Professional Documents
Culture Documents
ISSN 2085-7020
PASAR SENI DAN KERAJINAN RAKYAT DI MINAHASA (Transformasi Arsitektur Tradisional Minahasa)
Meyke Christina Dorthea1 dan Ronny A.J. Sondakh2
1 2
Sarjana (S1) Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Sam Ratulangi Staf Pengajar Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Univesitas Sam Ratulangi
Abstrak. Kesenian bagi masyarakat Minahasa merupakan bagian dari kebudayaan dan merupakan suatu karya orang minahasa untuk memenuhi hasratnya akan keindahan dan rasa senang. Kesenian Minahasa meliputi seni musik, tari, sastra, lukis, dan ukir. Sedangkan kerajinan merupakan suatu keharusan untuk dikerjakan. Dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, mereka membuat alat dan perabot rumah tangga, maupun peralatan untuk upacara adat sendiri. Seiring berkembangnya jaman dan masuknya kesenian modern, berpengaruh pada minat masyarakat, terutama pemuda dan anak-anak yang mulai melupakan kesenian daerahnya. Di segi lain, para seniman di Minahasa belum bisa hidup dari profesi mereka. Tidak seperti para penari Ronggeng di Pulau Jawa penari Maengket belum bisa mengandalkan profesi mereka untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Merencanakan suatu Pasar Seni dan Kerajinan Rakyat yang berlokasi di Minahasa dengan konsep Transformasi Arsitektur Tradisional Minahasa, yang mampu menampung kegiatan pagelaran, perdagangan, rekreasi serta sebagai sumber informasi kesenian dan kerajinan rakyat Minahasa. Sehingga secara tidak langsung dapat membangkitkan kembali minat masyarakat Minahasa sendiri terhadap seni dan kerajinan daerahnya. Kata Kunci: Pasar Seni, Kerajinan Rakyat, Arsitektur Tradisional Minahasa PENDAHULUAN Saat ini, Kabupaten Minahasa adalah salah satu kabupaten di propinsi Sulawesi Utara, Indonesia dengan Ibu kota kabupaten terletak di Tondano. Kabupaten ini memiliki luas wilayah 4.626 km. Dan pada 25 Februari 2003, dimekarkan menjadi Kabupaten Minahasa, Kabupaten Minahasa Selatan dan Kota Tomohon berdasarkan UU No.10/2003. Pada tanggal 18 Desember 2003 Kabupaten Minahasa dimekarkan lagi menjadi Kabupaten Minahasa dan Kabupaten Minahasa Utara berdasarkan UU No. 33/2003. Sentra kesenian dan kerajinannya pun terbagi-bagi menurut kabupaten/kota masing-masing. Sehingga para wisatawan maupun peminat seni dan kerajinan rakyat Minahasa agak sulit menemukan dan menikmati produk kesenian dan kerajinan rakyat Minahasa. Perencanaan Pasar Seni dan Kerajinan Rakyat ini adalah sebagai wadah untuk berbelanja dan menikmati hasil kerajinan dan kesenian daerah Minahasa, dengan konsep Transformasi Arsitektur Tradisional Minahasa. Konsepsi objek ditekankan pada penataan tapak & sirkulasi, pengorganisasian ruang & massa bangunan, dan perencanaan tampilan massa bangunan sesuai tema perancangan. METODE PERENCANAAN Pendekatan perancangan dilakukan melalui beberapa hal, yaitu: a. Studi Komparasi Terhadap Objek Sejenis b. Studi Literatur, yaitu: melakukan pengumpulan data-data Arsitektur Tradisional Minahasa sebagai kajian tematik dan menjadi dasar konsep-konsep desain. Serta mencakup kajian tipologi dan standar besaran ruang. c. Survey lokasi, bertujuan untuk mendokumentasikan potensi dan masalah pada tapak dan mendeskripsikannya sebagai acuan dalam perancangan. d. Kajian Tema, merupakan langkah untuk menggali tema perancangan agar dapat menemukan prinsipprinsip tema yang nantinya akan diangkat dalam desain objek. e. Kajian perancangan, merupakan langkah dalam menganalisa data-data yang telah terkumpul serta permasalahan dan potensi yang hadir menyangkut
Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota (PWK) Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik, Universitas Sam Ratulangi, Manado Mei 2009
20
f.
g.
