You are on page 1of 69

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN

AKUNTANSI KELAS X SMKN 1 KOTA JAMBI

Diajukan oleh : FITRIA HADRI YANI A1A108082

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS JAMBI FEBRUARI 2012


PERSETUJUAN PEMBIMBING
ii

Usulan penelitian berjudul Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dan Motivasi Belajar Siswa Terhadap Hasil Belajar Mata Pelajaran Akuntansi Kelas X SMKN 1 Jambi yang diajukan oleh :

Nama NIM

: Fitria Hadri Yani : A1A108082

Program Studi : Pendidikan Ekonomi

Telah disetujui oleh pembimbing untuk diseminarkan

Pembimbing I

Prof. Dr. Sjarkawi, M.Pd NIP. 19550601 198203 1 003

Tanggal.

Pembimbing II

Drs. M. Arif Liputo, M.Pd NIP. 19660311 199303 1 001

Tanggal.

iii

DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN.............................................................................. ii DAFTAR ISI..................................................................................................... iii DAFTAR SKEMA............................................................................................ v BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah.......................................................................... 1 1.2. Rumusan Masalah.................................................................................... 4 1.3. Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian................................................... 5 1.4. Tujuan Penelitian..................................................................................... 6 1.5. Manfaat Penelitian................................................................................... 7 1.6. Defenisi Operasional................................................................................ 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Belajar dan Pembelajaran........................................................................ 9


2.2. Hasil Belajar............................................................................................. 9

2.2.1. Pengertian Hasil Belajar.............................................................. 11 2.2.2. Faktor- faktor yang mempengaruhi hasil belajar......................... 12
2.3. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD......................................... 13 2.3.1. Pengertian Pendekatan, strategi, Pendekatan, Metode, teknik dan

Model Pembelajaran.................................................................... 13
2.3.2. Pembelajaran Kooperatif............................................................. 18 2.3.3. Unsur-Unsur Pembelajaran Kooperatif........................................ 19 2.3.4. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD.......................................... 20 2.3.5. Kebaikan dan Kelemahan Pembelajaran Kooperatif tipe STAD. 23 2.4. Model Pembelajaran Konvensional........................................................ 26 2.4.1. Pengertian Pembelajaran Konvensinal ....................................... 26 2.4.2. Tahapan Pelaksanaan Pembelajaran Konvensional..................... 27 2.4.3. Keuntungan dan Kelemahan Pembelajaran Konvensional.......... 29 2.5. Motivasi Belajar....................................................................................... 30 iv

2.6. Akuntansi Perusahaan Dagang................................................................ 33 2.6.1. Karakteristik Perusahaan Dagang................................................ 33 2.6.2. Jenis Transaksi Perusahaan Dagang............................................ 33 2.6.3. Syarat-Syarat Pembayaran Pada Perusahaan Dagang.................. 38 2.6.4. Syarat Penyerahan Barang Pada Perusahaan Dagang.................. 38 2.7. Kerangka Berpikir.................................................................................... 39 2.8. Hipotesis Penelitian................................................................................ 44

BAB III METODE PENELITIAN


3.1. Desain Penelitian.................................................................................... 46 3.2. Ruang Lingkup Penelitian........................................................................ 49 3.3. Populasi dan Sampel Penelitian............................................................... 49 3.4. Variabel Penelitian................................................................................... 50 3.5. Metode Pengumpulan Data...................................................................... 52 3.6. Instrumen Penelitian................................................................................ 52 3.7. Validitas dan Reliabilitas Penelitian ....................................................... 53 3.8. Teknik Analisis Data................................................................................ 55

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 59

DAFTAR SKEMA Skema 1 Transaksi Perusahaan Dagang........................................................... 37 Skema 2 Kerangka Berpikir.............................................................................. 38 Skema 3 Tahap-Tahap Pembelajaran Kelompok Kontrol................................ 46 Skema 4 Tahap-Tahap Pembelajaran Kelompok Eksperimen.......................... 47

vi

BAB I PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan dalam kehidupan manusia. Pada UU RI SISDIKNAS Nomor 20 Tahun 2003 dijelaskan bahwa manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya, pendidikan merupakan usaha agar manusia dapat mengembangkan potensi dirinya melalui proses pembelajaran dan atau cara lain yang dikenal dan diakui oleh masyarakat. Dengan pendidikan manusia dapat meningkatkan kualitas sumber daya yang dimiliki sebagai pelaksana pembangunan. Adanya pendidikan yang berkualitas dapat menentukan kualitas bangsa agar tidak tertinggal dengan bangsa lain. Untuk itu, pembaharuan pendidikan sangat dibutuhkan dan menjadi tuntunan dalam meningkatkan kualitas pendidikan nasional. Kualitas manusia yang dibutuhkan oleh bangsa Indonesia adalah yang mampu menghadapi persaingan yang ketat dengan bangsa lain. Kualitas ini dapat dihasilkan melalui penyelenggaraan pendidikan yang bermutu. Oleh karena itu, guru mempunyai fungsi, peran dan kedudukan yang sangat strategis. Meningkatkan mutu pendidikan adalah tugas yang sangat penting dan mendesak. Diperlukan penanganan secara komprehensif dan menggunakan strategi serta model pendekatan secara terpadu, yaitu dengan melibatkan semua unsur yang terkait dalam proses pembelajaran atau pendidikan seperti: guru-guru, kepala sekolah, orang tua, murid dan masyarakat agar tujuan dari pendidikan atau

vii 1

pembelajaran itu sendiri dapat tercapai. Ada dua pihak yang berinteraksi secara aktif dalam proses pembelajaran di Sekolah yaitu antara guru dengan siswa. Siswa yang berperan sebagai input dan output, serta guru sebagai fasilitator. Guru membantu siswa dalam proses belajar yaitu proses pengalihan pengetahuan dan perubahan tingkah laku. Didalam proses belajar mengajar interaksi antara guru dengan siswa sangatlah penting. Karena interaksi yang terjadi ini akan mempengaruhi output dalam kegiatan belajar mengajar. Guru mempunyai peranan membimbing dan mengarahkan siswa untuk melakukan pemusatan perhatian terhadap sesuatu yang diharapkan. Kenyataan tersebut menuntut guru untuk lebih menguasai materi dan cerrmat dalam menggunanakan metode pembelajaran. Guru harus mampu memiih, menerapkan model pembelajaran dan melibatkan siswa berpartisipasi aktif daam proses pencapaian tujuan pembelajaran.
Guru sebagai pengelola proses pembelajaran dituntut persiapan yang serba lengkap. Selain menguasai metode-metode mengajar dan menguasai materi, seorang guru juga harus menguasai pengetahuan lain yang dapat menunjang jauh lebih luas dari pada hanya sekedar materi yang diajarkan. Guru secara langsung berhubungan dengan siswa dalam proses belajar mengajar. Guru yang abstrak dan ngambang dalam penyampaian materi menyebabkan proses belajar menjadi kurang berhasil atau optimal. Keberhasilan dalam suatu proses pembelajaran tercermin dalam hasil yang dicapai oleh para siswa. Pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan suatu institusi penyelenggaraan pendidikan yang tujuannya adalah menciptakan sumber daya manusia yang memiliki kemampuan, keterampilan dan keahlian, sehingga lulusannya dapat mengembangkan kinerja apabila terjun dalam dunia kerja. Pendidikan SMK itu sendiri viii

bertujuan meningkatkan kemampuan siswa untuk dapat mengembangkan diri sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan kesenian, serta menyiapkan siswa untuk memasuki lapangan kerja dan mengembangkan sikap professional. Salah satu program keahlian yang diselenggarakan di SMK Negeri 1 Kota Jambi adalah program keahlian akuntansi. Program keahlian akuntansi merupakan program untuk mempersiapkan peserta didik agar mampu bekerja di bidang pembukuan, teller, bendahara kantor ataupun yang lainnya. Namun, pada kenyataannya lulusan SMK jurusan akuntansi kurang mampu untuk menyesuaikan diri dengan perubahan maupun perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di tempatnya bekerja, sehingga perlu perbaikan mutu pendidikan yang sangat erat kaitannya dengan proses pelaksanaan pembelajaran yang dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain kurikulum, tenaga kependidikan, proses pembelajaran, sarana prasarana, alat bahan, manajemen sekolah, lingkungan kerja dan kerjasama industri Sesuai informasi yang didapat oleh peneliti di SMK Negeri 1, kelas XI jurusan Akuntansi pada mata pelajaran akuntansi menunjukkan masih banyaknya siswa dalam pembelajaran akuntansi yang mengalami kendala dan belum memperoleh hasil yang memuaskan. Banyak siswa yang mengeluh mengatakan bahwa pelajaran akuntansi itu sulit dan membosanan. Faktor yang menyebabkan kesulitan dalam belajar akuntansi diantaranya adalah rendahnya motivasi belajar siswa untuk mempelajari akuntansi. Permasalahan lain yang sering ditemukan pada saat ini adalah kemampuan siswa dalam menguasai materi pelajaran. Pada pembelajaran akuntansi, dominasi guru masih sangat tinggi, pengorganisasian siswa cenderung searah dan klasikal dan guru jarang berkeliling mendekati siswa. Selain itu untuk mempelajari materi akuntansi diperlukan cara dan

ix

metode belajar yang berbeda bila dibandingkan dengan ilmu sosial lainnya. Faktor kesulitan belajar yang bersumber dari siswa, misalnya motivasi, kemauan, perhatian, metode belajar yang kurang tepat, waktu belajar yang terbatas, kurangnya sumber belajar yang diperlukan. Disamping itu metode mengajar yang kurang tepat serta kurang mampunya siswa menerima materi pelajaran dapat juga sebagai faktor penyebab kesulitan siswa belajar akuntansi.

Model pembelajaran yang diteliti disini adalah model pembelajaran kooperatif tipe STAD yaitu pembelajaran dengan pengelompokan siswa menjadi kelompok kecil yang beranggotakan empat sampai enam orang anggota heterogen. Heterogen artinya setiap anggota kelompok mempunyai perbedaan kemampuan akademik, jenis kelamin, ras ataupun suku yang berbeda. Apabila siswa ingin agar timnya berhsil ia kan mendorong dan membantu anggota timya. Seringkali siswa berhsil menjelaskan gagasan-gagasan yang sulit dengan menerjemahkan bahsa yang digunakan guru dalam bahasa anak (siswa).
Mengingat kondisi tersebut di atas, maka penulis melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dan Motivasi Siswa Terhadap Hasil Belajar Mata Pelajaran Akuntansi Siswa Kelas XI SMK Negeri 1 Kota Jambi.

1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka permasalahan dirumuskan sebagai berikut:

1.2.1.

