proses peragian berlangsung dengan baik. Baru setelah itu dipergunakan. EM5 sudah jadi, tanda-tandanya bila produksi gasnya sudah berhenti dan berbau sedap yang khas. Bila baunya busuk, tandanya pembuatan EM5 gagal - EM5 yang jadi harus disimpan di tempat yang relatif sejuk dan gelap serta suhu ruangan relatif stabil, tetapi jangan disimpan di dalam kulkas. EM5 harus sudah digunakan dalam waktu 3 bulan setelah selesai proses pembuatan. D. Cara Penggunaan : - Campurkan 10-50 cc EM5 dengan 1 liter air - Tambahkan 10 cc molase/gula pasir pada waktu akan menyemprot untuk melekatkan pada tanaman - Kocok/aduk sampai merata - Kemudian semprotkan pada tanaman waktunya sore menjelang malam hari; karena ulat biasanya makan daun dan lain-lain pada waktu malam hari

Ulat biasanya tidak menyukai bau semacam ini, karena ulat akan menjadi lapar dan lama-kelamaan akan mati sendiri - Campuran/larutan ini bisa dipergunakan untuk menyemprot buah (muda) guna mencegah serangan lalat buah Catatan : 1. Di alam, serangga dapat dipisahkan menjadi dua golongan berdasarkan sifat-sifatnya, yaitu : a. Serangga bersifat sebagai hama/parasit b. Serangga pencegah hama/predator. Pada serangga pencegah hama (predator) secara alami ia memangsa serangga-serangga hama. Dia bisa demikian karena di dalam tubuhnya ada zat antioksidan. Pada serangga pencegah hama, bila terkena semprotan EM5 justru zat antioksidan ini akan menjadi lebih aktif dan kuat.Namun sebaliknya pada serangga hama yang terkena semprotan EM5, maka badannya menjadi keriput/kisut/berkerut, kemudian karena tidak mau makan akhirnya mati. Kalau serangga hama tetap makan tanaman yang disemprot EM5 berarti juga makan zat antioksidan, maka pertumbuhannya menjadi terhambat/kurang. Bahaya serangan serangga hama akut tetap terhindar 2. Mulailah penyemprotan EM5 dimulai sejak perkecambahan tanaman sebelum hama menyerang. Namun perlu diperhatikan, biasanya tanaman tertentu tidak tahan daunnya disemprot dengan campuran yang mengandung alkohol. Daun muda biasanya akan terbakar dan pertumbuhan menjadi kurang baik, terutama bagi tanaman semusim. Tandatandanya ada bintik terbakar pada daun 3. Pembuatan EM5 dapat dicampur dengan bahan rempah-rempah (jahe, sirih, pinang, kunyit, kencur, sereh, dan sebagainya) yang diekstrak dahulu agar memberi aroma khusus. bahwa EM5 yang dicampur dengan ekstrak rempah-rempah menjadi lebih efektif. Penambahan ekstrak bahan organik yang mengandung obat-obatan seperti bawang putih,merica, lidah buaya, buah muda hasil penjarangan dan rumput-rumput muda tertentu sangat dianjurkan.Pencampuran EM5 dengan rempah-rempah jenis tertentu dengan tujuan untuk memberikan aroma khusus yang tidak disukai serangga. Rempah-rempah dan jenis tanaman obat juga mengandung antioksidan 4. Penyemprotan tanaman dengan EM5 sebaiknya dilakukan secara teratur, misalnya setiap minggu sekali, pada sore hari atau setelah hujan lebat. Akan tetapi jika tanaman kita telah diserang hama sebaiknya penyemprotan dilakukan setiap hari 5. Penggunaan EM5 dengan dosis yang berlebihan tidak menimbulkan efek residu seperti pestisida dan herbisida. Bahkan sebaliknya semakin banyak bakteri EM5 yang kerja lembur akan meningkatkan timbulnya zat antioksidan yang berarti semakin memperkuat daya tahan tanaman terhadap serangan hama dan penyakit tanaman. Dengan demikian penggunaan obat-obatan bagi tanaman berkurang dan justru malah tidak diperlukan lagi, jadi jelas lebih efisien. (Anonim, Departemen Kehutanan Dan Perkebunan. Pusat Penyuluhan. 1998)

