You are on page 1of 62

MAKALAH

BAYI TABUNG DAN BANK SUSU DALAM PANDANGAN ISLAM

DISUSUN OLEH:
MAKIYAH

DOSEN:
Drs.H.MUKHTAR BADRI

SEKOLAH TINGGI ILMU KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN TGH.M.ZAENUDDIN ARSYAD (HAMZAR) TAHUN 2011/2012

KATA PENGANTAR I
puja serta puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkat karunia-nya sehingga saya dapat menyelesaikan penulisan makalah saya yang berjudul bayi tabung dan bank susu terimakasih juga saya ucapkan kepada dosen pembibing saya Drs.H.MUKHTAR BADRI ya telah menjelaskan tentang materi bayi tabung dan bank susu sehingga saya mampu menyelesaikan makalah ini.namun saya menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan ,olem sebab itu saya mohon kritik dan saran untuk memperbaiki makalah ini untuk mencapai hasil seperti yang diharapkan. Akhirnya harapan saya ,semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua dan semoga ALLAH SWT memberikan taufiq dan hidayahnya kepada kita semua dalam menghayati dan mengamalkannya.

Sengkol,01 pebruari 2012 Penyusun

Kelompok

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG RUMUSAN MASALAH TUJUAN BAB II PEMBAHASAN A.BAYI TABUNG DEFINISI BAYI TABUNG PANDANGAN DALAM SYARIAH ISLAM

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pendidikan merupakan satu-satunya sarana yang dapat membuat manusia bertahan hidup dengan layak dan terhormat di muka bumi ini, diterima dengan baik di sisi Allah dan menghindarkanya dari siksaan neraka dunia dan akhirat. Pendidikan adalah suatu yang universal dan berlangsung tak terputus dari generasi kegenerasi dimanapun didunia ini upaya memanusiakan manusia melalui pendidikan itu diselenggarakan sesuai pandangan hidup dan dalam latar sosial kebudayaan masyarakat tertentu. Berdasarkan UU No. 2 Tahun 1989 tentang sistem pendidikan dapat dilihat dari segi jalur pendidikan dalam program serta pengelolaan pendidikan, dimana Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.

Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, menyatakan bahwa pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Berahklak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Pendidikan di Indonesia diharapakan dapat mempersiapakan peserta didik menjadi warga negara yang memiliki komitmen kuat dan konsisten untuk mempertahankan Negara kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan akidah Islam. Komitmen yang kuat dan konsisten terhadap prinsip dan semangat kebangsaan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang berdasarkan akidah Islam perlu ditingkatkan terus menerus untuk memberikan pemahaman yang mendalam tentang akhlak. Pembelajaran akidah perlu ditanamkan kepada seluruh komponen bangsa Indonesia, khususnya generasi muda sebagai generasi penerus. Mata pelajaran akidah akhlak merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pembentukan akhlak dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajiban untuk menjadi penerus yang baik, yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Rasulullah SAW yang memberikan tuntunan kepada kita tentang bagaimana hidup ini menjadi lebih baik dan bermakna, ajaran-ajaran seperti ikhlas beramal, tidak sombong, hidup sederhana, tanggung jawab, memegang amanah, sabar, pandai bersyukur atas karunia Allah yang sesuai dengan pendidikan akidah akhlak. Akidah atau keimanan merupakan akar atau pokok agama dan akhlak bertitik tolak dari akidah yakni sebagai manifestasi dan konsekuensi dari akidah, keimanan dan keyakinan hidup. Akhlak merupakan aspek sikap hidup atau kepribadian hidup manusia dalam arti

bagaimana sistem norma yang mengatur hubungan manusia dengan Allah, sesama manusia dan makhluk lainya. Akhlak menekankan pada pembiasaan untuk melaksanakan akhlak terpuji dan menjauhi akhlak tercela dalam kehidupan sehari-hari. Sangat penting untuk diperaktekan dan dibiasakan oleh peserta didik dalam kehidupan individu, bermasyarakat dan berbangsa, terutama dalam rangka mengantisifasi dampak negatif dari era globalisasi yang melanda Bangsa dan Negara Indonesia. Upaya realisasi tujuan pendidikan nasional seperti dikemukakan di atas diimplementasikan dalam berbagai kurikulum mulai dari jenjang pendidikan dasar sampai perguruan tinggi. Salah satu mata pelajaran yang dijadikan sarana implementasi tujuan tersebut adalah melalui mata pelajaran akidah ahklak. Tujuan dari pendidikan akidah akhlak menumbuh kembangkan akidah melaui pemberian, pemupukan, dan pengembangan, pengetahuan, penghayatan, pengamalan, pembiasaan, serta pengalaman peserta didik tentang akidah Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT. Mewujudkan manusia Indonesia yang berakhlak mulia dan menghindari ahlak tercela dalam kehidupan sehari-hari baik individu atau sosial. Setiap guru mempunyai cara tersendiri untuk menyampaikan tugasnya sebagai pengajar. Hal ini dapat dipengaruhi oleh kapasitas mengajar guru dan disiplin ilmu yang diajarkan. Strategi guru yang baik dalam mengajar berguna secara efektif, efisien dan mengena pada tujuan yang diharapkan (dalam Roestiyah 1998 : 3) proses belajar mengajar merupakan interaksi sosial yang terjadi antara dua komponen yang berbeda yaitu guru dan siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan maka keaktifan untuk mendapatkan hasil yang maksimal.

Namun pada kenyataan dalam proses belajar mengajar didominasi seorang guru sedangkan siswa cenderung lebih pasif dan lebih banyak menunggu informasi dari guru dari pada mencari dan menemukan pengetahuan yang mereka butuhkan. Berdasarkan hasil pengamatan peneliti dan interview serta pengalaman selama ini, terhadap guru akidah akhlak kelas IV di MI NW No. 5 Pancor bahwa masalah yang dihadapi dalam pembelajaran akidah akhlak hal ini tampak dari kurangnya hasil belajar siswa, aktivitas siswa dalam bertanya, menyampaikan pendapat pada saat proses belajar mengajar berlangsung, anak juga cenderung tidak tertarik dengan pelajaran akidah akhlak karena selama ini pelajaran akidah akhlak dianggap sebagai pelajaran yang hanya meningkatkan hafalan semata. Di samping itu juga metode mengajar yang dipergunakan oleh guru di MI NW No. 5 Pancor masih bersifat konvensional, yaitu lebih banyak mempergunakan metode ceramah sehingga mengakibatkan aktivitas dan hasil belajar siswa rendah karena cenderung mencatat dan mendengarkan penjelasan guru yang pada akhirnya hasil belajar siswa cenderung rendah. Selain itu juga banyak faktor yang menyebabkan hasil belajar akidah akhlak siswa rendah yaitu faktor internal dan eksternal dari siswa. Faktor internal antara lain: hasil belajar, intelegensi, kebiasaan dan rasa percaya diri, sedangkan faktor eksternal faktor yang terdapat di luar siswa seperti: guru sebagai pembina kegiatan belajar, strategi pembelajaran, sarana dan prasaran, kurikulum dan lingkungan. Untuk memperbaiki hal tersebut perlu disusun suatu pendekatan dalam pembelajaran yang lebih komprehensif dan dapat mengkaitkan materi, teori dengan kenyataan yang ada dilingkungan sekitarnya. Atas dasar itulah peneliti mencoba mengembangkan pendekatan kooperatif dalam pembelajaran dengan metode make a match,

karena metode make a match dapat meningkatkan partisipasi dan hasil belajar siswa meningkat. (Isjoni, 1994 : 55). Metode make a match atau mencari pasangan merupakan alternatif yang dapat diterapkan kepada siswa. Namun diperoleh informasi bahwa ada beberapa siswa yang memiliki potensi yang lebih dibandingkan dengan teman-temannya. Untuk itu maka dibentuk suatu pasangan heterogen dengan tujuan agar bisa membantu siswa yang lain. Siswa yang memiliki potensi yang lebih tersebut dapat membantu temannya yang lain pada saat melakukan diskusi pasangan. Model pembelajaran kooperatif tipe make a match (mencari pasangan) dikembangkan untuk mencapai hasil belajar berupa prestasi akademik, toleransi, menerima keragaman, dan pengembangan keterampilan sosial. Untuk mencapai hasil belajar itu model pembelajaran kooperatif tipe make a match (mencari pasangan) menuntut kerjasama perserta didik dalam struktur tugas, struktur tujuan, dan struktur rewardnya. Model pembelajaran kooperatif tipe mencari pasangan merupakan hal yang sangat penting dalam menunjang interaksi antara siswa dengan siswa antara siswa dengan guru, kondisi seperti inilah yang sangat diharapkan agar interaksi berjalan dengan baik demi kelancaran pembelajran. Pembelejaran kooperatif tipe mencari pasangan adalah konsep yang labih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru. Secara umum pembelajaran kooperatif dianggap lebih diarahkan oleh guru, dimana guru menetapkan tugas dan pernyataan-pernyataan serta menyediakan bahan-bahan dan informasi yang dirancang untuk membantu peserta didik menyelesaikan masalah yang dimaksud.

Guru biasanya menetapkan bentuk ujian tertentu pada akhir tugas. Pembelajaran kooperatif tipe mencari pasangan tidak sama dengan sekedar belajar dalam kelompok. Ada unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif yang membedakannya dengan pembagian kelompok yang dilakukan asal-asalan. Model pembelajaran kooperatif tipe mencari pasangan akan dapat menumbuhkan pembelajaran efektif yaitu pembelajaran yang bercirikan memudahkan siswa belajar sesuatu yang bermanfaat seperti, fakta, keterampilan, nilai, konsep, dan bagaimana hidup serasi dengan sesama, pengetahuan, nilai, dan keterampilan, diakui oleh mereka yang berkompeten menilai. Sehubungan dengan hal tersebut di atas, peneliti menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe mencari pasangan, karena dalam setingan kooperatif siswa lebih banyak belajar dari satu teman ke teman yang lain dari pada belajar dengan guru. Model pembelajaran kooperatif tipe mencari pasangan adalah model pembelajaran yang terdiri dari pasangan dan setiap pasangan mencari pasangannya yang cocok (Lie Anita, 2004:20). Berdasarkan urain di atas maka dipandang perlu diadakan penelitian tindakan kelas; Upaya meningkatkan hasil belajar akidah akhlak dengan Model Pembelajaran Kooperatif tipe mencari pasangan (make a match) pada Siswa kelas IV MI NW No. 5 Pancor Tahun Pelajaran 2011/2012 B. Rumusan masalah Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :1. Apakah model pembelajaran kooperatif tipe make a match (mencari pasangan) dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada Mata Pelajaran akidah akhlak kelas IV MI NW No. 5 Pancor?