Apakah terdapat perbedaan hasil belajar siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dibandingkan dengan model pembelarajan konvensional?

1.2.2.

Apakah terdapat perbedaan hasil belajar siswa yang memiliki motivasi tinggi bila dibaningkan dengan siswa yang memiliki motivasi rendah?

1.2.3. Apakah terdapat perbedaaan hasil belajar kelompok siswa yang yang memiliki motivasi tinggi dibelajarkan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD bila dibandingkan dengan yang dibelajarkan menggunkan model pembelajaran konvensional? 1.2.4. Apakah terdapat perbedaaan hasil belajar kelompok siswa yang memiliki motivasi rendah dibelajarkan menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe STAD bila dibandingkan dengan yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran konvensional? 1.2.5. Apakah terdapat interaksi antara penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan motivasi terhadap hasil belajar siswa? 1.3. Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian Untuk mempermudah pemahaman dan menghindari penafsiran yang berbedabeda, maka penulis memberikan batasan-batasan pada penelitian ini yaitu: 1.3.1. Penelitian dilakukan di SMK Negeri 1 Kota Jambi siswa kelas X Akuntansi. 1.3.2. Pada pelaksanaan penelitian pembelajaran dilakukan sesuai rancangan instruktisional dalam RPP model koopertif tipe STAD dan model konvensional 1.3.3. Faktor lain yang diperhatikan dalam penelitian ini hanya motivasi belajar siswa xi

1.3.4.

Tes yang dilakukan benar-benar diawasi dengan cermat agar dapat mengukur kemampuan sebenarnya.

1.3.5.

Guru yang mengajar dan sumber pembelajaran kelas control dan kelas eksperimen adalah sama.

1.4.

Tujuan Penelitian Adapun penelitian ini dimaksudkan untuk : 1.4.1. Mengetahui perbedaan hasil belajar siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional. 1.4.2. Mengetahui perbedaan hasil belajar siswa yang memiliki motivasi tinggi dengan siswa yang memiliki motivasi rendah. 1.4.3. Mengetahui perbedaaan hasil belajar kelompok siswa yang yang memiliki motivasi tinggi dibelajarkan dengan pembelajaran kooperatif dengan yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional. 1.4.4. Mengetahui perbedaaan hasil belajar kelompok siswa yang memiliki motivasi rendah dibelajarkan dengan pembelajaran kooperatif dengan yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional. 1.4.5. Mengetahui interaksi antara penggunaan stategi dan motivasi terhadap hasil belajar siswa. kooperatif dibandingkan dengan pembelajaran

1.5.

Manfaat Penelitian

Berdasarkan penelitian ini manfaat yang diperoleh adalah sebagai berikut: 1.5.1. Bagi Guru,
xii

Penelitian ini diharapkan dapat memberi wawasan mengenai pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam pembelajaran akuntansi sebagai bahan perbandingan pilihan model belajar siswa. 1.5.2. Bagi siswa, Diharapkan dapat menumbuhkan pemahaman terhadap mata pelajaran akuntansi 1.5.3. Bagi Penulis a) Menambah wawasan dan menerapkan ilmu yang diperoleh

selama di bangku perkuliahan b) Sebagai pengalaman bagi penulis dalam tahap pembinaan diri sebagai calon pendidik.
1.6. Defenisi Operasional 1.6.1. Model pembelajaran kooperatif adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelaran yang telah dirumuskan (Wina, 2010;241) 1.6.2. Pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah pembelajaran berkelompok yang terdiri dari 4-5 orang siswa yang dibagi secara heterogen 1.6.3. Pembelajran konvensional merupakan pembelajaran yang dengan ceramah bervariasi yang mana selesai melakukan pembelajaran dengan cara (1) menyimak pelajaran yang dipaparkan guru, (2) melakukan tanya jawab dengan guru, dan (3) mengerjakan tugas/latihan secara individual 1.6.4. Motivasi adalah suatu dorongan internal dan eksternal yang

menyebabkan seseorang untuk berbuat dan bertinda mencapai tujuan sehingga memperoleh apa yang diharapkan.

xiii

1.6.5.

Hasil belajar adalah penilaian tertulis dalam bentuk tes hasil belajar untuk kompetensi kognitif siswa sesuai dengan tujuan instruktisional yang ditetapkan.

xiv

BAB II KAJIAN PUSTAKA

1.1.

Belajar dan Pembelajaran Menurut James O. Wittaker, belajar dapat didefinisikan sebagai proses

dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman. Learning may be defined as the process by which behavior originates or is altered through training or experience. (Whittaker, 1970:15). Dengan demikian, perubahan-perubahan tingkah laku akibat pertumbuhan fisik atau kematangan, kelelahan, penyakit, atau pengaruh obat-obatan adalah tidak termasuk sebagai belajar. Satu definisi lagi yang perlu dikemukakan di sini yaitu yang dikemukakan oleh Howard L. Kingsley sebagai berikut: Learning is the process by which behavior (in the broader sense) is originated or changed through practice or training. (Kingsley, 1957:12). (Belajar adalah proses di mana tingkah laku (dalam artian luas) ditimbulkan atau diubah melaluipraktek atau latihan). http://www.bloggermajalengka.com/2011/09/ Belajar merupakan perubahan tingkah laku dengan serangkaian kegiatan misalnya membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan lain sebagainya. Belajar dalam arti mengubah tingkah laku, akan membawa suatu perubahan pada individu-individu yang belajar. Perubahan itu tidak hanya berkaitan dengan penambahan ilmu pengetahuan, tetapi juga berbentuk kecakapan, keterampilan, sikap, pengertian, harga diri, minat, watak, penyesuaian diri.

xv

Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses perolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik. Menurut Hamalik (2002:57) Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi (siswa dan guru), material (buku, papan tulis, kapur dan alat belajar), fasilitas (ruang, kelas audio visual), dan proses yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran. Sedangkan menurut Gagne, Brings dan Wager dalam winataputra (2007:19) pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang dirancang untuk emungkinkan terjadinya proses belajar pada siswa. Selanjutnya masih dalam winataputra sisdiknas menjelaskan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan sumber belajar. Dalam pembelajaran siswa berada dalam posisi proses mental yang aktif, dan guru berfungsi mengkondisikan terjadinya pembelajaran. Dalam penerapan model pembelajaran yang digunakan harus sesuai dengan kebutuhan siswa. Di sisi lain pembelajaran mempunyai pengertian yang mirip dengan pengajaran, tetapi sebenarnya mempunyai konotasi yang berbeda. Dalam konteks pendidikan, guru mengajar agar peserta didik dapat belajar dan menguasai isi pelajaran hingga mencapai sesuatu objektif yang ditentukan (aspek kognitif), juga dapat memengaruhi perubahan sikap (aspek afektif), serta keterampilan (aspek psikomotor) seorang peserta didik, namun proses pengajaran ini memberi kesan
xvi

hanya sebagai pekerjaan satu pihak, yaitu pekerjaan pengajar saja. Sedangkan pembelajaran menyiratkan adanya interaksi antara pengajar dengan peserta didik. Pembelajaran yang berkualitas sangat tergantung dari motivasi pelajar dan kreatifitas pengajar. Pembelajar yang memiliki motivasi tinggi ditunjang dengan pengajar yang mampu memfasilitasi motivasi tersebut akan membawa pada keberhasilan pencapaian target belajar. Target belajar dapat diukur melalui perubahan sikap dan kemampuan siswa melalui proses belajar. Desain pembelajaran yang baik, ditunjang fasilitas yang memandai, ditambah dengan kreatifitas guru akan membuat peserta didik lebih mudah mencapai target belajar.

1.2.

Hasil Belajar

1.2.1. Pengertian Hasil Belajar Menurut Soedarto (1997:49) hasil belajar adalah tingkat penguasaan yang dicapai oleh belajar mengikuti program belajar mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajar (Sudjana, 1990:22). Sementara Bloom mengungkapkan tiga tujuan pengajaran yang merupakan kemampuan seseorang yang harus dicapai dan merupakan hasil belajar yaitu : kognitif, afektif, dan psikomotorik (Sudjana, 1990:22). Hasil belajar yang dicapai siswa menurut Sudjana (1990:56) melalui proses belajar yang optimal ditunjukkan dengan ciri-ciri;

xvii

1. Kepuasan dan kebanggaan yang dapat menumbuhkan motivasi belajar intrinsik pada diri siswa. Siswa tidak mengeluh dengan prestasi yang rendah dan ia akan berjuang lebih keras untuk memperbaikinya atau setidaknya mempertahankan apa yang telah dicapai. 2. Menambah keyakinan dan kemampuan dirinya, artinya ia tahu kemampuan dirinya dan percaya bahwa ia mempunyai potensi yang tidak kalah dari orang lain apabila ia berusaha sebagaimana mestinya. 3. Hasil belajar yang dicapai bermakna bagi dirinya, seperti akan tahan lama diingat, membentuk perilaku bermanfaat untuk mempelajari aspek lain, kemauan dan kemampuan untuk belajar sendiri dan mengembangkan kreativitasnya. 4. Hasil belajar yang diperoleh siswa secara menyeluruh (komprehensif), yakni mencakup ranah kognitif, pengetahuan atau wawasan, ranah afektif (sikap), dan ranah psikomotorik, keterampilan dan perilaku 5. Kemampuan siswa untuk mengontrol atau menilai hasil yang dicapainya maupun menilai dan mengendalikan proses dan usaha belajarnya. Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah suatu penilaian akhir dari proses dan pengenalan yang telah dilakukan berulang-ulang serta akan tersimpan dalam jangka waktu lama atau bahkan tidak hilang selama-lamanya karena hasil belajar turut serta dalam membentuk pribadi individu yang selalu ingin mencapai hasil yang lebih baik lagi sehingga akan merubah cara berpikir serta menghasilkan perilaku kerja yang lebih baik. 1.2.2. Faktor-Faktor Yang mempengaruhi Hasil Belajar Menurut Slameto (2003:54) Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar dapat dibedakan menjadi 2 golongan yaitu: 1. Faktor yang ada pada diri siswa itu sendiri yang di sebut faktor individu (Intern), yang meliputi : (1). Faktor biologis, meliputi: kesehatan, gizi, pendengaran dan penglihatan. Jika salah satu dari faktor biologis terganggu akan mempengaruhi hasil prestasi belajar. (2). Faktor

xviii

Psikologis, meliputi: intelegensi, minat dan motivasi serta perhatian ingatan berfikir. (3). Faktor kelelahan, meliputi: kelelahan jasmani dan rohani. Kelelahan jasmani nampak dengan adanya lemah tubuh, lapar dan haus serta mengantuk. Sedangkan kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya kelesuan dan kebosanan sehingga minat dan dorongan untuk mengahsilkan sesuatu akan hilang. 2. Faktor yang ada pada luar individu yang di sebut dengan faktor Ekstern, yang meliputi: (1). Faktor keluarga. Keluarga adalah lembaga pendidikan yang pertama dan terutama. Merupakan lembaga pendidikan dalam ukuran kecil tetapi bersifat menentukan untuk pendidikan dalam ukuran besar. (2). Faktor Sekolah, meliputi : metode mengajar, kurikulum, hubungan guru dengan siswa, siswa dengan siswa dan berdisiplin di sekolah. (3). Faktor Masyarakat, meliputi : bentuk kehidupan masyarakat sekitar dapat mempengaruhi prsetasi belajar siswa. Jika lingkungan siswa adalah lingkungan terpelajar maka siswa akan terpengaruh dan mendorong untuk lebih giat belajar. 1.3. Model Pembelajaran Kooperatif tipe STAD