KEADAAN UMUM KAWASAN PERENCANAAN Lokasi site yang dianggap memenuhi kriteria yang ada, terpilih berada di Tondano tepatnya di kec. Tondano Selatan, lokasi ini berada di pinggiran danau Tondano. Tondano Selatan adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Minahasa. Yang merupakan kawasan Danau Tondano, mencakup wilayah Tondano, Eris, Kakas, Remboken. Merupakan kawasan sektor investasi bidang Pariwisata. Daerah sekitar Danau Tondano juga merupakan kawasan industri sistem padat tenaga kerja dan industri jasa. Site berada di pinggir jalan yang menghubungkan remboken dengan Tondano Kota dan berseberangan dengan danau Tondano, dengan batas Utara dengan tanah kosong, Selatan dengan tanah kosong, Timur dengan Danau Tondano, Barat dengan jalan dan Persawahan
KONSEP PERENCANAAN PASAR SENI DAN KERAJINAN RAKYAT Secara etimologi, pengertian PASAR SENI dan KERAJINAN RAKYAT di Minahasa : a. Pasar: merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli serta ditandai dengan adanya transaksi penjual pembeli secara langsung dan biasanya ada proses tawar-menawar (www.wikipedia.com). b. Seni: merupakan penjelmaan rasa indah yang terkandung dalam hati manusia, yang dilahirkan dengan perantaraan alat-alat komunikasi kedalam bentuk yang dapat ditangkap oleh indera pendengaran (seni musik), penglihatan (seni rupa), atau yang diahirkan dengan perantaraan gerak (seni tari) (Ensiklopedi Umum). c. Kerajinan: adalah hal yang berkaitan dengan buatan tangan. Kerajinan terbuat dari berbagai bahan. Dari kerajinan menghasilkan hiasan maupun barang pakai. Arti yang lain ialah usaha
21
Pasar Seni dan Kerajinan tergolong pasar tradisional, karena disini penjual dan pembeli saling berhadapan langsung sama halnya dengan pasar dagang biasa, hanya saja barang-barang dan kegiatan jual-beli di dalamnya dibatasi pada kesenian dan kerajinan tangan. Berdasarkan studi komparasi yang ada, pasar ini umumnya bermassa banyak. Terciptanya pasar seni dan kerajinan merupakan suatu pemenuhan kebutuhan manusia akan benda-benda seni dan kerajinan. Untuk lebih mendalami pemahaman mengenai objek rancangan, maka dilakukan melalui pemaknaan fungsi, aktivitas, program ruang dan struktur kelembagaan dalam pasar seni dan kerajinan. Fungsi Pasar seni pada umumnya memiliki fungsi yang sama dengan pasar dagang biasa, namun pasar seni memiliki fungsi khusus yang lebih kompleks dari pasar dagang biasa. Fungsi utama pasar seni adalah : a. Pasar seni sebagai tempat berinteraksi atau berkomunikasi antara seniman, pengrajin serta konsumen. b. Pasar seni sebagai area tempat jual beli barang seni dan kerajinan c. Pasar seni sebagai tempat berkarya dan pagelaran kesenian d. Pasar seni sebagai tempat rekreasi Fungsi lainnya adalah : a. Pasar seni sebagai tempat studi atau latihan b. Pasar seni sebagai tempat lapangan pekerjaan c. Pasar seni sebagai sumber pendapatan daerah Aktivitas Pada umumnya kegiatan yang terjadi dalam pasar seni adalah : a. Perdagangan, barang-barang seni dan kerajinan. b. Kegiatan seni, berupa pertunjukkan atau kegiatan kesenian lainnya. c. Mencari informasi, tentang kesenian dan kerajinan. d. Perkantoran, tempat pimpinan dan staff pengelola pasar seni. Berdasarkan pemakainya, aktifitas pasar seni terdiri dari: (i) aktifitas pengelola, (ii) aktifitas pedagang/penyewa kios, (iii) aktifitas seniman dan pengrajin, dan Aktifitas pengunjung. Fasilitas yang dibutuhkan Berdasarkan studi komparasi yang ada, fasilitas dan ruang yang dibutuhkan pada pasar seni umumnya terdiri atas : a. Kios-kios seni dan kerajinan, b. Teater terbuka,
22
c. d. e. f. g.
