You are on page 1of 8

PROSPEK PENERAPAN METODE ANALISIS ISI (CONTENT ANALYSIS) DALAM PENELITIAN MEDIA ARSITEKTUR

Tulisan dimuat dalam Jurnal Itenas: Jurnal Ilmu Pengetahuan Teknologi dan Seni No.2 Vol.10. Agustus 2006, halaman 51-57

Oleh : Agus S. Ekomadyo Program Studi Teknik Arsitektur Institut Teknologi Bandung e-mail: agusjoni@home.ar.itb.ac.id; agusjoni91@yahoo.com

ABSTRAK
Analisis Isi (Content Analysis) adalah suatu metode untuk menganalisis isi sebuah teks. Pendekatan metode ini adalah kuantitatif: teks ditafsirkan dalam unit analisis yang bisa dihitung. Analisis ini bertujuan untuk mendapatkan pemahaman struktur makna sebuah teks secara konsisten. Metode ini banyak diterapkan untuk analisis teks dalam media. Saat ini, di Indonesia banyak isi media yang terkait dengan arsitektur, baik media yang khusus bertema arsitektur atau rubrik arsitektur pada media massa umum. Analisis isi bisa diterapkan untuk menganalisis isi dari suatu teks dalam media arsitektur itu. Analisis Isi berperan dalam membuat peta latar belakang (background-map) representasi teks itu. Selanjutnya, peneliti dapat melanjutkan penelitiannya dengan menggunakan metode kualitatif untuk dapat mengetahui lebih dalam representasi pesan dari suatu teks. Kata kunci: Analisis isi, teks, media arsitektur

ABSTRACT
Content analysis is a method to analyze content of the text. By quantitative approach, this method interprets text into quantifiable analysis units. This method purposes to get meaning structure of the text consistently. Content analysis is commonly used to analyze text of media. Recently, in Indonesia there are many media were related with architecture: architectural specified media or architectural heading in general mass media. Content analysis can be implemented here. Content analysis plays role to show background-map of text representation. Furthermore, researcher can continues it to any qualitative methods to understand more deeply message representation Keywords: Content analysis, text, architecture media

51

1. METODE ANALISIS ISI: SUATU TINJAUAN


1.1 Pengertian Dasar dan Kegunaan Analisis Isi Analisis Isi (Content Analysis) secara sederhana diartikan sebagai metode untuk mengunpulkan dan menganalisis muatan dari sebuah teks. Teks dapat berupa katakata, makna gambar, simbol, gagasan, tema dan bermacam bentuk pesan yang dapat dikomunikasikan. Analisis Isi berusaha memahami data bukan sebagai kumpulan peristiwa fisik, tetapi sebagai gejala simbolik untuk mengungkap makna yang terkadang dalam sebuah teks, dan memperoleh pemahaman terhadap pesan yang direpresentasikan.1 Sesuai tujuannya, maka metode Analisis Isi menjadi pilihan untuk diterapkan pada penelitian yang terkait dengan isi komunikasi dalam sebuah teks. Ada beberapa pertanyaan tipikal yang dapat dijawab dengan menggunakan metode Analisis Isi, yaitu: o Pertanyaan tentang prioritas/ hal penting dari isi teks, seperti frekuensi, dimensi, aturan dan jenis-jenis citra atau cerita dari peristiwa yang direpresentasikan. o Pertanyaan tentang bias informasi dalam teks, seperti komparasi relatif tentang durasi, frekuensi, prioritas, atau hal yang ditonjolkan dalam berbagai representasi. o Perubahan historis dalam modus representasi.