1.3.1. Pengertian Pendekatan, Strategi, Pendekatan, Metode, Teknik dan Model Pembelajaran Dalam proses pembelajaran dikenal beberapa istilah yang memiliki kemiripan makna, sehingga seringkali orang merasa bingung untuk

membedakannya. Istilah-istilah tersebut adalah: (1) pendekatan pembelajaran, (2) strategi pembelajaran, (3) metode pembelajaran; (4) teknik pembelajaran; (5)

xix

taktik pembelajaran; dan (6) model pembelajaran. Berikut ini akan dipaparkan istilah-istilah tersebut, dengan harapan dapat memberikan kejelasaan tentang penggunaan istilah tersebut. Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu. Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu: (1) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa (student centered approach) dan (2) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru (teacher centered approach). Dari pendekatan pembelajaran yang telah ditetapkan selanjutnya diturunkan ke dalam strategi pembelajaran. Newman dan Logan (Abin Syamsuddin Makmun, 2003) mengemukakan empat unsur strategi dari setiap usaha, yaitu: 1. Mengidentifikasi dan menetapkan spesifikasi dan kualifikasi hasil (out put) dan sasaran (target) aspirasi yang dan harus selera dicapai, masyarakat dengan yang

mempertimbangkan memerlukannya.

2. Mempertimbangkan dan memilih jalan pendekatan utama (basic way) yang paling efektif untuk mencapai sasaran.

xx

3. Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah (steps) yang akan dtempuh sejak titik awal sampai dengan sasaran. 4. Mempertimbangkan dan menetapkan tolok ukur (criteria) dan patokan ukuran (standard) untuk mengukur dan menilai taraf keberhasilan (achievement) usaha.

Menurut Kemp (Wina Sanjaya, 2008) mengemukakan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Selanjutnya, dengan mengutip pemikiran J. R David, Wina Sanjaya (2008) menyebutkan bahwa dalam strategi pembelajaran terkandung makna perencanaan. Artinya, bahwa strategi pada dasarnya masih bersifat konseptual tentang keputusan-keputusan yang akan diambil dalam suatu pelaksanaan pembelajaran. Dilihat dari strateginya, pembelajaran dapat dikelompokkan ke dalam dua bagian pula, yaitu: (1) exposition-discovery learning dan (2) group-individual learning (Rowntree dalam Wina Senjaya, 2008). Ditinjau dari cara penyajian dan cara pengolahannya, strategi pembelajaran dapat dibedakan antara strategi pembelajaran induktif dan strategi pembelajaran deduktif. Strategi pembelajaran sifatnya masih konseptual dan untuk

mengimplementasikannya digunakan berbagai metode pembelajaran tertentu. Dengan kata lain, strategi merupakan a plan of operation achieving something sedangkan metode adalah a way in achieving something (Wina Senjaya (2008). Jadi, metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk
xxi

mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Terdapat beberapa metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengimplementasikan strategi pembelajaran, diantaranya: (1) ceramah; (2) demonstrasi; (3) diskusi; (4) simulasi; (5) laboratorium; (6) pengalaman lapangan; (7) brainstorming; (8) debat, (9) simposium, dan sebagainya. Selanjutnya metode pembelajaran dijabarkan ke dalam teknik dan gaya pembelajaran. Dengan demikian, teknik pembelajaran dapat diatikan sebagai cara yang dilakukan seseorang dalam mengimplementasikan suatu metode secara spesifik. Misalkan, penggunaan metode ceramah pada kelas dengan jumlah siswa yang relatif banyak membutuhkan teknik tersendiri, yang tentunya secara teknis akan berbeda dengan penggunaan metode ceramah pada kelas yang jumlah siswanya terbatas. Demikian pula, dengan penggunaan metode diskusi, perlu digunakan teknik yang berbeda pada kelas yang siswanya tergolong aktif dengan kelas yang siswanya tergolong pasif. Dalam hal ini, guru pun dapat berganti-ganti teknik meskipun dalam koridor metode yang sama. Sementara taktik pembelajaran merupakan gaya seseorang dalam melaksanakan metode atau teknik pembelajaran tertentu yang sifatnya individual. Misalkan, terdapat dua orang sama-sama menggunakan metode ceramah, tetapi mungkin akan sangat berbeda dalam taktik yang digunakannya. Dalam penyajiannya, yang satu cenderung banyak diselingi dengan humor karena memang dia memiliki sense of humor yang tinggi, sementara yang satunya lagi kurang memiliki sense of humor, tetapi lebih banyak menggunakan alat bantu
xxii

elektronik karena dia memang sangat menguasai bidang itu. Dalam gaya pembelajaran akan tampak keunikan atau kekhasan dari masing-masing guru, sesuai dengan kemampuan, pengalaman dan tipe kepribadian dari guru yang bersangkutan. Dalam taktik ini, pembelajaran akan menjadi sebuah ilmu sekalkigus juga seni (kiat) Apabila antara pendekatan, strategi, metode, teknik dan bahkan taktik pembelajaran sudah terangkai menjadi satu kesatuan yang utuh maka terbentuklah apa yang disebut dengan model pembelajaran. Jadi, model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran. Berkenaan dengan model pembelajaran, Bruce Joyce dan Marsha Weil (Dedi Supriawan dan A. Benyamin Surasega, 1990) mengetengahkan 4 (empat) kelompok model pembelajaran, yaitu: (1) model interaksi sosial; (2) model pengolahan informasi; (3) model personal-humanistik; dan (4) model modifikasi tingkah laku. Kendati demikian, seringkali penggunaan istilah model

pembelajaran tersebut diidentikkan dengan strategi pembelajaran. Untuk lebih jelasnya, posisi hierarkis dari masing-masing istilah tersebut, kiranya dapat divisualisasikan sebagai berikut:

xxiii

Berdasarkan uraian di atas, bahwa untuk dapat melaksanakan tugasnya secara profesional, seorang guru dituntut dapat memahami dan memliki keterampilan yang memadai dalam mengembangkan berbagai model

pembelajaran yang efektif, kreatif dan menyenangkan, sebagaimana diisyaratkan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Mencermati upaya reformasi pembelajaran yang sedang dikembangkan di Indonesia, para guru atau calon guru saat ini banyak ditawari dengan aneka pilihan model pembelajaran, yang kadang-kadang untuk kepentingan penelitian (penelitian akademik maupun penelitian tindakan) sangat sulit menermukan sumber-sumber literarturnya. Namun, jika para guru (calon guru) telah dapat memahami konsep atau teori dasar pembelajaran yang merujuk pada proses (beserta konsep dan teori) pembelajaran sebagaimana dikemukakan di atas, maka pada dasarnya guru pun dapat secara kreatif mencobakan dan mengembangkan model pembelajaran tersendiri yang khas, sesuai dengan kondisi nyata di tempat
xxiv

kerja masing-masing, sehingga pada gilirannya akan muncul model-model pembelajaran versi guru yang bersangkutan, yang tentunya semakin memperkaya khazanah model pembelajaran yang telah ada.

1.3.2. Pengertian Pembelajaran Kooperatif . Ide ini bermula pada awal abad pertama, seseorang filosof berpendapat bahwa untuk dapat belajar seseorang harus memiliki pasangan atau teman. Hasil pembelajaran kooperatif sekarang sedang berkembang pesat di Amerika Serikat yang mulai dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Strategi pembelajaran ini dapat membangkitkan siswa yang aktif belajar. Menurut winasanjaya ( 2010:242) pembelajaran koperatif merupakan model pembelajaran dengan mengunakan system pengelompokan kecil yaitu antara empat sampai enam orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras ataupun suku berbeda (heterogen). Sedangkan menurut Slavin (1997:22) mengatakan bahwa pendekatan konstruktivis

menerapkan pembelajaran kooperatif secara intensif atas dasar teori bahwa siswa akan mudah menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit apabila mereka dapat mendiskusikan masalah-masalah itu dengan temannya. Dari berbagai uraian yang diungkapkan di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif suatu strategi pembelajaran dalam kelompok-kelompok

xxv

kecil sehingga siswa dapat saling bantu membantu antar anggota dalam kelompoknya untuk mencapai kemajuan kelompoknya. 1.3.3. Unsur-unsur Pembelajaran Kooperatif Menurut Roger dan David Johnson mengatakan bahwa tidak semua kerja kelompok bisa dianggap sebagai perkembangan kooperatif. Untuk mencapai hasil yang maksimal, ada 5 unsur model pembelajaran kooperatif yang harus diterapkan yaitu : a. Saling ketergantungan yang positif b. Saling interaksi tatap muka c. Setiap individu bertanggungjawab d. Adanya komunikasi antar anggota e. Evaluasi proses kelompok Keberhasilan kelompok sangat tergantung pada usaha tiap anggotanya, sehingga seluruh anggota diharapkan mampu untuk memberikan peran aktif dalam kegiatan kelompok. Untuk menciptakan kelompok kerja yang efektif, guru perlu menyusun tugas sedemikian rupa sehingga pada akhirnya seluruh anggota kelompok bisa mencapai tujuan mereka. Dalam kegiatan kelompok setiap anggota kelompok, harus diberikan kesempatan untuk bertatap muka dan berdiskusi. Dengan menyatakan pendapat akan terbentuk sinergi positif yaitu adanya saling menghargai perbedaan, memanfaatkan kelebihan dan mengisi kekurangan masing-masing.

xxvi

Pola penilaian dan penugasan dalam pembelajaran kooperatif, membuat setiap siswa merasa bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik. Kunci keberhasilan terletak pada persiapan dan penyusunan tugas pembelajaran yang harus dilakukan oleh tiap-tiap anggota kelompok secara betanggung jawab, agar tugas selanjutnya dapat dilaksanakan. Anggota kelompok yang tidak

melaksanakan tugas akan diketahui dengan jelas dan mudah. Hal ini menimbulkan dorongan dari teman-teman dalam satu kelompok untuk melaksanakan tugas agar tidak menghambat yang lain. Sebelum penugasan siswa, guru perlu mengajarkan cara-cara berkomunikasi. Keberhasilan suatu kelompok tergantung pada kesediaan para anggota untuk saling mendengarkan dan mengeluarkan pendapatnya. Evaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerjasama perlu direncanakan oleh guru. Waktu evaluasi tidak perlu setiap kali ada kerja kelompok, namun dapat dilakukan selang beberapa waktu setelah beberapa kali pembelajaran.

