You are on page 1of 77

BAB. I.

PENDAHULUAN

A. Penegasan Judul Untuk menghindari kesalahan didalam memahami judul Skripsi ini yang berbunyi: Hubungan Kedisiplinan Guru Dengan Motivasi Belajar Siswa Kelas VII Di MTs. NU Krui Lampung Barat Tahun Pelajaran 2008-2009. Maka penulis perlu memberikan penegasan judul dengan istilah sebagai berikut: 1. Hubungan Hugungan adalah suatu substitusi satu konsisten dengan konsisten lainnya, jaringan sosial yang terwujud karena interaksi seseorang yang

berkedudukan sosial tinggi dengan orang orang yang berkedudukan sosial lebih rendah, dalam hal ini pihak pertama memberi jasa kepada pihak kedua.1 2. Disiplin. Disiplin adalah suatu perbuatan yang mentaati, mematuhi dan tertib akan aturan, norma dan kaidah kaidah yang berlaku baik di masyarakat maupun di tempat kerja.2 3. Guru. Orang yang pekerjaannya (mata pencariannya, profesinya) mengajar.3
1 2

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka: 2000).hal-409 A. Tabrani dkk. Upaya Meningkatkan Budaya Kinerja Guru Sekolah Dasar, (Inti Media Cipta Nusantara, Indrawan. WS, Kamus Ilmiah Populer. (Jombang: Lintas Media: 1999)hal-

2000).hal-54
3

4. Motivasi Motivasi menunjukan kepada seluruh proses gerakan, termasuk situasi yang mendorong, dorongan yang timbul dalam diri individu tingkah laku yang ditimbulkan oleh situasi tersebut dan tujuan atau akhir dari pada gerakan atau perbuatan tingkah laku.4 5. MTs. Nahdlatul Ulama (NU) Krui Lampung Barat Sebuah lembaga pendidikan dibawah Yayasan Al-Maarif Kabupaten Lampung Barat. Berdasarkan pada beberapa uraian di atas maka judul proposal ini mempunyai pengertian yang operasional sebagaiberikut: Suatu penelitian yang berusaha untuk menelaah tugas tugas yang harus dilaksanakan oleh para pendidik dalam hal ini guru dalam memberikan bimbingan dan pendidikan terhadap anak didik, membentuk dan membangun kepribadian anak didik menjadi seorang yang berguna bagi agama, nusa, dan bangsa.

B. Alasan Memilih Judul Adapun penulis memilih judul proposal ini dengan alasan sebagai berikut: 1. Madrasah Tsanawiyah Nahdlatul Ulama (MTs. NU) kecamatan

Pesisir Tengah dengan tenaga pendidik yang profesional namun, usahanya belum maksimal sehingga masih adanya siswa yang kurang bermotivasi terhadap keinginan belalajarnya.

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka: 2000).hal-377

2. Penulis ingin mengetahui usaha yang dilakukan oleh para pendidik dalam memberikan motivasi anak didik dalam proses pembelajaran. C. Latar Belakang Masalah. Guru merupakan model atau teladan bagi para peserta didik dan semua orang yang menganggap dia sebagai guru. Terhadap kecendrungan yang besar untuk menganggap bahwa peran ini tidak mudah untuk di tentang, apabila di tolak. Keprihatinan, kerendahan, kemalasan dan rasa takut, secara terpisah atupun bersama sama, bisa menyebabkan seseorang berfikir atau berkata, jika saya harus menjadi teladan atau dipertimbangkan untuk menjadi model, maka pembelajaran bukanlah pekerjaan yang tepat bagi saya. Saya tidak cukup baik untuk diteladani, disamping saya sendiri ingin bebas untuk menjadi diri sendiri dan untuk selamanya tidak ingin teladan bagi orang lain. Jika peserta didik harus memiliki model, biarkanlah mereka menemukannya dimanapun. Alasan tersebut tidak dapat di mengerti, mungkin dalam hal tertentu dapat di terima tetapi mengabaikan atau menolak aspek pundamental dari sifat pembelajaran. Menjadi teladan adalah merupakan sifat dasar kegiatan pembelajaran, dan etika seorang guru tidak mau menerima ataupun menggunakan secara konstrutif maka telah mengurangi keefektifan

pembelajaran. Peran dan fungsi ini patut di pahami, dan tak perlu menjadi beban yang memberatkan, sehingga dengan keterampilan dan kerendahan hati akan memperkaya arti pembelajaran. Sebagai teladan, tentu saja pribadi dan apa yang dilakukan guru akan mendapat sorotan peserta didik dan orang sekitar lingkunagnnya yang

menganggap atau mengakum sebagai guru. Sehubungan itu, beberapa dibawah ini perlu mendapat perhatian dan bila perlu didiskusikan para guru 5 Pendidikan pada dasarnya merupakan usaha yang dilakukan manusia untuk mengembangkan prilaku anak yang dapat menghasilkan sikap disiplin baik pada saat belajar di sekolah maupun di rumah. Dalam kegiatan Belajar Mengajar (KBM), guru bersikap sebagai pembimbing, terutama pada saat pemberian materi di kelas dengan tujuan dapat memberikan perubahan perilaku bagi siswa terutama dalam hal disiplin belajar. Dalam hal sebagai pembimbing guru harus menghidupkan dan memotivasi agar terjadi interaksi yang kondusif. Untuk menciptakan situasi yang kondusif, maka

membutuhkan disiplin dan kedisiplinan tersebut bukan hanya pada siswa tetapi pada juga pada guru yang merupakan teladan bagi muridnya. Memahami hal diatas, maka diperlukan seseorang guru atau pendidik yang dapat menjadi suritauladan dan pembimbing bagi murid muridnya sehingga menjadi murid yang beriman, bertaqwa, berakhlak mulia, sehat dan cakap. Hal ini penting, terutama ketika dikaitkan dengan Undang undang Republik Indonesia No 20 tahun 2003 tentang Pendidikan Nasional (UndangUndang Sisdiknas), yang mengemukakan bahwa: pendidikan nasional bertujuan mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang

5 Mulyasa, Menjadi Guru Profesional: Menciptakan Pembelajaran yang kreatif dan menyenagkan, (Bandung: Remaja) Hal-45-47

demokratis serta bertanggung jawab dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa6. Peranan pendidikan islam dikalangan umat islam merupakan salah satu bentuk manifestasi dari cita cita hidup islam untuk melestarikan, mengalihkan dan menanamkan serta mentransformasikan nilai nilai islam tersebut kepada pribadi generasi penerusnya sebagai nilai nilai culturalrelegius yang di cita-citakan dapat tetap berfungsi dan berkembang dalam masyarakat dari waktu ke waktu. Dalam hal ini, maka kedayagunaan pendidikan sebagai alat pembudayaan sangat bergantung kepada pemegang alat tersebut yaitu para pendidik. Dengan demikian, maka para proses pendidikan sehingga mereka di tuntut persyaratan tertentu, baik teoritis maupun praktis dalam pelaksanaan tugas tugasnya7 Selain guru, hal yang menentukan keberhasilan proses belajar mengajar adalah siswa. Dalam kegiatan belajar mengajar, setiap siswa mempunya tingkatan motivasi yang berbeda beda. Motivasi merupakan hal yang penting dalam pencapaian suatu tujuan pendidikan serta mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap kegiatan belajar siswa, Sardiman A.M mengatakan bahwa dalam kegiatan belajar mengajar, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak dalam diri siswa yang menimbulkan

Nur Ubhiyati, Hj, Dra. Ilmu Pendidikan Islam. Pustaka Setia. Bandung. 1997.cet I Nur Ubhiyati, Hj, Dra. Ilmu Pendidikan Islam. Pustaka Setia. Bandung. 1997. hal-75

kegiatan belajar dan yang meberikan arah pada kegiatan belajar sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek tersebut dapat tercapai. Dari pengertian diatas tersirat bahwa motivasi mengarahkan kepada tujuan yang di kehendaki oleh seseorang. Dengan motivasi ini, maka akan mengarahkan kepada terlaksananyaaktivitas belajar seseorang dengan baik dan memuaskan. Tanpa adanya motivasi yang kuat maka suatu aktifitas belajar seseorang akan melemah. Dari fenomena tersebut, muncul beberapa permasalahan menarik untuk di teliti, yaitu: Bagaimana sebenarnya kedisiplinan guru MTs.NU Krui Lampung Barat? Bagaimana motivasi siswa MTs. NU Krui Lampung Barat? Serta bagaimana hubungan kedisiplinan guru MTs. NU Krui Lampung Barat dengan motivasi belajar siswa Kelas VII MTs. Nu Krui Lampung Barat? Bertitik tolak dari latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian yang berjudul Hubungan Kedisiplinan Guru Dengan Motivasi Belajar Siswa Kelas VII Di MTs. NU Krui Lampung Barat Tahun Pelajaran 2008-2009. Lampung Barat). (Studi Kasus di MTs. NU Krui

D. Rumusan Masalah Masalah merupakan suatu kesenjangan yang terjadi di lokasi penelitian yang perlu dipecahkan, sebagaimana di jelaskan oleh S.Margono bahwa Masalah kesenjangan antara suatu yang seharusnya ada (das solen) dengan kenyataan yang ada (das solen)8.
8

S.Margono. Metodologi Penelitian Pendidikan. Rineke Cipta Jakarta hal-54

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut diatas merumuskan masalah yang di teliti sebagai berikut: a. b.

maka penulis

Bagaimana kedisiplinan guru di MTs. Nu Krui Lampung Barat ? Bagaimana motivasi belajar siswa kelas VII di MTs NU Krui Lampung Barat?

c.

Apakah terdapat hubungan antara kedisiplinan guru dengan motivasi belajar siswa MTs. NU Krui Lampung Barat?

E.

Hipotesis Sebelum penulis merumuskan hipotesis berdasarkan rumusan masalah dalam penelitian ini. Terlebih dahulu penulis akan mengemukakan pengertian hipotesis. Hipotesis merupakan dugaan atau estimasi terhadap kondisi lapangan yang dijadikan terhadap rumusan masalah. Menurut Winarno Surachmad: Hipotesis adalah suatu yang masih kurang (hypo) dari sebuah kesimpulan pendapat (thesis) atau dengan kata lain Hipotesis adalah auatu kesimpulan yang belum final masih harus di buktikan kebenarannya. Untuk mengajukan Hipotesa yang berupa teori perlu adanya landasan hipotesa yang berupa teori agar dugaan yang diajukan itu dapat diterima secara logis sebelum di buktikan dalam penelitian lapangan. Dalam hal ini, dalam kegiatan belajar mengajar, apabila ada seseorang siswa, misalnya tidak berbuat sesuatu yang seharusnya dikerjakan, maka perlu

diselidiki sebab-sebabnya sebab sebab itu biasanya bermacam macam, mungkin ia tidak senang, mungkin ia sakit, lapar, ada problem pribadi dan lain lain. Hal ini berarti pada diri anak tidak terjadi energi, tidak terangsang afeksinya untuk melakukan sesuatu, karena tidak mempunyai tujuan atau kebutuhan belajar. Keadaan semacam ini. Dengan demikian penulis mengajukan hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut: Hubungan Kedisiplinan Guru Dengan Motivasi Belajar Siswa Kelas VII Di MTs. NU Krui Lampung Barat Tahun Pelajaran 2008-2009 sebabkan oleh : 1. Masih minimnya kemauan siswa dalam melakukan pekerjaan yang seharusnya dilakukannya, yakni belajar. 2. Belum optimalnya usaha para pendidik dalam memberikan di

motivasi/dorongan belajar bagi para anak didiknya.

F.

Tujuan dan Kegunaan Penelitian a. Tujuan Penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui bagaimana kedisiplinan guru MTs. Nu Krui Lampung Barat 2. Untuk mengetahui sejauh mana motivasi belajar siswa MTs. Nu Krui Lampung Barat 3. Untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara kedisiplinan guru MTs. Nu Krui Lampung Barat dengan motivasi belajar siswa

b.

Kegunaan Penelitian Bagi guru, penelitian ini agar bisa menjadi motivasi dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik, dan juga agar dapat

meningkatkan kedisiplinan diri dalam mengajar untuk memajukan sekolah dan juga agar lebih memotivasi anak didik dalam mengikuti pelajaran dengan baik. Bagi penulis sendiri penelitian ini diharapkan dapat menjadi konsentrasi lebih lanjut sehingga dapat mengetahui permasalahan yang di hadapui dan dapat di cari solusinya. G. Metode yang di pakai 1. Sifat Penelitian Karena penelitian ini tergolong sebagai penelitian

deskriftif. Metode ini bertujuan membuat kecendrungan secara sistematis faktual dan akurat mengenai fakta fakta dari suatu populasi. Disamping itu ditunjang pula dengan studi kepustakaan untuk memperoleh ketajaman pandangan dalam menganalisa masalah yang sedang di selidiki. Hal ini sesuai dengan rumusan masalah swebuah penelitian biasa di sebut penelitian deskriftif. Metode ini dimaksud agar dapat memberikan gambarabn mengenai sikap siswa terhadap sarana dan prasarana yang mendukung siswa dalam belajar, tanpa merumuskan hipotesis dalam pembahasannya, karena penulis hanya ingin

menggambarkan hubungan kedisiplinan guru dengan motivasi belajar siswa di MTs. NU Krui Lampung Barat.