1.2 Prosedur Analisis Isi Penelitian Analisis Isi berusaha melihat konsistensi makna dalam sebuah teks. Konsistensi ini dapat dijabarkan dalam pola-pola terstruktur yang dapat membawa peneliti kepada pemahaman tentang sistem nilai dibalik teks itu. Metode Analisis Isi menuntut beberapa persyaratan: objektif, sistematis, dan dapat digeneralisasikan. Objektif berarti prosedur dan kriteria pemilihan data, pengkodean serta cara interpretasi harus didasarkan pada aturan yang telah ditentukan sebelumnya. Sistematis berarti inklusi dan ekslusi atau kategori harus berdasarkan aturan yang konsisten. Dapat digeneralisasikan, berarti tiap temuan harus memiliki relevansi teoretis.2 Neuman (2000: 296-298) menyebutkan langkah-langkah dalam meneliti dengan metode Analisis Isi, yaitu (1) menentukan unit analisis (misalnya jumlah teks yang ditetapkan sebagai kode), (2) menentukan sampling (3) menentukan variabel dan menyusun kategori pengkodean, dan (5) menarik kesimpulan. Philip Bell lebih detail menjelaskan proses mengkodekan isi dengan menentukan variabel (variables) dan nilai (values). Sebuah variabel isi adalah macam-macam dimensi (ukuran, jangkauan range warna, posisi dalam sebuah halaman atau dalam sebuah buletin berita). Sebuah variabel terdiri atas nilai-nilai (values) yang dapat disubstitusikan satu sama lain karena mereka mempunyai kelas yang sama. Nilai yang didefinisikan dalam setiap variabel sebaiknya juga saling ekslusif dan mendalam. Hasil kuantitatif dari Analisis Isi berupa perbandingan (comparison) dan tabulasi silang (cross tabulations) dapat digunakan untuk menguji eksplisitas/ ketegasan hipotesis komparatif, serta kualifikasi kategori-kategori dari manifestasi wujud/ isi. Prosedur Analisis Isi yang disusun oleh beberapa pakar di atas sebenarnya menunjukkan prinsip-prinsip yang tidak terlalu berbeda satu sama lain, hanya varian yang bisa diterapkan dengan menyesuaikan objek dan lingkup penelitian. Secara umum, penulis mencoba menyimpulkan langkah-langkah umum dalam metode Analisis Isi yang akan dikembangkan dalam penelitian teks arsitektur, yaitu: 1. Tentukan topik penelitian 2. Tentukan objek yang akan diteliti dan dan sampel penelitiannya

Bell, 2001:13

52

3. Tentukan hipotesis secara jelas agar dapat dibuktikan secara terukur. Hipotesis sebaiknya diturunkan dari sebuah teori yang berlaku. 4. Tentukan unit analisisnya (variabel dan nilai yang bisa dikodekan) 5. Analisis secara kuantitatif tiap variabel dan nilainya. 6. Penyimpulan, interpretasi dari hasil kuantitatif.

1.3 Reliabilitas dan Validitas Analisis Isi Pendekatan kuantitatif mensyaratkan suatu penelitian, termasuk metode Analisis Isi, memiliki keandalan (reliability) dan kesahihan (validity) yang baik. Analisis Isi adalah suatu teknik penelitian untuk membuat inferensi-inferensi (kesimpulan) yang dapat diulang (replicble) dan sahih data dengan memperhatikan konteksnya. Tingkat keandalan (reliablility) metode Analisis Isi mengacu pada tingkat konsistensi yang ditampilkan oleh satu atau lebih pengkode (coders) dalam mengklasifikasi isi menurut nilai tertentu dalam variabel spesifik. Reliabilitas dapat didemonstrasikan dengan mengkaji hubungan antara penilaian dari sampel yang sama untuk butir yang relevan, oleh pengkode yang berbeda (inter-coder reliability), atau oleh pengkode yang sama dalam saat yang berbeda (intra-coder reliability). Untuk mencapai tingkat reliabilitas (kepercayaan) yang tinggi, peneliti harus: o Mendefinisikan variabel dan nilai secara jelas dan tepat dan menjamin bahwa semua pengkode dapat memahami definisi ini dalam cara yang sama. o Melatih pengkode dalam menerapkan kriteria terdefinisi untuk setiap variabel dan nilai. o Mengukur konsistensi inter-coder di mana dua atau lebih pengkode menerapkan kriteria (definisi-definisi) dengan menggunakan kumpulan contoh serupa. Analisis Isi tidak berpotensi untuk menunjukkan bagaimana pengamat memahami atau menilai apa yang mereka lihat atau dengar. Analisis Isi hanya menunjukkan apa yang diberikan prioritas atau dianggap penting dan apa yang tidak. Tingkat validitas pada Analisis Isi ditentukan oleh penarikan kesimpulan dan kesesuaian dengan teori yang berlaku. Jika reliabilitas merujuk pada konsistensi internal dari metode Analisis Isi, maka validitas merujuk pada konsistensi eksternal dari keseluruhan riset atau teori yang terkait. Analisis Isi bisa menyajikan deskripsi dimensi-dimensi kuantitatif dan representasi suatu teks. Metode ini dapat digunakan untuk menyajikan peta latar belakang (background-map) dari representasi teks itu. Setelah menggunakan Analisis Isi, Phipip Bell menyarankan peneliti dapat menginterpretasikan teks dengan metode kualitatif, seperti metode Semiotik atau interpretasi teks individual (Bell, 2001: 24).