1.3.4. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

STAD (Student Teanm Achievement Division) dikembangkan oleh Robert Slavin yang mana STAD merupakan pendekatan kooperatif yang sederhana. Kinerja guru yang mengunakan STAD mengacu pada belajar kelompok, menyajikan informasi akademik baru pada siswa dengan menggunakan prosentase verbal atau tes.

xxvii

Pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe STAD dilaksanakan dalam beberapa tahap: persiapan, presentsi pelajaran, evaluasi, penghargaan kelompok, menghitung ulang skor awal dan mengubah kelompok. Penjelasan dari langkahlangkah pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah sebagai berikut: a. Persiapan 1. Materi Materi pelajaran dipersiapkan untuk pembelajaran secara kelompok yang disajikan dengan lembar kerja siswa (LKS) dan lembar jawaban yang akan dipelajari oleh siswa dalam kelompok kecil. 2. Menetapkan siswa dalam kelompok Siswa-siswa dalam kelas di kelompokkan menjadi beberapa kelompok yang terdiri empat sampai lima orang yang memiliki latar belakang dan tingkat prestasi akademik yang berbeda. Beberapa petunjuk membentuk kelompok kooperatif: a. Merangking siswa berdasarkan prestasi akademik dalam kelas. b. Menentukan jumlah kelompok dan tiap kelompok terdiri dari empat sampai lima orang. c. Membagi kelompok dengan komposisi tingkat prestasi yang seimbang. 3. Menentukan skor awal Skor awal ini merupakan skor rata-rata siswa individual pada semester sebelumnya/tes sebelumnya.

xxviii

b. Tahap pembelajaran Tahap pembelajaran kooperatif tipe STAD dimulai dengan kegiatan guru mempersiapkan materi pelajaran. Kemudian dilanjutkan dengan penyajian informasi baik secara verbal ataupun dalam bentuk tes. Selanjutnya siswa diorganisasikan dalam kelompok-kelompok belajar untuk bersama-sama

menyelesaikan tugas atau LKS. c. Evaluasi Evaluasi yang dilakukan dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD meliputi evaluasi dilakukan setelah siswa selesai melaksanakan kegiatan pembelajaran, siswa harus menunjukkan apa yang telah dipelajari dalam kelompok. Hasil tes individu menjadi dasar skor kelompok dan akhirnya menjadi dasar pemberian penghargaan. Dalam menentukan kelompok mana yang akan diberi penghargaan,ada tiga kriteria penghargaan yaitu: a. Kelompok dengan rata-rata skor 15 sebagai kelompok baik. b. Kelompok dengan rata-rata skor 20 sebagai kelompok hebat. c. Kelompok dengan rata-rata skor 25 sebagai kelompok super hebat d. Untuk kelompok super dan kelompok hebat dapat diberikan penghargaan tertentu sesuai dengan kebijaksanaan guru.

xxix

Dari kajian diatas menunjukkan bahwa pembelajran kooperatif tipe STAD merupakan tipe pembelajaran kooperatif yang cukup sederhana. Perbedaan model pembelajaran kooperatif tpe STAD ini terletak pada adanya tes perkembangan individu dan adanyapemerian penghargaan kelompok.

1.3.5. Kebaikan dan Kelemahan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Landasan yang mendasari model pembelajaran kooperatif dalam pendidikan adalah falsafah homo homini socius. Falsafah ini menekankan bahwa manusia adalah makhluk sosial. Dengan bekerja sama maka kelangsungan hidup dapat terpenuhi. Sampai saat ini model pembelajaraan kooperatif belum banyak diterapkan dalam dunia pendidikan kita. Kebanyakan pengajar enggan untuk menerapkan sistem ini karena beberapa alasan. Menurut Kagan ataupun Slavin (1998:136,137) mengatakan adanya masalah menetapkan strategi belajar bersama di kelas yaitu ramai, gagal untuk saling mengenal, perilaku yang salah dan penggunaan waktu yang tidak efektif. Ramai, biasanya yang dihasilkan dalam interaksi siswa yang produktif. Ketika menerapkan strategi belajar bersama, kita harus berharap agar kelas lebih ramai sedikit karena siswa bekerja dan berbicara dalam kelompok kecil. Namun sesuatu yang berkelebihan, bagaimanapun akan mengganggu guru dan mengganggu fungsi kelompok dan kelas lainnya. Gagal untuk menyatu, biasanya terjadi pada siswa yang terisolasi secara sosial. Dalam kegiatan belajar, siswa duduk diam terisolir dari siswa-siswa lainnya. Belajar bersama mengharuskan mereka berbicara, mendengarkan dan

xxx

membantu lainya untuk belajar. Proses biasanya dibuat lehih rumit oleh keheterogenan kelompok tersebut. Perilaku yang salah, biasanya timbul karena adanya ketidaktahuan siswa tentang apa yang harus dilakukan dalam pembelajaran kooperatif. Hal ini yang menimbulkan peningkatan masalah manajemen pada siswa sehingga memerlukan solusi untuk masalah potensial yang menantang, pemikiran lebih, penyusunan dan pengawasan agenda dan pengawasan siswa dengan hatihati. Penggunaan waktu yang tidak efektif oleh siswa terjadi karena siswa yang bergurau dan bermain sendiri sedangkan siswa lainnya sibuk melakukan aktivitas kelompok. Pengawasan guru yang tidak cermat dalam mengawasi kinerja guru selama pembelajaran kelompok tidak efektif. Selain masalah-masalah yang kemungkinan terjadi, menurut wina sanjaya (2010: 249) kelemahan-kelemahan yang mungkin terjadi adalah sebagai berikut: a. Pembelajaran kooperatif bukanlah obat yang paling mujarab untuk memecahkan masalah yang timbul dalam kelompok kecil. b. Adanya ketergantungan sehingga siswa yang lambat berfikir tidak dapat berlatih belajar mandiri. c. Pembelajaran kooperatif memerlukan waktu yang lama sehingga target pencapaian kurikulum tidak dapat dipenuhi. d. Pembelajaaran kooperatif tidak dapat menerapkan materi pelajaran secara cepet. e. Penilaian terhadap individu dan kelompok dan pemberian hadiah menyulitkan bagi guru untuk melaksanakannya
xxxi

Meskipun banyaknya kelemahan yang timbul, pembelajaran kooperatif juga memiliki keuntungan (Wina Sanjaya, 2010: 249). Keuntungan ini meliputi: a. Pelajaran kooperatif membantu siswa mempelajari isi materi pelajaran yang sedang dibahas. b. Adanya anggota kelompok lain yang menghindari kemungkinan siswa mendapatkan nilai rendah, karena dalam pengetesan lisan siswa dibantu oleh anggota kelompoknya. c. Pembelajaran kooperatif menjadikan siswa mampu belajar berdebat, belajar mendengarkan pendapat orang lain, dan mencatat hal-hal yang bermanfaat untuk kepentingan bersama-sama. d. Pembelajaran kooperatif menghasilkan pencapaian belajar siswa yang tinggi menambah harga diri siswa dan memperbaiki hubungan dengan teman sebaya. e. Hadiah atau penghargaan yang diberikan akan akan memberikan dorongan bagi siswa untuk mencapai hasil yang lebih tinggi. f. Siswa yang lambat berfikir dapat dibantu untuk menambah ilmu pengetahuannya. g. Pembentukan kelompok-kelompok kecil memudahkan guru untuk memonitor siswa dalam belajar bekerja sama.

xxxii

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa untuk mengatasi kelemahankelemahan, pelaksanaan pembelajaran kooperatif tidak digunakan untuk pelajaran Akuntansi setiap hari. Pelaksanaannya dapat dilaksanakan satu bulan hanya beberapa kali. Untuk mengejar materi dapat dilakukan pembelajaran ceramah. Sedangkan dari keuntungan yang telah diuraikan di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif memberikan kesempatan bagi seluruh anggota untuk mampu bekerja sama, bersosialisasi antar teman, belajar untuk saling berbagi pengetahuan dengan sesama anggota kelompoknya.

1.4.

Pembelajaran Konvensional

1.4.1. Pengertian Pembelajaran konvensional/Ceramah Pembelajaran ceramah merupakan pembelajaran yang paling lama digunakan dalam sejarah pendidikan dan masih digunakan dalam proses pembelajaran. Hal ini disebabkan karena metode ini merupakan sebuah metode yang sangat mudah dilakukan oleh guru. Pada hakekatnya ceramah adalah suatu metode pembelajaran dimana guru berada di depan kelas, memimpin, menentukan dan jalannya pelajaran serta mentransfer segala rencana yang akan diberikan pada siswa (Wiryohandoyo,dkk 1998:32). Sedangkan pengertian metode ceramah adalah cara penyajian pelajaran yang dilakukan oleh guru dengan penjelasan lisan secara langsung terhadap siswa. Surakhmad (1994:98) juga mengungkapkan bahwa metode ceramah ialah bentuk interaksi seseorang terhadap sekelompok pendengar.

xxxiii

Dari beberapa pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa yang disebut metode ceramah adalah suatu metode penyajian pelajaran yang dilakukan oleh guru dengan penuturan atau penjelasan lisan secara langsung terhadap siswa guna mentransfer segala ilmu pengetahuan yang dimilikinya.