2.

Bagaimana tingkat keberhasilan Model Pembelajaran kooperatif tipe make a match (mencari pasangan) dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa pada Mata Pelajaran Akidah Ahklak kelas IV MI NW No. 5 Pancor.

C. Tujuan Penelitian: 1. Untuk mengetahui apakah model pembelajaran kooperatif tipe mencari pasangan dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran akidah akhlak kelas IV MI NW No. 5 Pancor atau tidak. 2. Untuk mengetahui tingkat keberhasilan model pembelajaran kooperatif tipe mencari pasangan dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran akidah ahklak kelas IV MI NW No. 5 Pancor. D. Ruang Lingkup Penelitian: Penelitian ini dilaksanakan di MI NW No. 5 Pancor dengan subyek penelitian siswa kelas IV pada Tahun ajaran 2011/2012 yang berjumlah 20 orang terdiri dari 11 siswa lakilaki dan 9 siswa perempuan. Adapun yang dijadikan objek dalam penelitian ini adalah upaya peningkatan hasil belajar siswa dengan model pembelajaran kooperatif tipe mencari pasangan khususnya pada mata pelajaran akidah akhlak. E. Manfaat Penelitian: Adapun manfaat penelitian ini dapat ditinjau dari 2 aspek, yaitu: 1. Aspek teoritis adalah kegunaan yang digunakan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan secara teoritis dalam arti data yang diperoleh dilapangan saat mengadakan penelitian diharapkan dapat dijadikan bahan analisa kajian untuk dijadikan pola dukung pengembangan ilmu secara teoritis, diantaranya sebagai berikut:

a.

Informasi yang diperoleh dalam penelitian ini diharapkan dapat memotivasikan penelitian lain untuk mengungapkan variabel-variabel lain yang juga berpengaruh terhadap peningkatan hasil belajar siswa.

b.

Merupakan khazanah ilmu pengetahuan pada berbagai bidang studi dalam rangka peningkatan hasil belajar siswa.

c.

Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan wawasan tentang pembelajaran akidah akhlak dengan model pembelajaran kooperatif tipe make a match (mencari pasangan).

2.

Aspek praktis adalah kegunaan yang dapat dimanfaatkan secara langsung dalam hidup dan kehidupan sehari-hari dalam arti kata data yang ada di lapangan saat mengadakan penelitian dapat dijadikan bahan tambahan pengalaman dan pengetahuan baru diantaranya sebagai berikut: a. Bagi Siswa : Penelitian ini akan bermanfaat bagi siswa antara lain dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran akidah akhlak, kerja sama kelompok, keterampilan memecahkan masalah, dan pengalaman belajar. b. Bagi Guru: Bagi guru hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai alternatif dalam pembelajaran akidah akhlak pada siswa kelas IV MI NW No. 5 Pancor dan memberikan pemahaman yang praktis tentang cara memperbaiki proses belajar siswa di dalam kelas sehingga mampu mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. c. Bagi Sekolah:

Bagi sekolah diharapkan mampu meningkatkan mutu pendidikan di sekolah pada mata pelajaran akidah akhlak sehingga kesan terhadap sekolah dari masyarakat akan lebih baik dari sebelumnya. F. Definisi Operasional a. Hasil belajar: Pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan. Menurut Bloom hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik. hasil belajar adalah perubahan prilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja (Suprijono, 2009:6) b. Akidah akhlak: Akidah adalah secara bahasa ikatan: Secara termilogi berarti landasan yang mengikat yaitu keimanan, itu sebabnya ilmu tauhid disebut juga ilmu aqoid (jama aqidah) yang berarti ilmu mengikat ajaran Islam sebagaimana dicantumkan dalam alquran dan sunnah adalah merupakan ketentuan-ketentuan dan pedoman keimanan. ( Zakiah Daradjat 1992:151) c. Akhlak adalah secara bahasa berasal dari katakhalaqa berarti perangai, tabiat, adat, atau dapat juga khalqun yang berarti kejadian, buatan, atau ciptaan. Jadi secara etimologi, akhlak ialah budi pekerti, watak, tabiat, atau sistem prilaku. (Dep Agama, 2003:61) Jadi akidah akhlak adalah: Merupakan landasan bagi ketentuan-ketentuan syariah yang merupakan pedoman bagi seseorang berprilaku dimuka bumi yang bersumber dari segala perbuatan yang sewajarnya suatu perbuatan atau suatu tindak tanduk manusia yang tidak dibuat-buat, dan perbuatan yang dapat dilihat ialah gambaran dari sifat-sifat yang tertanam dalam jiwa jahat atau buruknya.

d. Pembelajaran kooperatif adalah: Pemanfaatan kelompok kecil dalam pengajaran yang memungkinkan siswa bekerja bersama memaksimalkan belajar mereka dan belajar anggota lainnya dalam kelompok tersebut (Johson,et al, 1994: Hamid Hasan. Dalam. Solihatin 1996:4) e. Pembelajaran kooperatif tipe mencari pasangan (make a match) adalah bentuk pengajaran dengan cara mencari pasangan kartu yang telah dimiliki dan pasangan bisa dalam bentuk orang perorang apabila jumlah siswa banyak, kemudian berhadapan untuk saling menjelaskan kartu yang dimiliki. (dalam Isjoni, 2008:83)

G. Kerangka pemecahan masalah Dalam peneltian ini yang menjadi masalah utama adalah kurang meningkatnya hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran akidah akhlak. Masalah dalam kurang meningkatnya hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran akidah akhlak, akan di pecahkan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe mencari pasangan karena dapat melatih siswa untuk dapat bekerjasama, mempertahankan pendapat, dan semua siswa terlibat dan siswa tidak merasa bosan dengan metode ceramah saja dengan model pembelajaran kooperatif tipe mencari pasangan akan dapat meningkatkan hasil belajar siswa

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hakikat belajar kooperatif tipe mencari pasangan 1. Pengertian Belajar Thursan Hakim (dalam Fathurrohman 2007:6) mengartikan belajar adalah suatu proses perubahan di dalam kepribadian manusia, dan perubahan tersebut ditampakan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir, dan lain-lain kemampuannya. Hilgard dan Bower (dalam Fathurrohman 1975:5) mengemukakan bahwa belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang di sebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu, di mana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atau dasar kecenderungan respon,

pembawaan, kematangan atau keadaan-keadaan sesaat seseorang (misalnya kelelahan, pengaruh obat dan sebagainya). Belajar adalah perubahan dalam perilaku yang merupakan refleksi definisi mekanistis S-R. Hasil-hasil belajar dapat di amati. Perubahan prilaku menunjukkan bahwa telah terjadi. Morgan (dalam Ngalim Purwanto 1978:84) mengemukaan bahwa belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman.

Prinsip-prinsip belajar : Belajar akan berhasil jika disertai kemaun dan tujuan tertentu Belajar akan lebih berhasil jika disertai berbuat, latihan dan ulangan. Belajar akan lebih berhasil jika memberi sukses yang menyenangkan Belajar lebih berhasil jika bahan yang sedang dipelajari dipahami, bukan sekedar menghafal fakta. Dalam proses belajar memerlukan bantuan dan bimbingan orang lain Hasil belajar dibuktikan dengan adanya perubahan dalam diri sipelajar Ulangan dan latihan perlu akan tetapi harus didahului oleh pemahaman. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar menurut uraian H.C.Witherington dan Lee. (Ronbach Bapensi, faktor-faktor serta kondisi-kondisi yang mendorong perbuatan belajar bisa diringkas sebagai berikut: Situasi belajar (kesehatan jasmani, keadaan psikis, pengalaman dasar)

Penguasaan alat-alat intelektual Latihan-latihan yang terpancar Penggunaan unit-unit yang berarti Latihan yang aktif Kebaikan bentuk dan sistem Efek penghargaan (reward) dan hukuman Tindakan-tindakan pedagogis Kapasitas dasar

Dari pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku baik kognitif, afektif, maupun psikomotor yang disebabkan oleh pengalaman. 2. Pembelajaran kooperatif a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif Belajar kooperatif merupakan suatu metode yang mengelompokan siswa kedalam kelompok-kelompok kecil, siswa bekerjasama dan saling membantu dalam menyelesaikan tugas. Menurut Slavin (1955) hasil penelitian 20 tahun terakhir mengidentifikasikan bahwa belajar kooperatif bisa digunakan secara efektif pada setiap tingkat kelas untuk semua mata pelajaran. Menurut Slavin (dalam Isjoni 1985:15) pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya 4-6 orang dengan struktur kelompok heterogen. Sedangkan Sunal dan Hans (dalam Isjoni 2000:15) mengemukakan pembelajaran kooperatif merupakan suatu cara pendekatan atau serangkaian strategi yang

dirancang untuk memberi dorongan kepada peserta didik agar bekerja sama selama proses pembelajaran. Dukungan teori Vygotsky (dalam Suprijono 2009:56) terhadap model pembelajaran kooperatif adalah penekanan belajar sebagai proses dialog interaktif. Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran berbasis sosial. Menurut Anita Lie (dalam Suprijono 2009:56) model pembelajaran ini didasarkan pada falsafat homo homini socius. Pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru. Secara umum pembelajaran kooperatif dianggap lebih diarahkan oleh guru, di mana guru menetapkan tugas dan pertanyaan-pertanyaan serta menyediakan bahan-bahan dan informasi yang di rancang untuk membantu peserta didik menyelesaikan masalah yang dimaksud. (Suprijono 2009:55) Pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekedar belajar dalam kelompok. Ada unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif yang membedakannya dengan pembagian kelompok yang asal asalan. Pelaksanaan prosedur model pembelajaran kooperatif dengan benar akan memungkinkan guru mengelola kelas lebih efektif. Model pembelajaran kooperatif akan menumbuhkan pembelajaran efektif yaitu pembelajaran yang bercirikan: (1) "memudahkan siswa belajar sesuatu yang bermanfaat seperti, fakta, keterampilan, nilai, konsep, dan bagaimana hidup serasi dengan sesama; (2) pengetahuan, nilai, dan keterampilan dikuasai oleh mereka yang berkompeten menilai. (Suprijono 2004:58)