2. PENERAPAN METODE ANALISIS ISI UNTUK PENELITIAN MEDIA ARSITEKTUR


2.1 Menelaah Berita/ Rangkaian Pesan atau Rubrik Arsitektur dalam Media Massa Umum

Berita atau rangkaian pesan yang terkait dengan arsitektur mulai banyak bermunculan pada media massa umum (surat kabar). Di Indonesia kemunculannya tidak teratur menurut jangka waktu yang tetap. Berita-berita mengenai arsitektur sering juga berbaur dengan berita yang lain. Namun menarik untuk dianalisis bagian-bagian mana dari arsitektur yang cenderung menjadi konsumsi publik. Dengan membaca dan memperhatikan informasi dalam media massa, arsitek akan semakin jeli dalam mengambil keputusan mengenai lingkungan binaan, baik dalam hal produk maupun proses.

53

Ada beberapa rangkaian informasi/ rubrik dalam media massa yang mengandung pesan mengenai arsitektur, yaitu: 2.1.1 Berita tentang Pembangunan Lingkungan Binaan Beberapa harian umum menyajikan sejumlah berita yang terkait dengan arsitektur. Harian Kompas Oktober-Desember 2005 misalnya menyajikan berita-berita pembangunan di kota Bandung yang melahirkan kontroversi (pro dan kontra), seperti pembangunan kawasan Punclut, pasar Andir, pusat perbelanjaan Be Mall, pembangunan trotoar menjelang KAA di Bandung,dsb. Ada beberapa hal yang bisa dianalisis dari rangkaian pesan tersebut. Pada tahap awal, mencoba mencari kata-kata kunci yang terkait erat dengan arsitektur dalam pemberitaan oleh media. Kata-kata kunci tersebut bisa disusun dengan kerangka sbb: Tabel 1: Beberapa pemberitaan dalam surat kabar yang mengandung isu arsitektur Pemberitaan Isu Isu Arsitektur Kata kunci Pembangunan kawasan Pembangunan resort di Ketentuan peruntukan punclut kawasan konservasi penggunaan lahan Pembangunan berwawasan lingkungan Pembangunan Pasar Harga kios terlalu mahal karena Fasilitas pendukung Andir bangunan terlalu mewah, fungsi komersial terlalu banyak lift dan eskalator Pembangunan Be Mall Protes dari warga sekitar Persyaratan ketinggian karena bangunan menutupi bangunan lingkungan dari cahaya matahari Pembangunan trotoar di Estetika kota vs. keamanan Pedestrian Bandung menjelang KAA pejalan kaki Analisis Isi ini akan memberikan 2 level kesimpulan. Pertama level substansi, yaitu isu-isu arsitektur apa yang disukai atau sering dimunculkan oleh media, kedua level komunikasi, yaitu bagaimana media mengungkapkan isu-isu tersebut, apakah lewat kutipan pejabat, pernyataan ahli, opini masyarakat yang berkepentingan atau kesimpulan oleh media itu sendiri berdasarkan data-data yang berhasil dihimpun. Dengan menghitung kata kunci didapatkan background-map mengenai wacana yang tengah dilemparkan oleh media. Setelah mendapatkan background map melalui Analisis Isi, peneliti dapat meminjam metode Analisis Wacana (discourse analysis), untuk melihat lebih dalam opini apa yang hendak dibentuk oleh media lewat pemberitaan pembangunan produk arsitektur tersebut. Pendekatan Analisis Wacana diharapkan bisa membuka sikap dan kecenderungan media, misalnya keberpihakan atau orientasi politik maupun bisnisnya. 2.1.2 Analisis Iklan Properti Properti terkait dengan produk atau komoditas yang diperjualbelikan. Dalam iklan properti di media massa, gambar-gambar arsitektur sering menjadi elemen visual yang dominan, bersanding dengan elemen lain seperti tulisan-tulisan, peta lokasi, gambar selebritis, dsb. Dalam iklan properi, yang dapat diteliti adalah bagaimana para Pengembang/ Developer menggunakan elemen-elemen visual, terutama objek arsitektur, untuk kepentingan promosi produknya. Analisis Isi dapat dilakukan dengan membandingkan secara kuantitatif frekuensi atau persentase elemen-elemen visual yang dimunculkan oleh tiap pengembang. Gambar arsitektur bisa menjadi variabel utama, sedangkan elemen lain bisa menjadi variabel pendukung. Dengan membandingkan frekuensi antar pengembang,