1.4.2. Pelaksanaan Pembelajaran konvensional Ceramah Kenyataan menunjukan bahwa sekalipun banyak kekurangan, hingga kini metode ini tetap digunakan. Ini berarti tidak selamanya metode ini jelek. Namun yang penting adalah bagaimana usaha kita membuat metode ceramah lebih efektif dan bervariasi. Untuk mewujudkannya ada beberapa hal yang dapat dilakukannya: 1. Guru harus benar-benar menunjukkan pengawasan yang baik

terhadap materi pelajaran yang disajikan. 2. Pengunaan cermah hendaknya dikombinasikan dengan metode

metode lain secara variasi seperti demontrasi, diskusi, tanya jawab, atau penugasan. Hal ini akan membuat siswa dapat ikut aktif. 3. Menggunakan media yang jelas dan menarik seperti papan tulis,

papan planel, bagan, OHP. 4. Terangkan petunjuk-petunjuk didektik dalam ceramah seperti persepsi yang memadai, memotivasi belajar siswa,
xxxiv

adanya

mengorelasikan bahan yang sedang dibahas dengan kejadian, masalah dan kenyataan lain seperti perpustakaan, laboratorium, perpustakaan dan sebagainya Dalam mengunakan metode ceramah yang baik, terdapat beberapa langkah yang perlu ditempuh sebagai berikut: 1. Tahap persiapan a. Menetapkan tujuan pembelajaran yang akan dicapai setelah siswa belajar melalui metode ceramah. b. Tentukan dan kuasai pokok-pokok materi atau garis besar materi yang akan di ceramahkan. c. Sebaiknya pokok-pokok materi ceramah ditulis dalam alat bantu pengajaran seperti papan tulis, papan planel, atau transparansi di OHP. 2. Pelaksanaan Ceramah a. Memulai ceramah 1. Menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai dengan metode ceramah. 2. Mengemukakan garis besar atau pokok-pokok materi yang akan di bahas. 3. Mengadakan apersepsi dengan memancing pengalaman siswa yang relevan dengan teori yang akan dibahas. b. Menyajikan Materi Baru 1. Perhatian siswa agar tetap terarah selama penyajian berlangsung.

xxxv

2. Penyajikan materi secara sistematis, agar siswa mudah mengikuti. 3. Rangsanglah agar siswa aktif dengan memberikan kempatan berfikir, bertanya, diskusi kecil, dan mengerjakan soal latihan 4. Berikan feedbeck atau balikan kepada siswa. 5. Guru memotivasi siswa belajar dengan cara menciptakan suasana yang menyenangkan. c. Penutupan Ceramah 1. Menarik kesimpulan yang dilakukan oleh guru atau siswa. 2. Memberikan kesempatan pada siswa untuk menanggapi kembali mata pelajaran yang telah disampaikan guru denganmenghubungkan dengan topik lain. 3. Siswa diberi soal aplikasi atau tugas tertentu yang merupakan rangsangan agar siswa belajar. 4. Melaksanakan penilaian akhir untuk mengetahui sejauh mana tujuan instruksional telah tercapai. (Sudirman,dkk 1992: 116-118)

1.4.3. Keuntungan dan Kelemahan Metode konvensional/Ceramah Metode ceramah sebagai metode pembelajaran secara langsung dan lisan yang dilakukan oleh guru pada siswanya, mempunyai keuntungan dan kelemahan sebagai berikut: 1. Kelebihan metode ceramah a. Metode ceramah murah dan dapat dilakukan oleh guru dengan hanya bermodalkan suara saja.
xxxvi

b. Materi yang banyak dapat dirangkum atau dijelaskan pokokpokoknya oleh guru dalam waktu singkat. c. Guru dapat menjelaskan dengan menonjolkan bagian-bagian materi yang penting. d. Organisasi kelas dapat diatur menjadi lebih sederhana. 2. Kelemahan-kelemahan ceramah a. Adanya penyamaan kemampuan siswa, padahal kenyataannya kemampuan siswa berbeda. b. Jika penggunaan mono teknik akan mematikan daya indra yang lain. c. Bersifat satu arah (berpusat pada guru) sehingga hanya merupakan transfer ilmu.
d. Memungkinkan terjadinya bahaya verbalisme yaitu siswa hafal susunan

kata-kata atau kalimat tanpa memahami maknanya. e. Siswa kurang perhatian. f. Hasil pelajaran kurang mantap karena metode ceramah yang terdiri atas rentetan ucapan guru yang sedemikian rupa serta waktu yang beruntun akan memaksa siswa menangkap secara semaunya. (Sudirman,dkk 1992:133)

1.5.

Tinjauan tentang Motivasi Belajar Motivasi berasal motif yang artinya adalah segala dayang yang mendorong

seseorang untuk melakukan sesuatu. Jika siswa tidak melakukan yang seharusnya didalam kelas seperti yang dilakukan temannya perlu diselidiki penyebabnya.

xxxvii

Penyebab dapat bermacam-macam dan antara siswa yang satu dengan yang lain bisa berbeda. Melalui motivasi diharapkan siswa memiliki keinginan dan minat serta bersedia melakukan sesuatu (Sagala, 2006: 152) Menurut asal katanya motivasi berasal dari bahsa latin movere yang berarti mengerakkan. Motivasi sebagai suatu kondisi yang menyebabkan atau menimbulan perilaku tertentu dan yang memberikan arah dan ketahanan (persistence)pada tingkah lau tersebut. Misalnya mengurangi kebebosanan, memilih bahan yang menarik, memperjelas sasaran dan berbagi kesempatan (Sagala, 2006: 153)

Fungsi dasar motivasi dalam kehidupan yaitu: 1. Mendorong manusia untuk berbuat sehingga motivasi berfungsi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energy 2. Menentukan arah perbuatan yakni kearah tujuan yang hedak dicapai 3. Menyeleksi perbuatan yang harus dijalankan guna mencapai tujuanyang dimaksud dan mengesampingkan perbuatan-perbautan yang tidak beranfaat. 4. Pendorong dalam pencapaian prestasi Menurut jenisnya motivasi dibagi menjadi dua yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Berikut akan dijelaskan masing-masing motivasi tersebut : 1. Motivasi intrinsik (motivasi internal) Motivasi intrinsic adalah motivasi yang tercakup didalam situasi belajar dan memenuhi kebutuhan dan tujuan-tujuan siswa. Motivasi ini sering disebut

xxxviii

motivasi murni, motivasi yang sebenarnya yang timbul dari dalam diri siswa sendiri. Motivasi intrinsik adalah motivsi yang hidup didalam diri anak dan berguna dalam situasi belajar fungsional. Dalam hal ini pujian, hadiah dan sebagainya sangat tidak berpengaruh pada motivasi belajar anak. Siagian (2004: 76) mengemukan bahwa motivasi intrinsik dimiliki siswa, cirri-cirinya antara lain: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Tekun dalam menghadapi tugas atau bekerja secara continue dalam waktu lama. Ulet dalam menghadapi kesulitan dan tidak putus asa, Tidak cepat puas dengan prestasi yang diperolehnya, Menunjukan minat terhadap bermacam-macam masalah belajar, Lebih senang bekerja mandiri, Cepat bosan dengan tugas-tugas yang rutin, Dapat mempertanggung jawabkan pendapatnya, Sering mencari dan memecahkan masalah.

Motivasi intrinsic dapat dikatakan sebagai bentuk motivasi yang didalamnya ada aktivitas belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan suatu dorongan dari dalam diri dan secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajarnya. Siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi ini akan memiliki tujuan menjadi orang terdidik, berpengetahuan luas, menjadi orang yang ahli dalam suatu bidang, dan mencapai prestasi yang diinginkannya.

2. Motivasi ekstrinsik Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang disebabkan oleh factor-faktor dari luar situasi belajar. Di sekolah motivasi intinsik diperlukan karena tidak semuanya menarik minat peserta didik atau sesuai dengan kebutuhannya. Oleh

xxxix

karena itu, motivasi belajar pelu ditingkatkan oleh guru sehingga peserta didik akan mau dan ingin belajar (Sagala, 2006: 102). Dalam proses belajar mengajar siswa yang memiliki motivasi instrinsik ini memerlukan perhatian khusus dai guru. Siswa yang memiliki motivsi seperti ini tergantung kepada keharusan-keharusan yang diberikan guru untuk mendorong mereka dalam belajar atau mengerjakan tugas-tugas yang diberikan guru. Dari penjelasan-penjelasan dmuka dapat disimpulkan bahwa hakikat motivasi adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa yang sedang belajar untuk menadakan perubahan tingkah laku.

1.6. Akuntansi Perusahaan Dagang 1.6.1. Karakteristik Perusahaan Dagang Pencatatan transaksi di perusahaan jasa pada prinsipnya sama dengan pencatatan di perusahaan dagang. Namun perbedaan yang ada disebabkan adanya karekteristik yang tidak terdapat pada perusahaan jasa. Pada perusahaan dagang kegiatan usaha yang dilakukan berupa usaha pembelian barang dagangan dengan tujuan untuk dijual belikan tanpa adanya pemprosesan terlebih dahulu. Untuk itu karekteristik yang dimiliki oleh perusahaan dagang tapi tidak dimiliki oleh perusahaan jasa adalah seperti kegiatan pembelian, penjualan, persediaan barang dagangan. Pendapatan dari perusahaan dagang adalah selisih antara harga penjualan barang dikurangi harga pembelian yang pada akhirnya dapat dihitung untung atau ruginya.

xl

1.6.2. Transaksi Perusahan Dagang 1. Pembelian Transaksi pembelian dalam perusahaan dagang yang paling spesifik adalah pembelian barang dagangan, pembelian peralatan dan perlengkapan. Pembelian barang dagangan secara kridit dicatat pada akun pembelian, sedangkan pembelian peralatan dan perlengkapan akan dicatat dalam akun perlengkapan dan akun peralatan.bukti pencatatan transaksi pembelian adalah kwitansi dan faktur asli. a. Pembelian secara kontan yaitu pembelian yang pembayarannya segera setelah barang diterima dengan bukti kwintansi. b. Pembelian secara kridit yaitu pembelian yang pembayaranya dilakukan beberapa hari setelah barang diteriama dengan bukti faktur.