Dari beberapa pendapat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa belajar dengan model kooperatif dapat diterapkan untuk meningkatkan hasil belajar siswa dan berani mengemukakan pendapatnya, dan bertanggung jawab terhadap tugas, menghargai pendapat temannya, dan saling memberikan pendapat (sharing ideas). b. Ciri-Ciri Pembelajaran Kooperatif Beberapa ciri dari pembelajaran kooepratif adalah; (a) setiap anggota memiliki peran, (b) terjadi hubungan interaksi langsung di antara siswa, (c) setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas belajarnya dan juga teman--teman sekelompoknya, (d) guru membantu mengembangkan keterampilan- keterampilan interpersonal kelompok, (e) guru hanya berinteraksi dengan kelompok saat diperlukan (Isjoni 2009:27). Tiga konsep sentral yang menjadi karakteristik pembelajaran kooperatif sebagaimana dikemukakam oleh Slavin (dalam Isjoni 1995:25) yaitu penghargaan kelompok, pertanggungjawaban individu, dan kesempatan yang sama untuk berhasil. a) Penghargaan Kelompok Pembelajaran kooperatif menggunakan tujuan-tujuan kelompok untuk memperoleh penghargaan kelompok. Penghargaan kelompok diproleh jika kelompok mencapai skor di atas kriteria yang ditentukan. Keberhasilan kelompok didasarkan pada penampilan individu sebagai anggota kelompok dalam menciptakan hubungan antar personal yang saling mendukung, saling membantu, dan saling peduli. b) Pertanggungjawaban Individu Keberhasilan kelompok tergantung dari pembelajaran individu dari semua anggota kelompok. Pertanggungjawaban kelompok tersebut menitik beratkan pada

aktivitas anggota kelompok yang saling membantu dalam belajar. Adanya pertanggungjawaban secara individu juga menjadikan setiap anggota siap untuk menghadapi tes dan tugas-tugas lainnya secara mandiri tanpa bantuan teman sekelompoknya. c) Kesempatan yang sama untuk menciptakan keberhasilan Pembelajaran kooperatif menggunakan metode skoring yang mencakup nilai perkembangan berdasarkan peningkatan hasil belajar yang diperoleh siswa dari yang terdahulu. Dengan skoring ini setiap siswa baik yang berprestasi rendah, sedang, atau tinggi sama-sama memperoleh kesempatan untuk keberhasilan dan melakukan yang terbaik bagi kelompoknya. Bennet (dalam Isjoni 1995:60) menyatakan ada lima unsur dasar yang membedakan pembelajaran kooperatif dengan kerja kelompok, yaitu: a. Positif Interdepedence (Saling ketergantungan positif) yaitu hubungan timbal balik didasari adanya kepentingan yang sama atau perasaan diantara anggota kelompok dimana keberhasilan seseorang merupakan keberhasilan yang lain pula atau sebaliknya. b. Interaction Face to face (Tatap muka yaitu interaksi yang langsung terjadi antar siswa tanpa adanya perantara. Tidak adanya penonjolan kekuatan individu, yang ada hanya pola interaksi dan perubahan yang bersifat verbal di antara siswa yang ditingkatkan oleh adanya hubungan saling timbal balik yang bersifat positif sehingga dapat mempengaruhi hasil pendidikan dan pengajaran. Adanya tanggung jawab pribadi mengenai materi pelajaran dalam anggota kelompok.

c. Adanya tanggung jawab pribadi mengenai materi pelajaran dalam anggota kelompok sehingga siswa termotivasi untuk membantu temannya, karena tujuan dalam pembelajaran kooperatif adalah menjadikan tetap anggota kelompoknya lebih kuat pribadinya. d. Membutuhkan keluwesan yaitu menciptakan hubungan antar pribadi,

mengembangkan kemampuan kelompok, dan memelihara hubungan yang efektif. e. Meningkatkan keterampilan bekerja sama dalam memecahkan masalah (proses kelompok yaitu tujuan terpenting yang di harapkan dapat dicapai dalam pembelajaran kooperatif adalah siswa belajar keterampilan bekerja sama dan berhubungan, ini adalah keterampilan yang sangat penting dan sangat diperlukan di masyarakat. Para siswa mengetahui tingkat kemampuan dan efektifitas kerja sama yang telah dilakukan c. Tujuan Pembelajaran Kooperatif Pada dasarnya model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting yang dirangkum Ibrahim, et al (dalam Isjoni 2000:39), yaitu : 1. Hasil belajar Akademik Dalam pembelajaran kooperatif meskipun mencakup beragam tujuan sosial, juga memperbaiki prestasi siswa atau tugas-tugas akademis lainnya. Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini unggul dalam membantu siswa memahami konsepkonsep sulit. Para pengembang model ini telah menunjukkan, model struktur penghargaan kooperatif telah dapat meningkatkan nilai siswa pada belajar akademik

dan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar. Di samping mengubah norma yang berhubungan dengan hasil belajar, pembelajaran kooperatif dapat memberi keuntungan, baik pada siswa kelompok bawah maupun kelompok atas yang bekerja bersama menyelesaikan tugas-tugas akademik. 2. Penerimaan perbedaan individu Tujuan lain pembelajaran kooperatif adalah penerimaan secara luas dari orang-orang yang berbeda berdasarkan ras, budaya, kelas sosial, kemampuan, dan ketidak mampuanya. Pembelajaran kooperatif memberi peluang bagi siswa dari berbagai latar belakang dan kondisi untuk bekerja dengan saling bergantung dan saling menghargai satu sama lain.

3.

Pengembangan keterampilan sosial Tujuan penting ketiga pembelajaan kooperatif adalah mengajarkan kepada siswa keterampilan bekerja sama dan kolaborasi. Keterampilan ini amat penting untuk dimiliki oleh para siswa sebagai warga masyarakat, bangsa dan negara, karena mengingat kenyataan yang dihadapi oleh bangsa ini dalam mengatasi masalahmasalah sosial yang semakin kompleks, serta tantangan bagi para peserta didik supaya mampu dalam mengadapi persaingan global untuk memenangkan persaingan tersebut.

d. Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif Urutan langkah-langkah pembelajaran kooperatif terlihat pada tabel berikut: Fase-fase Prilaku Siswa

Fasel 1: Present goals and set Menjelaskan tujuan pembelajaran

menyampaikan tujuan tujuan dan dan mempersiapkan peserta didik mempersiapkan peserta didik. Fase 2: Present siap belajar.

informasion Mempersiapkan informasi kepada peserta didik secara verbal.

menyajikan informasi

Fase 3: Organize student into Memberikan

penjelasan

kepada

learning teams. Mengorganisir peserta didik tentang tata cara peserta didik kedalam tim-tim pembentukan belajar. tim belajar dan

membantu kelompok melakukan transisi yang efisien.

Fase 4: Assisi team work and Membantu tim-tim belajar selama study membantu kerja tim dan Peserta belajar. tugasnnya. didik mengerjakan

Fase 5: Test on the materials Menguji pengetahuan peseta didik Mengevaluasi mengenai pembelajaran berbagai atau materi kelompok-

kelompok mempresentasikan hasil kerjanya Fase 6: Provide recognition Mempersiapkan dan mengakui usaha cara dan untuk prestasi

memberikan penghargaan

pengakuan

individu maupun kelompok

(Suprijono 2004:65)

Lingkungan belajar dan sistem pengelolaan pembelajaran kooperatif harus: 1. 2. Memberikan kesempatan terjadinya belajar berdemokrasi Meningkatkan penghargaan peserta didik pada pembelajaran akademik dan mengubah norma-norma yang berkait dengan prestasi. 3. Mempersiapakan peserta didik belajar mengenai kolaborasi dan berbagai

keterampilan sosial melalui peran aktif peserta didik dalam kelompok-kelompok kecil. 4. Memberi peluang terjadinya proses partisipasi aktif peserta didik dalam belajar dan terjadinya dialog interaktif. 5. 6. 7. 8. Menciptakan iklim sosio emosional yang positif. Memfasilitasi terjadinya learning to live together. Menumbuhkan produktivitas dalam kelompok. Mengubah peran guru dari center stage performance menjadi koreografer kegiatan kelompok. 9. Menumbuhkan kesadaran pada peserta didik arti penting asfek sosial dalam individunya, (dalam Suprijono 2009:67) e. Pembelajaran Kooperatif Tipe Mencari Pasangan Pembelajaran kooperatif tipe mencari pasangan (make a match) adalah bentuk pengajaran dengan cara mencari pasangan kartu yang telah dimiliki dan pasangan bisa dalam bentuk orang perorang apabila jumlah siswa banyak, kemudian berhadapan untuk saling menjelaskan makna kartu yang dimiliki. Teknik belajar mengajar mencari pasangan (make a match) dikembangkan oleh Lorna Curran (dalam Lie 1994:55).