54

bisa diketahui elemen mana yang paling sering digunakan (memperlihatkan kesamaan cara berpikir) dan elemen mana yang ingin ditonjolkan secara berbeda/ khas oleh masingmasing pengembang (memperlihatkan strategi diferensiasi dalam marketing). Elemen-elemen yang sering dimunculkan bisa ditelusuri maknanya yang lebih dalam melalui analisis semiotik. Sebagai contoh beberapa iklan properti dalam harian kompas bulan Desember 2004-Februari 2005 sering menyajikan gambar produk arsitektur (rumah, toko, apartemen, mall, ruko, pusat perdagangan) bersanding dengan event/ acara dengan gambar-gambar artis yang akan mengisi acara itu. Hampir semua pengembang melakukan hal serupa, dan proporsi tampilan antar objek arsitektur dan keterangan event hampir 50%-50%. Namun antara objek arsitektur dan event yang ditampilkan hampir tidak ada kaitan sama sekali. Dari hasil analisis semiotik, bisa dijelaskan bahwa dua tanda tersebut meski tidak mempunyai kaitan langsung, namun mempunyai fungsi komunikasi yang saling menunjang. Gambar event berfungsi menarik pembeli untuk datang, dan gambar produk arsitektur berfungsi untuk menjelaskan produkproduk apa yang bisa dibeli oleh para calon pembeli yang datang. 2.1.3 Tulisan Lepas mengenai Arsitektur Setiap surat kabar menyediakan ruang untuk memuat tulisan lepas, termasuk yang bertemakan Arsitektur. Harian Kompas, misalnya setiap hari Kamis memuatnya secara berkala, rubrik Desain. Analisis Isi dapat diterapkan untuk menganalisis tema-tema yang sering diangkat oleh media massa, dengan menghitung key-words dari judul-judul tulisan yang dimuat. Perhitungan kuantitatif bisa dilanjutkan menghitung proporsi gambar/ foto dan teks dalam tulisan yang dimuat. Ada beberapa pertanyaan yang bisa diajukan, misalnya adakah kaitan tertentu antara tulisan lepas dengan peristiwa yang sedang hangat dibicarakan masyarakat, atau media massa hanya memuat tulisan para penulis yang telah dikenal, tanpa mempermasalahkan topiknya? Atau sejauh mana gambar atau foto menjadi elemen yang inheren dengan tulisan, dalam penyampian informasi arsitektur? 2.1.4 Liputan Wisata Objek Arsitektur Beberapa media massa sering memuat liputan wisata ke suatu tempat baik secara insidental ataupun berkala (Harian Kompas dan Pikiran Rakyat memuatnya pada hari Sabtu dan Minggu). Liputan ini sering menjadikan objek arsitektur sebagai bahasan utamanya, misalnya wisata ke suatu kota, kawasan bersejarah, atau kawasan monumental. Pembacanya diperkirakan adalah orang-orang yang gemar bertamasya. Bagaimana daya tarik keunggulan dari objek arsitektur dikomunikasikan oleh media massa kepada para pembacanya menjadi menarik untuk dikaji. Analisis Isi bisa diterapkan untuk mengetahui kata-kata kunci yang digunakan untuk mendeskripsikan keunggulan objek arsitektur. Dengan mengurutkannya, maka bisa dipetakan keunggulan apa dari objek arsitektur yang dinilai menarik bagi wisatawan. Analisis ini bisa dilakukan tidak hanya pada kata-kata, tetapi juga pada ilustrasi foto yang ditampilkan. 2.1.5 Rubrik gaya Hidup Rubrik gaya hidup dalam menata rumah atau lingkungan binaan juga sering dimunculkan dalam media massa. Gaya hidup sering menjadi pendorong orang dalam menata atau menentukan penampilan ruangan, bangunan, dan lingkungannya. Dengan menerapkan Analisis Isi, dapat diungkap gaya hidup apa yang ditampilkan oleh media massa, kata-kata kunci apa yang paling sering digunakan, apakah gaya hidup merupakan refleksi dari tingkat kesuksesan (achievement), tingkat pergaulan (affiliation), atau hal-hal lain.

