You are on page 1of 4

SENJA YANG DATANG KEMBALI

*Dede kankan Perempuan itu berjalan sambil menghentak-hentakan langkahnya, beribu tanya tergambar dari raut wajahnya yang mulai terlihat pucat dan dari tanda yang di buat oleh rambut-rambutnya yang kusut. Napasnya mengeluarkan hembusan panas yang menyirat kan rasa marahnya. Kemurungan ini tampak membuahkan pertanyaan besar bagi teman-temannya yang selalu bermain bersamanya, karena keceriannya selama ini dan senyum manisnya yang selalu tersiput lewat lesung pipinya yang mulus. Sore itu lngit mendung bagai menjelmakan perasaan yang sedang meliputi hati perempuan itu, ledakan petir yang menggema di puncak gunung bagaikan teriakannya, riuh gemuruh angin memporakporandakan sayu kehidupannya selama ini, hingga kemudian air hujan pun menetes di pundaknya, alam bagaikan mewakili mata perempuan itu untuk menangis, ataukah mungkin alam adalah jelmaan dirinya yang sejati , dan mungkinkah karena saking sayangnya alam kepadanya sehingga setiap perasaan yang sedang menimpanya akan terasa oleh alam ini sehingga alam ini menangis ketika perempuan itu bersedih. hey Len,,,,,,,,,,,, sapa Ijah yang merasa aneh melihat temannya itu. Ayo pulang, jangan berdiri tegap saja, apa lagi hujan mulai besar. Lanjutnya, namun tidak sepatah kata pun yang Ijah dapat dari Leni, Leni hanya menengadah kelangit luas, seakan sengaja mengundang hujan itu turun. Kamu lihat apa sih,,,??? Sambung Ijah sambil mencoba memalingkan perhatian Leni agar mendengarkan apa yang dia katakan. Tak biasanya kamu bersikap acuh seperti ini, biasanya kamu selalu riang, penuh senyum. Apa yang terjadi dengan kamu Len ? ayo kita berteduh, entar kamu cerikana semuanya padaku, semoga saja aku bisa membantu mu. Namun percuma usaha yang dilakukan oleh Ijah, Leni tetap saja tidak menggubris perkataan Ijah. Ya sudahlah, aku pulang duluan saja, sampai ketemu besok....! Mengapa ini semua terjadi padaku ???? Mengapa semua terjadi pada pertengahan ???? Mengapa aku harus bertemu dengan dirinya !!! **** Pelajaran hampir mau dimulai, namun Leni belum menunjukan batang hidungnya di kelas, padahal biasanya pelajaran matimatika menjadi pelajaran kesukaanya. Kemana Leni,,,,, Jah ? Aku enggak tau,,,,, And. Tak ada sms, atau surat ? Enggak, biasanya kalau dia tidak masuk, pagi-pagi sekali sudah ngirim sms, tapi kali ini tidak, mungkin dia lagi di jalan. Sudah kamu sms ? iya biasanya dia tidak pernah seperti ini. Memang aku merasa ada yang aneh dengan dia dari kemarin. Ijah, Andi....... stop ngobrolnya, atau kalian mau ibu keluarkan ! Potong guru matematika yang sedang menerangkan di depan. Entar aku ceritain kalu sudah beres jam belajar. Lanjut Ijah sembari berbisik, bagaikan angin lembut yang mengelus gendang telinga Andi. Sekarang suasana di kelas menjadi hening, bagaikan tertelan mulut raja kegelapan yang menakutkan, tampak tak ada selembar suarapun yang berkelibat dalam ruangan itu, hanya keindahan sunyi yang menyelimuti keadaan.