Untuk Mengendalikan Hama Secara Umum, Bahan :Daun nimba 8 kg, lengkuas 6 kg, serai 6 kg, deterjen 20 gram, air 20 liter.Cara Pembuatan Daun nimba, lengkuas, dan serai ditumbuk. Seluruh bahan diaduk merata dalam 20 liter air, lalu direndam selama 24 jam. Keesokan harinya larutan disaring dengan kain halus. Larutan hasil penyaringan ditambah diterjen dan diencerkan dengan 60 liter air, bisa digunakan untuk luas 1 ha. Semprotkan pada tanaman. Pestisida Organik Pendahuluan Daun Mimba Biji mimba Serbuk Biji Mimba Sampai saat ini pestisida kimia masih merupakan satu-satunya senjata pamungkas petani untuk pengendalian OPT di lahan pertanian, karena mudah didapat, tidak repot, dan hasilnya segera dapat

dilihat. Penggunaan pestisida oleh petani cenderung sangat berlebihan, sehingga berdampak negatif terhadap konsumen maupun ekosistem pertanian. Salah satu cara alternatif untuk mengurangi pencemaran lingkungan adalah dengan penggunaan pestisida nabati. Prinsip penggunaan pestisida nabati tersebut hanya untuk mengurangi, dan bukan untuk meninggalkan pemakaian pestisida kimia, karena efektivitasnya juga masih di bawah pestisida kimia. Indonesia memiliki flora yang sangat beragam, mengandung cukup banyak jenis tumbuh-tumbuhan yang merupakan sumber bahan insektisida yang dapat dimanfaatkan untuk pengendalian hama. Lebih dari 1500 jenis tumbuhan di dunia telah dilaporkan dapat berpengaruh buruk terhadap serangga. Di Indonesia terdapat 50 famili tumbuhan penghasil racun. Famili tumbuhan yang dianggap merupakan sumber potensial insektisida nabati adalah Meliaceae, Annonaceae, Asteraceae, Piperaceae dan Rutaceae. Mimba (Azadirachta indica A. Juss; Mileaceae), merupakan salah satu tumbuhan sumber bahan pestisida (pestisida nabati) yang dapat dimanfaatkan untuk pengendalian hama. Tanaman ini tersebar di daratan India. Di Indonesia tanaman ini banyak ditemukan di sekitar provinsi Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, dan NTB. Dataran rendah dan lahan kering dengan ketinggian 0-800 dpl. merupakan habitat yang terbaik untuk pertumbuhan tanaman mimba. Penanaman dapat dilakukan melalui stek, cangkok, dan biji. Pembibitan lewat biji dilakukan segera mungkin setelah panen. Biji yang dijadikan benih, dimasukkan dalam karung basah selama 3-7 hari, atau direndam semalam agar cepat berkecambah. Benih yang telah berkecambah kemudian dipindah dalam polybag ukuran 30 cm yang berisi campuran tanah dan humus sampai tanaman berumur 3 bulan. Pemindahan bibit ke lahan penanaman sebaiknya dilakukan pada musim penghujan, agar tanaman tidak kekeringan. Tanaman mimba umumnya berbuah pada umur 3-5 tahun, dan pada umur 10 tahun tanaman mulai produktif berbuah. Buah yang dihasilkan dapat mencapai 50 kg per pohon. Tanaman mimba hanya berbuah setahun sekali (sekitar bulan Desember-Januari). Bagian tanaman mimba yang dapat digunakan sebagai pestisida nabati adalah daun dan bijinya. Ekstrak daun dan biji mimba mengandung senyawa aktif utama azadiraktin. Selain bersifat sebagai insektisida, mimba juga memiliki sifat sebagai fungisida, virusida, nematisida, bakterisida, maupun akarisida. Cara Kerja Mimba Berdasarkan kandungan bahan aktifnya, biji dan daun mimba mengandung azadirachtinmeliantriol, salanin, dan nimbin, yang merupakan hasil metabolit sekunder dari tanaman mimba. Senyawa aktif tanaman mimba tidak membunuh hama secara cepat, tapi berpengaruh terhadap daya makan, pertumbuhan, daya reproduksi, proses ganti kulit, menghambat perkawinan dan komunikasi seksual, penurunan daya tetas telur, dan menghambat pembentukan kitin. Selain itu juga berperan sebagai pemandul. Selain bersifat sebagai insektisida, tumbuhan tersebut juga memiliki sifat sebagai fungisida, virusida, nematisida, bakterisida, mitisida dan rodentisida. Senyawa aktif tersebut telah dilaporkan berpengaruh terhadap lebih kurang 400 serangga. sebagai senyawa aktif utama, Keunggulan Mimba Pengendalian hama dengan menggunakan mimba sebagai insektisida nabati mempunyai beberapa keunggulan antara lain : Di alam senyawa aktif mudah terurai, sehingga kadar residu relatif kecil, peluang untuk membunuh serangga bukan sasaran rendah dan dapat digunakan beberapa saat menjelang panen.