55

2.1.6 Rubrik Budaya Lokal/ Adat Isu Local Genius banyak dibicarakan selama beberapa dekade ini, tercermin lewat pemberitaan media massa tentang berbagai warisan budaya/ adat tradisional masyarakat Indonesia, termasuk diantaranya arsitektur, terutama yang masih terpelihara dan bertahan di tengah arus perubahan. Bagaimana media massa menyajikan arsitektur lokal/ adat dalam pemberitaannya, bisa dikaji dengan metode Analisis Isi. Tingkat signifikansi pemuatan arsitektur rumah adat oleh media massa bisa diketahui dengan menghitung frekuensi pemuatan berita ini. Penelitian dapat membandingkan beberapa media untuk mengetahui media mana yang paling menaruh perhatian terhadap pemeliharaan warisan budaya lokal, atau dengan membandingkan pemberitaan suatu media dalam beberapa kurun waktu untuk melihat kecenderungan pemberitaan (menarik atau menurunnya). Analisis teks kualitatif bisa dilanjutkan untuk melihat kedalaman makna dari pemberitaan itu. Dengan pendekatan Semiotik bisa diketahui elemen-elemen arsitektur apa yang sering ditampilkan oleh media, dan apakah ada maksud tertentu yang hendak disampaikan lewat pilihan penampilan elemen tersebut. 2.2 Tujuan Penggunaan Analisis Isi pada Media Massa Berbagai media massa yang mengambil tema arsitektur, dapat diteliti lebih lanjut dengan menggunakan metode Analisis Isi, untuk tujuan: 2.2.1 Membandingkan Penampilan Satu Media setelah Melewati Rentang Waktu Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perubahan citra yang disajikan dalam periode waktu atau zaman yang berbeda (lihat Kress dan Leeuven, 1996). Penelitian ini bisa diterapkan untuk menganalisis tampilan sebuah majalah. Kita ambil contoh Majalah Asri. Majalah Asri pada awalnya lebih banyak dikonsumsi oleh ibu-ibu yang ingin menata rumah dan tamannya, namun majalah ini kemudian menjadi referensi yang bisa diterima bersama oleh arsitek dan klien. Beberapa arsitek (terutama yang banyak dipengaruhi Arsitektur Modern) menganggap majalah ini sebagai coffee table books: bacaan ringan yang disediakan sebagai teman minum kopi. Namun beberapa arsitek mulai mencuricuri membaca majalah ini sebagai referensi dan inspirasi rancangannya. Sekarang, majalah Asri, telah menjadi referensi utama arsitek profesional, terutama yang banyak mempunyai klien perseorangan. Dengan menggunakan metode Analisis Isi, dapat dibuktikan apakah benar telah terjadi pergeseran pembaca dari kalangan awam ke kalangan profesional, dan sejauh mana pergeseran itu terjadi. Analisis Isi diawali dengan penentuan unit analisis, misalnya sampul muka. Sampul muka bisa menjadi representasi isi bacaan, karena ia adalah eyecatcher yang berusaha menarik orang untuk membaca lebih lanjut isi majalah (prinsip jatuh cinta pada pandangan pertama). Dari berbagai sampel sampul muka majalah yang diambil selama kurun waktu tertentu, dicoba diklasifikasikan elemen-elemen pembentuk sampul muka yang bisa dibaca oleh orang awam atau oleh profesional (sebagai variabel dan nilai penelitian). Hasilnya dikuantifikasikan, dan dicari tingkat kecenderungannya. Bila kecenderungannya sudah cukup signifikan, maka bisa disimpulkan bahwa memang terjadi pergeserean pembaca secara signifikan, karena ini sudah terlihat pada sampul muka majalah. Penelitian ini bisa dilanjutkan sampai pada materi dan penampilan rubrikrubrik di dalamnya. 2.2.2 Membandingkan Pesan-Pesan yang Disampaikan beberapa Media dalam Rentang Waktu Tertentu. Membandingkan penampilan media dalam spektrum pasar yang sama/ berdekatan bertujuan untuk melihat dengan lebih jelas posisi masing-masing media itu dalam spektrum pasar tersebut: apakah ada positioning yang jelas, atau memperebutkan

