You are on page 1of 4

Sesuai dengan Undang-Undang No.

22 tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah maka penyelenggaraan pemerintah daerah lebih mengutamakan azas desentralisasi atau kewenangan yang lebih besar di daerah, pemberian otonomi kepada daerah akan semakin mendukung kemandirian dalam merumuskan kebijakan sesuai dengan keinginan, kebutuhan dan karakteristik lokal. Dengan adanya Undang-undang No. 32 Tahun 2004 ditambah lagi dengan perubahan struktur kepemerintahan maka Pemerintah Daerah lebih mengutamakan implementasi daerah yang tertinggal. Dengan adanya hal tersebut Pemerintah Kota Pekanbaru telah mengeluarkan Perda No. 7 Tahun 2008 tentang pembentukan Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas-Dinas di lingkungan Pemerintah Kota Pekanbaru. Berdasarkan Peraturan Daerah tersebut Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Pekanbaru adalah satu pelaksana Pemerintah Kota Pekanbaru di bidang Pariwisata, Seni dan Budaya, yang dipimpin oleh Kepala Dinas yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Walikota dengan tugas Pokoknya MELAKSANAKAN KEWENANGAN OTONOMI DAERAH DI BIDANG KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA. 1. VISI Filosofi Pembangunan Daerah Provinsi Riau mengacu kepada nilai-nilai luhur kebudayaan Melayu sebagai kawasan lintas budaya yang telah menjadi jati diri masyarakatnya sebagaimana terungkap dari ucapan Laksamana Hang Tuah Tuah Sakti Hamba Negeri, Esa Hilang Dua Terbilang, Patah Tumbuh Hilang Berganti, Takkan Melayu Hilang di Bumi . Posisi strategis Provinsi Riau ditinjau secara geografis, geoekonomi dan geopolitik menjadikan kawasan Riau sebagai kawasan yang dapat berperan penting dimasa yang akan datang, terutama terletak di jalur perdagangan dan ekonomi internasional. Untuk dapat mewujudkan masyarakat Riau yang mempunyai kemampuan ekonomi yang tinggi baik secara lokal, nasional dan regional serta dilandasi dengan nilai-nilai hakiki kebudayaan Melayu yang beradab, bermoral dan tangguh menghadapi era globalisasi dan modernisasi yang pada akhirnya menjadikan masyarakat Riau maju dan mandiri, sejahtera lahir dan bathin dan beradat istiadat Melayu yang agamis, maka disusunlah Visi Riau sesuai dengan Peraturan Daerah (Perda) Provinsi Riau No. 36 tahun 2001 tentang Pola Dasar Pembangunan Daerah Provinsi tahun 2001-2005 yakni; Terwujudnya Provinsi Riau Sebagai Pusat Perekonomian Dan Kebudayaan Melayu Dalam Lingkungan Masyarakat Yang Agamis, Sejahtera Lahir Dan Bathin, Di Asia Tenggara Tahun 2020. Untuk memberikan gambaran untuk penjabaran Visi Riau 2020, telah dirumuskan visi antara dalam visi 5 tahunan agar setiap tahap periode pembangunan jangka menengah tersebut dapat dicapai sesuai dengan kondisi, kemampuan dan harapan yang ditetapkan berdasarkan ukuranukuran kinerja pembangunan. Untuk itu sesuai dengan Perda Provinsi Riau Nomor 5 Tahun 2006 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah dan Nomor 1 Tahun 2004 tentang Rencana Strategis (Renstra) Provinsi Riau tahun 2004-2008; guna mewujudkan Visi Pembangunan Riau 2020 secara berkelanjutan dan konsisten, maka dirumuskan Visi Antara Provinsi Riau, yakni: Terwujudnya pembangunan ekonomi yang mengentaskan kemiskinan, pembangunan pendidikan yang menjamin kehidupan masyarakat agamis dan kemudahan

aksesibilitas, dan pengembangan kebudayaan yang menempatkan kebudayaan Melayu secara proporsional dalam kerangka kebudayaan. 2. MISI Untuk mewujudkan Visi Antara Provinsi Riau kurun waktu 2004-2008, sebagai tahapan kedua dalam perwujudan Visi Riau 2020, maka ke depan Misi Pembangunan Riau yang dilaksanakan bertumpu pada komitmen yang tertuang sebagai berikut:
y y y y y y

y y

Mewujudkan kredibilitas Pemerintah Daerah dengan kemampuan profesional, moral dan keteladanan pemimpin dan aparat; Mewujudkan Supremasi hukum dan Penegakan Hak Asasi Manusia; Mewujudkan keseimbangan pembangunan antar wilayah dan antar kelompok masyarakat; Mewujudkan perekonomian berbasis potensi sumber daya daerah dan pemberdayaan ekonomi kerakyatan; Mewujudkan sarana dan prasarana untuk menciptakan kehidupan masyarakat agamis; Mewujudkan kualitas sumberdaya manusia dengan penekanan kemudahan memperoleh pendidikan, peningkatan mutu dan manajemen pendidikan dasar, menengah, kejuruan dan pendidikan tinggi, kemudahan memperoleh pelayanan kesehatan yang berkualitas, serta pembangunan agama, seni budaya dan moral; Mewujudkan kemudahan untuk mengakses dalam bidang transportasi, produksi, komunikasi dan informasi serta pelayanan publik; Memberdayakan masyarakat dan kelembagaan desa agar mampu berperan sebagai lini terdepan dalam mengatasi berbagai permasalahan sosial dan ekonomi masyarakat pedesaan; Mewujudkan sebuah payung kebudayaan daerah, yakni kelangsungan budaya Melayu secara komunitas dalam kerangka pemberdayaannya, sebagai alat pemersatu dari berbagai etnis yang ada; Mewjudkan prinsip pembangunan yang berkelanjutan.