KONSEP TRANSFORMASI ARSITEKTUR TRADISIONAL MINAHASA Konsep tematik yang digunakan adalah Transformasi Arsitektur Tradisional Minahasa. Transformasi yang dimaksud adalah perubahan bentuk, wujud, sifat, fungsi. Transformasi disini berarti perubahan dengan menghilangkan identitas asalnya atau dapat pula dengan tidak menghilangkan ciri asalnya. Arsitektur: (secara tipologis) aktifitas yang menghasikan objek tertentu, yang disebut objek arsitektural (Budihardjo 1994). Tradisional lekat dengan kebudayaan/tradisi yang masih hidup, tatanan, wawasan, dan tata laku yang berlaku seharihari secara umum dalam suatu kelompok masyarakat. Sedangkan Minahasa: salah satu kabupaten di propinsi Sulawesi Utara, Indonesia dengan Ibu kota kabupaten terletak di Tondano. Jadi, transformasi Arsitektur Tradisional Minahasa adalah perubahan bentuk, wujud, sifat, dan fungsi sebuah objek arsitektural yang lekat dengan kebudayaan/tradisi masyarakat Minahasa (rumah tradisional minahasa). Sesuai dengan teori yang dikemukakan Rapoport dalam Sondakh (2003), yaitu: manusia dan lingkungan saling mengisi satu dengan yang lainnya (saling berinteraksi). Suatu bangunan merupakan tempat kegiatan pemilik untuk menampilkan jati dirinya dalam proses berbudaya. Suatu bangunan/rumah bukan merupakan hasil kekuatan fisik saja, tetapi terkait juga dengan faktor sosial budaya didalamnya. Dengan demikian sesuai dengan pemakai objek rancangan dan lingkungan/lokasi objek yaitu masyarakat, seniman dan pengrajin di Minahasa, maka diperlukan suatu lingkungan fisik yang ditata (Arsitektur) sedemikian rupa sehingga dapat menjadi rumah bagi para pemakainya. Rumah Tradisional Minahasa Orang Minahasa mempercayai bahwa setiap tempat atau tanah dihuni oeleh suatu hakekat yang tidak tampak dan diantaranya adalah roh jahat atau hantu. Adapun penangkal roh jahat dilakukan dengan magis atau mantra (perkataan atau kalimat yang dapat
23
(Paa dalam bahasa Tombulu). Kayu memanjang pada atap rumah dari depan sampai ke belakang disebut Kewu. Di depan rumah terdapat dua tangga kiri dan kanan. Untuk melihat rumah tradisional adat Minahasa ini, dapat ditemukan pada desa-desa di Minahasa yang umumnya sebagian rumah masih berupa rumah panggung tradisional. Akan tetapi kebanyakan telah mengalami perubahan bentuk, sesuai dengan kebutuhan pemiliknya. Tampilan bangunan Tradisional Minahasa Kemiringan atap 450-600, merupakan pengembangan dari bentuk atap limasan dan bentuk atap pelana dengan bahan penutup katu (rumbia) dan seng. Bentuk denah umumnya persegi panjang. Warna: yang mendominasi adalah warna coklat muda dan cokat tua (warna kayu), sehingga tercipta suatu kesan alamiah, anggun dan berwibawa. Organisasi Ruang dalam rumah tradisional Minahasa, sebagai berikut (Gambar 5): (i) Ruang umum (publik): serambi (pores luar); (ii) Semi publik : ruang tamu (pores dalam), ruang makan; (iii) Privat : ruang tidur (bilik); dan (iv) Servis : dapur yang terpisah