2.

Populasi dan Sampel Populasi adalahsejumlah massa (manusia atau bukan) yang terdapat dalam suatu kawasan tertentu atau berada dalam satuan kesatuan tertentu. Populasi dalam penelitian iniadalah peserta didik kelas VII MTs. NU Krui Lampung Barat yang terdiri dari 4 kelas yang berjumlah 149 siswa. Dari populasi terjangkau tersebut diambil sampel masing masing kelas antara 7 dan 8 siswa, dengan teknik random sampling yaitu tiap populasi memiliki peluang untuk dijadikan sampel. Presentase yang diambil dalam penentuan samplenya adalah 20%X159 hasilnya 31, dibulatkan 30 siswa untuk mempermudah dalam penghitungan. 3. Alat Pengumpulan Data Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini, naka penulis menggunakan tekhnik pengumpulan data sebagai berikut: a. Observasi Metode Observasi ialah pengamatan dan pencatatan dengan sistematika fenomena fenomena yang diselidiki9. metode ini di gunakan sebagai alat pengumpulan data yang

10

dilakukan dengan cara mengamati dan mencatat secara sistematis gejala yang diselidiki. Dalam penelitian ini penulis melakukan observasi langsung. Obsevasi ini dilakukan untuk mengambil lingkungan sekolah, prasarana, dan keadaan guru. b. Wawancara Wawancara dilakukan untuk menguatkan informasi data yang diperoleh sebagai bahan penelitian skripsi ini. Dalam skripsi ini penulis melakukan wawancara dengan kepala sekolah untuk mengetahui bagaimana kedisiplinan guru MTs. NU Krui Lampung Barat. c. Angket atau Kuesioner Angket atau kuesioner ialah sejumlah pernyataan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang diketahuinya. Metode ini dipakai sebagai metode pokok untuk mendapatkan data primer, hal ini berdasarkan pendapat Masri Singarimba dan Sofyan Efendi yang mengemukakan bahwa penelitian yang mengambil sample dari suatu populasi dan menggunakan quesioner sebagai alat pengumpul data yang pokok. Kuesioner ini digunakan untuk memperoleh data dan informasi tentang keterkaitan antara kedisiplinan guru dengan Motivasi belajar siswa kelas VII MTs. NU Krui Lampung Barat.

11

Tabel.1 Kisi kisi Instrumen Penelitian No Dimensi Indikator Pengelolaan KBM di kelas

Disiplin Guru

Kehadiran Guru Kedisiplinan Guru Ketidak Hadiran Guru Pengelolaan KBM di Kelas

Motivasi Belajar Siswa

Kehadiran Murid Kedisiplinan Murid Ketidak hadiran murid

d.

Dokumentasi Metode dokumentasi adalah pengumpulan

Pemgumpulan data tertulis atau tercetak tentang fakta fakta yang akan dijadikan sebagai bukti fisik penelitian dan hasil penelitian dokumentasi ini akan menjadi sangat akurat dan sangat kuat kedudukannya. Adapun dokumen yang di perlukan dalam penelitian ini adalah sejarah berdirinya Madrasah Tsanawiyah Nahdlatul

12

Ulama (MTs NU Krui), Lampung Barat dan Profil Sekolah. 4. Tehnik Analisis Data Setelah data selesai dikumpulkan dengan lengkap dari lapangan, tahap berikutnya analisis data, untuk mengelola data penulis menggunakan langkah langkah sebagai berikut: 1. 2. 3. 4. 5. Editing Koding Tabulating Prosentase Mencari Korelasi Editing adalah penelitian kembali catatan catatan dari lapangan sebelum data yang terkandung didalam jawaban kuesioner itu sendiri harus di edit terlebih dahulu agar dapat menguatkan mutu data yang diolah dan di analisis. Konding adalah usaha mengklasifikasi jawaban para responden. Konding bertujuan kategori mana yang

sebenarnya tepat bagi jawaban tertentu. Dalam penelitian ini penulis memberikan alternative jawaban dengan

menggunakan skala liket yaitu: 1. 2. alternative jawaban A mempunyai bobot nilai 4 alternative jawaban B mempunyai bobot nilai 3

13

3. 4.

alternative jawaban C mempunyai bobot nilai 2 alternative jawaban D mempunyai bobot nilai 1 Tabulating adalah (menyusun data dalam bentuk tabel).

Merupakan tahap lanjutan dalam rangkaian proses analisis dan lapangan akan tampak ringkas dan tersusun kedalam suatu tabel yang baik sehingga dapat mudah dipahami. Prosentase artinya setiap data prosentase setelah di tabulasi dalam jumlah frekuensi jawaban responden untuk setiap alternative jawaban. Pedoman yang digunakan dalam mencari prosentase setiap data adalah: P = f X 100% N Keterangan P = Presentase yang di cari F = Frekuensi Jawaban Responden N = Jumlah Responden

Mencari korelasi dengan menggunakan teknik korelasi product moment.. tabulasi yang berupa penyusunan data kedalam tabel merupakan suatu langkah awal dari penemuan hasil. Penemuan hasil dapat berupa ada tidaknya hubungan antara dua variabel atau derajat besarnya hubungan antara dua variabel.

14

Lampiran 1 PEDOMAN OBSERVASI 1. Sejarah berdirinya Lampung Barat 2. Bagaimana visi dan misi MTs NU Kecamatan Pesisir Tengah Krui Lampung Barat 3. Jumlah seluruh tenaga pengajar di MTs NU Kecamatan Pesisir Tengah Krui Lampung Barat MTs NU Kecamatan Pesisir Tengah Krui

15

4. Jumlah seluruh siswa MTs NU Kecamatan Pesisir Tengah Krui Lampung Barat 5. Jumlah kelas MTs NU Kecamatan Pesisir Tengah Krui Lampung Barat 6. Kondisi sarana dan prasarana MTs NU Kecamatan Pesisir Tengah Krui Lampung Barat 7. Denah Lokasi MTs NU Kecamatan Pesisir Tengah Krui Lampung Barat 8. Keadaan Lingkungan sekolah MTs NU Kecamatan Pesisir Tengah Krui Lampung Barat

Lampiran 2 PEDOMAN WAWANCARA

Responden: Kepala Sekolah/Guru 1. Kapan MTs NU Kecamatan Pesisir Tengah Krui Lampung Barat didirikan? 2. Berapa jumlah seluruh tenaga pengajar MTs NU Kecamatan Pesisir Tengah Krui Lampung Barat?

16

3. Berapa jumlah seluruh siswa MTs NU Kecamatan Pesisir Tengah Krui Lampung Barat? 4. Bagaimana kondisi sarana dan prasarana MTs NU Kecamatan Pesisir Tengah Krui Lampung Barat? 5. Bagaimana kondisi guru di MTs NU Kecamatan Pesisir Tengah Krui Lampung Barat? 6. Bagaimana proses kegiatan pembelajaran di MTs NU Kecamatan Pesisir Tengah Krui Lampung Barat?

Lampiran 3 PEDOMAN ANGKET / KUESIONER

Responden: siswa Petunjuk Pengisian angket / kuesioner 1. mohon dengan hormat kepada anak anak untuk mengisi angket ini sesuai dengan situasi dan kondisi yang anda alami.

17

2. Mohon memberikan tanda silang (X) pada alternative jawaban yang telah tersedia

A.

Kedisiplinan Guru 1. Apakah Bapak /Ibu guru anda selalu memberikan

bimbingan tepat pada waktu mengajar? a. Selalu 2. b. Kadang-kadang c. Tidak pernah

Apakah Bapak/Ibu guru selalu tepat waktu dalam

mengajar? a. Selalu 3. b. Kadang-kadang c. Tidak pernah

Apakah Bapak/Ibu guru anda selalu bertanggung jawab

dalam mengajar? a. Selalu 4. b. Kadang-kadang c. Tidak pernah

Apakah Bapak/Ibu guru anda selalu memberi perhatian

pada waktu mengajar? a. Selalu 5. b. Kadang-kadang c. Tidak pernah

Apakah Bapak Ibu guru Anda selalu menciptakan

kenyamanan pada waktu mengajar? a. Selalu 6. b. Kadang-kadang c. Tidak pernah

Apakah Bapak ibu guru anda selalu memberi penghargaan

kepada siswa yang berprestasi? a. Selalu b. Kadang-kadang c. Tidak pernah

18

7.

Apakah Bapak/Ibu guru anda selalu memberi pengawasan

kepada para siswa? a. Selalu 8. b. Kadang-kadang c. Tidak pernah

Apakah Bapak/Ibu guru Anda selalu memberi semangat

pada waktu mengajar? a. Selalu b. Kadang-kadang c. Tidak pernah

B. Angket tentang Motivasi Belajar 1. Apaka dalam melaksanakan aktifitas belajar anda mempunyai perasaan optimis? a. Selalu 2. b. Kadang-kadang c. Tidak pernah

Apakah dalam mengerjakan tugas anda selalu bersemangat? a. Selalu b. Kadang-kadang c. Tidak pernah

19

3.

Apakah dalam mengerjakan aktifitas anda selalu bergembira? a. Selalu b. Kadang-kadang c. Tidak pernah

4.

Apakah anda selalu berbuat jujur didalam mengerjakan tugas sekolah? a. Selalu b. Kadang-kadang c. Tidak pernah

5.

Apakah dalam mengerjakan tugas anda selalu disiplin? a. Selalu b. Kadang-kadang c. Tidak pernah

6.

Apakah anda bersikap sabar dalam menghadapi masalah? a. Selalu b. Kadang-kadang c. Tidak pernah

7.

Apakah anda selalu mengerjakan tugas belajar tepat waktu? a. Selalu b. Kadang-kadang c. Tidak pernah

Lampiran 4

PEDOMAN DOKUMENTASI

1. Jumlah tenaga pengajar di MTs NU Kecamatan Pesisir Tengah Krui Lampung Barat

20

2. Jumlah siswa MTs NU Kecamatan Pesisir Tengah Krui Lampung Barat 3. Jumlah kelas MTs NU Kecamatan Pesisir Tengah Krui Lampung Barat 4. Jenis prestasi yang telah di peroleh siswa MTs NU Kecamatan Pesisir Tengah Krui Lampung Barat 5. Sarana dan prasarana MTs NU Kecamatan Pesisir Tengah Krui Lampung Barat 6. Denah lokasi MTs NU Kecamatan Pesisir Tengah Krui Lampung Barat 7. Keadaan Lingkungan MTs NU Kecamatan Pesisir Tengah Krui Lampung Barat

BAB. II LANDASAN TEORI

A.

KEDISIPLINAN GURU

21

1.

Pengertian Disiplin Disiplin sangat penting artinya bagi kehidupan manusi, karena itu, ia harus ditanamkan secara terus menerus agar disiplin menjadi kebiasaan. Orang yang berhasil dalam bidang pekerjaan, umumnya mempunyai kedisiplinan yang tinggi, sebaliknya orang yang gagal umumnya tidak disiplin. Makna Disiplin secara istilah berasal dari istilah bahasa Inggris yaitu: discipline berarti: 1). Tertip, taat atau

mengendalikan tingkah laku, penguasaan diri, kendali diri; 2). Latihan membentuk, meluruskan atau menyempurnakan sesuatu, sebagai kemampuan mental atau kartakter moral; 3). Hukuman yang diberikan untuk melatihmemperbaiki; 4). Kumpulan atau sistem peraturan peraturan bagi tingkah laku9 Dengan demilikian maka disiplin dapat diartikan sebagai suatu kepatuhan dan ketaatan yang muncul karena adanya kesadaran dan dorongan dari dalam diri orang itu. Menurut IG Wursanto dalam buku Dasardasar Manajemen Personalia merumuskan Disiplin merupakan suatu bentuk ketaatan dan pengendalian yang rasional, sadar penuh, tidak memaksakan perasaan sehingga tidak emosi10. Jadi, disiplin merupakan suatu proses latihan dan belajar untuk meningkatkan kemampuan dalam bertindak, berfikir dan
9 Tulus Tuu, Peran Disiplin pada Perilaku dan Prestasi Siswa (Jakarta PT. Gramedia Widia Sarana Indinesia 2004) hal. 31. 10 IG Wursanto, Dasar-Dasar Manajemen Personalia, (Jakarta, Pustaka Dian) Cet2 1988, hal.146

22

bekerja yang aktif dan kreatif. Disiplin juga merupakan suatu kepatuhandari orang orang dalam suatu organisasi terhadap peraturan peraturan yang telah di tetapkan sehingga

menimbulkan keadaan tertib. Demikian juga pendapat searah dilontarkan oleh A.