2. Potongan pembelian Potongan pembelian adalah potongan yang diberikan penjual pada pembeli, karena pembeli membayar utangnya dalam jangka waktu yang potongan, misalnya: 2/10, n/30 artinya pembelian akan memperoleh 2% bila membayar dalam waktu 10 hari atau kurang dalam jangka waktu kridit 30 hari. Bukti pencatatan potongan pembelian ini biasanya berupa kuitansi pembayaran yang didalamnya dijelaskan potongan diterima. a. Waktu pembayaran utang tanpa memperoleh potongan b. Waktu membayar utang memperoleh potongan c. Retur pembelian dan pengurangan harga
xli

Retur pembelian adalah pengembalian barang yang dibeli kepada penjual karena barang tersebut tidak sesuai dengan pesanan atau rusak. Jika barang tidak dikembalikan biasanya pembeli meminta pengurangan harga. Baik barang dikembalikan atau meminta pengurangan harga akan dicatat dalam harga akan dicatat dalam rekening retur pembelian dan pengurangan harga. Bukti pencatatan retur pembelian adalah berupa nota debit. 4. Beban angkut pembelian Beban angkut pembelian adalah biaya-biaya yang dikeluarkan sehubungan dengan pengiriman barang tersebut sampai ke tempattujuan. Biaya angkut oleh pembeli dicatat dalam rekening biaya angkut pembelian. 5. Penjualan Saat perusahaan dagang menjual barang dagangannya,kegiatan ini akan menghasilkan pendapatan sejumlah harga barang yang dibebankan kepada pembeli. Hasil pendapatan penjualan barang dagang akan dicatat dalam akun penjualan. Bukti pencatatan transaksi ini adalah faktur atau kwitansi tembusan (bukti kas masuk). a. Penjualan secara kontan adalah penjualan dengan pembayaran tunai. b. Penjualan secara kridit adalah penjualan dengan pembayaran kemudian. 6. Potongan penjualan

xlii

Potongan penjualan adalah potongan yang diberikan penjual kepada pembeli karena pembeli membayar utang dalam jangka waktu potongan penjualan yang dibuat. Potongan yang akan diberikan akan dicatat dalam akun potongan penjualan dengan bukti dengan bukti pencatatan berupa kwitansi tembusan atau bukti kas masuk yang didalamnya dijelaskan jumlah potongan harga. a.Waktu penerimaan pelunasan piutang tidak diberi potongan b. Waktu penerimaan pelunasan piutang memberikan potongan 7. Rektur penjualan dan pengurangan harga Retur penjaulan adalah pengembalian barang yang dijual oleh pembeli kepada penjual barang karena barang yang dipesan tidak sesui dengan pesanan atau rusak. Biasanya jika barang tidak dikembalikan,pembeli meminta pengurangan harga. Bukti pencatatan rektur penjualan dan pengurangan harga adalah nota kridit 8. Beban angkut penjualan Beban angkut penjualan adalah biaya-biaya yang dikeluarkan sehubungan dengan pengiriman barang yang dijual. Biasanya ini dicatat dalam rekening biaya angkut penjualan atau biaya pengiriman. Bukti pencatatan adalah faktur atau kuitansi bukti kas keluar.

9. Persediaan barang dagangan

xliii

Persediaan barang dagangan adalah barang-barang dagangan yang ada dalam persediaan yang sedang menunggu untuk dijual. Penataan dilakukan pada akun persediaan barang dagangan. Bukti pencatatan untuk persedian barang dalah bukti memorial. Cara pencatatan besarnya persediaan ada dua sistem:
a. Sistem periodik (periodik system)

Penentuan besarnya persedian dilakukan dengan mengadakan perhitungan secara fisik terhadap persediaan barang yang ada pada akhir periode.
b. Sistem terus menerus (Perpetual System)

Sistem ini adalah pencatatan yang terus menerus mengikuti perubahan atas persediaan dari awal periode.

10. Harga pokok penjualan Harga pokok penjualan adalah harga beli ditambah dengan biayabiaya yang dikeluarkan dalam rangka memperoleh barang tersebut.

xliv

Skema I: Transaksi perusahaan Dagang Pembelian ( D) Beban angkut pembelian (D) Return Pembelian (K) Pembelian Potongan Pembelian (K)

Perusahaan dagang

Barang dagangan

Persediaan Barang dagangan (D)

Penjualan (K) Penjualan Return Penjualan ( D) Potongan Penjualan (D) Beban Angkut Penjualan (D)

xlv

1.6.3. Syarat-syarat Pembayaran Untuk setiap transaksi jual beli yang dilakukan secara kridit selalu diikuti dengan jumlah syarat yang mengikat kedua belah pihak, begitu juga pada transaksi pembelian jual beli secara tunai. Syarat-syarat ini berhubungan dengan potongan tunai yaitu pada potongan pembelian dan potongan penjualan dan juga jangka waktu kridit. Syarat-syarat yang sering dipakai adalah: 1. Misalnya: 2/10, n/30 Artinya adalah potongan sebesar 2% akan diberikan apabila pembeli melunasi harga barang paling lambat 10 hari setelah tanggal transaksi, sehingga pada jangka waktu kridit nominal yang diberikan adalah 30 hari. 2. EOM (End Of Month) Artinya adalah harga bersih faktur harus dilunasi paling lambat akhir bulan dan bila lebih dari akhir bulan penjual tidak memberikan potongan tunai pada pembeli.

xlvi

Misal n/10, EOM : Artinya adalah harga bersih faktur harus dilunasi paling lambat 10 hari setelah akhir bulan,tanpa mendapat potongan tunai.

1.6.4. Syarat Penyerahan Barang Syarat penjualan pada akta jual beli sering disebut adanya syarat penyerahan. Syarat penyerahan merupakan kesepakatan penjual dengan pembeli yang berhubungan dengan tempat barang yang akan diserahkan setelah terjadi kecocokan harga. Beberapa syarat penyerahan yang biasa terjadi dalam dunia usaha yaitu:

1. Prangko gudang jual (FOB Shipping Poin)

Artinya semua ongkos pengiriman barang menjadi tanggungan pihak pembeli atau dengan kata lain barang diserahkan di gudang penjual.
2. Prangko gudang pembeli (FOB Destination Point)

Artinya semua ongkos pengiriman barang menjadi tanggungan penjual.


3. CIF (Cost Freight And Insurance)

Artinya pihak penjual menanggung biaya pengiriman barang dan premi asuransi atas barang tersebut.

2.5 Kerangka Berpikir

xlvii

Proses pembelajaran dalam pendidikan memegang peranan yang sangat penting untuk menambah ilmu pengetahuan, ketrampilan dan penerapan konsep diri. Keberhasilan proses pembelajaran dalam dunia pendidikan dapat tercermin dari peningkatan mutu lulusan yang dihasilkannya. Untuk itu perlu adanya peran aktif seluruh komponen pendidikan terutama siswa yang berfungsi sebagai input sekaligus calon output dan juga guru sebagai fasilitator. Guru yang berfungsi sebagai fasilitator diharapkan mampu memanfaatkan potensi yang dimiliki oleh siswa untuk dapat digunakan dalam belajar. Fungsi fasilitator akan berhasil jika dalam merancang proses belajar mengajar dilakukan berdasarkan langkah-langkah yang sistimatis dan luwes, yang memungkinkan terjadinya revisi terhadap tujuan, bahan, ataupun strategi belajar mengajar melalui proses umpan balik yang diperoleh dari hasil evaluasi. Metode mengajar adalah sebuah teknik yang digunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat proses belajar mengajar. Dengan pemilihan metode pembelajaran yang baik akan muncul interaksi edukatif. Interaksi edukatif ini timbul bila aktivitas siswa lebih besar dibandingkan dengan aktivitas guru. Untuk mencapai proses belajar yang idial, hendaknya digunakan variasi dalam mengunakan metode pembelajaran. Mata pelajaran Akuntansi di SMK adalah bersifat wajib bagi siswa yang memilih akuntansi sebagai jususan yang pilihannya. Ruang lingkup pelajaran Akuntansi di kelas satu meliputi pengertian dasar dan siklus Akuntansi perusahaan dagang. Dalam mempelajari siklus Akuntansi, pokok bahasan

xlviii

pencatatan transaksi merupakan bagian yang sangat penting yang harus dipahami oleh siswa. Hal ini disebabkan karena jika pada tahap ini siswa tidak bisa melakukan pencatatan transaksi ke dalam jurnal secara baik, maka siswa akan mengalami kesulitan pada tahap Akuntansi berikutnya. Bila dibandingkan dengan catatan Akuntansi lainnya, pencatatan dalam jurnal diharapkan dirancang sedemikian rupa sehingga tidak akan terjadi suatu transaksi lupa tercatat. Pembelajaran kooperatif akan membantu mengembangkan tingkah laku kooperatif dan hubungan yang lebih baik diantara mereka. Suatu kelas yang mengunakan setting kelas kooperatif, siswanya lebih banyak belajar dari temanteman satu kelompok daripada dari guru. Konsekuensinya pengembangan komunikasi yang efektif seharusnya tidak ditinggalkan demi kesempatan belajar itu. Pembelajaran kooperatif secara bersama-sama membantu siswa dalam pembelajaran akademik mereka. Siswa lebih memiliki kemungkinan mengunakan tingkat berfikir yang lebih tinggi selama ataupun setelah diskusi dalam kelompok kooperatif tipe STAD daripada mereka yang belajar secara individual atau kompetitif. Materi yang dipelajari siswa akan melekat untuk periode yang lama. Pembelajaran klasikal yang selama ini digunakan adalah mengunakan pembelajaran konvensional. Pembelajaran konvensional terdiri dari metode ceramah yang divariasikan dengan metode latihan, metode diskusi, metode tanya jawab dan lain-lain. Metode ini tidak senantiasa jelek bila penggunaannya betulbetul dipersiapkan dengan baik, didukung dengan alat dan media, serta memperhatikan batas-batas kemungkinan penggunaan. Pemilihan metode pembelajaran yang dianggap baik diharapkan mampu meningkatkan prestasi
xlix

belajar yang baik pada siswa. Peningkatan prestasi belajar ini dilihat dari kemampuan siswa dalam menguasai materi yang telah diajarkan. Dengan menggunakan alat ukur berupa hasil tes. Pembelajaran Akuntansi di kelas I SMK diharapkan dapat

mengembangkan kemampuan siswa untuk menganalisis transaksi keuangan yang terjadi, kemudian dapat membedakan apakah transaksi tersebut masuk sisi debet atau kridit dan pada akhirnya dapat memasukkan transaksi-tansaksi tersebut ke dalam kolom-kolom jurnal khusus. Pembelajaran Akuntansi sangat cocok bila diterapkan dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD. Melalui pembelajaraan kooperatif tipe STAD, diharapkan siswa akan memiliki keterampilan bekerjasama, selain itu juga diharapkan akan timbul keterampilanketerampilan bersosialisasi, keterampilan berbagi, keterampilan berperan serta dalam kelompok dan keterampilan pembangun identitas kelompok dan rasa kesetiakawanan antar anggota. Keterampilan bersosialisasi, dalam hal ini melibatkan suatu perilaku yang menjadikan sebuah hubungan sosial berhasil dan memungkinkan seseorang bekerjasama dan berkomunikasi secara efektif dengan orang lain, tanpa mempersoalkan adanya perbedaan-perbedaan yang dimiliki tiap-tiap individu. Sedangkan keterampilan berbagi, meliputi hal berbagi waktu dan bahan. Hal ini akan mencegah kemungkinan siswa untuk merasa dirinya menjadi bos atas siswa lainnya, berbicara tanpa henti dan mengerjakan sendiri seluruh pekerjaan kelompoknya.