dengan rumah induk, letaknya bisa di belakang, atau di samping rumah. Interior menonjolkan material kayu sebagai interior rumah. Sistem Penghawaan menggunakan penghawaan alami. Pondasi menggunakan sistem pondasi yang digunakan adalah pondasi dari batu alam yang dietakkan bebas pada permukaan tanah. Bangunan diletakkan begitu saja pada tumpuan batu alam ini, ini analog dengan perletakkan roll. Adajuga bangunan yang diletakkan di atas balok, sehingga tiang-tiang penyangga rumah bertumpu pada balok tersebut, fungsinya sebagai peredam gempa. Balok tiang dan lantai: balok tombol (tiang) diletakkan bebas di atas tumpuan batu atau balok. Menggunakan satu tangga di depan rumah yang dapat diangkat bila tidak dipakai, dan satu lagi terletak dibelakang rumah. Bentuk atap, segitiga dengan sudut kemiringan 450-600, agar atap tidak gampang rusak akibat hujan. Memiliki tambahan berupa tirisan, sehingga atap tampak seperti atap joglo. Orientasi rumah dari selatan ke utara karena kepercayaan akan adanya angin jaha (angin barat) dan angin baik (angin Selatan). Transformasi atau transformation (dalam bahasa inggris) yang berarti perubahan bentuk. Teori transformasi dalam arsitektur antara lain dipaparkan oleh Antoniades dalam bukunya Poetics of Architecture, Josef Prijotomo dalam diktatnya tentang tipologi geometri, dan D.K. Ching dalam bukunya Architecture: Form, Space and Order. Sedangkan menurut Josef Prijotomo dalam diktatnya tentang tipologi geometri mengemukakan
Gambar 3. Sketsa Tondano di abad 18 (sumber: Wenas 2007) d. Sirkulasi menerus dari pintu depan sampai pintu belakang, yang letaknya di tengah rumah. e. Di atas kamar ada Loteng, tempat menyimpan hasil pertanian atau menjemur pakaian. f. Bangunan dapur disebut Raramporan dibuat menyambung di belakang rumah induk, untuk pengamanan bahaya kebakaran dari dapur. Dalam catatan Wenas (2007), disebutkan bahwa fondasi rumah terbagi atas dua, yaitu rumah yang tiang-tiangnya diletakkan di atas batu di sebut Wale Meiwangin, dan rumah yang tiang-tiangnya diletakkan di atas balok datar disebut Wale Meitotol (Gambar 4). Seluruh bangunan rumah menyatu dengan tiang rumah dan tahan terhadap gempa bumi. Pada gempa bumi yang sangat keras, banyak dari rumah model ini hanya berpindah tempat tetapi tidak roboh. Ruangan dibawah atap rumah disebut Loteng Soldor
24
bahwa pengubahan adalah ikhwal membuat sebuah benda asal berubah menjadi benda jadian yang memperlihatkan adanya serangkaian perbedaan dari benda asalnya. Pengubahan ini ada dua macam yaitu pengubahan yang menjadikan benda jadian sudah tidak menunjukkan kesamaan dengan benda asalnya, dan yang kedua adalah benda jadian berbeda dari benda asalnya tetapi masih menunjukkan adanya petunjuk - petunjuk akan benda asalnya. Merujuk pada teori transformasi di atas maka dapat disimpulkan bentuk - bentuk seperti apa saja yang tergolong pada kategori transformasi yang pertama atau yang kedua (Timbuleng 2008).