Tabrani Rusyan, dkk. Yang menyatakan bahwa disiplin adalah: suatu perbuatan mentaati, mamatuhi, dan tertib akan aturan, norma dan kaidah kaidah yang berlaku baik di masyarakat maupun di tempat kerja11 Sesuai dengan perintah Allah dalamAl-Quran yang berbunyi:

.........
Artinya: hai orang orang yang beriman, Taatilah Allah dan taatilah Rasul-RasulNya,, dan Ulil Amri diantara kamu....(QS.An.Nissa:59)12.

Apa yang di terangkan dalam ayat tersebut di perjelas lagi dalam hadist Nabi yang ber bunyi:
11 A. Tabrani dkk. Upaya Meningkatkan Budaya Kinerja Guru Sekolah Dasar, (Inti Media Cipta Nusantaara, 2001), cet. Ke-2, hal. 54 12 DEpartemen Agama, Al-Quran dan Terjemahannya, (Surat An-Nissa ayat: 59), hal.128

23

Artinya: Dari Ibnu Umar Ra dari nabi SAW, berkata: Seorang muslim wajib mendengar dan taat terhadap perintah yang di sukainya maupun yang tidak, kecuali bila ia di perintah mengerjakan kemaksiatan, maka ia wajib mendengar dan taat (HR. Mutafaqalaihi)13 Berdasarkan pernyataan tersebut kiranya jelas bahwa disiplin adalaha suatu keadaan, dimana suatu itu berada dalam keadaan tertib, teratur dan semestinya, serta tiada suatu pelanggaran pelangaran baik secara langsung maupun tidak langsung, selama peraturan peraturan itu tidak melangar norma norma agama. Menurut Emile Durkheim disiplin tidak dipandang sebagai paksaansemata, sekurang kurangnya karena dua alasan, pertama ia menetapkan memberi cara cara memberi respons yang pantas, tanpa mana tatanan dan kehidupan yang terorganisir tidak setiap saat

mungkin. Ia membebaskan kita dari keharusan


13

Imam Nawawi, Terjemahan Riyadus Sholihin, JilidI, (Jakarta: Pustaka Amani,1999), hal. 611

24

menyusun cara pemecahan. Kedua, ia memberi jawaban kepada kebutuhan individu akan pengekangan, yang mungkin si individu mencapai, secara berturut turut, tujuan tujuan tertentu. Tanpa pembatasan seperti itu, ia tak bisa tidak akan menderita karena frustasi dan kecewa sebagai akibat dari keinginan yang tidak ada batasnya14 . Berkaitan dengan konsep tersebut di atas, Tulus Tuu menguraikan tentang konsep disiplin tersebut sebagai berikut: 1. Disiplin Otoritarian. Disiplin otoritarium selalu berarti pengendalian tingkah laku seseorang. Orang yang berada dalam lingkungan disiplin inimeminta mematuhi dan mentaati peraturan yang telah disusun dan berlaku di tempat itu. Apabila gagal maka akan menerima sanksi berat, sebaliknya jika berhasil maka kurang mendapat

penghargaan dan di anggap sebagai kewajiban. 2. Disiplin Permissive Dalam disiplin permissive seseorang di biarkan bertindak menurut keinginan dan di bebaskan untuk

mengambil keputusan sendiri dan bertindak sesuai dengan keputusan yang diambilnya, serta berakibat pelanggaran norma atau aturan yang berlaku dan tiak di beri sanksi.
14 Emile Durkheim, Pendidikan Moral Suatu Studi dan Aplikasi Sosiologi Pendidikan, (Jakarta: Erlangga, 1961). Hal 11.

25

Dampak dari konsep ini berupa kebingungan dan kebimbangan karena tidak tahu mana yang dilarang dan tidak dilarang. 3. Disiplin Demokratis Disilin demokratis ini berusaha mengembangkan disiplin yang muncul atas kesadaran diri sehingga

seseorang dapat memiliki disiplin

diri yang kuat dan

mantap. Sanksi atau hukuman dapat diberikan kepada yang melanggar tata tertib, akan tetapi hukuman di maksudkan sebagai upaya menyadarkan, mengoreksi dan memdidik.15. Guru merupakan salah satu unsur yang sangat penting dalam kegiatan belajar mengajar, yang berartiguru bekerja dalam bidang pendidikan dan pengajaran. Dalam melaksanakan bidang pekerjaan agar dapat berhasil, guru dituntut untuk dapat memiliki disiplin. Menurut Ali Imron disiplin guru adalah: suatu keadaan tertib dan teratur yang dimiliki oleh guru dalam bekerja di sekolah, tanpa ada pelanggaran pelanggaran yang di rugikan baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap dirinya, teman sejawatnya, dan terhadap sekolah secara keseluruhan.16

15

Tulus Tuu, Peran disiplin Pada Perilaku dan Prestasi Siswa (Jakarta PT.Gramedia Widia Sarana Indonesia Ali Imron, Pembinaan Guru di Indonesia, (Surabaya: Kartika, 1997), hal,310

2004), hal.44
16

26

Sebagian besar guru di Indonesia adalah Pegawai Negeri Sipil. Oleh karena adalah Pegawai Negeri Sipil, maka ia wajib menjalankan disiplin sebagaimana peraturan undang undang yang berlaku, salah satu peraturan antara lain adalah Peraturan Pemerintahan No 30 Tahun 1980, tentang disiplin Pegawai Negeri Sipil antara lain: a. Peraturan disiplin Pegawai Negeri Sipil adalah peraturan yang mengatur kewajiban, larangan dan sanksi apabila kewajiban tidak di taati atau larangan di langgar. b. Pelanggaran disiplin adalah setiap ucapan, tulisan atau perbuatan Pegawai Negeri Sipil yang melangar ketentuan peraturan disiplin Pegawai Negeri Sipil, baik dilakukan didalam maupun di luar jam kerja. c. Hukuman disiplin adalah hukuman yang dijatuhkan kepada Pegawai Negeri Sipil karena melanggar peraturan disiplin Pegawai Negeri Sipil d. Pejabat yang berwenang menghukum adalah pejabat yang di beri wewenang menjatuhkan hukuman

hukuman disiplin Pegawai Negeri Sipil.17 2. Pengertian Guru Dalam pengertian yang sederhana, guru adalah orang yang memberi ilmu pengetahuan kepada anak didik. Guru dalam pandangan
17

Peraturan Pemerintahan No.10 Tahun 1980 Tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil.

27

masyarakat adalah orang yang melaksanakan pendidikan di tempat tempat tertentu, tidak mesti di lembaga pendidikan formal, tetapi bisa juga i masjid, surau atau mushalla, dirumah, dan sebagainya. Guru menepati kedudukan yang terhormat di masyarakat. Kewibawaanlah yang membuat guru dihormati, sehingga masyarakat tidak meragukan figur guru. Masyarakat yakin bahwa gurulah yang dapat mendidik anak didik mereka agar menjadi orang yang berkepribadian mulia. Dngan kepercayaan yang diberikan di masyarakat, maka di pundak guru diberikan tugas dan tanggung jawab yang berat. Mengemban tugas memang berat. Tapi lebih berat lagi mengemban tanggung jawab. Sebab tanggung jawab guru tidak sebatas dinding sekolah, tetapi juga di luar sekolah. Pembinaanpun yang harus guru berikan tidak hanya sebatas kelompok (klasikal), tetapi juga secara individual. Hal ini mau tidak mau menuntut guru agar selalu memperhatikan sikap, tingkah laku, dan perbuatan anak didiknya. Tidak hanya di lingkungan sekolah tetapi diluar sekolah sekalipun. Guru memiliki banyak tugas, baik yang terikat oleh dinas maupun di luar dinas, dalam bentuk pengabdian. Apabila kita kelompokan terdapat tiga jenis tugas guru< yakni tugas dalam profesi, tugas kemanusiaan, dan tugas dalam bidang kemasyarakatan. Tugas guru dalam bidang profesi meliputi mendidik, mengajar dan melatih. Mendidik berarti meneruskan nilai nilai hidup. Mengajar berarti

28

meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan tekhnologi. Sedangkan melatih mengembangkan keterampilan keterampilanpada siswa18 . Dengan demikian, dapat di simpulkan bahwa guru adalah semua orang yang berwenang dan bertanggung jawab untuk membimbing dan membina anak didik, baik secara individual maupun klasikal, disekolah maupun di luar sekolah. Di Indonesia menjadi guru diatur dengan beberapa persyaratan, yakni berijazah, Profesional, sehat jasmani dan rohani, taqwa kepada Tuhan YME dan kepribadian yang luhur, bertanggung jawab dan berjiwa nasional. Guru adalah seorang figur pemimpin. Guru adalah sosok arsitektur yang dapat membentuk jiwa dan watak anak didik. Guru mempunyai kekuasaan untuk membentuk dan membangun kepribadian anak didik. Menjadi seorang yang berguna bagi agama, nusa, dan bangsa. Guru bertugas mempersiapkan manusia susila yang cakapyang dapat diharapkan membangun dirinyadan membangun bangsa dan negara. Jabatan guru memiliki banyak tugas, baik yang terikat dalam dinas maupun di luar dinas. Dfalam bentuk pengabdian. Tugas guru tidak hanya sebagai suatu propesi, tatapi juga sebagai suatu tugas kemanusiaan dan kemasyarakatan. Tugas guru sebagai suatu propesi
18

Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung; Remaja Rosdakarya, 1995), hal 6-7

29

Menuntut kepada guru untuk mengembangkan propesionalitas diri sesuai ilmu pengetahuan dan tekhnologi. Mendidik, Mengajar,. Dan melatih anak didik adalah tugas guru sebagi suatu propesi. Tugas guru sebagai suatu pendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai nilai hidup kepada anak didik. Tugas guru sebagai pengajar berarti mengembangkan ilmu pengetahuan dan tekhnologi kepada anaka didik. Tugas guru sebagai pelatih berarti mengembangkan keterampilan dan menerapkan dalam kehidupan demi masa depan anak didik. Tugas kemanusiaan adalah salah satu segi dari tugas guru, sisi ini tidak bisa guru abaikan, karena karena guru harus terlibat dalam kehidupan di masyarakat dengan interaksi sosial. Guru harus menanamkan nilai nilai sosial kepada anak didik. Dengan begitu anak didik dididik agar mempunyai sifat kesetiakawanan sosial. Guru harus menempatkan diri sebagai orang tua kedua, dengan mengembangkan tugas yang di percayakan oleh orang tua kandung atau wali anak didik dalam jangka waktu tertentu. Untuk itu pemahaman terhadap jiwa dan watak anak didik. Begitulah tugas guru sebagai orang tua kedua, setelah orang tua anak didik didalam keluarga di rumah. Syaiful Bahri Djamarah mengatakan dibidang

kemasyarakatan merupakan tugas guru yang tidak kalah pentingnya. Pada bidang ini mempunyai tugas mendidik dan masyarakat untuk

30

menjadi warga negara Indonesia yang bermoral pancasila. Memang tidak dapat di pungkiri bila guru mendidik anak didik sama halnya guru mencerdaskan bangsa indonesia.19 Keberhasilan melaksanakan kurikulum sangat tergantung pada guru. Mengapa demikian? Sebab guru merupakan ujung tombak dalam proses pembelajaran. Bagaimanapun sempurnanya sebuah kurikulum tanpa didukung oleh kemampuan guru, maka kurikulum itu hanya sesuatu yang tertulis yang tidak memiliki makna. Oleh karena itu, guru memiliki peran yang sangat penting dalam proses implementasi kurikulum.20

Didalam pengajaran guru pun memiliki peran, antara lain: 1. 2. 3. 4. 5. Organisasi kegiatan belajar mengajar Sumber informasi (nara sumber) bagi siswa Motivasi bagi siswa untuk belajar Penyediaan materi dan kesempatan belajar bagi siswa Pembimbing, kegiatan belajar bagi siswa.21

3.

Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Disiplin Guru Agar seseorang dapat melaksanakan disiplin maka pemimpin harus memperhatikan
19

beberapa

faktor.

Ada

beberapa

faktor

yang

Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000),

hal.31-39.
20 Wina Sanjaya, Pembelajaran dalam implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2006), hal.13 21 Ahmad Sabri, Strategi belajar Mengajar Micro Teaching, ( Jakarta : Quantum Teaching, 2005, hal 107.