Cara kerja spesifik, sehingga aman terhadap vertebrata (manusia dan ternak) Tidak mudah menimbulkan resistensi, karena jumlah senyawa aktif lebih dari satu. Dengan keunggulan di atas, maka akan dihasilkan produk pertanian dengan kualitas yang prima, dan kelestarian ekosistem tetap terpelihara.

Kelemahan mimba Persitensi insektisida yang singkat kadang kurang menguntungkan dari segi ekonomis, karena pada populasi yang tinggi diperlukan aplikasi yang berulang-ulang agar mencapai keefektifan pengendalian yang maksimal. Biaya produksi lebih mahal, sehingga harga jualnya belum tentu lebih murah dari insektisida sintetik. Kendala pengembangan mimba sebagai insektisida alami Aplikasi kurang praktis dan hasilnya tidak dapat segera dilihat, di samping itu petani harus membuat sedia sendiri. Dengan alasan tersebut petani akan lebih memilih pestisida kimia dari pada nabati. Kurangnya dorongan penentu kebijakan Bahan, seperti halnya biji mimba tidak tersedia secara berkesinambungan, hal tersebut disebabkan karena biji mimba hanya dapat dipanen setahun sekali. Frekuensi pemakaian lebih tinggi, yang disebabkan karena sifat racunnya mudah terdegradasi Memerlukan persiapan yang agak lama, untuk mendapatkan konsentrasi bahan pestisida yang baik harus dilakukan perendaman selama 12 jam (semalam). Berdasarkan hasil penelitian telah diperoleh bahwa ekstrak air biji mimba 50 g/l yang diaplikasikan pada umur 8 hari efektif menekan serangan hama lalat kacang, Ophiomyia phaseoli pada tanaman kedelai setara Karbofuran (Curater 3 G-6 kg/ha), Fipronil (Regent 50 EC-2 ml/l), dan Klorfirifos (Petroban200 EC-2 ml/l) (Gambar 1) dengan memberikan nilai tambah sebesar Rp 80 400,- per hektar, dibanding dengan tanpa pengendalian. Biji mimba yang diekstrak dengan pelarut air (50 g/l) ditambah 0,5 ml perata/ha juga efektif menekan serangan tungau merah pada ubikayu dengan mortalitas 70 %. Pada tanaman kacang hijau ekstrak air biji mimba 50 g/l dapat menekan kehilangan hasil 13-45% terhadap hama penggerek polong Maruca testulalis, dan sebesar 21,5 % terhadap hama Thrips bila dibanding tanpa pengendalian. Hasil pengamatan di KP Kendalpayak pada MT 2007 menunjukkan bahwa populasi ulat grayak, Spodoptera lituraBemisia tabaci cukup tinggi. Rata-rata populasi ulat grayak adalah 6 ekor ulat/6 ayunan (Gambar 2), sedang populasi kutu kebul mencapai 1300-1500 ekor /6 ayunan (Gambar 3) pada varietas Burangrang, Kaba, Ijen, yang disemprot insektisida kimia, dibanding 1 ekor ulat/6 ayunan dan 100-700 ekor kutu kebul/6 ayunan pada varietas yang sama yang disemprot dengan serbuk biji mimba 50 g/l air. Pada perlakuan penyemprotan serbuk biji mimba 50 g/l air, predator laba-laba masih dijumpai, sedangkan pada perlakuan insektisida kimia, tidak ditemukan adanya predator laba-laba (Gambar 2). Penampilan tanaman yang diaplikasi dengan serbuk biji mimba juga baik (Gambar 4). Hasil uji laboratorium terhadap ulat grayak Spodoptera litura. diperoleh bahwa ekstrak air daun mimba (EDM) dan ekstrak air biji mimba (EBM) efektif menekan populasi larva S. lituraS. Litura (Gambar 5). dan kutu kebul, masing-masing sampai 83 % dan 93 %. Mortalitas larva pada perlakuan biji lebih tinggi bila dibanding dengan perlakuan daun. Penggunaan EDM dengan konsentrasi 10 % (100 g/l) secara statistik tidak berbeda nyata dengan penggunaan EBM sebanyak 50 g/l. Semakin tinggi konsentrasi biji maupun daun yang digunakan semakin efektif / manjur dalam mematikan larva