56

segmen pasar yang sama. Kita bisa menjejerkan majalah-majalah arsitektur yang ada, dan mulai menganalisis elemen-elemen visual yang dikomunikasikan. Jika suatu majalah/ tabloid lebih banyak menampilkan elemen built-in dan terintegrasi secara bentuk dengan yang lain, maka majalah/ tabloid ini lebih banyak ditujukan kepada mereka yang ingin merancang rumahnya dari awal; dan ini membutuhkan sentuhan profesional. Namun jika informasi yang disajikan lebih praktis, dan lebih memberi inspirasi pada penataan, maka majalah/ tabloid ini cenderung dibaca oleh orang awam. Ada satu tabloid yang selalu menghadirkan sosok pemilik rumah, biasanya kalangan selebritis, di halaman muka. Bisa disimpulkan, bahwa tabloid ini megandalkan perilaku gaya hidup meniru selebritis sebagai nilai jualnya. Penelitian bisa dilanjutkan dengan menganalisis komposisi rubrik-rubrik di dalamnya. Komposisi rubrik ini akan menunjukkan pemahaman dari media tersebut tentang informasi yang disukai oleh pembacanya. Analisis Isi yang menunjukkan frekuensi kemunculan suatu rubrik akan menggambarkan positioning dan intersectioning pembaca yang hendak ditangkap media. 2.2.3 Menganalisis Isi Rubrik Satu Media dalam Kurun Waktu Tertentu. Menganalisis isi rubrik tertentu dalam sebuah media bertujuan untuk mengetahui fenomena-fenomena yang dianggap sebagai trend arsitektur dalam kurun waktu tertentu. Misalnya dalam menata rumah, trend-nya apakah etnis, modern, minimalis, atau yang lain. Apa saja key-word/ istilah penting yang digunakan media? Elemen-elemen arsitektur apa yang dijadikan penanda dari gaya hidup yang dimaksud? Langkah ini bisa diawali dengan mendefinisikan unit analisis terlebih dahulu (misalnya elemen-elemen/ gaya arsitektur apa yang sering dimunculkan). Kemudian metode Analisis Isi bisa digunakan untuk menghitung frekuensi kemunculan tiap unit analisis, dan dapat memberikan background map mengenai dinamika pemberitaan yang ada. Penelitian dapat diteruskan dengan pendekatan kualitatif (misalnya semiotik) untuk melihat lebih dalam apa yang sebenarnya ingin disampaikan oleh arsitek/ pemilik bangunan pada gaya atau bahasa arsitektur yang diungkapkannya, apakah ekspresi kesuksesan, pandangan hidup, pertimbangan bisnis, atau yang lainnya.

3. PENUTUP
Analisis Isi adalah salah satu metode untuk memahami pesan yang direpresentasikan dalan suatu teks. Pendekatannya kuantiatif, yaitu dengan mengkodekan isi menurut kode tertentu (seperti variabel dan nilai). Metode ini dapat digunakan untuk menyajikan peta latar belakang (background-map) dari representasi teks itu. Teks arsitektur yang menarik untuk diteliti saat ini adalah teks dalam media arsitektur. Media arsitektur secara umum dapat diklasifikasikan menjadi dua macam, yaitu media massa yang khusus bertema arsitektur dan rubrik-rubrik arsitektur dalam media massa umum (surat kabar). Dengan menggunakan Analisis Isi, dapat diketahui bagaimana pesan-pesan arsitektur itu disampaikan oleh media kepada para pembacanya. Analisis ini juga berpotensi untuk menyibak makna-makna yang tersembunyi dalam representasi pesan itu. Pendekatan kuantitatif Analisis Isi berperan dalam membuat peta latar belakang representasi teks itu. Beberpa pakar menyebutkan, peneliti dapat melanjutkan penelitiannya dengan menggunakan metode kualitatif, seperti metode Semiotik atau interpretasi teks individual, untuk dapat mengetahui lebih dalam representasi pesan dari suatu teks.

57

DAFTAR PUSTAKA
Bell, Philip. (2001). Content Analysis of Visual Images. Dalam Jewit, Carey, dan Van Leewen, Theo. Handbook of Visual Analysis. London: Sage Publications. Berger, Arthur Asa. (1991). Media Analysis Technique. London: SAGE Publications. Cresswell, John W. (2003). Research Design: Qualitative, Quantitative, and Mixed Methods . London: SAGE Publications. Krippendorff, Klaus. (1991). Analisis Isi: Pengantar Teori dan Metodologi. Jakarta: Rajawali Pers. Neuman W. Lawrence. (2000). Sosial Research Methods: Qualitative and Quantitative, Approaches. Boston: Allyn and Bacon. Sobur, Alex. (2001). Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

58

You might also like