Professional Documents
Culture Documents
Daftar Isi :
2. Editorial
4. English Summary
62. Abstrak
64. RPPIK
Tumor otak merupakan salah satu penyakit yang paling ditakuti manusia.
Betapa tidak; kita semua mengetahui bahwa otak merupakan organ sentral
yang sangat penting bagi kehidupan yang berguna; sementara orang bahkan
mengatakan bahwa manusia berbeda dari makhuk hidup lainnya terutama
karena fungsi otaknya. Dan tumor sampai saat ini merupakan jenis penyakit
yang belum dapat diatasi sepenuhnya oleh pengetahuan kedokteran, apalagi
bila temasuk jenis tumor yang ganas.
Meskipun demikian, tidaklah berarti bahwa diagnosis tumor otak selalu
merupakan vonis kematian bagi penderitanya; dewasa ini ilmu kedokteran
telah berkembang pesat, teknik diagnostik dan pengobatan terus menerus
disempurnakan, dan harapan hidup para penderitanya semakin meningkat.
Untuk lebih mengenali gejala klinis tumor otak sedini mungkin , sekaligus
memahami perangainya, maka beberapa waktu yang lalu Rumah Sakit Pusat
Angkatan Darat Gatot Soebroto telah menyelenggarakan Simposium Tumor
Otak dengan PT Kalbe Farma sebagai sponsor tunggal. Dalam simpōsium ini
dibahas pule; cara-cara diagnosis, pengobatan - balk secara operasi maupun
cara-cara lainnya - dan tindakan rehabilitasi bagi para penderita tumor otak.
Simposium ini diadakan sebagai penyegar pengetahuan bagi para sejawat
agar tetap waspada terhadap kemungkinan penyakit ini, karena seperti juga
berlaku bagi penyakit lain pada umumnya, semakin dini penyakit diketahui,
semakin baik prognosisnya.
Selamat membaca.
Redaksi
Cermin Dunia Kedokteran menerima naskah yang membahas berbagai sesuai dengan urutan pemunculannya dalam naskah dan disertai keterangan
aspek kesehatan, kedokteran dan farmasi, juga hasil penelitian di bidang- yang jelas. Bila terpisah dalam lembar lain, hendaknya ditandai untuk meng-
bidang tersebut. hindari kemungkinan tertukar. Kepustakaan diberi nomor urut sesuai dengan
Naskah yang dikirimkan kepada Redaksi adalah naskah yang khusus untuk pemunculannya dalam naskah; disusun menurut ketentuan dalam Cummulated
diterbitkan oleh Cermin Dunia Kedokteran; bila telah pernah dibahas atau Index Medicus dan/atau Uniform Requirements for Manuseripts Submitted
dibacakan dalam suatu pertemuan ilmiah, hendaknya diberi keterangan menge- to Biomedical Journals (Ann Intern Med 1979; 90 : 95-9). Contoh:
nai nama, tempat dan saat berlangsungnya pertemuan tersebut. Basmajian JV, Kirby RL. Medical Rehabilitation. 1st ed. Baltimore. London:
Naskah ditulis dalam bahasa Indonesia atau Inggris; bila menggunakan William and Wilkins, 1984; Hal 174–9.
bahasa Indonesia, hendaknya mengikuti kaidah-kaidah bahasa Indonesia yang Weinstein L, Swartz MN. Pathogenetic properties of invading microorganisms.
berlaku. Istilah media sedapat mungkin menggunakan istilah bahasa Indonesia Dalam: Sodeman WA Jr. Sodeman WA, eds. Pathologic physiology: Mecha-
yang baku, atau diberi padanannya dalam bahasa Indonesia. Redaksi berhak nisms of diseases. Philadelphia: WB Saunders, 1974; 457-72.
mengubah susunan bahasa tanpa mengubah isinya. Setiap naskah harus di- Sri Oemijati. Masalah dalam pemberantasan filariasis di Indonesia. Cermin
sertai dengan abstrak dalam bahasa Indonesia. Untuk memudahkan para pem- Dunia Kedokt. l990 64 : 7-10.