31

menyebabkan merosotnya disiplin seperti yang di kemukakan oleh IG Wursanto yaitu, meliputi Faktor Kepemimpinan, Faktor Kebituhan, Faktor Pengawasan, dan disini akan di jelaskan ketiga faktor diatas. 1. Faktor Kepemimpinan. Kepemimpinan adalah proses mengarahkan, membimbing, mempengaruhi, atau mengawasi pikiran, perasaan atau tindakan dan tingkah laku orang lain. Kepemimpinan tampak dalam proses dimana seseorang mengarahkan, membimbing, mempengaruhi, dan atau mengawasi pikiran pikiran, perasaan perasaan atau tingkah laku orang lain. Dalam mencapai tujuan yang efektif, kepala sekolah sebagai pimpinan harus berusaha dengan segala potensi yang dimilikinya untuk mengarahkan dan mempengaruhi guru gurunya agar dapat bekerja dengan disiplin yang tinggi. 2. Faktor Kebutuhan Pegawai tidak hanya menuntut terpenuhinya kebutuhan ekonomis, tetapi kebutuhan sosial dan psikologis perlu di perhatikan pula. Gaji yang besar belum tentu memberikan perangsang kerja kepada pegawai apabila kebutuhan Sosial dan psikologisnya terpenuhi. Pada umumnya yang diinginkan para pegawai ialah sebagai beriku: 1. Pemimpin yang baik mampu memberikan bimbingan dan pengarahan

32

2. Ingin diakui selayaknya sebagai manusia (harga diri); 3. Kesempatan untuk mengembangkan karirnya; 4. Lingkungan kerja yang menyenangkan; 5. Hanya jaminan keamanan; 6. Kondisi kerja yang menyenagkan; 7. Perlakuan yang adil dan jujur; 8. gaji yang layak dapat memenuhi kebutuhan pegawai atau keluarga 9. Jaminan hari tua yang baik; 10. Hubungan kerja yang harmonis 3. Faktor Pengawasan Faktor pengawasan atau controling sangat penting dalam usaha mendapatkan disiplin kerja yang tinggi. Pengawasan hendaknya dilaksanakan secara jujur dan efektif. Untuk menegakkan kedisiplinan kerja guru perlu

dilaksanakan pengawasan yang sifatnya membantu setiap personil agar selalu malaksanakan kegiatannya sesuai dengan tugas dan tanggung jawab masing - masing22. Sedangkan menurut Suroso mengemukakan faktor faktor yang mempengaruhi disiplin guru antara lain: moril semangat kerja pegawai, kesejahteraan pegawai, dengan suasana kerja yang harmonis.
22

Suroso. Peranan Kepala Sekolah Terhadap Disiplin Kerja Guru, (Jakarta, Lembaga Penelitian IKIP. 1991)

hal.55

33

a. Moril atau semangat kerja pegawai. Seorang pegawai akan patuh terhadap disiplin kerja yang telah di sepakati apabila moril atau semangat kerja mereka tinggi. Sebaliknya apabila seorang pegawai mempunyai moril yang rendahmaka ia akan berbuat tidak sesuai dengan peraturan yang di sepakati. b. Kesejahteraan pegawai Kesejahteraan merupakan keinginan tetap setiap

manusia, kesejahteraan selalu di kaitkan dengan terpenuhinya segala kebutuhan. Untuk kesejahteraan pegawai wajib

memberikan insentif finansial sebagai imbalan jasa yang telah mereka berikan kepada perusahaan c. Suasana kerja yang harmonis Suasana kerja yang harmonis ditandai dengan

komunikasi yang lancar, pentilasi yang cukup, letak peralatan yang teratur, yang dapat membantu pegawai berbuat disiplin23. Berbeda dengan pendapat Tulus Tuu, mengemukakan ada empat hal yang dapat mempengaruhi dan membentuk

disiplin seseorang diantaranya: mengikuti dan mentaati aturan, kesadaran diri, alat pendidikan, hukuman.keempat faktor ini merupakan faktor dominan yang mempengaruhi dan

membentuk disiplin dengan alasan sebagai berikut:

23

IG Wursanto, Dasar-Dasar Manajemen Personalia, (Jakarta, Pustaka Dian) Cet2 1988, hal.151

34

a. Kesadaran diri sebagai pemehamana diri bahwa disiplin di anggap penting bagi kegaikan dan keberhasilan dirinya. Selain itu, kesadaran diri menjadi motif yang sangat kuat terwujudnya disiplin. b. Pengukutan dan ketaatan sebagai langkah penerapan dan praktek atas peraturan peraturan yang mengatur perilaku individunya. Tekanan dari luar dirinya sebagai upaya pendorong, menekan dan memaksa agar disiplin diterapkan dalam diri seseorang sehingga peraturan peraturan di ikuti dan di praktekan. c. Alat pendidikan untuk mempengaruhi, mengubah,

membina dan membentuk perilaku yang sesuai dengan nilai nilai yang ditentukan atau di ajarkan. d. Hukuman sebagai upaya menyadarkan, mengoreksi dan meluruskan yang salah sehinga orang kembali dengan perilaku yang sesuai denagn harapan24.

B. MOTIVASI BELAJAR 1. Pengertian Motivasi Banyak sekali, bahkan sudah umum orang menyebut dengan motif untuk menunjuk mengapa seseorang itu berbuat sesuatu. Apapun motifnya si Baduitu membuat kekacauan, apa motifnya si
24

Tulus Tuu, Peran disiplin Pada Perilaku dan Prestasi Siswa (Jakarta PT.Gramedia Widia Sarana Indonesia

2004), hal.48

35

Aman itu rajin membaca, apa motifnya Pak Jalu memberikan insentif kepada pembantunya, dan begitu seterusnya. Kalau demikian apa yang di maksud dengan motivasi? Kata motif, diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai daya penggerakdari dalam dan didalam subjekuntuk melakukan aktivitas aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan. Bahkan motif dapat dikatakan suatu kondisi intern (kesiap siagaan. Berawal dari kata motif itu, maka motivasi dapat di artikan sebagai daya pengerak yang telah menjadi aktif. Motif menjadi aktif pada saat saat tertentu, terutama bila kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat dirasakan mendesak. Yang dimaksud dengan motif ialah: segala sesuatu yang mendorong untuk bertindak melakukan sesuatu. Atau seperti yang dikatakan oleh Sartain dalam bukunya Psyicology understanding of human behavior; motif adalah suatu pernyataan yang kompleks didalam suatu organismeyang mengarahkan tingkah lak/perbuatan kesuatu tujuan atau perangsang25. Dalam psikologi, motivasi diartikan sebagai sewuatu yang menjadi pendorong timbulnya tingkah laku. Pendorong timbulnya

tingkah laku atau motivasi itu ada dua macam yaitu: Motivasi instrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi instrinsik ialah motivasi

25

Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, Bandung:Rosdakarya, 1995), hal.60.

36

yang timbul dari dalam diri seseorang atau motivasi yang erat hubungannya dengan belajar; misalnyaingin memahami suatu konsep26 Menurut Mc.Donald, motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya feeling) dan di dahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Dari pengertian yang dikemukakan Mc Donald ini mengandung tiga elemen penting: 1. Bahwa motivasi itu mengawali terjadinya perubahan

energi pada diri setiap individu manusi. Perkembangan motivasi akan membawa beberapa perubahan energi didalam sistem neurophysiological yang ada pada organisme manusi,

penempakannya akan menyangkut kegiatan manusia. 2. Motivasi ditandai dengan munculnya, rasa atau feeling.

Afeksi seseorang. Dalam hal ini motivasi relevan dengan persoalan persoalan kejiwaan, afeksi dan emosi yang dapat menentukan tinglah laku manusia. 3. Motivasi akan merangsang karena adanya tujuan. Jadi

motivasi dalam hal ini sebenarnya merupakan respons dari suatu aksi , yakni tujuan. Motivasi memang muncul dari dalam diri manusia, tetapi munculnya karena terangsang atau mendorong oleh adanya unsur lain, dalam hal ini adalah tujuan. Tujuan ini akan menyangkut soal kebutuhan27.

26 27

Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan Berdasarkan Kurikulum Nasional, (Jakarta:Pedoman Ilmu Jaya)hal.85 Sardiman A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rajawali Press 1986), hal.73.

37

Dengan ketiga elemen diatas maka dapat dikatakan bahwa motivasi itu sebagai suatu yang kompleks. Motivasi akan menyebabkan suatu perubahan energi yang ada pada diri manusia, sehingga akan bergayut dengan persoalan gejala kejiawaan, perasaan dan juga emosi, untuk kemudian bertindak atau melakukan sesuatu. Semua ini di dorong karena adanya tujuan, kebutuhan atau keinginan. Memotivasi belajar penting artinya dalam proses belajar siswa, karena fungsinya mendorong, menggerakan dan mengarahkan kegiatan belajar.28 Dalam kegiatan belajar mengajar, apabila ada seseorang siswa, misalnya tidak berbuat sesuatu yang seharusnya dikerjakan, maka perlu diselidiki sebab sebabnya. Sebab sebab itu biasanya bermacam macam, mungkin ia tidak senang, mungkin ia sakit, lapar, ada problem pribadi dan lain lain. Hal ini berarti pada diri anak tidak terjadi perubahan energi, tidak terangsang efeksinya untuk melakukan sesuatu, karena tidak mempunyai tujuan atau kebutuhan belajar. Keadaan

semacam ini perlu dilakukan daya upaya yang dapat menemukan sebab sebabnya kemudian mendorong seseorang siswa itu mau melakukan pekerjaan yangseharusnya dilakukan, yakni belajar. Dengan kata lain, siswa perlu diberikan rangsangan agar tumbuh motivasi pada dirinya. Atau singkat cerita perlu diberikan motivasi. Motivation. Ahli psikologi menaruh minat terhadap soal

motivation; ahli psikologi pendidikan mengarahkan minatnya ke arah soal


28 Oemar Hamalik, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004),hal.155.

38

motivation yang baik. Tetapi motivation hampir tidak pernah dikatakan baik, apabila tujuan yang di inginkan tidak baik. Dapat di asingkan, bahwa ada suatu kegiatan yang tidak bermotif. Kalau motiv dari suatu perbuatan belajar ialah rasa takut akanhukuman, maka faktor faktor yang kurang enak yang dimasukan kedalam situasi belajar akan menyebabkan perbuatan belajar tadi akan menjadi kurang efektif. Dan kurang permanen. Kalau di bandingkan dengan perbuatan belajar yang di dukung oleh motif menyenangkan29. Persoalan motivasi ini, dapat juga dikaitkan dengan persoalan minat. Minat diartikan sebagai suatu kondisi yang terjadi apabila seseorang melihat ciri ciri atau arti sementara situasi yang di hubungkan dengan keinginan keinginan atau kebutuhan kebutuhan sendiri. Oleh karena itu, apa yang dilihat seseorang tentu akan membangkitkan minat sejauh apa yang dilihatnya itu. Mempunyai hubungan dengan

kepentinagannya sendiri. Hal ini menunjukan bahwa minat menunjukan bahwa minat merupakan kecendrungan jiwa seseorang kepada seseorang (biasanya disertai dengan perasaan senang), karena itu merasa da kepentingan dengan sesuatu itu. Menurut Bernart, minat timbul tidak secara tiba tiba atau spontan, melainkan akibat dari partisipasi, pengalaman, kebiasaan pada waktu belajar atau bekerja. Jadi jelas bahwa soal minat akan selalu terkait dengan soal kebutuhan atau keinginan. Oleh karena itu, yang penting bagaimana menciptakan. Kondisi tertentu agar siswa itu selalu butuh dan ingin terus belajar.
29

M.Buchory, Psykologi Pendidikan, (Jakarta; Aksara Baru, 1978), hal. 85.

39

2. Fungsi Motivasi Perlu ditegaskan, bahwa motivasi bertalian dengan suatu tujuan. Seperti disinggung diatas, bahwa walaupun I siang bolong si abang beca itu juga menarik becaknya karena bertujuan untuk mendapatkan uang guna menghidupi anak dan istrinya. Juga para pemain sepak bola rajin berlatih tanpa mengenal lelah, karena mengharapkan akan kemenangan dalam pertandingan yang akan di lakukannya. Dengan demikian, motivasi mempengaruhi adanya kegiatan. Sehubungan dengan hal tersebut ada tiga fungsi motivasi: 1. Mendorong manusi untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan. 2. Menentukan arah perbuatan, yakni kearah tujuan yang hendak di capai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya. 3. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut. Seseorang siswa yang akan menghadapi ujian dengan

harapan dapat lulus, tentu akan melakukan kegiatan belajar dan tidak akan menghabiskan waktunya untuk bermain kartu atau membaca komik, sebab tidak serasi dengan tujua30. 3. Macam macam motivasi
30

Sardiman A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rajawali Press 1986), hal.84

40

Berbicara tentang macam atau jenis motivasi ini dapat dilihat dari berbagai sudut pandang. Dengan demikian, motivasi atau motif motif yang aktif itu sangat bervariasi. a. Motivasi dilihat dari dasar pembentukannya. 1. Motif motif bawaan Yang di maksud dengan motif bawaan adalah motif yang di bawaan sejak lahir, jadi motivasi itu ada tanpa dipelajari. Sebagi contoh misalnya: dorongan untuk makan, dorongan untuk minum, dorongan untuk bekerja, untuk beristirahat, dorongan seksual. Motif motif ini seringkali di sebut motif motif yang di syaratkan secara biologis. Relevan dengan ini, maka Arden N. Frandsen memberi istilah jenis motif Physiological drives. 2. Motif motif yang di pelajari Maksudnya motif motif yang timbul karena di pelajari. Sebagai contoh: dorongan untuk belajar suatu cabang ilmu pengetahuan, dorongan untuk mengajar sesuatu di dalam masyarakat. Motif motif ini seringkali disebut dengan motif motif yang di isyaratkan secara social. Sebab manusia manusia hidup dalam lingkungan manusia lain. sosial dengan sesama

Sehingga manusia itu terbentuk. Frandsen

mengiistilahkan dengan affiliative needs. Sebab justru dengan kemampuan berhubunagn, kerja sama di dalam masyarakat

41

tercapat

suatu

kepuasan

diri.