Salah satu keunggulan teknik adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan. Adapun langkah langkahnya sebagaia berikut : 1. 2. 3. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik Setiap siswa mendapat satu buah kartu Setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya. Misalnya, pemegang kartu yang bertuliskan akhlak terpuji akan berpasangan dengan pemegang kartu yang bertuliskan sabar. Atau pemegang kartu yang berisi nama Masyitah akan berpasangan dengan pemegang kartu orang yang sabar dan teguh pendirian, siswa bisa juga bergabung dengan dua atau tiga siswa lain yang memegang kartu yang cocok. Kelebihan dari pembelajaran kooperatif teknik mencari pasangan adalah : 1. Siswa dilatih untuk dapat bekerjasama, mempertahankan pendapat 2. Semua siswa terlibat Adapun kekurangan dari pembelajaran kooperatif teknik mencari pasangan adalah sebagai berikut : 1. Memerlukan waktu yang lama 2. Guru tidak mengetahui kemampuan siswa masing-masing Jadi pembelajaran kooperatif tipe mencari pasangan adalah proses pembelajaran yang melibatkan siswa dalam proses pembelajaran di mana dalam prosesnya siswa mencari pasangan sesuai dengan soal dan jawaban yang di dapat. B. Hasil belajar 1. Pengertian hasil belajar

Keberhasilan pengajaran dilihat dari segi hasil siswa terhadap sasaran belajar pada topik bahasan yang dipelajari, yang diukur dengan berdasarkan jumlah skor

jawaban benar pada soal yang disusun sesuai dengan sasaran belajar, tentu mengharapkan bahwa semua hasil yang diperoleh itu membentuk satu sistem nilai yang dapat membentuk kepribadian siswa, sehingga memberi warna dan arah dalam semua perbuatanya. Menurut Hamalik (2002:155) hasil belajar tampak sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa, yang dapat diamati dan diukur dalam perubahan pengetahuan sikap dan keterampilan. Menurut Anni (2004:4) hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajaran setelah mengalami aktivitas belajar. Menurut Bloom (2009:6) hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Domain kognitif adalah pengetahuan, ingatan, pemahaman, menjelaskan, meringkas, contoh, menerapkan, menguraikan, menentukan hubungan, mengorganisasikan, merencanakan, membentuk bangunan baru, dan menilai. Domain afektif sikap menerima, memberi respons, nilai, organisasi, karakterisasi. Domain psikomotor juga mencakup keterampilan produktif, teknik, fisik, sosial, manajerial dan intelektual. Yang harus diingat hasil belajar adalah perubahan prilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja. Artinya, hasil pembelajaran yang dikategorisasi oleh para pakar pendidikan sebagaimana tersebut di atas tidak dilihat secara fragmentaris atau terpisah, melainkan komprehensif. Dari pendapat diatas disimpulkan bahwa hasil belajar adalah gambaran tingkat penguasaan siswa terhadap sasaran belajar pada topik bahasan yang dipelajari berupa

perubahan prilaku belajar siswa, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan. Perubahan tingkah laku ini meliputi segenap ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Berkaitan dengan penilain ini penulis membatasi hasil belajar pada ranah kognitif yang dilihat dari kemampuan siswa dalam proses pembelajaran yang ditinjau dari nilai-nilai yang diperoleh siswa. Merujuk pemikiran Gagne (Suprijono 2009:5), hasil belajar berupa: 1. Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tulisan kemampuan merespons secara spesifik terhadap rangsangan spesif. Kemampuan tersebut tidak memerlukan manipulasi simbol, pemecahan masalah maupun penerapan aturan. 2. Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mepresentasikan konsep dan lambang. Keterampilan intelektual terdiri dari kemampuan mengategorisasi, kemampuan analitis-sintesis fakta konsep dan mengembangkan prinsip-prinsip keilmuan. 3. Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya sendiri. Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan kaedah dalam memecahkan masalah 4. Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakuakan serangkain gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani. 5. Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilain terhadap objek tersebut. Sikap berupa kemampuan menginternalisasi dan secara eksternalisasi nilai-nilai menjadikan standar perilaku. (Suprijono 2009:6)

Howard Kingsley membagi tiga macam hasil belajar, yakni (a) keterampilan dan kebiasaan, (b) pengetahuan dan pengertian,(c) sikap dan cita-cita, yang masing-masing golongan dapat diisi dengan bahan yang ditetapkan dalam kurikulum sekolah. (Sudjana 1998:45) 2. Faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yakni faktor dari dalam diri siswa itu dan faktor yang datang dari luar diri siswa atau faktor lingkungan. Faktor yang datang dari diri siswa terutama kemampuan yang dimilikinya. Faktor kemampuan siswa besar sekali pengaruhnya terhadap hasil belajar yang dicapai. Seperti dikemukakan oleh Clark bahwa hasil belajar siswa disekolah 70% dipengaruhi oleh kemampuan siswa, 30% di pengaruhi oleh lingkungan. Disamping faktor kemampuan yang dimiliki siswa, juga ada faktor lain, seperti motivasi belajar, minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan, sosial ekonomi, faktor fisik dan psikis. Faktor tersebut banyak menarik perhatian para ahli pendidikan untuk diteliti, seberapa jauh kontribusi atau sumbangan yang diberikan oleh faktor tersebut terhadap hasil belajar siswa. Adanya pengaruh dari dalam diri siswa, merupakan hal yang logis dan wajar, sebab hakikat untuk dapat mencapainya. Sunguhpun demikian, hasil yang dapat diraih masih juga bergantung dari lingkungan. Artinya, ada faktor-faktor yang berada diluar dirinya yang dapat menentukan atau mempengaruhi hasil belajar yang dicapai. Salah satu lingkungan belajar yang paling dominan mempengaruhi hasil belajar disekolah, ialah kualitas pengajaran. Yang dimaksud dengan kualitas pengajaran ialah tinggi rendahnya atau efektif tidaknya proses belajar mengajar dalam mencapai tujuan pengajaran. Hasil

belajar pada hakikatnya tersirat dalam tujuan pengajaran. Oleh sebab itu hasil belajar siswa disekolah dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan kualitas pengajaran, (Nana Sudjana 1998:39). Sedangkan Caroll (1998:40) berpendapat bahwa hasil belajar yang

dicapai siswa dipengaruhi oleh lima faktor, yakni (a) bakat belajar, (b) waktu yang tersedia untuk belajar, (c) waktu yang diperlukan siswa untuk menjelaskan pelajaran, (d) kualitas pengajaran, dan (e) kemampuan individu. Empat faktor yang disebutkan diatas (abce) berkenaan dengan kemampuan individu dan faktor (d) adalah faktor diluar individu (lingkungan). Kedua faktor diatas (kemampuan siswa dan kualitas

pengajaran mempunyai hubungan berbanding lurus dengan hasil belajar siswa. Artinya, makin tinggi kemampuan siswa dan kualitas pengajaran, makin tinggi pula hasil belajar siswa. (Nana Sudjana 1998:40). 3. Tujuan Penilaian Hasil Belajar a. Tujuan Umum :
1) 2) 3) b. Menilai pencapaian kompetensi peserta didik. Memperbaiki proses pembelajaran. Sebagai bahan penyusunan laporan kemajuan belajar siswa.

Tujuan Khusus : 1) 2) 3) 4) Mengetahui kemajuan dan hasil belajar siswa. Mendiagnosis kesulitan belajar. Memberikan umpan balik/perbaikan proses belajar mengajar. Penentuan kenaikan kelas.

5) Memotivasi belajar siswa dengan cara mengenal dan memahami diri dan merangsang untuk melakukan usaha perbaikan. 4. Penilaian Hasil Belajar

Fungsi penilaian hasil belajar sebagai berikut. a. b. c. d. 5. Bahan pertimbangan dalam menentukan kenaikan kelas. Umpan balik dalam perbaikan proses belajar mengajar. Meningkatkan motivasi belajar siswa. Evaluasi diri terhadap kinerja siswa.

Ruang lingkup hasil belajar siswa Ruang lingkup hasil belajar terdiri dari: perencanaan penilain hasil belajar, pengumpulan data hasil belajar, verifikasi terhadap data yang diperoleh, analisis data, serta interpretasi dan penggunaan hasil tes hasil belajar.

C. Hakikat Pembelajaran Akidah Akhlak a. Pengertian akidah akhlak Mata pelajaran akidah akhlak adalah salah satu bagian dari mata pelajaran pendidikan agama Islam yang digunakan sebagai wahana pemberian pengetahuan, bimbingan dan pengembangan kepada siswa agar dapat memahami, meyakini dan menghayati kebenaran ajaran Islam, serta bersedia mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari, dimana aqidah dan akhlak merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan maka menjaga aqidah akhlak merupakan hal penting bagi kita. Hal-hal yang dapat kita lakukan antara lain dengan mempelajari ilmu-ilmu yang menyangkut aqidah akhlak, hal-hal yang dapat merusak aqidah akhlak, menjauhkan perbuatanperbuatan yang dapat merusak aqidah akhlak dan mengamalkan ilmu yang telah kita pelajari. Mengingat begitu pentingnya aqidah akhlak ini, maka sebagian sekolah mulai memasukkan aqidah akhlak ini ke dalam mata pelajaran di sekolah. Karena usia anak-anak sekolah merupakan usia yang labil, di mana perlu ditanamkan sejak dini agar mereka mempunyai aqidah yang baik dan akhlak yang terpuji. Dari penjelasan di atas, maka pelajaran akidah akhlak menekankan

bukan hanya pada hasil belajar tetapi juga pada proses belajar. Hal ini dapat diidentifikasi dari fungsi dan tujuan mata pelajaran ini. (Nasrun Rusli: 1998:4)

b. Fungsi pembelajaran akidah akhlak Madrasah Ibtidaiyah: 1. Pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan dan ketaqwaan siswa kepada Allah SWT yang telah ditanamkan dilingkungan keluarga. 2. Perbaikan, yaitu memperbaiki kesalahan-kesalahan dalam keyakinan, pemahaman, dan pengamalan ajaran agama Islam dalam kehidupan sehari-hari. 3. Pencegahan, yaitu untuk menangkal hal-hal negativ dari lingkungan atau dari budaya lain yang dapat membahayakan diri siswa dan menghambat perkembangannya menuju manusia Indonesia seutuhnya. 4. Pengajaran, yaitu menyampaikan ilmu pengetahuan tentang keimanan dan akhlak. (Nasrun Rusli 1998:4)
c. Tujuan pembelajaran akidah akhlak Madrasah Ibtidaiyah Memberikan kemampuan dasar kepada siswa tentang akidah Islam untuk mengembangkan kehidupan beragama sehingga menjadi muslim yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT serta berakhlak mulia, sebagai anggota masyarakat dan sebagai warga Negara. Kamampuankemampuan dasar tersebut juga dipersiapkan untuk mengikuti pendidikan pada sekolah lanjutan tingkat pertama.

d. Ruang lingkup pembelajaran akidah akhlak Ruang lingkup pendidikan akidah-akhlak meliputi dua unsur pokok. (Nasrun Rusli 1998:5), yaitu: a. Aqidah: bersisi aspek pelajaran untuk menanamkan pemahaman dan keyakinan

terhadap akidah Islam sebagaimana yang terdapat dalam rukun iman. Dan dalam hal

bertauhid dapat dipahami dan diamalkan secara terpadu dua bentuk tauhid yaitu rububiyah dan uluhiyah. b. Akhlak: akhlak terpuji, akhlak tercela, kisah-kisah keteladanan para Rasul Allah, sahabat Rasul, orang shaleh, serta adab dalam hubungan manusia dengan Allah, manusia dengan sesamanya, dan manusia dengan alam lingkungannya. D. Kerangka Berfikir Kurangnya hasil belajar siswa dalam menyelesaikan tugas atau latihan harus dicarikan pemecahan masalah dengan merubah proses pembelajaran yang konvensional menjadi proses pembelajaran yang inovatif dan dapat memberdayakan siswa dalam proses pembelajaran. Salah satu alternatifnnya melakukan tindakan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe make a match (mencari pasangan). Dengan penggunaan metode kooperatif tipe mencari pasangan tersebut dalam proses belajar mengajar diharapkan hasil belajar siswa akan meningkat. E. Hipotesis Penelitian Berdasarkan kerangka teori dan kerangka berfikir tersebut, hipotesis tindakan adalah: jika pada mata pelajaran akidah akhlak menggunakan model pembelajaran kooperaitf tipe mencari pasangan maka hasil belajar siswa di MI NW No. 5 Pancor dapat meningkat pada saat proses pelaskanaan pembelajaran akidah akhlak di Madrasah Ibtidaiyah.

BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas yang lazim disebut classroom research (Suharsimi Arikunto, 2006). B. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di MI NW No. 5 Pancor pada siswa kelas IV dimana waktu pelaksanaannya yaitu pada Tahun Ajaran 2011/2012. C. Subjek penelitian Subyek penelitian dalam penelitian tindakan kelas ini adalah, siswa siswi kelas IV MI NW No. 5 Pancor dengan jumlah siswa 20 dengan perincian 11 laki-laki dan 9 perempuan sedangkan yang menjadi observer dalam penelitian ini adalah guru dan teman sejawat.

Adapun faktor-faktor yang diteliti dalam penelitian ini adalah: 1. Faktor siswa, melihat hasil belajar siswa pada mata pelajaran akidah akhlak kelas IV MI NW No. 5 Pancor melalui model pembelajaran kooperatif tipe mencari pasangan 2. Faktor guru, yaitu kegiatan guru selama pelajaran di kelas dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe mencari pasangan pada mata pelajaran akidah akhlak kelas IV MI NW No. 5 Pancor.

D. Prosedur (Langkah-langkah Penelitian ) 1. Rancangan Penelitian Dalam penelitian ini metode yang akan digunakan yaitu penelitian tindakan kelas dengan menggunakan model action research classroom. Model penelitian ini digunakan agar dapat mengimplementasikan model pembelajaran kooperatif tipe mencari pasangan pada mata pelajaran akidah akhlak kelas IV MI NW No. 5 Pancor dengan melibatkan siswa berdasarkan situasi kelas khususnya dalam pembelajaran akidah akhlak. Penelitian ini di laksanakan selama 3 siklus yang saling terkait dan berkesinambungan. Setiap siklus dilaksanakan sesuai dengan tingkat ketercapaian tujuan yang diharapkan dan rincian indikator yang diteliti. Masing-masing siklus dilakukan dalam 4 tahap yaitu tahap perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Adapun penjelasan masing-masing antara lain :

2.

Langkah-langkah Sesuai dengan rancangan penelitian yang di rencanakan, maka langkah-langkah penelitian yang di lalui sebagai berikut : 2.1 Siklus I 2.1.1 Perencanaan Kegiatan yang di laksanakan pada tahap ini adalah : Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang mencerminkan penggunaan pembelajaran kooperatif tipe make a match. a. Menyusun instrumen (lembar observasi) aktivitas guru dan siswa siklus I untuk lembar observasi aktivitas siswa digunakan untuk mengumpulkan data tentang hasil belajar siswa. b. Membuat kartu soal dan jawaban dengan metode make a match. 2.1.2 Implementasi Kegiatan yang dilaksanakan pada tahap ini adalah pelaksanaan tindakan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe mencari pasangan pada mata pelajaran akidah akhlak kelas VI MI NW No. 5 Pancor untuk melihat tingkat hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran. Tahap pelaksanaan tindakan yang dilakukan sebagai berikut: I. Kegiatan Pendahuluan 1. Review, apersepsi, motivasi 2. Menjelaskan kepada siswa tentang model pembelajaran yang dipakai serta manfaatnya II. Kegiatan Inti

1. Guru membagikan kartu soal dan jawaban pada tiap siswa. 2. Siswa yang mendapat soal mencari pasangan jawaban atas soal yang di dapat. 3. Setip pasangan dibagikan LKS 4. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengerjakan LKS dengan pasangan kelompoknya . 5. Guru membimbing dan mengarahkan siswa dalam menyelesaikan tugas siswa. 6. Guru memberikan kesempatan kepada tiap-tiap kelompoknya

menyampaikan hasil kerja kelompoknya.

III. Kegiatan Penutup 1. 2. 2.1.3 Refleksi Pada tahap ini guru merefleksikan diri dengan melihat data observasi apakah proses pembelajaran yang dilakukan telah dapat meningkatkan hasil belajar siswa dengan mengacu pada indikator kinerja yang telah ditetapkan. Hasil refleksi (analisis dan interprestasi) terhadap data yang diperoleh selanjutnya dijadikan dasar untuk melakukan revisi atau perbaikan pada tindakan selanjutnya. 2.2. Siklus II Guru bersama siswa membahas soal Guru bersama siswa menyimpulkan materi pembelajaran

Pada prinsipnya pada siklus II ini merupakan perbaikan dari siklus I, yang prinsip kerjanya sama dengan siklus I. Akan tetapi pada siklus ini dilakukan perbaikan berdasarkan pada kelemahan siklus I.

2.3.

Siklus III Pada prinsipnya pada siklus III ini merupakan perbaikan dari siklus II, yang prinsip kerjanya sama dengan siklus I dan II Akan tetapi pada siklus ini dilakukan perbaikan berdasarkan pada kelemahan siklus II.

E. Teknik pengumpulan data 1. Instrumen Penelitian Instrumen dalam penilaian ini adalah lembar observasi yang berisikan indikator keberhasilan pembelajaran akidah ahklak yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe mencari pasangan dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran. a. Lembar Observasi Lembar observasi memuat kegiatan pembelajaran untuk setiap konsep yang dikaji, aktivitas siswa dan guru serta hal-hal lain yang berkaitan dengan pembelajaran. Diperoleh melalui pengantar langsung dalam setiap pertemuan di dalam kelas, dimana hasil observasi berupa catatan lapangan yang mengacu pada format observasi yang berisikan deskrifsi dalam indikator prilaku siswa yang diturunkan dari teori atau konsep model pembelajaran kooperatif tipe mencari pasangan yang akan diamati selama proses pembelajaran. Observasi dilakukan

dengan tujuan untuk memperoleh gambaran langsung tentang proses pembelajaran

menggunakan model siklus belajar. Tahap kegiatan observasi dalam siklus belajar dilakukan sendiri oleh peneliti. 2. Teknik penelitian Teknik yang akan digunakan dalam penelitian ini dengan cara membuat format deskrifsi dalam indikator prilaku siswa yang diturunkan dari teori atau konsep model pembelajaran kooperatif tipe mencari pasangan yang akan diamati selama proses pembelajaran. Adapun indikator-indikator aktivitas siswa sesuai dengan karakteristik adalah model pembelajaran kooperatif tipe mencari pasangan: a. b. c. d. Keaktifan siswa mengalami peningkatan pada setiap siklus. Aktivitas siswa dalam melaksanakan pembelajaran Interaksi siswa dengan guru Aktivitas siswa dalam kelompok Adapun indikator-indikator aktivitas guru sebagai berikut: a. b. c. d. e. Kesiapan guru dalam melaksanakan pembelajaran. Kesiapan guru dalam melaksanakan diskusi kelompok Interaksi guru dengan siswa. Aktivitas guru dalam diskusi kelompok. Aktivitas guru dalam mengakhiri pelajaran. Indikator kinerja aktivitas guru yang terkait dengan keberhasilan pelaksanaan tindakan kelas ini adalah apabila pembelajaran dengan menggunakan model kooperatif telah dilaksanakan optimal dengan prosentase 90% sesuai dengan rancangan pembelajaran yang telah dibuat. 3. Data hasil Belajar Siswa

Data hasil belajar siswa diperoleh melalui Tes Hasil Belajar (THB) setelah siswa mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe mencari pasangan. 4. Data dan Cara Pengumpulannya 1) Sumber Data: Sumber data dalam penelitian ini adalah Kelas IV MI NW No. 5 Pancor tahun pelajaran 2011/2012 2) Jenis-jenis Data, Jenis data dalam penelitian ini adalah kualitatif dan kuantitatif 3) Cara pengambilan data: a. Data kuantitatif dan kualitatif diperoleh dari hasil observasi aktivitas siswa dalam pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi. b. Data kuantitatif dan kualitatif diperoleh dari hasil obesrvasi aktivitas guru dan pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi. F. Teknik Analisis Data 1. Hasil Belajar Siswa Reduksi Data merupakan proses menyeleksi, menentukan fokus,

menyederhanakan, meringkas, dan mengubah bentuk data mentah yang ada dalam catatan lapangan. Dari pemilihan data tersebut, kemudian dipaparkan lebih sederhana menjadi paparan yang berurutan berupa paparan data dan akhirnya ditarik kesimpulan dalam bentukan pernyataan kalimat yang singkat dan padat, tetapi mengandung pengertian yang luas. Data pada penelitian ini adalah data aktivitas guru, data aktivitas belajar siswa dan hasil belajar siswa selama proses pembelajaran yang diperoleh dengan teknik observasi. Untuk mengetahui ketuntasan belajar siswa maka digunakan rumus:

P v 100% N Keterangan: KB = Persentase ketuntasan belajar siswa KB !


P = Banyak siswa yang memperoleh nilai u 65 N = Banyak siswa Data aktivitas guru Untuk mengetahui data aktivitas guru selama proses pembelajaran hasil observasi aktivitas guru dianalisis dengan cara sebagai berikut:

2.