baca yang tidak berbahasa Indonesia lebih baik bila disertai juga dengan abstrak Bila pengarang enam orang atau kurang, sebutkan semua; bila tujuh atau lebih,
dalam bahasa Inggris. Bila tidak ada, Redaksi berhak membuat sendiri abstrak sebutkan hanya tiga yang pertama dan tambahkan dkk.
berbahasa Inggris untuk karangan tersebut. Naskah dikirimkan ke alamat : Redaksi Cermin Dunia Kedokteran
Naskah diketik dengan spasi ganda di atas kertas putih berukuran kuarto/ P.O. Box 3105
folio, satu muka, dengan menyisakan cukup ruangan di kanan-kirinya, lebih Jakarta 10002
disukai bila panjangnya kira-kira 6 - 10 halaman kuarto. Nama (para) pe- Pengarang yang naskahnya telah disetujui untuk diterbitkan, akan diberitahu
ngarang ditulis lengkap, disertai keterangan lembaga/fakultas/institut tempat secara tertulis.
bekerjanya. Tabel/skema/grafik/ilustrasi yang melengkapi naskah dibuat sejelas- Naskah yang tidak dapat diterbitkan hanya dikembalikan bila disertai dengan
jelasnya dengan tinta hitam agar dapat langsung direproduksi, diberi nomor amplop beralamat (pengarang) lengkap dengan perangko yang cukup.
PINEAL REGION
THIRD VENTRICLE Germinoma
Colloid cyst Teratoma
Ependymoma Glioma
Pincocytoma
PITUITARY REGION
Adenoma FOURTH VENTRICLE
Craniopharyngioma Ependymoma
Meningioma BRAIN STEM Choroid plexus papilloma
Germinoma Astrocytoma Dermoid tumor
Glioblastoma Epidennoid cyst
CEREBELLO-PONTINE ANGLE
Acoustic ncurinoma FORAMEN MAGNUM REGION
Meningioma Meningioma
Epidermoid cyst Neurofrbroma
Ependymoma
Arachnoid cyst
Gambar : Lokasi tumor yang khas(1)
dan untuk menilai efek di sekitar struktur arteri dan venanya. B. GLIOMA
CT tanpa kontras : Glioma merupakan neoplasma intraserebral (intraaksial)
li • Kebanyakan meningioma memperlihatkan lesi hiperdens yang maligna. Gambaran infiltrat tumornya berbatas ireguler,
r yang homogen atau berbintik-bintik, bentuknya reguler dan tepinya bergerigi (jagged-edged border). Tumor-tumor supra-
berbatas tegas. Bagian yang hiperdens dapat memperlihatkan tentorial dapat berasal dari dalam korteks serebri dan meng-
gambaran psammomatous calcifications. adakan ekstensi ke dalam korpus kalosum, basal ganglia atau
u • Kadang-kadang meningioma memperlihatkan komponen talamus. Gambaran patologi glioma bervariasi dalam derajat
hipodens yang prominen apabila disertai dengan komponen kalsifikasi, nekrosis, perdarahan, pembentukan kista, neovaskuler
kistik, nckrosis, dcgencrasi lipomatous atau rongga-rongga dan aplasia seluler di dalam individual gliomanya.