Leni terdiam lusuh menghadap kekosongan yang terhampar luas, tubuh kekarnya berdiri tegap berlindung dari sergapan sinar matahari, pandangannya kosong. Seragam sekolah mewarnai tubuhnya dan tak lupa tas gendong kesukaannya mendampinginya dalam lamunan. Dalam pikirannya hanya tersirat smoga agar Dewi Ori yang dia kenal dalam buku-buku yang suka dia baca akan menghampirinya dan membawanya kealam yang penuh kedamaian, yang dimana hanya ada cinta dan perdamaian, tidak aa penindasa, kekerasan, maupun penghianatan. Kehangatan senyum alam seakan tidak dipedulikannya, riuh gemuruh burung yang selalu menjadi inspirasinya sekarang tidak menggugah jiwanya. Aku ingin pergi...... teriak Leni mengetarkan ombak-ombak yang berlombaan untuk menabrak karang. Aku benci semuanya, Wahai kegelapan, bawalah aku menuju duniamu, lahaplah kehidupanku, bawa aku menuju dunia dewa-dewi, bawa aku kedunia antah berata, di dunia ini, apakah hidup ? apakah cinta ? apakah pengorbanan ?. Dewi Ori, Dewi Mirna, Dewa Utukki, kepakanlah sayap-sayap kalian yang suci itu, porak porandakan semua hati yang berjiwa di dunia ini, lemparkanlah diriku menuju duniamu, Dewa Utukki datangkanlah singa kesayanganmu kepadaku. Eh Jah, tadi kamu bilang mau cerita.! Umpan Andi seketika jam pelajaran matematika selesai, selama pelajaran berjalan Andi merasa penasaran dengan cerita Ijah, sehingga selama belajar dia tidak pokus, pikirannya mengmbang bagai kapas yang tertiup angin. Cepet ceritakan, sebelum jam pelajaran kedua mulai ! Sambungnya menekan Jadi begini, kemaren pas aku selesai les. Aku melihat Leni berlari-lari. Gitu aja, ku pikir ada apa. Jangan dulu potong ceritaku, kemaren sore itu dia berlari dengan memasang muka pucat, asem, kuyu, ntah apa lagi dah yang tergambar dari raut wajahnya. Dia berlari ketengah taman sambil menengadahkan matanya kelangit luas, seakan dia memprotes waktu, ataupun memprotes tuhan. Ketika aku ajak dia pulang karena hujan mulai turun, dia tidak menggubris ajakan ku, ya aku pulang duluan saja, dan meninggalkan dia tetap berdiri kehujanan, kayak orang bodahkan ? Oh begitu, sebelum kamu pulang, sempatkah kamu bertanya ada apa, gitu ? Ya sempat lah, tapi dia seperti tidak mengganggap aku berada di sampingnya waktu itu. wah benar-benar ada yang aneh dengan dirinya, ya udah entar sepulang sekolah kita langsung kerumahnya, aku khawatir benget ni. Beuhhhhhh,,,,,,, jangan lebay gitu dah, gak zaman kalieeee..... ijah mengakhiri perbincangannya sambil beranjak menuju pintu. Oh iya,,,,,,,,,, entar jadi ! Cahaya samar-samar kebiruan yang muncul dari tengah laut seakan mendatanginya, cahaya itu semakin mendekat dan sampai tepat berada hanya berjarak beberapa meter dari hadapan Leni, tak lama kemudian dari cahaya itu tampaklah seorang wanita cantik dengan menggunakan gaun hijau, bersayap putih mulus layaknya seorang malaikat, atau dewi yang turun dari kayangan, negeri antah brata. Inikah dewi yang akan menjemputku ? dewi apakah ini ? benarkah semua cerita dari novel-novel yang selalu kubaca ? jadi benar keberadaan para dewi ini? Namun mengapa kebanyakan orang tidak mempercayainya? Ya