Pemutakhiran Terakhir : 02 April 2009

Oleh Drs. H. KOEN SOEKARNO, M.B.A http://www.pikiran-rakyat.com - STRATEGI adalah melakukan sesuatu yang benar (Winardi: 1977). Dikaitkan dengan promosi pariwisata, kondisi antara daerah satu dengan daerah lain atau negara lain akan berbeda. Oleh karena itu, strategiharus berdasarkan hasil penelitian. Bukan asal buat brosur, leaflets guide books, dan lain-lain. Dari tahap persiapan, pelaksanaan, dan evaluasi, promosi harus dilaksanakan secara koodinatif. Terutama dari unsur swasta (usaha pariwisata) sebagai "pelayan" terhadap kunjungan wisatawan. Sungguh tepat moto "Saptapesona", karya Alm. Soesilo Soedarman (Mantan Menparpostel). Bagaimana wisatawan akan berkunjung ke suatu objek wisata (walau unggulan) bila kondisi negara tersebut tidak aman, tidak tertib, banyak kekacauan, unjuk rasa, dan penculikan. Menurut perhitungan ekonomi, sebenarnya kondisi "krismon" akan lebih menguntungkan pihak wisatawan yang membawa dolar (USD), karena nilai kurs lebih tinggi dibanding rupiah. Tetapi kenyataannya, tingkat hunian rata-rata di bawah 50% saat ini. Penyebab inilah menjadikan bisnis jasa wisata lesu, terjadi PHK, pensiun sementara bagi karyawan hotel.

Menurut pengamatan, calon wisatawan dari negara asal (generating area), lebih banyak tahu tentang kondisi yang sedang terjadi di tanah air sekarang ini, berkat kemajuan teknologi informasi. Mereka memantau dari internet, atau e-mail. Dulu, ketika dunia informasi belum "dijajah" internet, motivasi wisatawan benar-benar bersih belum dikotori oleh berita kerusuhan. Mereka ingin tahu (cruocity) tentang kebudayaan dan alam Bali, Keraton Yogya, Saung Angklung Ujo, Gunung Tangkuban Perahu, dll. Di tahun 1978-1996 merupakan boom bagi pariwisata Indonesia. Pertanyaannya sekarang, langkah strategi apa yang harus segera dikerjakan? Mampukah tahun 2005, kita meraih wisman 11 juta? Kita harus mengevaluasi secara total semua sektor yang terkait dalam bidang pariwisata, termasuk lembaga pendidikan pariwisata. Misalnya, Stiepar Yapari Aktripa. Meski merupakan lembaga pendidikan tinggi pariwisata tertua di Indonesia bahkan sudah "go internasional" dengan melakukan praktik kerja di Singapura, tetap tidak bisa bekerja sendiri. Stiepar Yapari Aktripa tentunya harus bekerja sama dengan lembaga sejenis seperti STP Bandung atau sekira 50 lembaga pendidikan tinggi pariwisata lainnya yang tergabung dalam Hildiktipari. Kerja sama tersebut termasuk dengan pemda (diparda) yang memiliki aset pariwisata atau objek wisata daerah, kanwil departeman pariwisata, seni dan budaya, serta BP3I (Badan Penyelenggara Promosi Pariwista Indonesia). Para lulusan sekolah pariwisata harus diberi kesempatan sebagai perencana dan pelaksana, terutama penyusun strategi promosi pariwisata secara integral, dan sebagai tenaga perencana pembangunan kawasan pariwisata. Memang memprihatinkan, masih sedikitnya tenaga lulusan pariwisata yang diberi kesempatan berkarya di diparda, kanwil, atau instasi yang berkaitan dengan pariwisata. Jadi, bila kurang sukses pariwisata, harus mencari akar permasalahannya. Misalnya, kembali kepada teori strategi promosi yang tak semata "menjual" objek wisata, tapi dengan "pembinaan" lebih penting. Baik pembinaan kepada objek itu sendiri maupun faktor pendukungnya seperti lingkungan, masyarakat, serta aspek keamanan, kebersihan, dan ketertiban. Kalau kondisi tersebut belum kondusif, jangan dulu "dijual" karena bisa membuat pembeli kecewa. HALAMAN : 1 2

VISI
" TERWUJUDNYA KOTA PEKANBARU MENJADI PUSAT KEBUDAYAAN MELAYU DAN KOTA WISATA YANG BERNUANSA MELAYU BERLANDASKAN IMAN DAN TAQWA "

MISI
1. Melestarikan, membina dan mengembangkan budaya Melayu ditengah-tengah masyarakat 2. Menjadikan tempat-tempat wisata dan hiburan bebas dari perjudian, miras dan narkoba 3. Menggali, melestarikan dan mengembangkan potensi objek-objek wisata 4. Meningkatkan peran serta masyarakat dan pihak pengusaha dalam mewujudkan sadar wisata 5. Meningkatkan sumber daya aparatur Dinas Kebudayaan dan Pariwisata.

You might also like