CSF yang loculated. Neoplasma ini dapat diklasifikasikan sebagai astrositoma
• Sepertiga dari meningioma memperlihatkan gambaran gradasi rendah, astrositoma anaplastik atau glioblastoma multi-
isodens yang biasanya dapat dilihat berbeda dari jaringan pa- forme. Klasifikasinya dipersulit oleh 2 problem. Ke satu, per-
renkim di sekitamya dan, hampir semua lesi-lesi isodens ini bedaan regio dari suatu individual glioma dapat mempunyai per-
menyebabkan efck masa yang bermakna. bedaan gambaran patologik yang khas. Ke dua, glioma dapat
CT dengan kontras : memperlihatkan perubahan dengan waktu dan menjelma men-
• Semua meningioma memperlihatkan enhancement kontras jadi maligna.
yang nyata kecuali lesi-lesi dengan perkapuran. Pola enhance- Gambaran CT :
ment biasanya homogen tajam (intense) dan berbatas tegas. Biasanya meretleksikan suatu lesi infiltratif dan patologi
Duramater yang berlanjut ke lesinya biasanya tebal, tanda keganasan tumor yang khas.
yang relatif spesifik karena bisa tampak juga pada glioma dan
metastasis. 1. Astrositoma Gradasi Rendah :
It
• Di sekitar lesi yang menunjukkan enhancement, bisa disertai • Dapat memperlihatkan gambaran hipodens dengan bentuk
gambaran hypodense semilunar collar atau berbentuk cincin. yang iregulcr dan tepinya bergerigi. Astrositoma yang lain ber-
• Meningioma sering menunjukkan enhancement heterogen bentuk bulat atau oval dengan tepi yang tegas yang dapat disertai
a dengan kista. Adanya tumor kistik akan lebih nyata bila ditemu-
yang kompleks('.z.a,ea.e)
Bloch dan Pureell pada 1946 menemukan prinsip dasar MRI dengan adanya perbedaan intensitas tumor yang kurang di-
yaitu inti atom (proton) akan bergetar dalam medan magnit. bandingkan udem perifokal pada T1 dan T2, dapat didiagnosis
Penemuan ini dikembangkan terus menerus oleh para ahli fisika suatu tumor seperti pada glioblastoma. Kalsifikasi tidak baik
dan elektro sehingga pada tahun 1980 aplikasinya dalam ilmu dilihat dengan MRI, karena sedikit sekali mengandung air
kedokteran dipakai secara besar-besaran terutama di negara yang sehingga baik pada T1 maupun T2 akan temp memberikan
sudah maju seperti Amerika Serikat dan negara Eropa Barat dan gambaran hipo intensitas. Kalsifikasi lebih baik dilihat dengan
Jepang. Di Indonesia baru September 1990 untuk pertama kali CT Sean. Udem perifokal yang biasa pada tumor memberikan
dilakukan di RSEM yang kemudian diikuti oleh RS Pertamina mass effect dapat dengan jelas sekali terlihat pada T1 hipo
dan Husada. intensitas sedangkan pada T2 menjadi hiperintensitas. Tumor
Dalam mendiagnosis suatu tumor otak, selain klinis, pe- dengan perdarahan subakut dan kronik dapat dengan jelas dilihat
ranan radiologi sangat besar. Dahulu angiografi, kemudian CT pada T1 hiperintensitas dan T2 tetap hiperintensitas (subakut);
Sean dan terakhir MRI; terutama untuk tumor-tumor di daerah sedangkan perdarahan akut lebih jelas dengan CT Sean daripada
fossa posterior, karena CT Sean sukar mendiagnosis tumor otak MRI.
akibat banyaknya artefak, sekalipun dengan kontras. Dengan Tumor-tumor yang berasal dari saraf (sehwanoma, neuroma
MRI suatu tumor dapat dengan jelas tervisualisasi melalui di dan neurinoma) serta tumor-tumor lokal (tumor hipofisis, chor-
potongan 3 dimensi, sehingga memudahkan ahli bedah saraf doma, glomus tumor) sama sekali tidak mempunyai udem peri-
untuk dapat menentukan teknik operasi atau menentukan tumor fokal. Tumor-tumor oligodendroglia sedikit mempunyai udem
tersebut tidak dapat dioperasi mengingat risiko/komplikasi perifokal maupun mass effect dan banyak mengandung kalsi-
yang akan timbul. fikasi.