Sehingga

manusi

perlu

mengembangkan sifat sifat ramah,

kooperatif, membina

hubungan dengan sesame, apabila orang tua dan guru. Dalam kegiatan belajar mengajar, hal ini dapat membantu dalam usaha mencapai prestasi. b. Motivasi instrinsik dan ekstrinsik Yang dimaksud dengan motivasi instrinsik adalah motif motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri31. 4. Jenis jenis sifat motivasi Motivasi, sebagai kekuatan mental individu, memiliki tingkat tingkat. Para ahli ilmu jiwa mempunyai pendapat yang berbeda tentang tingkat kekuatan tersebuat. Perbedaan pendapat tersebut umumnya di dadasarkan pada penelitian tentang perilaku belajar pada hewan. Meskipun mereka berbeda pendapat tentang tingkat kekuatannya, tetapi mereka umumnya sependapat bahwa motivasi tersebut dapat di bedakan menjadi dua jenis, yaitu motivasi primer, dan motivasi sekunder. 1. Jenis Motivasi Motivasi primer adalah motivasi yang didasarkan pada motif motif dasar. Motif motif dasar tersebut umumnya berasal dari segi biologis atau jasmani manusia. Manusia adalah makhluk berjasmani sehingga perilakunya terpengaruh oleh insting atau kebutuhan jasmaninya.Mc. Dougall misalnya, berpendapat bahwa tingkah laku
31

Sardiman A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rajawali Press 1986), hal.86.

42

terdiri dari pemikiran tentang

tujuan, perasaan subjektif, dan

dorongan mencapai kepuasan. Insting itu memiliki tjuan dan memerlukan pemuasan. Tingkah laku insting tersebut dapat di aktifkan, dimodifikasikan, di picu secara spontan, dan dapat diorganisasikan. Diantara insting yang penting adalah memelihara, mencari makan, melarikan diri, berkelompok, mempertahankan diri, rasa ingin tahu, membangun, dan kawin (Koeswara, 1989); Jalaluddin Rahmad, 1991). Ahli lain, Freun berpendapat bahwa insting memiliki empat ciri, yaitu tekanan, sasaran, objek dan sumber. Tekanan ialah kekuatan yang memotivasi individu untuk bertingkah laku. Semakin besar energi dalam insting, maka tekanan terhadap individu semakin besar. Sasaran insting adalah kepuasan atau kesenangan. Kepuasan tercapai, bila tekanan energi pada insting berkurang. Sebagai ilustrasi, keinginan makan berkurang bila individu masih kenyang. Objek insting ialah hal hal yang memuaskan insting. Hal hal yang memuaskan insting tersebutdapat berasal dari luar individuatau dari dalam diri individu. Adapun sumber insting adalah keadaan kejasmanian individu. Segenap insting manusiadapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu insting kehidupan (life instincst) dan insting kematian (death instincst). Insting insting kehidupan terdiri dari insting insting yang bertujuan memelihara kelangsungan hidup. Insting kehidupan tersebut berupa makan, minum, istirahat, dan

43

memelihara keturunan. Insting kematian tertuju pada kehancuran, seperti merusak, menganiaya, atau membunuh orang lain atau sendiri32. Motivasi sekunder adalah motivasi yang dipelajari. Hal ini berbeda dengan motivasi primer. Sebagai ilustrasi, orang yang lapar akan tertarik makanan tanpa belajar. Untuk memperoleh makanan tersebut orang harus bekerja terlebih dahulu. Agar dapat bekerja dengan baik, orang harus dapat belajar bekerja. Bekerja dengan baik merupakan motivasi sekunder. Bila orang bekerja dengan baik, maka ia memperoleh gaji berupa uang. Uang tersebut merupakan penguat motivasi sekunder. Uang merupakan penguat umum, agar orang bekerja dengan baik, bila orang memiliki uang, setelah ia bekerja dengan baik maka ia dapat membeli makanan untuk menghilangkan rasa lapar. Jalaluddin Rakhmat, 1991; Sumadi Surabrata, 1991). Perilaku motivasi sekunder juga terpengaruh oleh adanya sikap. Sikap adalah suatu motif yang di pelajari. Ciri ciri sikap, yakni : a. b. c. d. e. 2. Merupakan kecendrungan berfikir, merasa, kemudian bertindak; Memiliki daya dorong bertindak; Relatif brtsifat tetap; Berkecendrunagn melakukan penilaian; Dapat timbul dari pengalaman, dapat dipelajari atau berubah. Sifat motivasi.
32

Dimyati, Mujiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), hal.87-89.

44

Motivasi seseorang dapat bersumber dari: a. Dalam diri sendiri, yang dikenal sebagai motivasi internal. b. Dari luar seseorang yang dikenal sebagai motivasi eksternal. Disamping itu kita bisa membedakan motivasi instrinsik yang dikarenakan orang tersebut senang melakukannya. Motivasi ekstrinsik adalah dorongan prilaku seseorang yang ada di luar perbuatanyang dilakukannya. Orang berbuat sesuatu, karena dorongan dorongan dari luar seperti adanya hadiah dan menghindari hukuman. Motivasi ekstrinsik banyak di lakukan di sekolah dan di masyarakat. Hadiah dan hukuman sering di gunakan untuk meningkatkan kegiatan belajar. Jikasiswa belajar dengan hasil memuaskan, maka ia akan memperoleh hadiah dari guru atau orang tua. Sebaliknya, jika hasil belajar tidak baik, memperoleh nilai kurang, maka ia akan memperoleh peringatan atau hukuman dari guru atau orang tua. Peringatan tersebuttidak menyenangkan siswa. Motivasi belajar meningkat, sebab siswa tidak senang memperoleh peringatan dari guru atau orang tua. Dalam hal ini, hukuman dan juga hadiah dapat merupakan motivasi ekstrinsik bagi siswa untuk belajar dengan semangat (Siagian, 1989; Monks, Knoers, Siti Rahayu, 1089; Biggs & Telfer, 1987: Winkel, 1991).

45

BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN GAMBARAN UMUM MTS. NU KRUI LAMPUNG BARAT A. Latar Belakang Berdirinya MTs. NU Krui Lampung Barat MTs. NU Krui Lampung barat didirikan pada tahun 1971. MTs. NU Krui Lampung Barat memiliki visi dan misi, Visi MTs. NU Krui Lampung Barat adalah Berkarya Dan Berakhlak Mulia, Sedangkan Misi MTs. NU Krui Lampung Barat antara lain: a) Pembelajaran dengan penembahan muatan-muatan cirri khas agama islam setiap mata pelajaran. b) Pelaksanaan perencanaan program pembelajaran secara berkeseimbangan. c) Pembinaan dan penguatan SDM (Sumber Daya Manusia) madrasah secara berkesinambungan. d) Memupuk dan meningkatkan akhlaqul karimah dalam setiap aspek kegiatan madrasah. e) Memilih dan memiliki kegiatan ekstra kurikuler yang sesuai dengan visi dan misi madrasah. f) Peningkatan tata tertip dan kedisiplinan warga madrasah untuk mencapai tujuan pembelajaran. B. Identitas Madrsah 1. Nama Sekolah : Madrasah Tsanawiyah Nahdlatul Ulama (MTs. NU) Krui.

46

2. Alamat/Desa Kecamatan Kabupaten Provinsi Nomor Telp 3. Nama Yayasan 4. Status Sekolah

: Jl. Kesuma Raya No 16 Pasar Baru : Pesisir tengah : Lampung Barat : Lampung : (0728) 51247 : LP. Maarif : Di Akui

5. SK Kelembagaan : BAN-S/M Tanggal 14 Desember 2007 6. NSM (12 Digit) : 212180402004 :C

7. Akreditasi Peringkat 8. Tahun Didirikan 9. Status Tanah 10. Luas Tanah : 1971

: Milik Sendiri (Sertifikat) : 10002

11. Nama Kepala Madrasah : AUZAIE ALWI 12. No SK Kepala Madrasah : 006/SK/PC/LP.MAARIF/2002 Tanggal 17 Juli 2005 C. Keadaan Tenaga Pengajar / Karyawan MTs. NU Krui

Tabel 2 Guru / Pengajar Guru Negeri No NIP 15 NIP 13 Kontrak Honorer 32 32 Guru Guru Jumlah

47

Tabel 3 Tata Usaha dan Karyawan No 1 2 3 4 Jabatan Kaur TU Karyawan Pesuruh Penjaga Malam Jumlah PT / PNS PTT/ Honorer 1 1 2 4 Jumlah 1 1 2 4

Tabel 4 Keadaan Tenaga Pengajar dan Tenaga Administrasi serta Pesuruh MTs NU Krui Lampung Barat No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 NAMA GURU AUZAIE ALWI HOTMAN,S.PdI BUDI SANTRI A.ZAIRI.BZ SUHARDI M.TAHRIR,BA EFRIYANTI MURSIDA WATI MURSAL AMIR L/P L L L L L L P P L PEND SP.IAIN S1.STAI SMA SP.IAIN SMK IAIN SMA SMA PGSLTP JABATAN Kamad Wa.Kamad Waka Siswa Humas Ka. TU SKI.Aqidah Akhlak Matematika, IPA B.Arab, Aswaja Matematika, Tinkom MATA PELAJARAN

Bendahara Sekolah Ka.Perpustakaan Kesenian Guru Guru

IPA, B.Daerah B.Inggris

48

10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30

LEKAT SUANDA,S.Ag RINA KUSWARI HENDRIYANSAH NURWILAYATI M.DAYARBI SYAMSUL BAHRI GUSTIA PUTRI,S.Pd ZULAIHA PURWANTO ELI ZETTINA,S.Pd SRI LESTARI DONI OKTORIUS,A.Ma M.DASUKI BASRIYANTO SOLIHIN FAISAL AZIZ NELI YANTI,S.Sos HIRZAN FARID,BA ELY YUNIZAR,S.Pd AMIRUDDIN DEVI YUSANTI

L P L P L L P P L P P L L L L L P L P L P

S1.IAIN MAN PONTREN SMA MAN AAN S1.STKIP PONTREN MAIS S1.STKIP SMA DII.STAIN MAN MAN D1.STIUE PONTREN

Guru Guru Guru Guru Guru Guru Guru Guru Guru Guru Guru Guru Guru Guru Guru Guru

Fiqih PKn B. Inggris B.Indonesia, Kertangkes IPS PKn B.Inggris Fiqih Penjaskes B.Indonesia Matematika, Fisika IPS Quran Hadits Penjaskes Matematika, Tinkom Quran Hadits, Khot Imlak IPS B.Arab IPA Fiqih Aqidah Akhlak

S1.FISIPOL Guru PONTREN S1.UNILA PONTREN MAN Guru Guru Guru Guru

49

31 32

DISA PUTRA RIMUN

L L

PONTREN SLTP

Guru SCURITY

B.Arab

D.

Keadaan Siswa

Tabel 5 200 1 261 187 131 579 200 2 265 266 290 821 200 3 285 262 258 805 Jumlah Siswa 200 200 200 4 200 247 230 677 5 155 188 173 516 6 144 168 167 479 200 7 132 168 175 475 200 8 159 133 109 401

No

Kelas

Ket

1 VII 2 VIII 3 IX Jumlah E.

Keadaan Sarana dan Prasarana Tabel 6 Jumlah Bangunan dan Fasilitas Belajar No 1 2 3 4 5 Fasilitas Ruang Kelas Ruang Kepala Sekolah Ruang Guru Ruang Tata Usaha Laboratorium a. computer b. Fisika c. Biologi d. Kimia e. Bahasa Perpustakaan Ruang Keterampilan Ruang Kesenian Ruang BP/BK Ruang UKS Ruang AULA/GSG Jumlah 11 1 1 1 1 1 1 1 Luas 56 M2 15 M2 56 M2 15 M2 Ket

6 7 8 9 10 11

56 M2 56 M2 15 M2 15 M2 -

50

12 13 14 15 16 17 18 19 20

Ruang Ibadah Ruang Koperasi Rumah Dinas Kantin Asrama WC Guru WC Murid

1 1 1 10 2 7

100 M2 15 M2 16 M2 180 M2 8 M2 28 M2

Tabel 7 Ruang Kelas No 1 2 3 Kelas VII VIII IX Jumlah Jumlah Kelas 4 4 3 11 Tabel 8 Sarana Prasarana No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 Nama Barang Mesin TIK Komputer Kantor Komputer siswa Printer Scan Nilai Audio Visual Mesin Foto Copy Mesin Fax Meja Guru Meja Tata Usaha Meja Murid Filling Kabinet LCD/OHP Kendaraan Operasional Lain-lain Jumlah 2 6 3 1 48 4 210 1 1 Keterangan Keterangan

51

Tabel 9 Sarana Olah Raga No 1 2 3 4 5 6 Jenis Olah Raga Lapangan Bola Volly Lapangan Basket Lapangan Sepak bola Lapangan Badminton Tenis Meja Lainnya Jumlah 1 1 2 Keterangan

F.