Bahan Baku Pestisida Organik


Aman dan Ramah Lingkungan Pestisida Organik ini dikenal juga dengan pestisida nabati atau pestisida organik. Merupakan bahan aktif tunggal atau majemuk yang berasal dari tumbuhan yang bisa digunakan untuk mengendalikan organisme pengganggu tumbuhan. Pestisida nabati ini bisa berfungsi sebagai penolak, penarik, antifertilitas (pemandul), pembunuh, dan bentuk lainnya. Secara umum, pestisida nabati diartikan sebagai suatu pestisida yang bahan dasarnya dari tumbuhan yang relatif mudah dibuat dengan kemampuan dan pengetahuan terbatas. Karena terbuat dari bahan alami atau nabati, maka jenis pestisida ini bersifat mudah terurai (bio-degradable) di alam, sehingga tak mencemari lingkungan dan relatif aman bagi manusia dan ternak peliharaan, karena residu (sisa-sisa zat) mudah hilang. Indonesia ada banyak jenis tumbuhan penghasil pestisida nabati. Bahan dasar pestisida alami ini bisa ditemui di beberapa jenis tanaman, dimana zat yang terkandung di masingmasing tanaman memiliki fungsi berbeda ketika berperan sebagai pestisida. Dalam fisiologi tanaman, ada beberapa jenis tanaman yang berpotensi jadi bahan pestisida. Apa saja tanaman itu? 1. Kelompok tumbuhan insektisida nabati. Merupakan kelompok tumbuhan yang menghasilkan pestisida pengendali hama insekta.Bengkoang, serai, sirsak, dan srikaya diyakini bisa menanggulangi serangan serangga. 2. Kelompok tumbuhan antraktan atau pemikat. Di dalam tumbuhan ini ada suatu bahan kimia yang menyerupai sex pheromon pada serangga betina dan bertugas menarik serangga jantan, khususnya hama lalat buah dari jenis Bactrocera dorsalis. Tumbuhan yang bisa diambil manfaatnya, daun wangi (kemangi), dan selasih. 3. Kelompok tumbuhan rodentisida nabati, kelompok tumbuhan yang menghasilkan pestisida pengendali hama rodentia. Tumbuh-tumbuhan ini terbagi jadi dua jenis, yaitu sebagai penekan kelahiran dan penekan populasi, yaitu meracuninya. Tumbuhan yang termasuk kelompok penekan kelahiran umumnya mengandung steroid. Sedangkan yang tergolong penekan populasi biasanya mengandung alkaloid. Jenis tumbuhan yang sering digunakan sebagai rodentisida nabati adalah gadung racun. 4. Kelompok tumbuhan moluskisida adalah kelompok tumbuhan yang menghasilkan pestisida pengendali hama moluska. Beberapa tanaman menimbulkan pengaruh moluskisida. Diantaranya daun sembung dan akar tuba. 5. Satu lagi, kelompok tumbuhan pestisida serba guna, dimana kelebihan kelompok ini tak hanya berfungsi untuk satu jenis. Misalnya insektisida saja, tapi juga berfungsi sebagai fungisida, bakterisida, moluskisida, dan nematisida. Tumbuhan yang bisa dimanfaatkan dari kelompok ini, yaitu jambu mete, lada, tembakau, dan cengkeh

You might also like