Melalui MRI, suatu jaringan menunjukkan sifat-sifat
karakteristik tertentu pada gambar Tl dan T2 maupun proton ZAT KONTRAS
density. Intensitas jaringan tersebut biasanya berbeda pada gam- Pada umumnya pemeriksaan MRI tanpa kontras sudah dapat
bar Tl dan T2, kecuali lemak, darah segar, kalsifikasi, maupun memvisualisasikan suatu massa. Akan tetapi pada tumor otak,
peredaran darah yang cepat. Dengan melihatgambarTl maupun pemberian kontras sangat membantu suatu diagnosis. Dengan
T2 dapat ditentukan karakteristik suatu tumor apakah tumor kontras dapat dibedakan antara tumor dengan udem, jaringan
tersebut padat, kistik, ada perdarahan, kalsifikasi, nekrosis mau- parut maupun sisa tumor bila sudah pernah dioperasi. Kontras
pun lemak dan lain-lain. Intensitas jaringan tersebut mulai dari yang digunakan ialah Gadolinium DTPA (Diet hylene Triamine
hipo, iso dan hiper intensitas terlihat jelas pada T1 dan T2. Pentaacetic Acid) dengan dosis 0.2 mg/kgBB yang disuntikkan
Pada umumnya tumor otak path Tl mempunyai gambaran intravena. Untuk perbandingan selalu dipakai parameter Tl
hipo intensitas dan pada T2 menjadi hiper intensitas, bahkan tanpa kontras dengan T1 dengan kontras. Pada umumnya se-
Dirajikan data. Simporirrn Tumor Otak, 20 Jdi 1991 di RSPAD Gatot Soebroto, Jakarta
PENDAHULUAN
Patologi susunan saraf pusat bersifat amat komplek karena
berbagai alasan, misalnya variabilitas struktur jaringan saraf
sendiri maupun karena pengaruh letak anatominya.
Diagnosis neuropatologis didacarkan atas analisis morfo-
logi dan analisis topografi, keduanya dibandingkan dengan data
klinik atau penemuan-penemuan pada otopsi selengkapnya.
Klasifikasi tumor susunan saraf yang lengkap adalah oleh
Zuilch (1979) Histological Typing of Tumours of the Central
Nervous System(1,2,3). Dikemukakan modifikasi kiasifikasi
histogenesis tumor glioma yang sederhana dari Bailey dan
Cushing(4), dan histopatologi dari meningioma.
Maksud dari makalah ini adalah mengemukakan histopato- Notochord Somila
logi tumor glioma dan meningioma.
HISTOGENESIS
Untuk memahami pertumbuhan bangunan otak, hendaknya
dibayangkan bahwa pertumbuhan susunan saraf pusat terjadi
dalam bentuk pipa. Pada pipa tersebut dapat di lihat sebuah Dorsal root ganglion
dasar, atap dan dua dinding sisi yang mengelilingi sebuah
rongga yang terletak di tengah-tengah. G,
Susunan saraf pusat berkembang dari lempeng ektoderm
(neural plate), kemudian melengkung ke dalam sehingga terben-
tuk alur saraf (neural groove). Bagian kanan dan kiri alur saraf
disebut lipatan saraf (neural folds). Pada batas neuroektodermal
terdapat sel-sel yang disebut birai saraf (neural crest). Lipatan
saraf kemudian tumbuh ke arah medial sehingga saling bertemu
dan terjadi bumbung saraf (neural tube).