PERENCANAAN PASAR SENI DAN KERAJINAN RAKYAT DI MINAHASA Sesuai dengan tema, konsep bangunan Pasar Seni dan Kerajinan Rakyat di Minahasa mengacu pada hubungan antara bangunan dan manusia serta lingkungan sekitar dimana objek itu berada, yang mengacu pada pentransformasian arsitektur tradisional Minahasa. Pada objek rancangan, konsep tematik relevan diaplikasikan pada bentuk dari bangunan, serta pada penciptaan ruang (Penzoningan).
Gambar 4. Sketsa rumah & nama bagian-bagian rumah tradisional Minahasa (sumber: Wenas 2007)
D.K. Ching (1991) memaparkan bahwa perubahan bentuk (transformasi) dapat terjadi melalui variasi-variasi yang timbul, sebagai berikut: (i) Perubahan- perubahan dimensi, di mana suatu bentuk dapat dirubah dengan merubah satu atau lebih dimensi - dimensinya dan tetap memiliki identitas asalnya; (ii) Perubahan-perubahan akibat pengurangan, di mana suatu bentuk dapat dirubah dengan mengurangi sebagian dari volumenya. Tergantung dari besarnya proses pengurangan yang terjadi, suatu bentuk mampu mempertahankan identitas asalnya atau dirubah menjadi suatu bentuk dari jenis yang sama sekali lain; (iii)Perubahan-perubahan akibat penambahan, di mana suatu bentuk dapat dirubah dengan menambah unsurunsur tertentu kepada volumenya. Sifat proses penambahan akan menentukan apakah identitas bentuk asal dapat dipertahankan atau berubah. Dari uraian tersebut di atas, dapat dicermati dan disimpulkan bahwa sebuah bentukan bisa ditransformasikan menjadi olahan bentuk baru yang masih menunjukkan identitas asalnya atau sama sekali berbeda. Hal itu tergantung pada seberapa
Adapun transformasi yang dipakai adalah transformasi tradisional oleh Antoniades. Menurut Antoniades (1990) bahwa transformasi adalah proses perubahan bentuk dimana sebuah bentuk dapat mencapai tingkatan tertinggi dengan jalan menanggapi banyaknya pengaruh - pengaruh eksternal dan internal. Ada 3 strategi utama dalam transformasi menurut Antoniades yaitu: a. Strategi tradisional: evolusi progresif dari sebuah bentuk melalui penyesuaian langkah demi langkah terhadap batasan - batasan eksternal: site, view, orientasi, arah angin, kriteria lingkungan. Batasan internal : fungsi, program ruang, kriteria struktural. Batasan artistik : kemampuan, kemauan dan sikap arsitek untuk memanipulasi bentuk, berdampingan dengan sikap terhadap dan kriteria pragmatis lainnya. b. Strategi perancangan ini bisa saja menciptakan bentuk jadian yang jauh berbeda dari bentuk asalnya tapi bisa juga tetap menunjukkan identitas bentuk asalnya, semuanya tergantung pada seberapa banyak dan besar perubahan yang terjadi.
25
d.
De-konstruksi atau De-komposisi; sebuah proses dimana sebuah susunan yang ada dipisahkan untuk dicari cara baru dan tatanan baru dengan strategi struktural dan komposisi yang berbeda. Strategi transformasi ini menciptakan bentuk jadian yang berbeda dari bentuk asalnya, karena pada dasarnya strategi ini merupakan proses yang mengubah susunan yang ada dengan cara memisahkannya kemudian disusun dengan tatanan atau komposisi yang berbeda.Transformasi ini dianggap sesuai untuk diterapkan pada objek perancangan karena perubahan bentuk yang terjadi tidak menghilangkan ciri bangunan asalnya, melainkan mengadakan penyesuaian terhadap batasan eksternal, dan internal objek rancangan. Adapun aplikasi tema terhadap objek rancangan dirangkum dalam Tabel 1.