SA 100% SMI Keterangan: P!


P SA = Persentil = Skor perolehan

SMI = Skor maksimal ideal Standar pencapaian aktivitas guru dan siswa dalam pelaksanaan model make a match (berpasangan) dalam pelajaran akidah akhlak adalah: 81 100 = Baik sekali 67 80 57 66 46 56 0 45 3. = Baik = Cukup baik = Kurang = Sangat kurang. (Muchtar dalam Nurkencana,1990:99)

Data aktivitas siswa

Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa berdasarkan aktivitas siswa dianalisis dengan cara sebagai berikut:

P!

SA x100% SMI

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN B. HASIL PENELITIAN Dalam hal ini untuk mengetahui data hasil penelitian berupa tindakan selama proses pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe mencari pasangan tipe (make a match) untuk upaya meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV MI NW No. 5 Pancor Pada bab ini disajikan juga hasil refleksi dan pembahasan hasil penelitian. Data-data tersebut dipaparkan secara berurutan sesuai dengan tahap-tahap pelaksanaan dari setiap siklus.

Kegiatan pembelajaran ini dilakukan dalam 2 (dua) siklus. Setiap siklus terdiri dari satu kali pertemuan dimana penelitian ini telah dilaksanakan pada tanggal 12 Juli 2011 di MI NW No. 5 Pancor kelas IV. Penelitian ini dilaksanakan dalam 1 kali pertemuan dengan waktu 2x35 menit. Selama proses pembelajaran berlangsung, observer melakukan pengamatan terhadap aktivitas guru dan siswa yang diambil dengan menggunakan lembar observasi. Materi yang dibahas yaitu akidah akhlak pada materi pokok membiasakan akhlak terpuji yaitu teguh pendirian dan sabar. Bentuk dari model Kooperatif tipe mencari pasangan (make a match) ini adalah kartu-kartu. Kartu-kartu tersebut terdiri dari kartu berisi pertanyaan-pertanyaan dan kartu-kartu lainnya berisi jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tersebut. Dengan mengikuti prosedur PTK maka masing-masing siklus terdiri dari perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi. Data hasil observasi dan tes diperoleh data kualitatif tentang kegiatan guru serta data kuantitatif hasil belajar siswa dan aktifitas siswa, setelah data diolah dan analisis dengan metode dan rumus yang ditetapkan sebelumnya baik siklus I dan siklus II diperoleh data sebagai berikut:

1. Data hasil penelitian siklus I a. Perencanaan Setelah ditetapkan untuk menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe mencari pasangan (make a match) maka pada awal bulan Juli 2011 di MI NW No. 5 pancor peneliti melakukan diskusi dengan Guru kelas IV sebagai upaya untuk menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe make a match secara optimal.

Pada tahap perencanaan ini peneliti berdiskusi tentang segala hal yang harus dipersiapkan dalam pembelajaran. Selanjutnya peneliti bersama guru menyiapkan halhal yang diperlukan pada saat pelaksanaan tindakan yakni:  Rencana pelaksanaan penbelajaran (RPP) yang menceminkan penggunaan pembelajaran kooperatif tipe (make a match).  Menyusun instrument (Lembar observasi) aktivitas guru dan siswa siklus I  Membuat kartu soal dan jawaban tipe make a match (mencari pasangan). b. Pelaksanaan tindakan Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah melaksanakan pembelajaran dikelas sesuai dengan rencana yang telah disusun dalam skenario pembelajaran. Pada tahap ini, tindakan peneliti sebagai guru dan observer terdiri dari guru dan teman sejawat sebanyak 2 (dua) orang. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 12 Juli 2011 Kegiatan yang dilaksanakan pada tahap ini yaitu menerapkan pembelajaran kooperatif tipe make a match (mencari pasangan) yang terdiri dari 3 (tiga) tahapan yaitu, tahap awal, inti dan akhir.

Kegiatan awal Guru mengecek kehadiran siswa yang terdiri dari 20 orang siswa dan semua siswa masuk. Selanjutnya guru menjelaskan tentang metode yang akan digunakan yakni model pembelajaran kooperatif tipe make a match (mencari pasangan). Adapun tahap-tahap pelaksanaan tipe make a match antara lain: (1) Guru membagikan kartu soal dan jawaban kepada siswa,

(2) Siswa yang mendapat soal mencari pasangan jawaban atas soal yang telah diberikan, (3) Setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartu yang didapat. Misalnya, siswa pemegang kartu yang bertuliskan Masyithah akan berpasangan dengan pemegang kartu yang bertuliskan contoh orang yang teguh pendirian dan sabar atau siswa pemegang kartu bertuliskan manfaat teguh pendirian dan sabar akan berpasangan dengan siswa pemegang kartu disayang oleh Allah SWT yang bertuliskan dengan orang lain. (4) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengerjakan LKS dengan pasangan kelompoknya, (5) Guru mengarahkan dan membimbing siswa dalam menyelesaikan tugas siswa, (6) Guru memberikan kesempatan kepada tiap-tiap kelompoknya untuk

menyampaikan hasil kerja kelompoknya. Pada saat guru menjelaskan metode make a match, guru kurang mempertegas tentang aturan main make a match sehingga nampak ada 6 (enam) orang siswa yang masih kelihatan bingung. Guru mengulangi kembali penjelasannya.

Kegiatan inti Guru membagikan kartu soal dan jawaban pada tiap siswa yang sesuai dengan materi pembelajaran yang dibahas, kemudian guru membagi siswa menjadi 2 kelompok besar yaitu 2 deret bangku sebelah kiri mendapatkan kartu jawaban dan 2 deret bangku sebelah kanan mendapatkan kartu soal. Dalam hal ini siswa dituntut untuk benar-benar memahami isi kartu yang didapat agar siswa dengan mudah

menemukan pasangan kartunya. Setelah semua siswa mendapat masing-masing kartu, guru memberikan kesempatan 5 menit kepada siswa untuk mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok. Misalnya, siswa yang mendapat kartu soal yang bertuliskan Masitah contoh orang yang akan berpasangan dengan siswa yang mendapatkan kartu bertuliskan teguh pendirian dan sabar, pada saat siswa mencari pasangan kartunya tampak situasi kelas ribut dan masih ada 6 orang siswa yang kesulitan, binggung dan lambat menemukan pasangannya. Selanjutnya guru meminta kepada siswa untuk duduk menurut pasangan kartunya kemudian guru membagikan LKS pada tiap pasangan kelompok. Selanjutnya masing-masing kelompok pasangan mempresentasikan hasil diskusi didepan kelas. Setelah presentasi siswa melakukan tanya jawab dari materi yang dijelaskan. Kegiatan akhir Guru bersama siswa membahas soal dengan melakukan tanya jawab kepada siswa tentang kesulitan terhadap tugas siswa yang telah diberikan. Selanjutnya guru menyimpulkan hasil pembelajaran.

c. Hasil pengamatan Data dari hasil pengamatan yang di deskripsikan disini terdiri dari data aktivitas guru dan aktivitas belajar siswa. 1) Aktivitas guru

Pengamatan terhadap proses pembelajaran dilakukan dengan menggunakan lembar observasi yaitu lembar observasi aktivitas guru dan lembar observasi aktivitas siswa. Berdasarkan data hasil pengamatan terhadap kegiatan pembelajaran oleh guru yang dilakukan dengan menggunakan lembar observasi, maka dapat di paparkan data sebagai berikut:

Tabel. 01. Hasil observasi data aktivitas guru Siklus 1 Skor Hasil Observasi No Indikator Observasi 1 Observasi 2 1. Persiapan sebelum mengajar 2,75 2,5 2. Pemberian apersepsi kepada 2,25 2,0 siswa 3. Pelaksanaan pembelajaran 2,75 2,75 kooperatif tipe mencari pasangan (make a match) 4. 5. 6. 7. Membimbing siswa dalam kelompok pasangan Membimbing siswa selama proses belajar berlangsung Membimbing siswa dalam menyelesaikan tugas Menutup pembelajaran Total skor Persentase 2,75 2,75 2,25 2,0 17,5 62,5% 2,5 2,75 2,0 1,75 16,25 58,03%

RataRata 2,62 2,12 2,75

2,62 2,75 2,12 2,0 16,98 60,26%

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa rata-rata aktivitas guru pada siklus I adalah 16,98 dengan persentase 60,26% dan tergolong cukup oleh karena itu aktivitas guru pada siklus selanjutnya perlu ditingkatkan.

2) Aktivitas siswa Pengamatan terhadap aktivitas belajar siswa diperoleh dari lembar observasi aktivitas siswa selama berlangsungnya pelaksanaan pembelajaran. Berdasarkan lembar obeservasi aktivitas siswa diperoleh data aktivitas siswa pada siklus I dipaparkan pada tabel berikut: Tabel. 02. Hasil observasi aktivitas belajar siswa siklus I Skor hasil observasi RataIndikator Rata Observasi 1 Observasi 2 Interaksi siswa dalam bertanya 2,5 2,5 2,5 Kemampuan siswa dalam 2,5 2,5 2,5 diskusi Kecepatan siswa dalam 2,5 2,25 2,25 menemukan pasangan dalam mencocokkan jawaban dan soal Kesiapan siswa mengikuti 2,75 3,0 3,0 pelajaran Total skor 10,25 10,25 10,25 Presentase 64,06% 64,0% 64,06%

No. 1. 2. 3.

4.

Dengan melihat tabel di atas selama proses pembelajaran berlangsung dapat diketahui dari lembar observasi yang dilakukan oleh observer bahwa aktivitas belajar siswa pada siklus I adalah 64,06% dan tergolong cukup aktif.