Gambar :
Diagram penutupan neural tube, asal dari neural crest dan akar dorsal
Dibacakan pada Simposium Tumor Otak, di RSPAD Gatot Soebroto, 30 Juli ganglia. Irisan melintang alas dasar basil foto dari embryo 19 hart
1991. (dikutip dari 5)
Meduloblastoma
Ependimoma
Nama diberikan oleh Bailey dan Cushing (1925). Tumor
Merupakan tumorglioma kedua terbanyak. Sel-sel ependim
ini khas sekali karena selalu ditemukan pada garis tengah sere-
normal terdapat melapisi kanal vcntrikel, kanal pusat dari
bellum pada bayi dan anak-anak(11,12).
medulla spinalis, ventrikulus terminalis dari konus medularis
medulla spinalis dan sedikit di hemisfer serebri. Maka di tempat Makroskopik
tersebutlah ependimoma ditemukan; 40% supratentorium, 60% Tumor berbatas tegas, selalu pada garis tengah atau vermis
infratentorium. Pada infratentorium hampir selalu di garis tengah serebellum, dapat menekan atau invasif ke ventrikel IV, menim-
dari dasar atau atap dari vcntrikel. 60% dari glioma medulla bulkan hidrosefalus internal. Tumor ini cireumseribed tidak
spinalis adalah ependimoma. Tumor ini banyak ditemukan pada berkapsul, warna putih keabu-abuan dan sangat lunak, jarang
anak-anak dan dewasa mudaw.12) berbentuk kistik, nekrosis banyak dijumpai. Karena mudah ter-
lepas dan invasif ke ventrikel IV, maka dapat ditemui pada cair-
Makroskopik
an serebrospinal dan bermetastasis lugs melalui ruang sub-
Ependimoma intrakranial dapat tumbuh besar sebelum
arachnoid. Sifatnya ganas sekali dan radiosensitif.
menimbulkan gejala, batas tumor kurang nyata, yang di medulla
spinalis sebagian berkapsul, ini memudahkan untuk pengangkat- Mikroskopik
an. Tumor warna abu-abu pink, agak tipis, granola. Kista di- Sangat seluler, stroma hampir tidak dijumpai. Sel-sel pleo-
temukan pada ependimoma serebral, sedangkan yang di fosa morfik, bentuk klasik sel-selnya kecil-kecil tersusun sebagai
posterior jarang. Keadaan ini merupakan kebalikan dari sheets atau trabeculae, sering dijumpai formasi pseudorosette.
astrositoma. Kalsifikasi bisa dijumpai(11,12). Mitosis banyak dijumpai.
PENDAHULUAN tumor yang masih tertinggal baik secara mikroskopik dan bila
Radioterapi merupakan salah satu metoda pengobatan pada mungkin juga untuk tumor yang masih tampak.
penatalaksanaan tumor-tumor ganas di samping metoda lain Untuk mencegah terjadinya udem yang mikroskopik pada
seperti pembedahan dan khemo serta imunoterapi. Berbeda hal- parenkim otak yang dapat menambah tinggi tekanan intra-
nya dengan pembedahan maka radioterapi merupakan sarana kranial maka dianjurkan pemberian kortikosteroid dosis tinggi.
pengobatan yang relatif masih baru, dan sampai saat ini pengem- Dosis radiasi ditentukan oleh jenis histologik, respons ter-
bangan ilmu ini masih berlangsung terus sejalan dengan kemaju- hadap radiasi, lokasi anatomik dan toleransi jaringan sehat di
an di bidang teknologi dengan diciptakannya berbagai sarana sekitarnya. Luas lapangan radiasi ditentukan oleh ekstensi tumor
radiasi yang lebih canggih beserta sarana pembantunya. Semua dan daerah-daerah potensial, seperti halnya radiasi elektif yang
upaya ini terutama bertujuan untuk memperoleh dosis semaksi- dianjurkan diberikan pada meduloblastoma.
mal mungkin pada tumor, tetapi seminimal mungkin pada ja- Usia merupakan faktor penting pada anak-anak usia muda,
ringan (sekitamya) sehingga akan diperoleh kematian tumor pada umumnya tumor ini lebih sensitif, tetapi tingkat toleransi-
tanpa meninggalkan efek samping yang terlalu banyak. nya juga rendah.