Atap
26
KONSEP RANCANGAN Konsep Entrance, Sirkulasi dan Parkir Konsep Entrance ke dalam tapak dibagi dalam 2 jenis yaitu: entrance kendaraan dan entrance khusus pejalan kaki (Gambar 6). Untuk entrance pejalan kaki ditandai dengan adanya plasa yang berbentuk bundar. Untuk jalur kendaraan terbagi atas kendaraan pengunjung, kendaraan servis dan kendaraan pengelola. Konsep Sirkulasi pada tapak yaitu dengan konsep Possession Movement yaitu adanya Pedestrian
Way, trotoar, pavement yang diperuntukkan bagi pejalan kaki sedang jalan aspal untuk kendaraan. Pembedaan sirkulasi bertujuan untuk menciptakan kenyamanan bagi pejalan kaki maupun bagi yang berkendara. Fasilitas parkir menggunakan parkir 45. Fasilitas parkir terbagi 2 yaitu parkir khusus pengunjung dan parkir area loading deck . Fasilitas
Konsep Ruang Luar Konsep ruang luar, yaitu: adanya ruang terbuka didalam area pasar Seni (Gambar 7). Tujuan adanya ruang terbuka ini sebagai tempat peresapan air, juga untuk tempat bagi pengunjung untuk beristirahat melepas lelah sejenak sebelum melanjutkan kegiatan berbelanja. Konsep ruang terbuka yang lainnya yaitu
27
jenis-jenis barang yang didagangkan, selain itu penempatan berdasarkan pengaruhnya dengan sinar matahari, view dan jenis aktifitas di dalamnya. Selain itu perletakan fasilitas di dalam site di ambil dari organisasi ruang yang terdapat pada rumah tradisional minahasa. Bentuk dasar dan orientasi bangunan disesuaikan dengan keadaan klimatologi yang ada pada tapak. Bentuk geometri bangunan juga
berdasarkan tingkat (Gambar 8 & Gambar 9). kebutuhan masyarakat akan suatu barang, hubungan antara los-los dagang, kios-kios, jenis aktivitas dan
disesuaikan dengan tipologi pasar yang kaku dan monumental, dan di tunjang dengan acuan bentuk rumah tradisional Minahasa sebagai tema
28
perancangan. Penyinaran matahari dan aliran angin adalah faktor utama dalam proses terjadinya bentuk. Bentuk persegi panjang yang memperlihatkan orientasi bangunan adalah manifestasi dari arah bukaan yang memanfaatkan aliran angin dominan yaitu angin barat dan selatan sebagai hal mutlak untuk sirkulasi udara dalam bangunan. KONSEP STRUKTUR Sistem struktur dan konstruksi yang digunakan pada bangunan didasarkan pada fungsi dan aktivitas yang diwadahi objek serta kondisi lingkungan dan tapak. Pada dasarnya sistem struktur yang digunakan dianggap memenuhi syarat fungsional, struktural dan estetis (Gambar 10). Perencanaan struktur terdiri dari :
Gambar 9. Tampak Barat Struktur Bawah (Low Structure) Struktur bawah disesuaikan dengan keadaan geologi tapak yang kondisinya merupakan tanah berbatu. Pondasi yang dianggap sesuai dan memenuhi kriteria adalah pondasi telapak. Struktur Atas (Upper Structure) Secara keseluruhan objek menggunakan sistem rangka kaku. Sedangkan modul struktur yang diambil adalah 8 x 8 m, hal ini dipertimbangkan dari keefektifan dan fleksibilitas fungsi ruang yang beraneka ragam ukurannya. Selain itu diperlukan modul yang dapat menghemat pemakaian bahan, agar bahan tidak banyak terbuang. Untuk atap bangunan, Sistem Penghawaan Ruangan: Sistem penghawaan alami (passive cooling). Sesuai dengan tema maka sebagian besar bangunan di pasar seni dan kerajinan ini menggunakan sistem penghawaan alami. Sistem penghawaan alami ditempuh dengan sistem cross ventilation. Sistem cross ventilation merupakan strategi passive cooling dengan memanfaatkan bukaan pada dinding dan atap bangunan dengan memakai jendela dan ventilasi. Berdasarkan teori-teori modifikasi aliran udara, maka strategi ini dapat diterapkan pada objek dengan memberikan pengaruh kerusakan yang seminimal mungkin pada objek. Khusus pada los ikan direncanakan open-space yang lebih besar dan lebar