3) Data Hasil Evaluasi Tabel. 03. Hasil nilai evaluasi siswa siklus I No Jenis Penilain Skor

1 2 3 4 5 6

Nilai terendah Nilai tertinggi Rata-rata Jumlah siswa yang tuntas Jumlah siswa yang ikut tes Presentase ketuntasan siswa

50 85 64,50 12 20 60%

Dari tabel di atas dapat dilihat rata-rata kelas yang diperoleh pada siklus I adalah 64,5 dengan presentase ketuntasan siswa adalah 60% yang dapat dikategorikan cukup sehingga pembelajaran dilanjutka kesiklus berikutnya. 4). Refleksi Indikator kerja yang meliputi aktivitas belajar siswa sudah terlihat pada siklus I. Pada pelaksanaan siklus I terdapat beberapa kekurangan yang akan dilakukan tindakan perbaikan untuk siklus II. Adapun kekurangan-kekurangan yang terdapat pada siklus I antara lain: 1) guru tidak secara tertulis menyampaikan kompetensi dasar dan indikator yang ingin dicapai. 2) Dalam pemberian apersepsi ini guru tidak mengaitkan materi sebelumnya dengan materi yang akan dibahas. Guru kurang mempertegas tugas siswa dalam pasangan kelompok sehingga ada 6(enam) orang siswa yang masih bingung dalam tugasnya sehingga menyulitkan siswa dalam memahami materi. 3) Ketika siswa mencari pasangan kelompoknya, guru tidak mengontrol siswa sehingga siswa ribut dalam mencari pasangannya. Guru kurang menegaskan

kepada siswa untuk dapat kerjasama kelompok karena guru sudah melihat secara klasikal dalam setiap kelompok. 4) Guru tidak memberikan bimbingan sepenuhnya kepada kelompok siswa yang tidak aktif memecahkan masalah dalam diskusi karena selain jumlah kelompok yang sedikit juga karena kurangnya pengamatan yang diberikan oleh guru. 5) Guru kurang memberikan motivasi kepada siswa dalam mengembangkan gagasan sehingga siswa masih malu-malu untuk berbicara. Selain itu guru tidak sepenuhnya memberikan bimbingan kepada siswa agar siswa mampu menyelesaikan tugas yang diberikan. Dalam presentasi didepan kelas siswa masih saling perintah untuk maju karena masih malu-malu untuk berbicara didepan kelas. 6) Guru tidak memperhatikan alokasi waktu yang sudah terencana pada saat diskusi kelompok. 7) Guru langsung meminta siswa untuk mencatat kesimpulan sendiri tanpa terlebih dahulu bersama guru membahas soal dan membuat kesimpulan mengenai hasil pembelajaran secara bersama-sama. Berdasarkan hasil refleksi dapat disimpulkan bahwa hasil yang dicapai pada silus I terlihat bahwa hasil belajar siswa dengan kategori kurang, oleh karena itu perlu dilakukan perbaikan-perbaikan pada siklus II, antara lain: 1) Guru secara tertulis menyampaikan kompetensi dasar dan indikator yang ingin dicapai.

2) Dalam pemberian apersepsi ini guru mengaktifkan Tanya jawab untuk mengaitkan materi sebelumnya dengan materi yang akan dibahas. Guru mempertegas tugas siswa dalam kelompok pasangan sehingga siswa yang belum memahami tugasnya tidak akan mengalami kesulitan dalam memahami materi. 3) Ketika siswa mencari pasangan kelompoknya, guru diharapkan lebih mengontrol siswa sehingga siswa tidak terlalu ribut dalam mencari pasangan kartunya. Guru menegaskan kepada siswa dengan cara mendatangi setiap kelompok pasangan untuk dapat bekerjasama secara optimal dalam kelompoknya. 4) Guru memberikan bimbingan secara optimal kepada kelompok siswa yang tidak aktif dalam memecahkan masalah pada saat diskusi berlangsung. 5) Guru memberikan motivasi kepada siswa dalam mengembangkan gagasan sehingga siswa tidak akan malu-malu lagi dalam berbicara. Selain itu, guru membimbing siswa agar mampu menyelesaikan tugas yang diberikan. Guru memberikan penguatan dalam mempresentasikan materi sebagai motivasi bagi siswa agar siswa tidak malu berbicara didepan kelas.

2. Hasil siklus II Pelaksanaan pembelajaran siklus II hampir sama dengan siklus I namun pada siklus II dilakukan perbaikan berdasarkan hasil refleksi siklus I. Kegiatan pembelajaran siklus II dilaksanakan pada tanggal 12 Juni 2011. Pada siklus II ini materi yang dibahas

yaitu akhlak terpuji jujur Adapun kegiatan pada siklus II ini terdiri dari 4(empat) tahap, yakni: a. Perencanaan Mengacu pada hambatan yang muncul pada siklus I peneliti melakukan perbaikan pembelajaran dan melaksanakan pembelajaran yang dibuat berdasarkan skenario Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sehingga kesalahan yang terjadi pada siklus I tidak terulang pada siklus II. Adapun tahapan-tahapan pada kegiatan perencanaan ini antara lain: 1) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang mencerminkan penggunaan pembelajaran kooperatif tipe make a match (mencari pasangan). 2) Menyusun instrument (Lembar observasi) aktivitas guru dan siswa siklus II 3) Membuat kartu soal dan jawaban tipe make a match (mencari pasangan). b. Pelaksanaan Tindakan Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah melaksanakan pembelajaran dikelas sesuai dengan perbaikan rencana yang telah dibuat dalam skenario pembelajaran. Pada pelaksanaan tindakan ini peneliti bertindak langsung sebagai guru dan observer terdiri dari guru dan teman sejawat sebanyak 2 (dua) orang. Penelitian ini dilakukan pada tanggal.Juni 2011. Kegiatan yang dilaksanakan pada tahap ini yaitu menerapkan pembelajaran kooperatif tipe make a match (mencari pasangan) yang terdiri dari 3(tiga) tahap, yakni tahap awal, tahap inti dan tahap akhir. Kegiatan awal Pada saat proses pembelajaran guru mengecek kehadiran siswa dan semua siswa hadir. Selanjutnya guru menjelaskan dan menegaskan model pembelajaran

kooperatif tipe make a match (mencari pasangan) pada siswa. Adapun tahapan kegiatan yang dilakukan antara lain: (1) Guru membagikan kartu soal dan jawaban kepada tiap siswa, (2) Siswa yang mendapat kartu soal mencari pasangan jawaban atas soal yang didapat, (3) Setiap pasangan dibagikan LKS, (4) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengerjakan LKS dengan pasangan kelompoknya, (5) Guru membimbing dan mengarahkan siswa dalam menyelesaikan tugas, (6) Guru memberikan kesempatan pada tiap-tiap kelompok untuk menyampaikan hasil kerja kelompoknya. Pada kegiatan inti Guru membagikan kartu soal dan jawaban pada tiap siswa yang sesuai dengan materi pembelajaran yang dibahas, kemudian guru membagi siswa menjadi 2(dua) kelompok besar yaitu 2(dua) deret bangku sebelah kiri mendapatkan kartu jawaban dan dua deret bangku sebelah kanan mendapatkan kartu soal. Dalam hal ini siswa dituntut untuk benar-benar memahami isi kartu yang didapat agar siswa dengan mudah menemukan pasangan kartunya. Setelah semua siswa mendapat masing-masing kartu, guru memberikan kesempatan 5 menit kepada siswa untuk mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok. Misalnya, siswa yang mendapat kartu soal yang bertuliskan contoh ahklak terpuji akan berpasangan dengan siswa yang mendapatkan kartu bertuliskan jujur. Pada saat siswa mencari pasangan kartunya tampak situasi kelas ribut dan masih ada 4 orang siswa yang kesulitan dan lambat menemukan pasangannya. Selanjutnya guru meminta kepada siswa untuk duduk menurut pasangan kartunya kemudian guru membagikan LKS pada tiap pasangan kelompok. Selanjutnya

masing-masing kelompok pasangan mempresentasikan hasil diskusi didepan kelas. Setelah presentasi siswa melakukan Tanya jawab dari materi yang dijelaskan. Pada kegiatan akhir Guru bersama siswa membahas soal dengan melakukan Tanya jawab kepada siswa tentang kesulitan terhadap tugas yang diberikan. Dan selanjutnya guru menyimpulkan hasil pembelajaran. c. Hasil Pengamatan. Data hasil pengamatan pada siklus II ini pada dasarnya sama dengan siklus I yang terdiri dari data aktivitas guru dan siswa. 1. Aktivitas guru. Pengamatan terhadap proses belajar dilakukan dengan menggunakan lembar observasi yaitu lembar observasi aktivitas guru dan lembar observasi aktivitas belajar siswa. Berdasarkan hasil pengamatan terhadap kegiatan pembelajaran oleh guru yang dilakukan dengan menggunakan lembar observasi maka dapat dipaparkan data seperti pada tabel berikut:

Tabel. 04. Hasil observasi aktivitas guru Siklus II Skor hasil observas No. Indikator Observasi I Observasi II 1. Persiapan sebelum mengajar 37,5 4,0 2. Pemberian apersepsi kepada siswa 4,0 4,0 3. Pelaksanaan pembelajaran 3,75 4,0 kooperatip tipe make a match (mencari pasangan)

RataRata 3,87 4,0 3,87

4. 5. 6. 7.

Membimbing siswa dalam kelompok Membimbing siswa selama proses belajar berlangsung Membimbing siswa dalam menyelesaikan tugas Menutup pembelajaran Total skor Presentase

4,0 3,25 4,0 4,0 26,75 95,53%

3,5 3,25 4,0 3,5 26,25 93,75%

3,75 3,25 4,0 3,75 26,5 94,64%

Dari tebel diatas dapat dilihat bahwa rata-rata aktivitas guru pada siklus II adalah 94,64% berdasarkan penggolongan aktivitas guru maka rata-rata presentase aktivitas guru tergolong aktif. 2. Aktifitas siswa Pengamatan terhadap aktivitas belajar siswa diperoleh dari lembar observasi aktivitas belajar siswa selama pelaksanaan pembelajaran berlangsung.