Teknik radiasi seluruh otak (So; whole brain) serta sebagian
PENATALAKSANAAN RADIASI TUMOR OTAK otak (parsial) atau hanya lokal pada lesi yang tampak, sampai saat
Pengobatan terpilih tumor otak adalah ekstirpasi radikal(1) ini masih tetap kontroversial.
namun apabila hal ini tidak dapat dilakukan maka dekompresi Berbagai upaya harus dilakukan pada pengobatan radiasi
merupakan hal yang harus dikerjakan semaksimal mungkin. tumor otak untuk memperoleh basil yang paling optimal, antara
Selanjutnya radiasi diberikan sebagai pengobatan ajuvan setelah lain :
dilakukan pengangkatan tumor tersebut. Tindakan ajuvan ini • Mengetahui letak tumor (prabedah) secara tepat terhadap
dilakukan pada astrositoma (derajat keganasan II, III,IV), epen- titik-titik anatomi intrakranial tertentu.
dimoma, oligodcndroglioma, kraniofaringioma, serta kordoma. Sebelum ada CT Scan, maka pemeriksaan radiologik dengan
Pada kasus-kasus yang tidak lagi resektabel atau tidak layak kontras (angiografi serebral) merupakan satu-satunya sarana,
operasi ataupun menolak operasi maka radioterapi harus ber- pada saat ini dengan CT Scan dapat diketahui dengan tepat selain
peran sebagai modalitas tunggal. Kasus ini terjadi pada tumor- lokasi juga volume tumor sehingga dapat ditetapkan volume
tumor yang letaknya sentral, pada batang otak,ventrikel 3, pada target radiasi. Pemeriksaan yang kurang invasif sifatnya ini juga
metastasis otak yang multipel. sangat bermanfaat dalam menilai hasil pengobatan.
Sebagai terapi kombinasi maka radioterapi pada pengobatan • Penggunaan simulator.
tumor-tumor intrakranial dilakukan setelah pembedahan (radiasi Simulator adalah sarana pembantu pada radioterapi yang
pasea bedah), yakni bertujuan untuk mengeradikasi sisa-sisa sel berfungsi untuk meniru (to simulate) alat radiasi yang sebenar-
Gambar 1.
Kanker stadium lanjut yang akan berakhir dengan kematian, nya memburuk, membutuhkan supresi yang konstan tidak hanya
merupakan kesulitan psikososial yang besar; kalau hal ini di- sekedar perbaikan; sasaran obyektif dari supresinya ini adalah
tambah dengan nyeri akan menjadi beban yang tertanggungkan. supaya kualitas hidupnya dapat diperbaiki.
Banya) pasien kanker stadium lanjut yang menanggung beban Kurang lebih 80% nyeri kanker disebabkan oleh invasi
ini sampai akhir hayatnya. langsung ke strukturpeka nyeri, 20% berhubungan dengan peng-
Path pasien kanker yang diharapkan masih dapat hidup obatan kanker dan kurang dari 5% tak berhubungan dengan
lama, misalnya path karsinoma prostat, usaha-usaha dilakukan kankernya(z. Delapanpuluh persen pasien kanker yang masuk
untuk mengelola metastasis tulang yang terjadi. Sedangkan Oxford Hospice mempunyai lebih dari satu jenis nyeri(1,2).
pada pasien-pasien yang hampir meninggal, usaha yang dilaku- Beratnya nyeri dinilai dari gangguan terhadap tidur, gang-
kan lebih bersifat paliatif. guan terhadap cara hidupnya atau jika semua proses pikir pasien
Path pasien kanker stadium lanjut, 70–90% mengalami terpusat pada nyerinya. Dari aspek temporalnya nyeri kanker
nyeri yang bermakna. Path leukemia hanya 5% dengan nyeri, dapat bersifat akut, subakut, khronik dan insidental. Lokasi
sedangkan pada tumor tulang 85% dengan nyeri. Badan kese- nyerinya perlu dibedakan yang berasal internal atau eksternal.