Denah MTs. NU Krui Lampung Barat Gambar 1

52

U B S T

Ruang Guru WC & Kamar Mandi Putra Asrama

Ruang Keterampilan

Ruang UKS

WC Siswa Ruang Kelas IX.C Ruang Kelas IX.B Ruang Kelas IX.A Ruang Perpustakaan

Lapangan Olah Raga Dan Lapangan Upacara

0
Kantor MTs.NU Krui Ruang Kelas VIII.D Ruang Kelas VIII.C Ruang Kelas VIII.B Ruang Kelas VIII.A Ruang Kelas VII.D Ruang Kelas VII.C Ruang Kelas VII.B Ruang Kelas VII.A

Lapangan Olah Raga Dan Lapangan Upacara

WC.Siswa

Masjid MTs.NU Krui

WC & Kamar Mandi

Asrama Putri

BAB.IV ANALISIS DATA

53

Dalam penelitian yang berjudul hubungan kedisiplinan guru dengan motivasi belajar siswa kelas VII di MTs. NU Krui Lampung barat Tahun Pelajaran 2008 / 2009, terdapat dua variabele yaitu: Variable bebas Variable bebas dalam penelitian ini dalah kedisiplinan guru MTs. NU Krui Lampung Barat. Data tersebut peneliti peroleh dari hasil penyebaran angket kepada 30 orang siswa MTs. NU Krui Lampung Barat yang terdiri dari 15 pertanyaan berkaitan dengan hal-hal yang mempunyai indikasi tentang kedisiplinan guru MTs. NU Krui Lampung Barat. Variable terikat Variable terikat dalam penelitian ini adalah motivasi belajar siswa. Data tersebut peneliti peroleh dari hasil penyebaran angket kepad 30 orang siswa MTs. NU Krui Lampung Barat yang terdiri dari 15 pertanyaan yang berkaitan dengan hal-hal yang mempunyai indikasi tentang motivasi belajar siswa. Setelah data tentang kedisiplinan guru MTs. NU Krui Lampung Barat dan Hubungan Dengan Motivasi Belajar siswa diperoleh melalui angket, maka data tersebut di deskripsikan dalam bentuk table deskriftif dengan menggunakan rumus:

P = f x 100 % N Keterangan:

54

P = Presentase Yang Dicari F = Frekuensi Jawaban Responden N = Jumlah Responden 1. Variable kedisiplinan guru MTs. NU Krui Lampung Barat Tabel 10 Alternatif Jawaban F Fresentase a. Selalu 17 56,7% Apakah Guru anda b. Sering 12 40% 1 melaksanakan jadwal mengajar c. Kadang-kadang 1 3,3% dengan baik? d. Tidak Pernah Jumlah 30 100% Berdasarkan table di atas bahwa 56,7 % menjawab selalu, 40 % menjawab sering, 3,3 % menjawab kadang-kadang dan 0 % menjawab tidak pernah. Jadi dapat disimpulkan bahwa mayoritas guru selalu melaksanakan jadwal mengajar dengan baik. Tabel 11 Alternatif Jawaban F Fresentase a. Selalu 16 53,3% Apakah guru anda mengisi b. Sering 14 45,7% 2 daftar hadir setiap datang c. Kadang-kadang sekolah? d. Tidak Pernah Jumlah 30 100% Berdasarkan table di atas bahwa 53,3 % menjawab selalu, 45% menjawab sering, 0 % menjawab kadang-kadang dan 0 % menjawab tidak pernah. Jadi dapat disimpulkan bahwa mayoritas guru sering mengisi daftar hadir setiap datang sekolah Tabel 12 No 3 Indikator Alternatif Jawaban Apakah guru anda hadir a. Selalu dikelas tepat waktu untuk b. Sering memberi pelajaran pada anak? c. Kadang-kadang F 17 12 1 Fresentase 56,7% 40% 3,3% No Indikator No Indikator

55

d. Tidak Pernah Jumlah 30 100% Berdasarkan table di atas bahwa 56,7 % menjawab selalu, 40 % menjawab sering, 3,3 % menjawab kadang-kadang dan 0 % menjawab tidak pernah. Jadi dapat disimpulkan bahwa mayoritas guru sering hadir tepat waktu untuk memberikan pelajaran kepada anak. Tabel 13 Indikator Alternatif Jawaban F Fresentase Apakah guru anda a. Selalu 14 46,7% memberitahukan kepada b. Sering 15 50% 4 kepala sekolah jika c. Kadang-kadang 1 3,3% berhalangan hadir? d. Tidak Pernah Jumlah 30 100% Berdasarkan table di atas bahwa 46,7 % menjawab selalu, 50 % menjawab sering, 3,3 % menjawab kadang-kadang dan 0 % menjawab tidak pernah. Jadi dapat disimpulkan bahwa mayoritas guru selalu memberitahukan kepada kepala sekolah jika berhalangan hadir Tabel 14 Indikator Alternatif Jawaban F Fresentase Apakah guru anda a. Selalu 14 46,7% meninggalkan sekolah sesuai b. Sering 1 43% 5 dengan waktu yang telah c. Kadang-kadang 3 10% ditentukan? d. Tidak Pernah Jumlah 30 100% Berdasarkan table di atas bahwa 46,7 % menjawab selalu, 43 % menjawab sering, 10 % menjawab kadang-kadang dan 0 % menjawab tidak pernah. Jadi dapat disimpulkan bahwa mayoritas guru sering meninggalkan sekolah sesuai waktu yang telah ditentukan Tabel 15 No 6 Apakah Indikator guru Alternatif Jawaban anda a. Selalu F 18 Fresentase 60% No No

56

memberitahukan kepada kepala sekolah jika harus b. Sering 11 36,7% pulang dipertengahan pelajaran c. Kadang-kadang 1 3,3% karena ada urusan yang d. Tidak Pernah penting? Jumlah 30 100% Berdasarkan table di atas bahwa 60 % menjawab selalu, 36,7 % menjawab sering, 3,3 % menjawab kadang-kadang dan 0 % menjawab tidak pernah. Jadi dapat disimpulkan bahwa mayoritas guru sering memberitahukan kepada kepala sekolah jika harus pulang dipertengahan pelajaran karena ada urusan. Tabel 16 Alternatif Jawaban F Fresentase a. Selalu 14 46,7% Apakh guru anda b. Sering 13 43,3% 7 memanfaatkan waktu efektif c. Kadang-kadang 3 10% dan efisien? d. Tidak Pernah Jumlah 30 100% Berdasarkan table di atas bahwa 46,7 % menjawab selalu, 43,3 % menjawab sering, 10 % menjawab kadang-kadang dan 0 % menjawab tidak pernah. Jadi dapat disimpulkan bahwa mayoritas guru selalju memanfaatkan waktu belajar lebih efektif dan efisien. Tabel 17 Indikator Alternatif Jawaban Apakah guru anda a. Selalu melaksanakan KBM sesuai b. Sering 8 dengan yang telah c. Kadang-kadang direncanakan? d. Tidak Pernah Jumlah Berdasarkan table di atas bahwa 60 % menjawab selalu, 40 % 0% menjawab kadang-kadang dan 0 % menjawab tidak pernah. Jadi dapat disimpulkan bahwa mayoritas guru selalu melaksanakan KBM sesuai dengan yang telah direncanakan. No F Fresentase 18 60% 12 40% 30 100% menjawab sering, No Indikator

57

Tabel 18 Alternatif Jawaban F Fresentase a. Selalu 17 56,7% Apakah guru anda membuat b. Sering 11 36,7% 9 persiapan sebelum mengajar? c. Kadang-kadang 2 6,6% d. Tidak Pernah Jumlah 30 100% Berdasarkan table di atas bahwa 56,7 % menjawab selalu, 36,7 % menjawab sering, 6,6 % menjawab kadang-kadang dan 0 % menjawab tidak pernah. Jadi dapat disimpulkan bahwa mayoritas guru selalu membuat persiapan sebelum mengajar. Tabel 19 Alternatif Jawaban F Fresentase a. Selalu 15 50% Apakah guru anda memeriksa b. Sering 14 44,7% 10 kehadiran siswa sebelum c. Kadang-kadang 1 3,3% mengajar? d. Tidak Pernah Jumlah 30 100% Berdasarkan table di atas bahwa 50 % menjawab selalu, 44,7 % menjawab sering, 3,3 % menjawab kadang-kadang dan 0 % menjawab tidak pernah. Jadi dapat disimpulkan bahwa mayoritas guru sering memeriksa kehadiran siswa sebelum mengajar. Tabel 20 Alternatif Jawaban F Fresentase a. Selalu 20 66,7% Apakah guru anda berusaha b. Sering 4 13,3% 11 agar siswa dapat belajar c. Kadang-kadang 6 20% dengan efektif? d. Tidak Pernah Jumlah 30 100% Berdasarkan table di atas bahwa 66,7 % menjawab selalu, 13,3 % menjawab sering, 20 % menjawab kadang-kadang dan 0 % menjawab tidak pernah. No Indikator No Indikator No Indikator

58

Jadi dapat disimpulkan bahwa mayoritas guru kadang-kadang berusaha agar siswa dapat belajar secara efektif Tabel 21 Alternatif Jawaban F Fresentase a. Selalu 14 46,7% Apakah guru anda mengoreksi b. Sering 12 40% 12 tugas siswa? c. Kadang-kadang 4 13,3% d. Tidak Pernah Jumlah 30 100% Berdasarkan table di atas bahwa 46,7 % menjawab selalu, 40 % menjawab sering, 13,3 % menjawab kadang-kadang dan 0 % menjawab tidak pernah. Jadi dapat disimpulkan bahwa mayoritas guru selalu mengoreksi tugas siswa Tabel 22 Alternatif Jawaban F Fresentase a. Selalu 17 56,7% Apakah guru anda memberi b. Sering 8 26,7% 13 evaluasi setelah pembelajaran c. Kadang-kadang 5 16,6% selesai kepada siswa? d. Tidak Pernah Jumlah 30 100% Berdasarkan table di atas bahwa 56,7 % menjawab selalu, 26,7 % menjawab sering, 16,6 % menjawab kadang-kadang dan 0 % menjawab tidak pernah. Jadi dapat disimpulkan bahwa mayoritas guru selalu memberikan evaluasi setelah pembelajaran selesai kepada siswa. Tabel 23 Indikator Alternatif Jawaban F Fresentase Apakah guru anda memberikan a. Selalu 13 43,3% bimbingan kepada siswa yang b. Sering 15 50% 14 mendapat kesulitan dalam c. Kadang-kadang 2 6,7% belajar? d. Tidak Pernah Jumlah 30 100% Berdasarkan table di atas bahwa 43,3 % menjawab selalu, 50 % menjawab sering, 6,7 % menjawab kadang-kadang dan 0 % menjawab tidak pernah. No No Indikator No Indikator

59

Jadi dapat disimpulkan bahwa mayoritas guru sering memberikan bimbingan kepada siswa yang mendapat kesulitan dalam belajar. Tabel 24 Indikator Alternatif Jawaban F Fresentase Apakah guru anda memberikan a. Selalu 10 33,3% dorongan kepada siswa berupa b. Sering 12 40% 15 hadiah agar siswa termotivasi c. Kadang-kadang 8 26,7% untuk berprestasi? d. Tidak Pernah Jumlah 30 100% Berdasarkan table di atas bahwa 33,3 % menjawab selalu, 40 % menjawab sering, 26,7 % menjawab kadang-kadang dan 0 % menjawab tidak pernah. Jadi dapat disimpulkan bahwa mayoritas guru selalu memberikan dorongan kepada siswa berupa hadiah agar siswa termotivasi untuk berprestasi No

2. Variable Motivasi Belajar siswa Tabel 25 Alternatif Jawaban a. Selalu Saya mengikuti pelajaran tanpa b. Sering 1 paksaan tetapi dengan c. Kadang-kadang kemauan sendiri d. Tidak Pernah Jumlah Berdasarkan table di atas bahwa 60 % menjawab selalu, 36 % No Indikator F Fresentase 18 60% 11 36% 1 3,3% 30 100% menjawab sering,

