You are on page 1of 4

I R O N I. Irony, is a state of affairs or a result contrary to what was, or was to be, expected.

( Webster Student Dictionary) Sahdan, ada sebuah kerajaan yang dipimpin oleh Sri Baginda Yusuf, seorang raja yang sangat dipatuhi oleh rakyatnya. Dalam rangka mengantisipasi penanggulangan bahaya kemarau panjang, sang raja memerintahkan perdana menterinya memberitahu rakyat, agar supaya waspada terhadap kebakaran. Perintah raja ini dalam wakru singkat sudah dimengerti oleh seluruh rakyat yang dengan secara serentak mengatakan, AWAS KEMARAU PANJANG. KEBAKARAN MUDAH TERJADI. Setelah beberapa bulan berjalan, terjadilah kebakaran hebat di kerajaan itu, bahkan kebakaran sampai menghanguskan istana raja Sri Baginda Yusuf. Cerita fiktif diatas, melukiskan sebuah ironi dalam kehidupan. Negeri kita, belakangan ini banyak dihujani oleh ironi yang dahsyat. Contoh yang sedang hangat saat ini adalah apa yang terjadi pada Partai Demokrat dimana pak SBY beserta petinggi partainya bertekad mengatakan TIDAK TERHADAP KORUPSI, tetapi kenyataannya justru menghasilkan sebuah ironi. Setiap Kementerian memiliki lembaga Inspektur Jenderal yang bertugas mengawasi kegiatan kementerian bersangkutan, namun korupsi masih berulang dalam modus yang sama disana dan tidak mampu diatasi. Ada rencana swa sembada beras tetapi impor masih terus dilakukan. Begitu pula dengan garam, bawang. Ada anjuran menggunakan produksi dalam negeri tetapi pasar dibanjiri oleh barang impor. Hampir dalam setiap segi kehidupan kita dipenuhi oleh ironi. Apa yang menyebabkan bangsa ini lebih banyak memproduksi ironi dari pada berbuat sesuai dengan what was, or was to be expected? Kalau kita kembali ke cerita fiktif diatas, seluruh rakyat tahu bahwa kamarau panjang mudah menimbulkan kebakaran, tetapi apa yang mereka tidak tahu adalah bagaimana mengurus yang mereka tahu itu menjadi sebuah tindakan.

2 Ketidaktahuan kita bagaimana mengurus apa yang kita tahu menjadi sebuah tindakan inilah, pangkal dari seluruh ironi yang dihadapi bangsa kita saat ini. Betapa tidak. Sejak dari SD sampai S3 kita dilatih untuk tahu sampai mampu berpikir tentang segala hal, tetapi tidak pernah dilatih untuk mampu berbuat. Sinyalemen Prof. Rheinald Kasali Guru Besar Ilmu Mananjemen Universitas Indonesia, yang berbunyi bahwa sistim pendidikan kita hanya sampai ke taraf mampu to know dan to think, tetapi tidak sampai ke kemampuan to do. Masaalahnya sekarang, ada tidak ilmu yang membuat kita mampu berbuat? Pada pertengahan abad XVIII terjadi apa yang disebut Revolusi Industri yang dimulai di Inggeris yang mengubah besaran ekonomi dunia menjadi sepuluh kali lipat sampai saat ini. Kurang lebih satu abad sesudahnya ditemukan cara berindustri baru yang dikenal dengan sebutan scientific management. Penemuan ini bermakna bahwa management itu sudah ada dan dikenal sebelumnya, dan management macam ini kita sebut sebagai traditional management. Indonesia termasuk bangsa yang tidak melaksanakan revolusi industri, karena pada saat revolusi ini dimulai dan berkembang dengan pesat, kita belum lahir, sehingga kita tidak memiliki sedikitpun memori tentang revolusi industri termasuk scientific managementnya. Hal itu mengakibatkan management yang kita jalani saat ini adalah sebuah traditional management. Kita semua tahu bahwa management itu paling tidak memiliki empat fungsi yaitu Planning, Organizing, Actuating dan Control disingkat POAC. Bagi orang yang menerapkan scientific management, POAC ini dikerjakan dalam sebuah urutan yang dirancang secara ilmiah dalam sebuah rangkaian tindakan. Pertama, Planning, tindakan kedua berupa Organizing dan Actuating yang disatukan dalam kategori Do dan yang ketiga adalah Control, sehingga timbul singkatan baru dari POAC yaitu Plan, Do, Check. Ketiga kegiatan ini dilakukan secara berkaitan satu sama lain. Sebuah pekerjaan atau hasil yang ingin dicapai, direncanakan dulu secara spesifik, terukur, akuntabel, realistis dan memiliki jadwal waktu. Untuk mengerjakan rencana tersebut perlu pelaksanaan dengan organisasi yang tugas dan wewenang pelaksanaannya serta garis komando dan recruitment yang jelas.

3 Setelah itu, baru diperiksa apakah pelaksanaan itu sesuai dengan rencana. Jadi fungsi Control itu memiliki obyek yang jelas, yaitu menemukan perbedaan antara yang direncanakan dan yang dilaksanakan. Bila terjadi perbedaan antara yang direncanakan dan yang dilaksanakan, maka segeralah diadakanlah perbaikan, dapat dengan perbaikan pada sisi perencanaan maupun perbaikan pada sisi pelaksanaan. Perbaikan ini merupakan jiwa dari manfaat dan kemajuan yang didapatkan dari pelaksanaan scientific management. Akhirnya secara keseluruhan pelaksanaan scientific management ini, disingkat menjadi, Plan, Do, Check and Development. Traditional management, menganggap keempat fungsi POAC ini berjalan sendiri sendiri, sehingga tidak terintegrasi dalam sebuah tindakan yang dapat dirancang secara ilmiah. Hal yang menyolok adalah fungsi pengawasan yang terlepas dari fungsi lain sehingga obyek dan tugasnya menjadi tidak jelas. Upaya memperjelas fungsi pengawasan ini malah menyesatkan tatkala fungsi ini dianggap sebagai kewajiban pengawas, sehingga tiba pada sebuah definisi baru yang menyesatkan yaitu pengawasan melekat. Kelemahan lain adalah perencanaan yang tidak ilmiah sehingga lebih banyak berupa keinginan dan angan angan saja. Tidak adanya organisasi yang menguraikan tugas dan wewenang dan garis komando yang jelas dalam pelaksanaan, serta sistim recruitment yang buruk, membuahkan ketidakmampuan traditional management ini dalam pelaksanaanya Kelemahan traditional management dalam segala fungsinya inilah yang menyebabkan tata kehidupan bangsa ini menjadi kacau balau.Kondisi inilah yang menyebabkan produksi ironi di negeri ini makin lama makin semarak dan seolah olah tidak dapat dibendung lagi. Solusinya, kita harus melakukan revolusi industri, walaupun terlambat. Betul kata bung Karno, revolusi belum selesai. Jakarta 29 Februari 2012

Eddy O.M. Boekoesoe

You might also like