hatan sedunia (WHO, 1986) memperkirakan 4 juta pasien di Jenis nyeri kanker, dapat berasal somatik, viseral atau meru-
seluruh dunia meninggal karena kanker tiap tahun. Dari jumlah pakan nyeri deafferentasi.
ini 3,5 juta orang menderita nyeri kanker terminal dengan atau Pasien dengan nyeri kanker yang khronis, yang kontinyu,
tanpa pengobatan yang memuaskan. Analisis 2000 pasien di yang telah mendapatkan regimen pengobatan yang memadai,
negara berkembang menunjukkan bahwa 50–80% pasien men- bisa mengalami nyeri berat yang berhubungan dengan aktivitas
dapat pengobatan nyeni kanker yang tidak adekuat yang dise- tertentu; hal ini disebut nyeri insidental. Contoh : membalut
babkan oleh penggunaan opioid lemah atau penggunaan opioid ulkus yang nyeri, mandi dan perubahan posisi pasien. Pada ke-
kuat namun digunakan hanya kalau perlu saja(1). adaan ini analgesia yang adekuat hams ditumpangkan sebagai
Sikap masyarakat terhadap kanker adalah takut bahkan suplemen terhadap latar belakang regimen analgetik sebelum-
kadang melebihi kematiannya sendiri. Mungkin hal ini ber- nya(3).
hubungan dengan penderitaan nyeri yang menyertai kanker Untuk perbaikan nyeri perlu dilakukan pendekatan multi-
stadium lanjut. modal : penjelasan kausa nyeri kepada pasien, modifikasi proses
penyakit dengan radioterapi, khemoterapi, pembedahan dan te-
NYERI KANKER rapi hormonal, meningkatkan ambang nyeri, modifikasi gaya
Nyeri akut yang terjadi pasca bedah atau pasca cedera, se- hidup misalnya immobilisasi ekstremitas, dan pemberian anal-
ring bersifat se if terminating. Sebaliknya nyeri khronik, misal- gesik. Sasaran pendekatan multimodal adalah tiga tingkat
nya nyeri arthritik, bersifat tidak terminal, namun biasanya ada kontrol nyeri : bebas nyeri pada malam hari, bebas nyeri pada
remisi. Path pasien kanker, disadani bahwa nyerinya tidak akan istirahat dan bebas nyeri pada gerakan.
hilang, bahkan mungkin sekali menjadi semakin buruk, karena
itu sering dibarengi rasa takut. Nyeri kanker stadium lanjut tidak PENGELOLAAN NYERI
mempunyai remisi, nyerinya meningkat jika proses patologik- Perlu dikenali komponen-komponen fisik, misalnya tipe
PENATALAKSANAAN
A. Pemeriksaan fisik
Hal terpenting yang pertama kali dinilai ialah status fungsi
vital dan status kesadaran pasien. Ini tiaras dilakukan sesegera
mungkin bahkan mendahului anamnesis yang teliti.
1. Status fungsi vital
Seperti halnya dengan kasus kedaruratan lainnya, hal ter-
penting yang dinilai ialah :
a. Jalan nafas – airway
b. Pernafasan – breathing
c. Nadi clan tekanan darah – cireulation
Jalan nafas harus segera dibersihkan dari benda asing, lendir
atau darah, bila perlu segera dipasang pipa naso/orofaring;
diikuti dengan pemberian oksigen. Manipulasi leher hams ber-
hati-hati bila ada riwayat/dugaan trauma servikal (whiplash
injury), jamb dengan kepala di bawah atau trauma tengkuk.
Gangguan yang mungkin ditemukan dapat berupa :
a. Pernafasan Cheyne Stokes.
b. Pernafasan Biot/hiperventilasi.
Tabel 1. Skala Koma Glasgow
c. Pernafasan ataksik.
yang menggambarkan makin memburuknya tingkat kesadaran.
Pemantauan fungsi sirkulasi dilakukan untuk menduga
adanya shock, terutama bila terdapat juga trauma di tempat lain,
misalnya trauma thorax, trauma abdomen, fraktur ekstremitas.