3,3 % menjawab kadang-kadang dan 0 % menjawab tidak pernah. Jadi dapat disimpulkan bahwa mayoritas siswa selalu mengikuti pelajaran tanpa paksaan tetapi dengan kemauan sendiri. Tabel 26

No 2

Saya

Indikator senang jika

Alternatif Jawaban belajar a. Selalu

F 17

Fresentase 56,7%

60

11 36,7% 2 6,6% Jumlah 30 100% Berdasarkan table di atas bahwa 56,7 % menjawab selalu, 36,7 % menjawab dikelas sering, 6,6 % menjawab kadang-kadang dan 0 % menjawab tidak pernah. Jadi dapat disimpulkan bahwa mayoritas siswa selalu senang jika belajar dikelas. Tabel 27 Alternatif Jawaban F Fresentase a. Selalu 19 63,4% Saya merasa rugi jika tidak b. Sering 10 33,3% 3 masuk sekolah c. Kadang-kadang 1 3,3% d. Tidak Pernah Jumlah 30 100% Berdasarkan table di atas bahwa 63,4 % menjawab selalu, 33,3 % menjawab sering, 3,3 % menjawab kadang-kadang dan 0 % menjawab tidak pernah. Jadi dapat disimpulkan bahwa mayoritas siswa selalu merasa rugi jika tidak masuk sekolah. Tabel 28 Alternatif Jawaban F Fresentase a. Selalu 17 56,7% Saya merasa rugi jika salah b. Sering 11 36,7% 4 satu guru mata pelajaran tidak c. Kadang-kadang 2 6,6% hadir d. Tidak Pernah Jumlah 30 100% Berdasarkan table di atas bahwa 56,7 % menjawab selalu, 36,7 % menjawab sering, 6,6 % menjawab kadang-kadang dan 0 % menjawab tidak pernah. Jadi dapat disimpulkan bahwa mayoritas siswa sering merasa rugi jika salah satu guru mata pelajaran tidak hadir. Tabel 29 No 5 Saya Indikator mendengarkan Alternatif Jawaban guru a. Selalu F 16 Fresentase 53,4% No Indikator No Indikator

b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah

61

40 33,3% 4 13,3% Jumlah 30 100% Berdasarkan table di atas bahwa 53,4 % menjawab selalu, 33,3 % menjawab ketika sedang pelajaran menerangkan sering, 13,3 % menjawab kadang-kadang dan 0 % menjawab tidak pernah. Jadi dapat disimpulkan bahwa mayoritas siswa sering mendengarkan guru ketika sedang menerangkan pelajaran. Tabel 30 Alternatif Jawaban F Fresentase a. Selalu 21 70% Saya mengerjakan tugas yang b. Sering 9 30% 6 diberikan oleh guru c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah Jumlah 30 100% Berdasarkan table di atas bahwa 70 % menjawab selalu, 30 % menjawab sering, 0 % menjawab kadang-kadang dan 0 % menjawab tidak pernah. Jadi dapat disimpulkan bahwa mayoritas siswa selalu mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru. Tabel 31 Alternatif Jawaban a. Selalu Saya mengikuti pelajaran b. Sering 7 hingga selesai bel keluar c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah Jumlah Berdasarkan table di atas bahwa 60 % menjawab selalu, 33 % No Indikator F Fresentase 18 60% 10 33% 2 6,7% 30 100% menjawab sering, No Indikator

b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah

6,7 % menjawab kadang-kadang dan 0 % menjawab tidak pernah. Jadi dapat disimpulkan bahwa mayoritas siswa selalu mengikuti pelajaran hingga bel keluar. Tabel 32

62

Alternatif Jawaban F Fresentase a. Selalu 14 46,7% Jika saya sakit saya b. Sering 16 53,3% 8 memberikan surat kepada guru c. Kadang-kadang -% piket d. Tidak Pernah Jumlah 30 100% Berdasarkan table di atas bahwa 46,7 % menjawab selalu, 53,3 % menjawab sering, 0 % menjawab kadang-kadang dan 0 % menjawab tidak pernah. Jadi dapat disimpulkan bahwa mayoritas siswa jika sakit selalu memberikan surat kepada guru piket. Tabel 33 Alternatif Jawaban F Fresentase a. Selalu 22 73,3% Saya konsultasi kepada wali b. Sering 6 20% 9 kelas tentang kesulitan yang c. Kadang-kadang 2 6,7% saya hadapi disekolah d. Tidak Pernah Jumlah 30 100% Berdasarkan table di atas bahwa 73,3 % menjawab selalu, 20 % menjawab sering, 6,7 % menjawab kadang-kadang dan 0 % menjawab tidak pernah. Jadi dapat disimpulkan bahwa mayoritas siswa selalu konsultasi kepada wali kelas tentang kesulitan yang dihadapi di sekolah. Tabel 34 Alternatif Jawaban F Fresentase a. Selalu 15 50% Saya masuk kelas tepat pada b. Sering 14 46,7% 10 waktunya c. Kadang-kadang 3,3% d. Tidak Pernah Jumlah 30 100% Berdasarkan table di atas bahwa 50 % menjawab selalu, 46,7 % menjawab sering, 3,3 % menjawab kadang-kadang dan 0 % menjawab tidak pernah. Jadi dapat disimpulkan bahwa mayoritas siswa selalu masuk kelas tepat waktu. Tabel 35 No Indikator No Indikator

No

Indikator

63

Alternatif Jawaban F Fresentase a. Selalu 21 70% Saya mendengarkan jika salah b. Sering 7 23,3% 11 satu guru memberikan nasehat c. Kadang-kadang 2 6,7% kepada siswa d. Tidak Pernah Jumlah 30 100% Berdasarkan table di atas bahwa 70 % menjawab selalu, 23,3 % menjawab sering, 6,7 % menjawab kadang-kadang dan 0 % menjawab tidak pernah. Jadi dapat disimpulkan bahwa mayoritas siswa selalu mendengarkan jika salah satu guru memberikan nasehat kepada siswa. Tabel 36 Alternatif Jawaban F Fresentase a. Selalu 23 76,7% Sebelum belajar malamnya b. Sering 7 23,3% 12 saya membaca buku yang akan c. Kadang-kadang diajarkan besok d. Tidak Pernah Jumlah 30 100% Berdasarkan table di atas bahwa 76,7 % menjawab selalu, 23,3 % menjawab sering, 0 % menjawab kadang-kadang dan 0 % menjawab tidak pernah. Jadi dapat disimpulkan bahwa mayoritas siswa selalu belajar malam untuk persiapan besok. Tabel 37 Indikator Alternatif Jawaban F Fresentase Saya mengamalkan atau a. Selalu 23 76,7% mengerjakan dalam keseharian b. Sering 6 20% 13 saya apa yang diajarkan guru c. Kadang-kadang 1 3,3% dikelas d. Tidak Pernah Jumlah 30 100% Berdasarkan table di atas bahwa 76,7 % menjawab selalu, 20 % menjawab sering, 3,3 % menjawab kadang-kadang dan 0 % menjawab tidak pernah. Jadi dapat disimpulkan bahwa mayoritas siswa kadang-kadang mengamalkan dalam keseharian apa yang di ajarkan guru dikelas. No No Indikator

No

Indikator

64

Tabel 38 Indikator Apakah guru anda memberikan bimbingan kepada siswa yang 14 mendapat kesulitan dalam belajar? Jumlah Berdasarkan table di atas bahwa 53,4 No F Fresentase 16 53,4% 13 43,3% 1 3,3% 30 100% % menjawab selalu, 43,3 % menjawab Alternatif Jawaban a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah

sering, 3,3 % menjawab kadang-kadang dan 0 % menjawab tidak pernah. Jadi dapat disimpulkan bahwa mayoritas siswa selalu merasa rugi jika guru menerangkan pelajaran kurang jelas. Tabel 39 Indikator Alternatif Jawaban Apakah guru anda memberikan a. Selalu dorongan kepada siswa berupa b. Sering 15 hadiah agar siswa termotivasi c. Kadang-kadang untuk berprestasi? d. Tidak Pernah Jumlah Berdasarkan table di atas bahwa 60 % menjawab selalu, 20 % No F Fresentase 1 60% 6 20% 6 20% 30 100% menjawab sering,

20 % menjawab kadang-kadang dan 0 % menjawab tidak pernah. Jadi dapat disimpulkan bahwa mayoritas siswa selalu bertanya ketika guru kurang jelas menerangkan.

Tabel 40 Skor Angket Kedisiplinan Guru MTs. NU Krui Lampung Barat (Data Variable X) No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 0 1 1 1 2 1 3 1 4 1 5 Jumlah

65

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30

3 4 3 4 3 4 3 4 3 3 4 4 4 2 4 4 3 4 4 3 4 4 2 3 4 3 3 4 4 4

4 4 3 4 3 4 4 4 4 4 3 3 3 3 4 4 3 4 3 3 4 3 3 3 3 3 4 4 4 4

3 4 4 4 4 3 3 3 3 2 4 4 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 4 4 2 4

3 3 3 4 4 3 4 3 3 3 2 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 3 3 3 3 4 3 4 3

3 4 4 3 4 4 3 4 4 2 4 2 4 3 3 3 4 3 3 3 4 3 3 3 4 2 3 4 4 4

4 3 3 4 3 3 2 3 3 4 4 4 4 4 3 4 4 3 3 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4

3 4 3 4 3 4 3 4 2 3 4 4 3 3 4 3 4 4 3 4 4 3 2 4 3 4 3 2 4 3

4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 4 4

3 4 4 4 3 4 3 4 4 3 2 2 3 4 3 4 4 3 4 3 3 4 4 3 4 3 3 4 4 4

4 4 2 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 4 3 2 3 3 3 3 3 3

4 4 4 4 4 4 3 4 2 2 4 4 4 3 4 4 3 4 4 2 2 4 2 3 3 4 4 4 4 4

4 3 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 4 4 4 2 3 4 4 2 3 4 3 3 4 4 4 3 4 3

3 4 3 4 2 4 4 4 2 2 2 4 4 4 3 3 3 4 3 4 4 2 4 4 4 3 3 4 4 4

4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 2 2 4 3 3 3 3 3 4

3 4 4 2 2 2 2 3 3 3 4 4 2 4 4 4 3 3 3 2 2 2 2 3 3 3 4 3 4 3

52 56 52 57 50 55 48 55 48 46 52 53 54 52 53 52 52 54 51 49 52 49 43 48 51 48 52 52 56 55

Untuk mengetahui nilai kedisiplinan guru MTs. NU Krui Lampung Barat, penulis menggunakan table distribusi frekuensi data kelompok. Dalam membuat table distribusi frekuensi data kelompok perlu ditempuh cara dan langkah sebagai berikut: a. mencari Highest Score (H) dan Lowest (L), dari nilai angket diperoleh H=57, dan L=43

66

b. menetapkan luas penyebaran yang ada, atau mencarui banyaknya nilai, mulai dari nilai terendah sampai dengan nilai tertinggi, yang biasa di sebut total range saja dan diberi lambing dengan huruf R, dengan menggunakan rumus: R=H-L Keterangan : R= Total Range H= Highest Score L= Lowest Score I= Bilangan Konstan Diatas telah diketahui H = 55 dan L = 43 maka dengan mudah dapat di peroleh R, yaitu; R = 57 43 + 1 = 15 c. Menetapkan besar atau luasnya kelompok data untuk masing-masing kelompok data atau juga interval. Dalam menetapkan interval ini penulis menggunakan rumus Struggest dengan rumus: K = 1 = 3,3 log n Keterangan: K= Banyaknya Kelas 1= 3,3= Bilangan Konstan N= Banyaknya Data (Frekuensi) K= 1 + 3,3.1,477 K= 6,39 = 6,4

67

P=R K

P = 15 = 2,3 6,4

Untuk lebih jelasnya data kedisiplinan guru MTs. NU Krui Lampung Barat dapat dilihat dalam table berikut: Tabel 41 Interval 57-54 53-50 49-46 45-42 Jumlah Frekuensi 8 14 7 1 30 Prosentase 26,7 % 46.7 % 23,3 % 3,3 % 100 % Tingkat Kedisiplinan Sangat Disiplin Disiplin Kurang Disiplin Tidak Disiplin

Dari perolehan nilai diatas dapat dibuat kategorisasi tingkat kedisiplinan guru MTs. NU Krui Lampung Barat sebagai berikut: Yang bernilai 57-54 kategori disiplin, dan ini diperoleh sebanyak 8 orang. Yang bernilai 53-50 kategori disiplin, dan ini diperoleh sebanyak 14 orang. Yang bernilai 49-46 kategori disiplin, dan ini diperoleh sebanyak 7 orang. Yang bernilai 45-42 kategori disiplin, dan ini diperoleh sebanyak 1 orang. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kedisiplinan guru MTs. NU Krui Lampung Barat pada kategori disiplin, karena nilai ini diperoleh mayoritas siswa yang berjumlah 14 orang dari 30 siswa yang menjadi sample penelitian. Tabel 42