29
penyaringan ini, agar kandungan zat berbahaya dalam air buangan dapat dikurangi sebelum dikembalikan ke alam agar tidak merusak lingkungan Kotoran padat yang berasal dari kloset disalurkan melalui pipa ke septictank dan mengalami proses pembusukan di sana dan selanjutnya air disalurkan ke bak peresapan. Sistem Pencegahan Bahaya Kebakaran: Untuk alat deteksi digunakan deteksi asap (smoke detector) sedangkan alat pemadam aktif yang dipakai adalah APAR. Penggunaan hidran bangunan (kotak yang berisi selang dengan panjang 25m) yang diletakkan pada area 800 m2/unit pada tempat yang relatif aman dan mudah terjangkau, hidran halaman agar mudah dijangkau oleh mobil pemadam kebakaran. KESIMPULAN Perancangan pasar seni dan kerajinan rakyat di Minahasa merupakan objek rancangan yang dipilih, karena keinginan penulis untuk mengenal lebih jauh tentang seni dan kerajinan rakayat di Minahasa serta
Pondasi Telapak
Gambar 11. Tampak Potongan Selatan Bangunan terbuka dan tertutup yang disediakan dalam tapak, kemudian dialirkan ke riol kota. Sebagian air buangan dikembalikan ke dalam tapak dengan menggunakan sumur resapan untuk menjaga kondisi debit air tanah yang tertampung di dalam tapak Air kotor yang berasal dari los-los basah, dan kios kios makanan disalurkan melalui pipa dan di olah di dalam IPAL sederhana sebelum dibuang ke riol kota. Tujuan kebudayaan rakyat Minahasa sendiri. Disadari bahwa belum adanya suatu wadah pasar seni dan kerajinan di Minahasa sangat di sayangkan. Hal ini dikarenakan banyaknya orang Minahasa yang kurang memahami kebudayaannya sendiri, padahal kebudayaan Minahasa sendiri sangat menarik untuk ditonton dan untuk diperdagangkan sehingga tidak hanya dapat meningkatkan devisa kabupaten semata, namun juga
30
mengangkat kesejahteraan penduduk dan kebudayaan Minahasa sendiri. Merancang suatu pasar seni dan kerajinan rakayat di Minahasa ternyata tidaklah semudah yang penulis pikirkan. Begitu banyak aspek yang harus dipikirkan dan dipertimbangkan. Hal ini berkaitan dengan tema yang diusung, yaitu Transformasi Arsitektur Tradisiona Minahasa. Mentransformasikan arsitekur Tradisional Minahasa ke dalam suatu Pasar seni dan kerajinan di Minahasa tidak hanya bagaimana menerapkan secara visual saja, namun juga nuansa keminahasaannya harus dapat di rasakan oleh pengunjung dan penikmat objek rancangan sendiri. Dengan beberapa strategi perancangan yang ditempuh akhirnya tercipta sebuah objek yang berfungsi sebagai tempat untuk berbelanja, berinteraksi dan tempat untuk rekreasi serta pendidikan. Pendekatan perancangan pada objek ini ditempuh dengan pendekatan perancangan yang bersifat empiris sehingga hasil keluaran rancangan didasari pada kajian perhitungan teoritis yang sifatnya pasti. Keberadaan objek rancangan, diharapakan mampu untuk menampung kegiatan seni dan perdagangan barang seni dan kerajinan di Minahasa serta mengangkat kembali Arsitektur Tradisional Minahasa agar keberadaannya tidak di kesampingkan.