Selain itu peninggian tekanan darah yang disertai dengan me-
lambatnya frekuensi nadi dapat merupakan gejala awal peninggi-
an tekanan intrakranial, yang biasanya dalam fase akut dise-
babkan oleh hematoma epidural.
2. Status kesadaran
Dewasa ini penilaian status kesadaran secara kualitatif, ter-
utama pada kasus cedera kepala sudah mulai ditinggalkan karena
subyektivitas pemeriksa; istilah apatik, somnolen, sopor, coma,
sebaiknya dihindari atau disertai dengan penilaian kesadaran
yang lebih obyektif, terutama dalam keadaan yang memerlukan
penilaian/perbandingan secara ketat. Cara penilaian kesadaran
yang luas digunakan ialah dengan Skala Koma Glasgow; cara
ini sederhana tanpa memerlukan alat diagnostik sehingga dapat
digunakan balk oleh dokter maupun perawat. Melalui cara ini 3. Status Neurologik Lain
pula, perkembangan/perubahan kesadaran dari waktu ke waktu Selain status kesadaran di atas pemeriksaan neurologik pada
dapat diikuti secara akurat (Gambar 1). kasus trauma kapitis terutama ditujukan untuk mendeteksi adanya
Skala Koma Glasgow (Tabel 1) tanda-tanda fokal yang dapat menunjukkan adanya kelainan
Skala Koma Glasgow adalah berdasarkan penilaian/pe- fokal, dalam hal ini perdarahan intrakranial.
meriksaan atas tiga parameter, yaitu : Tanda fokal tersebut ialah :
a. Buka mata. a. Anisokori.
b. Respon motorik terbaik. b. Paresis/parahisis.
c. Respon verbal terbaik. c. Reties patologik sesisi.
4. Hal-hal Lain
ABSTRAK
Ketergantungan obat (narkotik dan atau psikotropik) adalah suatu ketergantungan
psikis dan atau fisik yang diakibatkan karena adanya interaksi antara organisme hidup
dengan obat. Korban ketergantungan obat di kota-kota besar di Indonesia meningkat
setiap tahunnya. Dalam upaya penyuluhan masyarakat untuk pencegahan meningkatnya
korban ketergantungan obat, perlu informasi mengenai lingkungan sosial yang melatar
belakangi penyalahgunaan obat.
Informasi tersebut didapat melalui penelitian deskriptif dengan metoda wawancara
berpedoman pada kuesioner. Sampel penelitian adalah semua korban ketergantungan
obat (lama dan baru) yang telah dapat diwawancarai dan sedang dirawat di RSKO, Inabah
1 dan Inabah 13 antara bulan Agustus sampai dengan bulan Oktober 1990. Skoring
variabel dilakukan terhadap keadaan ekonomi keluarga, komunikasi keluarga, kerukunan
keluarga, pelaksanaan ibadah dan kebiasaan merokok/minum/menggunakan obat.
Hasil penelitian menunjukkan sebagai berikut :
1. Pasien ketergantungan obat persentase terbesar berasal dari keluarga : yang kedua
orang tua tinggal bersamanya, mempunyai jumlah anak 3–5 orang, keadaan ekono-
minya tinggi, komunikasi dalam keluarga sedang atau buruk, keluarga tidal( rukun,
pelaksanaan ibadah cukup, dan mempunyai kebiasaan merokok/minuman keras/
menyalahgunakan obat dalam keluarga sedang.
2. Pasien ketergantungan obat persentase terbesar berasal dari kota besar dan terpapar
oleh teman mainnya.
Dalam upaya penyuluhan untuk mencegah penyalahgunaan obat, disarankan agar
orang tua hendaknya dilibatkan secara aktif.
10. B 5. C
9. E 4. D
8. A 3. B
7. E 2. B
6. C 1. B JAWABAN RPPIK :