68

Skor Angket Kedisiplinan Guru MTs. NU Krui Lampung Barat (Data Variable Y) No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 1 4 4 4 4 4 3 3 3 4 4 4 4 2 3 4 3 3 4 4 3 4 4 4 3 4 4 3 3 4 3 2 4 4 4 2 3 3 4 3 4 4 4 3 3 4 3 3 4 2 4 4 4 3 3 4 3 3 4 4 4 4 3 3 4 3 4 4 3 4 4 3 4 2 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 3 4 4 3 4 4 4 4 3 4 2 4 3 4 4 4 4 4 3 3 3 3 2 4 4 4 4 3 4 3 3 3 4 4 3 4 5 3 4 3 2 4 4 4 3 4 4 4 3 3 4 4 4 3 4 2 4 4 3 3 3 4 2 3 4 2 4 6 4 3 3 4 3 3 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 3 4 7 3 4 4 4 2 4 3 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 3 4 3 4 3 2 4 3 4 3 4 4 3 8 3 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 3 3 4 3 3 3 3 4 4 4 3 3 2 3 3 3 3 4 4 9 4 4 2 4 4 4 4 3 2 4 3 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 4 3 4 3 4 4 1 0 4 2 3 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 3 3 4 3 3 3 4 3 4 3 3 3 4 3 4 3 4 1 1 4 4 3 4 4 2 3 4 2 4 4 4 3 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 1 2 4 4 3 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 3 3 4 4 4 4 4 4 1 3 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 2 4 4 1 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 3 2 4 4 3 4 3 3 3 4 3 4 2 4 3 3 4 3 3 4 1 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 2 3 4 3 2 3 2 4 2 4 4 3 4 3 2 3 4 4 Jumlah 56 57 51 54 52 53 54 56 54 55 55 53 51 55 52 53 49 53 54 58 54 54 50 51 53 49 52 50 53 58

Untuk mengetahui nilai Motivasi Siswa MTs. NU Krui Lampung Barat, penulis menggunakan table distribusi frekuensi data kelompok. Dalam membuat table distribusi frekuensi data kelompok perlu ditempuh cara dan langkah sebagai berikut:

69

d. mencari Highest Score (H) dan Lowest (L), dari nilai angket diperoleh H=58, dan L=49 e. menetapkan luas penyebaran yang ada, atau mencarui banyaknya nilai, mulai dari nilai terendah sampai dengan nilai tertinggi, yang biasa di sebut total range saja dan diberi lambing dengan huruf R, dengan menggunakan rumus: R=H-L Keterangan : R= Total Range H= Highest Score L= Lowest Score I= Bilangan Konstan Diatas telah diketahui H = 58 dan L = 49 maka dengan mudah dapat di peroleh R, yaitu; R = 58 49 + 1 = 9 f. Menetapkan besar atau luasnya kelompok data untuk masing-masing kelompok data atau juga interval. Dalam menetapkan interval ini penulis menggunakan rumus Struggest dengan rumus: K = 1 = 3,3 log n Keterangan: K= Banyaknya Kelas 1+ 3,3= Bilangan Konstan N= Banyaknya Data (Frekuensi) K= 1 + 3,3.log 30

70

K= 1+3,3.1,477 K= 6,39 = 6,4

P=R K

P = 9 = 1,4 6,4

Untuk lebih jelasnya data Motivasi Siswa MTs. NU Krui Lampung Barat dapat dilihat dalam table berikut: Tabel 43 Interval Frekuensi Prosentase Tingkat Kedisiplinan 58-56 6 20 % Motovasi Tinggi 55-53 15 50 % Motivasi Sedang 52-50 7 23,3 % Motivasi Rendah 49-47 2 6,7 % Tidak Ada Motivasi Jumlah 30 100 % Dari perolehan nilai diatas dapat dibuat kategorisasi tingkat Motivasi Belajar Siswa MTs. NU Krui Lampung Barat sebagai berikut: Yang bernilai 58-56 kategori Motivasi Tinggi, dan ini diperoleh sebanyak 6 orang. Yang bernilai 55-53 kategori Motivasi Sedang, dan ini diperoleh sebanyak 15 orang. Yang bernilai 52-50 kategori Motivasi Rendah, dan ini diperoleh sebanyak 7 orang.

71

Yang bernilai 49-47 kategoriTidak ada Motivasi, dan ini diperoleh sebanyak 2 orang. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Motivasi Belajar Siswa MTs. NU Krui Lampung Barat pada kategori Motivasi Sedang , karena nilai ini diperoleh dari mayoritas siswa yang berjumlah 15 orang dari 30 siswa yang menjadi sample penelitian. Kemudian untuk mengetahui korelasi antara kedisiplinan Guru MTs. NU Krui Lampung Barat dengan Motivasi Belajar Siswa, penulis menggunakan rumus produk moment dengan memasukkan data yang diperoleh ke dalam table sebagai berikut:

Table 44 Angka Indeks korelasi antara variable X dan Y Subjek 1 2 3 4 5 6 7 X 52 56 52 57 50 55 48 Y 56 57 51 54 52 53 54 X2 2704 3136 2704 3249 2500 3025 2303 Y2 3136 3249 2601 2916 2704 2809 2916 XY 2912 3192 2652 3078 2600 2915 2592

72

8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 N=30

55 48 46 52 53 54 52 53 52 52 54 51 49 52 49 43 48 51 48 52 52 56 55 X=1547

56 54 55 55 53 51 55 52 53 49 53 54 58 54 54 50 51 53 49 52 50 53 58 Y=1599

3025 2303 2116 2704 2809 2916 2704 2809 2704 2704 2916 2601 2401 2704 2401 1849 2303 2601 2303 2704 2704 3136 3025 2 X =80064

3136 2916 3025 3025 2809 2601 3025 2704 2809 2401 2809 3364 2916 2916 2916 2500 2601 2809 2401 2704 2500 2809 3364 2 Y =85391

3080 2592 2530 2860 2809 2757 2860 2756 2756 2548 2862 2754 2842 2808 2646 2150 2448 2703 2352 2704 2600 2968 3190 XY=82516

N=30 rxy= rxy= rxy=

X=1547

Y=1599

X2=80064

Y2=85391

XY=82516

N. XY-(X)(Y) [(N.X2 (X) 2(Y2 (Y) 2] 30.82516 ( 1547 0 ( 1599) [30.80064 ( 1547 ) 2 ( 30.85391 ( 1599) 2] 2475480 2473653 [(2401920 ( 2393209 ) ( 2561730 ( 2556801)]

73

rxy= rxy= rxy= rxy=

1827 8711 . 4929 1827 42936519 1827 6552,5963 0,27

C. Interprestasi Dan Analisis Hasil Penelitian Setelah melakukan perhitungan secara keseluruhan, maka hasil yang didapatkan antara kedisiplinan guru MTs. NU Krui Lampung Barat dengan motivasi belajar siswa, diperoleh angka indeks kproduct moment sebesar 0,27. Setelah diketahui hubungannya, kemudian diadakan interprestai data dengan dua cara sebagai berikut: Interprestasi Kasar Atau Sederhana. Dari perhitungan diatas, angka indeks korelasi (rxy) berhasil diperoleh yaitu sebesar 0,27 dan tidak bertanda negative. Ini berarti korelasi antara variable X (Kedisiplinan guru MTs.NU Krui Lampung Barat) terdapat hubungan yang searah atau terdapat korelasi positif diantara kedua variable tersebut, artinya: semakin berdisiplin guru MTs.NU Krui Lampung Barat, maka semakin tinggi pula motivasi siswa dalam belajar. Selanjutnya besarnya rxy yang diperoleh (yaitu 0,27) ternyata terletak diantara 0,20-0,40. berdasarkan pedoman atau ancar-ancar dapat dinyatakan bahwa korelasi antara variable X dan variable Y terdapat korelasi yang lemah atau rendah. Dengan demikian secara sederhana penulis dapat memberikan interprestasi terhadap rxy tersebut, yaitu bahwa sekalipun terdapat korelasi positif antara kedisiplinan guru MTs. NU Krui Lampung Barat dengan motivasi belajar siswa, namun korelasi itu adalah korelasi yang lemah (hubungan antara kedua variable itu lemah). Interprestasi dengan menggunakan table nilai r product moment

74

Rumusan hipotesa kerja / Alternatif (Ha) dan Hipotesa Nihil (Ho), yang penulis ajukan adalah: Ha : terdapat korelasi positif yang signifikan antara variable X (kedisiplinan Guru MTs. NU Krui Lampung Barat) dan variable Y (motivasi belajar siswa). Ho : Tidak terdapat korelasi positif yang signifikan antara variable X (kedisiplinan Guru MTs. NU Krui Lampung Barat) dan variable Y (motivasi belajar siswa) Adapaun criteria pengajuannya adalah jika r_hitung>r table maka Ha diterima dan Ho ditolak. Sebaliknya jika r_hitung<r diterima. Kemudian penulis mencari derajat bebasnya (df atau db). Rumusnya adalah sebagai berikut: Df = N-nr = 30-2 = 28 Dengan memeriksa table r produck moment ternyata df sebesar 28 dan taraf signifikasi 5 % diperoleh r 5
table table

maka Ha di tolak dan Ho

= 0,361, sedangkan para taraf , maka

signifikasi 1 % diperoleh r table = 0,363. Dengan demikian ternyata rxy atau ro (yang besarnya 0,26) adalah jauh lebih kecil dari pada hipotesis alternatif disetujui. Dengan demikian penulis dapat menarik kesimpulan bahwa: korelasi positif antara Kedisiplinan Guru MTs. NU Krui Lampung Barat dan motivasi Belajar Siswa disini bukanlah korelasi positif yang signifikan. Analisi Diterminasi Selanjutnya dilakukan analisis diterminisasi dari angka indeks korelasi (rxy) produck moment yang telah diperoleh dengan rumus: Kd Kd Kd = r2 x 100 % = (0,27)2 x 100 % = 0,000729 x 100 %
r table

ditolak, sedangkan hepotesis nihil diterima atau

75

Kd

= 0,0729 %

Dari perhitungan koefiasient determinasi diketahui bahwa nilai koofisien determinasinya sebesar 0,0729 %. Hal ini menunjukkan bahwa variable x (Kedisiplinan Guru MTs. NU Krui Lampung Barat) mempengaruhi atau memberikan kontribusi kepada variable Y (motivasi Belajar Siswa) sebesar 0,0729 %. Adapun sisanya adalah factor factor-faktor lain yang dapat mempengaruhi motivasi belajar siswa dan tidak diteliti oleh siswa, seperti motivasi dari diri sendiri, pengaruh lingkungan, orang lain dianggap penting selain guru agama, factor emosional dan sebagainya.

BAB.V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang hubungan kedisiplinan guru dengan motivasi belajar siswa, yang penulis lakukan mulai tanggal 05 30 maret 2009, di MTs. NU Krui Lampung Barat, maka dapat di tarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Kedisiplinan guru MTs. NU Krui Lampung Barat tergolong disiplin. Hal ini dapat dilihat dari hasil angket 2. Motivasi belajar siswa MTs. NU Krui Lampung Barat tergolong pada kategori Motivasi sedang.

76

3. Ada pengaruh yang signifikan antara hubungan kedisiplinan guru dengan motivasi belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari hasil korelasi product moment dan statistik uji yang telah dilakukan. 4. Hasil korelasi produck moment tersebut sebesar 0.27 ternyata terletak antara 0,20-0,40 yang berarti korelasi antara hubungan kedisiplinan guru dengan motivasi belajar siswa MTs. NU Krui Lampung Barat adalah korelasi yang tergolong lemah. B. Saran Berdasarkan kesimpulan diatas, maka penulis mengajukan saran sebagai berikut: 1. Guru MTs. NU Krui Lampung Barat memang sudah memiliki kedisiplinan yang cukup, tetapi alangkah lebih baik lagi lebih meningkatkan kedisiplinan. Karena, para guru tidak hanya bertugas sebagai pengajar yang mengajarkan intelektual semata, tetapi juga sebagai pembimbing yang mengarahkan siswa untuk terus berprestasi dan sebagai pendidik yang menanamkan nilai moral agar siswa menjadi pribadi yang baik. 2. Hendaknya para guru MTs. NU Krui Lampung Barat mempertahankan kedisiplinannya karena dengan disiplin gurulah anak-anak akan meniru guru dalam segala hal, jika guru itu disiplin maka anak didikpun akan termotivasi lagi dalam mengkuti pembelajaran disekolah. 3. Peneliti menyadari meskipun penelitian ini telah berhasil di menguji adanya pengaruh antara kedisiplinan guru MTs. NU Krui Lampung barat denganmotivasi belajar siswa. Banyak factor lain yang mungkin ikut mempengaruhi motivasi belajar siswa, seperti lingkungan sekolah, keluarga, kecerdasan siswa, status sekolah dan factor-faktor lain yang belum diketahui. Untuk itu diperlukan penelitian lebih lanjut.

77

You might also like