Berdasarkan lembar observasi aktivitas belajar siswa. Tabel. 05. Hasil observasi aktivitas belajar siswa siklus II. No. Indikator Skor hasil observasi Rata-rata Observasi I Observasi II 1. Keaktifan siswa dalam 4,0 3,75 3,87 bertanya 2. Keaktifan siswa dalam 3,5 3,25 3,37 diskusi 3. Kecepatan siswa dalam 3,75 3,5 3,62 menemukan pasangan jawaban dan soal 4. Keaktifan siswa dalam 3,5 4,0 3,75 mengikuti pembelajaran Total skor 14,75 14,5 14,62 Persentasi 92,18% 90,62 91,40%

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa rata-rata aktivitas belajar siswa pada siklus II adalah 91,40% berdasarkan penggolongan aktivitas belajar siswa maka rata-rata presentase aktivitas belajar siswa tergolong aktif. 3. Data hasil evaluasi Tabel. 06. Hasil nilai evaluasi siswa siklus II No Jenis Penilain 1 Nilai terendah 2 Nilai tertinggi 3 Rata-rata 4 Jumlah siswa yang tuntas 5 Jumlah siswa yang ikut tes 6 Presentase ketuntasan siswa

Skor 60 95 76,00 18 20 90%

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa ketuntasan belajar siswa adalah dengan presentase ketuntasan yang diperoleh ini menunjukan sudah tercapainya ketuntasan belajar secara klasikal yaitu 90% hasil yang diperoleh menunjukan indikator kerja telah tercapai. 4). Refleksi. Berdasarkan hasil observasi menunjukkan bahwa indikator kerja sudah tercapai. Hal ini terlihat pada aktivitas belajar siswa yang sudah mencapai skor rata-rata 14,62 dengan presentase 91,40% yang dapat dikategorikan sangat baik. Dan hasil belajar siswa skor rata-rata 76,00 dengan presentase 90% Dengan demikian indikator hasil belajar siswa sudah melampaui indikator 75%. Hal ini berarti bahwa model kooperatif make a match (berpasangan) dalam meningkatkan hasil belajar pada siklus II

dibandingkan pada siklus I dan sudah melampaui indikator keberhasilan 75% sehingga penelitian ini dihetikan sampai pada siklus II. C. PEMBAHASAN

Penelitian tindakan kelas ini dilakukan sebagai upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa yang dilaksanakan di MI NW No. 5 Pancor dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe make a match (mencari pasangan). Make a match diawali dengan membagikan kartu soal dan jawaban pada tiap siswa. Selanjutnya siswa yang mendapat soal mencari jawaban atas soal yang didapat. Kemudian tiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengerjakan LKS dengan pasangan kelompoknya dan guru membimbing siswa untuk mengerjakan LKS. Sebelum menutup pembelajaran siswa mempresentasikan hasil diskusi serta menyimpulkan hasil pembelajaran. Adapun hasil observasi aktivitas guru dan aktivitas belajar siswa dari siklus I dan II antara lain ditunjukkan pada tabel berikut: Tabel. 07. Data aktivitas guru dan aktivitas siswa Siklus Aktivitas guru Aktivitas siswa Rata-Rata presentase Rata-Rata skor Presentase skor I 16,98 60,26% 10,25 64,06% II 26,5 94,64% 14,62 91,40%

Berdasarkan hasil tabel diatas, hasil penelitian siklus I menunjukkan bahwa rata-rata skor aktivitas guru adalah 16,98 dengan kategori kurang artinya skor aktivitas guru siklus I belum melampaui indikator keberhasilan minimal 90%. Sedangkan aktivitas belajar siswa pada siklus I menunjukkan bahwa rata-rata skor 10,25. Dengan capaian persentase 64,06% dengan kategori kurang artinya aktivitas belajar siswa belum melampaui indikator keberhasilan 75%. Pada siklus II terjadi peningkatan, adapun skor aktivitas guru dengan perolehan skor 26,5 dengan persentase 94,64% dapat dikategorikan sangat baik karena sudah melampaui indikator 90%. Sedangkan aktivitas belajar siswa dengan rata-rata skor 14,62 dengan capaian persentase 91,40%

dapat dikategorikan sangat baik karena sudah melampaui indikator keberhasilan 75%. Dengan demikian aktivitas belajar siswa mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II. Berdasarkan hasil observasi aktivitas guru, nampak beberapa kekurangan yang terjadi pada tiap siklusnya. Adapun kekurangan-kekurangan yang terjadi pada siklus I, diantaranya guru tidak secara tertulis menyamapikan kompetensi dasar dan indikator yang ingin dicapai, guru kurang mempertegas tugas siswa dalam pasangan kelompok. Ketika mencari pasangan kartunya guru kurang mengontrol siswa sehingga siswa menjadi gaduh. Guru kurang menegaskan kepada siswa untuk dapat bekerjasama dalam kelompok pasangan. Guru tidak memberikan bimbingan sepenuhnya kepada kelompok yang tidak aktif memecahkan masalah dalam diskusi. Guru kurang memberikan penguatan kepada siswa dalam mengembangkan gagasan sehingga siswa masih malu-malu untuk berbicara. Guru tidak memperhatikan alokasi waktu pada saat diskusi seperti yang sudah terencana. Berdasarkan kekurangan tersebut maka dilakukan tindakan perbaikan yang dilaksanakan. Diantaranya, secara tertulis guru menyampaikan kompetensi dasar dan indikator yang ingin dicapai. Guru mengaktifkan Tanya jawab untuk mengaitkan materi sebelumnya dengan materi yang dibahas. Guru mempertegas tugas siswa dalam pasangan kelompok. Guru mengontrol siswa pada saat mencari pasangan kartu jawaban dan soal sehingga siswa tidak terlalu gaduh. Guru mendatangi tiap kelompok guna memberi motivasi agar siswa bisa bekerjasama dengan kelompok pasangannya. Guru memberikan bimbingan lebih kepada siswa yang tidak aktif dalam memecahkan masalah pada saat diskusi. Guru memberikan penguatan kepada siswa dalam mengembangkan gagasan sehingga siswa tidak malu-malu lagi untuk berbicara didepan kelas. Selain itu guru memberikan bimbingan

kepada siswa agar siswa mampu menyelesaikan tugas yang diberikan. Guru memberikan penguatan dalam mempresentasikan di depan kelas sebagai motivasi serta guru lebih memperhatikan alokasi waktu yang sudah terencana. Pada siklus II terjadi peningkatan, adapun skor aktivitas guru dengan capaian skor 26,5 dengan persentase 94,64% sehingga dapat dikategorikan sangat baik sehingga pada siklus ini sudah melampaui indikator keberhasilan minimal 90%. Sedangkan aktivitas belajar siswa mencapai rata-rata skor 14,62 dengan capaian persentase 91,40% dapat dikategorikan sangat baik. Tabel. 08. Hasil nilai evaluasi siswa Siklus Nilai rata-rata Presentase ketuntasan siswa I 64,50 60% II 76,00 90

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa nilai rata-rata ketuntasan belajar siswa pada siklus I adalah 64,50 dengan presentase ketuntasan yang diperoleh adalah 60% maka masih dikatakan kurang sedangkan pada siklus II mengalami peningkatan dengan nilai rata-rata 76,00 dengan presentase ketuntasan 90% dapat dikategorikan sangat baik.dengan demikian aktivitas siswa dan hasil belajar siswa sudah melampui indikator keberhasilan minimal 75% oleh karena itu melihat data diatas mengalami peningkatan maka penelitian dihentikan sampai siklus II. Peningkatan hasil belajar siswa pada siklus II sudah tercapai dengan tahapan make a match sebagai berikut ; (1) Guru membagikan kartu soal dan jawaban kepada tiap siswa, (2) Siswa yang mendapat kartu soal mencari pasangan jawaban atas soal yang di berikan, (3) Setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartu yang di dapat,(4), Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengerjakan LKS, (5)

Membimbing dan mengarahkan siswa dalam mengerjakan tugas, (6) Memberikan kesempatan kepada tiap-tiap kelompok siswa untuk menyampaikan hasil kerja kelompoknya. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diatas terlihat bahwa hasil belajar siswa kelas IV mengalami peningkatan tiap siklusnya. Dengan demikian, peningkatan hasil belajar siswa melalui model pembelajaran kooperatif tipe make a match (mencari pasangan) pada Mata pelajaran akidah akhlak kelas IV MI NW No. 5 Pancor Tahun Ajaran 2011/2012.

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis diatas serta pengolahan data dalam penelitian tindakan kelas dapat disimpulkan bahwa: 1. Melalui pembelajaran dengan model kooperatif tipe make a match (mencari pasangan) dapat meningkatkan hasil belajar akidah ahklak kelas IV MI NW No. 5 Pancor Tahun pelajaran 2011/2012 dengan presentase ketuntasan belajar klasikal melebihi 70% yang dicapai pada siklus II. 2. Hasil belajar siswa pada mata pelajaran akidah ahklak kelas IV MI NW No. 5 Pancor pada materi pokok ahklak terpuji dengan model kooperatif tipe make a match (mencari pasangan) dimana guru membagikan kartu soal dan jawaban kepada siswa. 3. Pembelajaran kooperatif tipe make a match (mencari pasangan) yang dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa pada siklus I mencapai 64,5%. Aktivitas siswa belum melampui indikator keberhasilan minimal 75%. Pada siklus II, terjadi peningkatan aktivitas siswa mencapai 91,40% keaktivitasan siswa sudah melampui indikator ketercapaian 75%. Sedangkan pada siklus I nilai rata-rata 64,50 dengan presentase ketuntasan 60% pada siklus II terjadi peningkatan hasil belajar dengan nilai rata-rata 76,00 dengan presentase ketuntasan 90%. Dengan demikian hasil belajar siswa mengalami peningkatan secara signifikan.

B. Saran Adapun saran-saran yang dapat peneliti sampaikan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi siswa Siswa kelas IV MI NW No. 5 Pancor hendahnya dapat mengikuti seluruh aktivitas yang berlangsung disekolah, khususnya saat kegiatan belajar mengajar berlangsung, dan hendaknya membuat kelompok belajar agak mudah untuk menyelesaikan persoalan dalam pelajaran 2. Bagi guru Diharapkan agar guru menerapkan model pembelajaran make a match (mencari pasangan) sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran akidah ahklak dan memperhatikan kekurangan-kekurangan yang ada pada hasil penelitian ini sehingga hasil pembelajaran akan lebih optimal 3. Bagi sekolah Menyediakan pasilitas yang memadai seperti buku-buku bacaan dan sarana atau media pembelajaran yang menunjang keberhasilan pembelajaran dan mengontrol kegiatan proses belajar, kedisiplinan terhadap waktu agar dapat dicontoh oleh peserta didik.

You might also like