sudahlah, tak usah ku pertanyakan lagi, sudah jelas ini semua, semuanya nyata, aku tidak sedang bermimpi. Tanya-tanyanya dalam hati seketika kaget melihat semua ini. Sudahlah jangan bimbang seperti itu Len !!!! Aku datang untuk menjemputmu, aku dewi utukki, mari kita berangkat ! Hahhhhh, kok diya tahu namaku, namun mengapa dia datang dari tengah laut, tidak dari kayangan ? dalam buku yang kubaca Dewi utukki setiap kali pergi pasti selalu didampingi singa kesayangannya, kok ini tidak ? seharusnya dia datang dari kayangan, bukan dari tengah laut seperti ini. Gerutunya sudah pasti aku tahu namamu, ayo jangan gundah seperti itu, bukannya kamu yang memanggilku ? sekarang aku sudah datang, mari kita pergi. Leni mulai berkonsentrasi mencoba menenangkan pikiran, karena dari buku yang dia baca bahwa untuk menghadapi sesuatu yang dianggap dilluar akal sehat manusia, harus menggunakan ketenangan jiwa, seakan agar bisa berbincang-bincang menggunakan batin, sampai akhirnya leni menemukan titik ketenangan jiwanya, dan mulai lah pertanyaan-pertanyaan rasionalis mengucur dari batinnya. mengapa kau tahu namaku ? Aku baca dari tanda pengenal yang ada di atas saku bajumu itu.! Hah,,,,,, kamu bisa baca ? Di negeriku juga terdapat sekolah, sehingga aku bisa membaca. Negeri apa tempat kamu berasal ? Negeri bawah sadar, yang selalu berdampingan dengan negerimu. berarti sekarang aku sedang berada di pintu antara negeri nyata dan negeri bawah alam sadar ? Iya,,,,, itu sudah takdirmu, semua telah tergariskan di kayangan. Melihat kelembutan cara dewi itu berkata, mengingatkan Leni kepada ibunya yang selalu memberikan semanagt setiap waktu, kekuatan rindunya kepada sang ibu membuat segersat cahaya yang mengegerkan dewi utukki, dewi utukki mencoba merangkul tubuh Leni dan segera membawanya pergi menuju dunia bawah sadar, namun kekauatan cinta Leni kepada ibunya membuahkan sebuah prisai kokoh sehingga Dewi utukki tidak bisa menyentuhnya. Len.....Len,,,,,,,, rentetan panggilan yang megelus gendang telinga Leni yang di bawa ayahdu angin pantai. Suara itu, siapa itu ? Ini ibu nak.... Suara itu semakin jelas menusuk gendang telinga Leni Cepat pulang nak..... jangan kau biarkan dirimu terbawa nafsu, ibu menyayangimu,,,,,,,,, Sial kontak batin yang sangat kuat ini,,,,,,,, aku tidak bisa menembus kesadarannya, namun aku belum kalah,,,,, Dewi utukki terus mencoba melawaan prisai yang melindungi Leni, prisai yang terwujud karena kekuatan cinta seorang ibu terhadap anaknya. Pusatkan kesadaranmu pada titik tertinggi Len,,,,,,,, lawan dia,,,,,,, kamu pasti bisa..... suara itu semakin jelas memberikan petunjuk kepada Leni, Leni menuruti perkataan itu sampai akhirnya prisai yang melindunginya tambah besar dan mampu melempar dewi utukki kealam bebas. Bagaimana Bu ? tanya Andi seketika Ibu Leni kembali dari kamarnya. Kalian tenang saja, sekarang Leni baik-baik saja, entar juga dia balik sendiri. Untung kalian segera datang kesini, kalu tidak ibu tak tau apa yang akan terjadi pada Leni, mungkin kalian tidak akan pernah ketemu lagi sama dia. Memangnya apa yang terjadi bu ? Sambar Ijah yang merasa aneh.

Besok saja kalian tanyakan kepada Leni langsung apa yang terjadi, biar jelas semua permasalahannya. Imbuh ibu dengan singkat sambil menyuruh mereka agar segera pulang, sebelum orang tua mereka mencemaskan mereka.

Akankah keesokan harinya Leni bersedia menceritakan semua hal yang dialaminya selama ini kepada teman-temannya itu ? Akankah Dewi utukki begitu saja mengalah ? semua jawabannya akan anda peroleh pada episode selanjutnya. *Karangan ini hanyalah cerita Fiksi belaka, yang dibuat hanya sematamata untuk memenuhi persyaratan masuk ukm arena, dan hanya sebagai hiburan saja untuk para pembaca.

You might also like