Keterampilan berbagi pada nantinya mengarahkan siswa untuk menguasai keterampilan berperan serta dalam kelompok. Keterampilan berperan serta dalam kelompok bertujuan melatih agar sejumlah siswa tidak mendominasi kegiatan kelompoknya, sedangkan sebagian siswa lainnya bersikap pasif. Langkah yang diajarkan dalam kelompok kooperatif tipe STAD adalah menyakinkan agar siswasiswa yang pemalu dimasukkan dalam kelompok yang terdiri dari siswa yang mempunyai keterampilan sosial yang baik, sehingga diharapkan mereka nantinya mampu belajar menampilkan tanggungjawab yang sama dalam melaksanakan tugas dan akan membentuk identitas kelompok yang tangguh dan rasa kesetiakawanan antar anggota. Penguasaan keterampilan dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD seperti keterampilan bekerjasama, bersosialisasi, berbagi, berperan serta aktif dalam kelompok dan membengun investigasi kelompok dan rasa kesetiakawanan anggota harus selalu dipupuk untuk dapat meningkatkan keberhasilan

pembelajaran Akuntansi. Penguasaaan keterampilan tersebut, akan mendorong setiap anggota kelompok untuk saling bergantung satu dengan yang lainnya melalui tugas-tugas kelompoknya, sehingga setiap butir soal dalam pokok bahasan Akuntansi dapat dipecahkan secara bersama-sama. Seluruh keberhasilan ataupun kegagalan anggota kelompok adalah tanggungjawab bersama seluruh anggota kelompok. Seluruh anggota kelompok dituntut dapat saling bahu membahu membantu bila ada anggota kelompoknya yang belum mengerti tentang pokok bahasan pencatatan transaksi perusahaan dagang seperti bagaimana cara menganalisis setiap transaksi yang terjadi, belum
li

mampu membedakan setiap sisi debet dan kridit dan mengalami kesulitan dalam memasukkan setiap transaksi ke kolom-kolom jurnal khusus. Salah satu hal yang tidak boleh diabaikan dalam proses belajar adalah motivasi belajar siswa. Motivasi sebagai factor inner (batin) berfungsi menimbulkan, mendasari, menagrahkan perbuatan belajar. Motivsi dapat menentukan baik tidaknya dalam pencapaian tujuan sehingga semakin besar motivasi semakin besar kesuksesan belajarnya. Seseorang yang besar motivasinya akan semakin giat berusaha, tampak gigih, tidak mau menyerah giat membaca buku-buku untuk meningkatkan prestasinya untuk menyelesaikan masalah. Sebalinya meeka yang motivasinya lemah tampak tidak acuh, mudah putus asa, perhatian tidak tertuju pada pelajaran, suka menggangu teman, dan sering meninggalkan pelajaran sehingga banyak mengalami kesulitan belajar.

Skema 2 : Kerangka Berpikir

Motivasi belajar tinggi


KELOMPOK SISWA TREATMEN

Pembelajaran kooperatif tipe STAD

Hasil Belajar (Nilai)

lii

Motivasi belajar rendah

Bandingkan Motivasi belajar tinggi

Pembelajran
KELOMPOK SISWA KONTROL

konvensional

Hasil

Belajar
(Nilai)

Motivasi belajar rendah

1.7. Hipotesis Penelitian Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini untuk di uji adalah : 1.7.1. Terdapat perbedaaan antara rata-rata hasil belajar siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan rata-rata hasil belajar siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional
1.7.2. Terdapat perbedaan rata-rata hasil belajar siswa yang memiliki motivasi

tinggi bila dibandingkan dengan siswa yang memiliki motivasi rendah.


1.7.3. Terdapat perbedaaan rata-rata hasil belajar kelompok siswa yang yang

memiliki motivasi tinggi dibelajarkan dengan pembelajaran kooperatif tipe

liii

STAD bila dibandingkan dengan siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional.
1.7.4. Terdapat perbedaaan rata-rata hasil belajar kelompok siswa yang memiliki

motivasi rendah dibelajarkan dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD bila dibandingkan dengan siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional.
1.7.5. Terdapat interaksi antara penggunaan model dan motivasi terhadap hasil

belajar siswa.

liv

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan rancangan quasi eksperimen. Metode ekperimen merupakan observasi dibawah kondisi buatan (artificial condition) dimana kondisi tersebut dibuat dan diatur sendiri oleh peneliti. (Nasir, 1983; 74). Rancangan ini digunakan karena dianggap efktif untuk menguji variabel tergantung. Dalam desain penelitian ini dilakukan didalam kelas sebagaimana adanya. Penelitian ini memberikan perlakuan pada dua kelas, yaitu satu kelas eksperimen dan satu kelas kontrol. Kelas eksperimen diajarkan menggunakan model kooperatif tipe STAD sedangkan pada kelas kontrol diajar menggunakan model konvensional/ ceramah. Skema 6 : Tahap-tahap Pembelajaran Kelompok Kontrol
Guru membuat kondisi belajar yang baik sebelum PBM dimulai dan mempersiapkan materi yang diajarkan Guru menjelaskan materi didepan kelas Guru memberi tugas latihan dan soal Guru memberikan tugas latihan soal Guru melakukan evaluasi Perhitungan skor individu 46

Sumber : Sudirman (1992:115)

Skema 4 : Tahap-tahap Pembelajaran Kelompok Eksperimen.

lv

Guru membagi siswa dalam kelompokkelompok


Guru menerangkan konsep pelajaran

Guru memberi tugas untuk dibahas oelh kelompok dan guru mengingatkan siswa agar siswa tetap bekerja sama dalam satu kelompok sampai tugas selesai dan bekerja dengan keterampilan kooperatif yang dikembangkan Kelompok III

Kelompok I

Kelompok II

dst

Guru mengumpulkan tugas siswa dan memberi kunci jawaban soal latihan

Guru memberikan Soal mandiri

Hasil pekerjaan ditukarkan dengan anggota tim lain

Guru melakukan evaluasi Penghitungan skor kelompok dan memberi skor keompok

Penghitungan skor individu

Sumber : Hartati (1998: 11-12) Sesuai dengan hipotesis-hipotesis yang akan diuji maka penelitian ini dirancang dengan eksperimen faktorial (2x2). Dengan menggunakan rancangan

lvi

ini, hipotesis-hipotesis yang diajukan dapat diuji sekaligus yaitu pengujian pengaruh pembelajaran kooperatif tipe STAD, pengaruh motivasi belajar siswa dan pengaruh interaksi kedua variabel tersebut. Variabel yang dimanipulasi dalam penelitian ini adalah penggunaan pendekatan pembelajaran kooperatif tipe STAD dan pendekatan pembelajaran konvensional. Masing-masing pendekatan ini di diberlakukan pada kelas eksperimen yang memiliki motivasi belajar berbeda. Dengan demikian terdapat 4 kkelompok belajar yaitu (1) penggunaan model kooperatif tipe STAD untuk siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi, (2) penggunaan model kooperatif tipe STAD untuk siswa yang memiliki motivasi belajar rendah, (3) penggunaan pendekatan pembelajaran konvensional untuk siswa yang memilki motivsi belajar tinggi, dan (4) pengunaan pendekatan pembelajaran konvensional untuk siswa yang memiliki motivasi belajar rendah. Prosedur penelitian diawali dengan menentukan kelas, penyebaran angket, pemberian perlakuan, dan postes. Tuckman dalam tesisnya M. Tohir (2010:47) menyatakan bahwa untuk menghindari interaksi antara prates dengan perlakuan yang mungkin akan berpengaruh pada postes, maka prosedur penelitian dapat tidak menggunakan prates.

3.2.

Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian yaitu dilakukan di SMK Negeri 1 Kota Jambi.

Penelitian dikelas XI mata pelajaran akuntansi. Penulis meneliti tentang pengaruh

lvii

pendekatan pembelajaran kooperatif tipe STAD dan motivasi terhadap hasil belajar siswa. 3.3. Populasi dan Sampel

3.3.1. Populasi Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas : objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiono, 2007 : 80). Sedangkan menurut Arikunto (1998 : 115) populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Sedangkan subjek penelitian merupakan suatu yang kedudukannya sangat sentral karena subjek penelitian ini data tentang variabel yang diteliti berada dan diamati oleh peneliti. Pada penelitian ini yang menjadi populasi adalah siswa kelas dua semester dua jurusan akuntansi SMKN 1 Jambi yang terdiri dari 3 kelas dengan total siswa keseluruhan 123 oang. Pembagian kelas ini terdiri dari 1 kelas unggul dan 2 kelas regular.

3.3.2. Sampel Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 1999:73). Sedangkan menurut Arikunto (1988:117) sampel adalah waktu populasi yang diteliti. Penelitian ini dilakukan dengan cara penelitian melaksanakan proses pembelajaran pada dua kelompok siswa yang berbeda. Satu kelompok siswa dibelajarkan dengan pendekatan pembelajaran kooperatif tipe STAD dan kelompok lainnya dibelajarkan dengan model

lviii

konvensional. Proses pembelajaran pada masing-masing kelas dilakukan sebanyak 8 kali pertemuan. Satu kali tatap muka berlangsung 90 menit. Diakhir proses pembelajaran, dilakukan tes pada masing-masing kelas untuk mengetahui hasil belajar siswa. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas regular. Satu kelas eksperimen dan satu kelas Kontrol.

3.4.

Variabel Penelitian Sugiyono (2004: 32) mendefenisikan variabel penelitian sebagai suatu

atribut, sifat, atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya. Menurut Sugiono (2004:33) Variabel penelitian ada lima macam yaitu : 1)

variabel bebas (dependen variable); 2) variabel terikat (independent variable); 3)Valiabel moderator; 4) variabel intervening; 5) variabel kontrol. Dalam penelitian terdapat empat variabel yang diamati yaitu: variabel bebas, variabel moderator, variabel terikat dan variabel Kontrol. Berikut penjelasan masing-masing variabel yang diamati tersebut: 1. Variabel bebas adalah variabel yang nilai-nilainya tidak tergantung pada variabel lainnya. Biasanya disimbolkan dengan X. Variabel itu digunakan untuk meramalkan atau menerangkan nilai variabel yang lain (Hasan, 2001: 227). Dalam penelitian ini variabel bebasnya adalah: Pendekatan pembelajaran kooperatif tipe STAD
2. Varibel moderator adalah variabel yang mempengaruhi (memperkuat

atau memperlemah) hubungan antara variabel dependen dengan

lix

variabel independen. Biasanya variabel ini disebut juga dengan variabel dependen kedua dilambnagkan dengan X2. Dalam penelitian ini yaitu motivasi belajar siswa. Variabel ini dibedakan menjadi duatingkatan, yaitu: a. Motivasi belajar tinggi b. Motivasi belajar rendah 3. Variabel dependen atau variabel terikat merupakan variabel output atau variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Dilambangkan dengan Y dalam penelitian ini yaitu hasil belajar siswa. 4. Variabel kontrol yaitu variabel yang dikendalikan atau dibuat konstan sehingga pengaruh variabel independen terhadap dependen tidak dipengaruhi oleh faktor luar yang tidak diteliti. Variabel kontrol untuk melihat perbandingan dari hasil yang diperoleh siswa. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pembelajaran konvensional atau ceramah sebagai variabel kontrolnya. Hubungan variabel bebas dan variabel terikat dapat digambarkan dengan model sebagai berikut : Pembelajaran Kooperatif tipe STAD (X1)

Hasil Belajar (Y)

Motivasi Belajar Siswa (X2)

lx

3.5.

Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang paling baik adalah yang efektif dan

efisien yaitu metode yang dapat menghasilkan informasi yang lengkap dan valid, dilakukan dengan cepat, sehingga dapat menghemat tenaga, biaya dan waktu (Sugiyono, 2004:61). Dalam penelitian ini data dikumpulkan dengan pengisian angket, tes pilihan ganda dan studi pustaka. Angket terdiri dari sejumlah pertanyaan tertulis yang harus dijawab responden untuk memperoleh data motivasi belajar siswa. Tes pilihan ganda dipakai untuk menguji kompetensi tingkat kemampuan berpikir. Studi pustaka merupakan data-data yang berasal dari buku-buku yang bersankutan dengan masalah yang diteliti.

3.6.

Instrumen Penelitian Menurut Arikunto (2002; 136) instrument adalah alat atau fasilitas yang

digunakan untuk memperoleh data agar hasilnya menjadi lebih baik. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan beberapa instrument yaitu: 1. Observasi, merupakan tahap awal yang digunakan dalam melakukan penagtan langsung pada objek yang dieliti 2. Angket/kuesioner, adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang ia ketahui (Arikunto, 2002:128).

lxi

3. Tes tertulis pilihan ganda, merupakan tes yang terdiri dari pokok soal dan pilihan jawaban. Tes pilihan ganda dapat dipakai untuk menguji penguasaan kompetensi mulai dari tingkat berfikir rendah seperti pengetahuan dan pemahaman sampai pada tingkat berfikir tinggi

seerti aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi (Majid, 2007:196) 4. Studi pustaka yang digunakan sebagai bahan refleksi dari masalah yang diteliti.
3.7.

Validitas dan Reabilitas Instrumen

3.7.1. Validitas Instrumen Penelitian Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur (Sugiyono, 2004: 109). Menurut Suharsimi Arikunto (1996:160) teknik yang digunakan untuk mengetahui validitas adalah dengan menggunakan teknik produk moment dengan rumus:

lxii

Ket: rxy : Koefisien Validitas Soal Y1 : Skor Butir Soal X1 : Skor Total Butir Soal n : Banyaknya siswa Kriteria pengukuran validitas adalah: 0,80 < r11 1,00 0,60 < r11 0,80 0,40 < r11 0,60 0,20 < r11 0,40 0,00 < r11 0,20 = validitas sangat tinggi = validitas tinggi = validitas cukup = validitas rendah = validitas sangat rendah

Dalam pemberian interprestasi terhadap rxy disesuaikan dengan tabel r Product Moment dengan taraf signifikansi 5%.

3.7.2. Reliabilitas Instrumen Penelitian

Reliabilitas menunjukkan pada satu pengertian bahwa sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik (Arikunto, 2002: 154). Instrumen yang dapat dipercaya yang reliable akan mneghasilkan data yang dapat dipercaya juga. Pada angket motivasi butir-butir instrumen memiliki rentang 1-5 maka untuk menguji realibilitas instrumen adalah dengan menggunakan rumus alpha. Rumusnya

lxiii

adalah sebagai berikut :

Keterangan: r11 = reliabilitas instrumen k = banyaknya soal atau banyaknya pertanyaan b2 = jumlah varians butir t2 = varian total Setelah dilakukan penskoran lalu ditabulasikan dan kemudian dimasukkan kedalam rumus alpha. Kriteria yang digunakan untuk mengetahui reliabitas angket motivasi adalah sebagai berikut: 0,80 < r11 1,00 0,60 < r11 0,80 0,40 < r11 0,60 0,20 < r11 0,40 0,00 < r11 0,20 = reliabilitas sangat tinggi = reliabilitas tinggi = reliabilitas cukup = reliabilitas rendah = reliabilitas sangat rendah

3.8.

Teknik Analisis Data Dalam penelitian ini, metode yang digunakan untuk menguji hipotesis-

hipotesis yang dikemukan pada bab I adalah:

1. Analisis uji Prasyarat pengujian hipotesis :

lxiv

a. Uji normalitas dengan menggunakan SPSS (Kolmogorov Smirnov Z).

Merupakan uji yang digunakan untuk mengetahui apakah sebaran data bewrdistribusi normal atau tidak . b. Uji homogenitas varian dengan menggunakan SPSS (One Sample Kolmogorov Smirnov Test). Merupakan uji yang digunakan untuk mengetahui kedua data (eksperimen dan control tersebut homogen)

2. ANAVA dua jalur 2x2 dan Uji tukey digunakan untuk menguji analisis pengaruh penggunaan pendekatan pembelajaran kooperatif tipe STAD dan motivasi terhadap hasil belajar siswa Hipotesis dalam ANAVA dua arah terdiri dari:
1. Berkaitan dengan pendekatan pembelajaran kooperatif tipe STAD

Ho : tidak terdapat pengaruh pembelajaran kooperatif tipe STAD terhadap hasil belajar akuntansi siswa. H1 : terdapat pengaruh pembelajaran koopertif tipe STAD terhadap hasil belajar akuntasni siswa Ho : A1 = A2 Ho : A1 A2

2. Berkaitan dengan motivasi belajar siswa

lxv

Ho: tidak terdapat pengaruh motivasi belajar siwa terhadap hasil belajar akuntansi siswa H1: terdapat pengaruh motivasi terhadap hasil belajar akuntansi siswa. Ho : B1 = B2 H1 : B1 B2

3. Berkaitan dengan interaksi pendekatan pembelajaran kooperatif tipe STAD

dan motivasi belajar siswa interaksi AxB Ho : artinya interaksi model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan motivasi belajar siswa tidak berpengaruh signifikan terhadap hasil belajar akuntansi siswa kelas X SMK N 1 Jambi H1 : artinya interaksi model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan motivasi belajar siswa berpengaruh signifikan terhadap hasil belajar akuntansi siswa kelas X SMK N 1 Jambi Ho : A x B = 0 H1 : A x B 0 Hipotesis dalam uji Tukey terdiri dari : 1. Kelompok siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi Ho : tidak terdapat pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD terhadap hasil belajar akuntasni pada keompok siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi.

lxvi

H1 : terdapat pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD terhadap hasil belajar akuntasni pada keompok siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi. Ho : A1B1 = A2B1 H1 : A1B1 A2B1

2. Kelompok siswa yang memiliki motivasi belajar rendah

Ho : tidak terdapat pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD terhadap hasil belajar akuntasni pada keompok siswa yang memiliki motivasi belajar rendah. H1 : terdapat pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD terhadap hasil belajar akuntasni pada keompok siswa yang memiliki motivasi belajar rendah. Ho : A1B2 = A2B2 H1 : A1B2 A2B2

lxvii

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2006. Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah RI tentang Pendidikan. Jakarta: Dirjen Pendidikan Islam Depag RI 2006 Arikunto. 1998. Pengertian Pengaturan Realibilitas. Jakarta: Rineka Cipta Arikunto. 2002. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta Depdikbud. 1994. Petunjuk Pelaksanaan Proses Belajar-Mengajar. Jakarta: Direktorat Pendidikan Menengah Umum. Hamalik, Oemar. 2002. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta : PT. Bumi Aksara. Hartati, Sri. 1998. Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD pada Mata Pelajaran IPA : Edukasi.. http://dinulislamjamilah.wordpress.com/2010/04/12/metode-pengumpulan-data/ diakses tanggal 07 februari 2012 http://eprints.undip.ac.id/17165/1/SNA11Mutamimah.pdf diakses tanggal 12 februari 2012 http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17468/3/Chapter%20II.pdf diakses tanggal 10 Februari 2012 http://jagalempe.blogspot.com/2012/02/pengertian-motivasi-belajar.html diakses tanggal 07 februari 2012 http://www.bloggermajalengka.com/2011/09/pengertian-belajar-danpembelajaran.html diakses tanggal 13 januari 2012 http://www.pustakaskripsi.com/analisis-metode-pembelajaran-kooperatif-tipestad-dan-pengaruhnya-terhadap-upaya-peningkatan-hasil belajar -akuntansi- dalam-pokok-bahasan-pencatatan-transaksilxviii

perusahaan-dagang-mata-pelajaran-akuntansi-3136.html diakses tangal 07 november 2011 http://www.scribd.com/doc/33398692/5/Pengertian-Motivasi-Belajar diakses tanggal 01februari 2012 Ibrahim, Nurdin. September 2001. Hasil Belajar Fisika Siswa SLTP Terbuka Tanjung Sari Sumedang Jawa Barat. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan. Tahun ke 7- No. 031: 485-

Kauchak, P Donald. 1998. Learning and Teaching : Riset and Based Method. Amerika Serikat Aviacom Company. Majid, Abdul. 2007. Perencanaan Pembelajaran : Mengembangkan Standar Kompetensi Guru. Bandung:Remaja Rosdakarya Moechtar. 1991. Dasar-Dasar Akuntansi. Surabaya: Institut Dagang Muchtar Nasir, Mohammad. 1999. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia Nursasmito, Irfan. Zaki Baridwan. 1984. Intermediate Accounting. Yogyakarta: BPFE Roestiyah. 2001. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta Sanjaya, Wina. 2010. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group Sagala, saiful. 2006.Konsep dan Makna Pembelajaran. Jakarta: Alfabeta . Siagian, Sondang. 2004.Teori motivasi dan Aplikasinya. Jakarta: Rineka Cipta Slavin, Robert E. 1995. Cooperative Learning: Theory, Research, and Practice. Boston: Allyn and Bacon. Soedijarto. 1997. Menuju Pendidikan yang Relevan dan Bermutu. Jakarta:Balai Pustaka Sudirman, dkk. 1992. Ilmu Pendidikan. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
lxix

Sudjana, N. 1990. Dasar-dasar Proses Belajar. Bandung:Sinar Baru Sugiyono. 2007. Pengertian Teknik Sampling. Jakarta: Rineka Cipta Sugiyono.2004. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta Suryosubroto. 2009. Proses Belajar Mengajar Disekolah. Jakarta: Rineka Cipta Tohir, M. Pengaruh PenerapanPendekatan Kontekstual dan Motivasi Belajar Terhadap Hasil Belajar Menulis Surat Siswa SMP N 22 Kota Jambi. Tidak dipublikasikan Wallace, Waler. 1990. Metoda Logika Ilmu Sosial. Jakarta: Bumi Aksara

lxx

You might also like