You are on page 1of 3

UJIAN TENGAH SEMESTER ETIKA BISNIS Nama : Mokh.

Esmed Husairi NIM : 09660011

1. Apa arti sesungguhnya dari kebijakan atau tindakan perusahaan yang beretika? Jawaban: Arti sesungguhnya dari kebijakan atau tindakan perusahaan yang beretika adalah perusahaan yang menjalankan usahanya dengan mengikuti dan mematuhi hukum dan norma-norma yang berlaku. Serta dalam mengambil keputusan atau kebijakan selalu memperhatikan nilai-nilai kemanusiaan, menghargai dan memperlakukan karyawan dengan baik serta tidak merusak lingkungan sekitar dalam kegiatan operasional perusahaan. 2. Bagaimana membangun karakter karyawan atau bawahan yang memadai? Jawaban: Membangun karakter karyawan yang memadai dapat meliputi menanamkan sifat disiplin pada karyawan, memberikan penghargaan bagi karyawan yang berprestasi, memberikan sangsi bagi karyawan yang berbuat salah dan meningkatkan kualitas kecerdasan karyawan baik itu kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, dan kecerdasan spiritual. 3. Bagaimana sikap anda, jika menduduki pekerjaan yang tidak sesuai dengan hati nurani anda? Jawaban: Sikap saya jika menduduki pekerjaan yang tidak sesuai dengan hati nurani tergantung dari jenis pekerjaan dan lingkungan pada tempat kerjanya, apabila memungkinkan untuk kita menginterpresentasikan dan mengubahnya menjadi lebih baik menurut saya kita boleh untuk menerima pekerjaan itu dengan lapang dada dan mensyukurinya karena masih diberi kesempatan untuk perbaikan pada pekerjaan itu. Akan tetapi apabila menurut pandangan saya tidak memungkinkan untuk melakukan suatu perbaikan, maka sikap saya menolak pekerjaan itu insyaAllah adalah suatu pilihan yang terbaik dan bijak untuk diri kita.

4. Pada masa modern ini manusia mengedepankan kecerdasan intelektual dan menganggapnya mampu mengantarkan kesuksesan dalam kehidupan. Tapi dalam realita seringkali membawa manusia bersifat egois, materialistis, dan condong pada kapitalis, bagaimana pendapat anda? Jawaban: Pandangan bahwa kecerdasan intelektual (IQ) adalah syarat utama dan satu-satunya jalan untuk mengantarkan kesuksesan dalam kehidupan adalah pandangan yang keliru, karena selain kecerdasan intelektual, manusia juga harus memiliki kecerdasan spiritual (SQ) dan kecerdasan emosional (EQ). Kecerdasan intelektual tanpa diimbangi dengan kecerdasan spiritual dan kecerdasan emosional justru akan membawa manusia pada keburukan. Kebanyakan orang yang memiliki IQ baik, akan tetapi EQ-nya kurang baik secara langsung maupun tidak langsung dapat mengakibatkan seseorang tidak bisa bersosialisasi dan berkomunikasi dengan baik, serta cenderung individualis dan egois. Selain IQ dan EQ yang baik tidak akan imbang apabila tidak mempunyai SQ yang baik juga, karena apabila keduanya tidak dipadukan dengan SQ maka akan berakibat fatal. SQ sendiri adalah kecerdasan yang berperan sebagai landasan yang diperlukan untuk memfungsikan IQ dan EQ secara efektif. Jadi sifat egois, materialistis dan kapitalis serta sifat-sifat buruk lainnya terjadi karena antara kecerdasan intelektual (IQ), kecerdasan spiritual tidak saling ber-sinergi 5. Bagaimana mengombinasikan tiga kecerdasan manusia, yaitu EQ, IQ dan SQ dalam satu kesatuan yang integral dan transendental yang mampu menjadikan manusia sebagai khalifatullah fil ardh? Jawaban: Kecerdasan intelektual (IQ) saat ini menjadi parameter kecerdasan. Karena berpandangan menjadi manusia cerdas ala IQ, minimum harus punya skor 100. Di atas 100 maka potensi sukses dianggap sangat besar. Sebaliknya, di bawah 100 kerap ditengarai gagal. Sedangkan kecerdasan emosi (EQ) adalah bentuk kemampuan seseorang memahami diri sendiri, orang lain, lingkungan, serta kemampuan mengambil keputusan tepat dengan cara tepat, dan dalam waktu yang juga tepat. Dan EQ inilah yang menjadi kunci keberhasilan para bintang-bintang kinerja. Kenyataannya kemudian, IQ dan EQ saja belum cukup. Dikarenakan jika seorang memiliki IQ dan EQ tinggi tapi memiliki ambisi pribadi yang bisa merugikan orang kecerdasan emosional (EQ), dan

lain, dimana mempunyai kemampuan mampu mempengaruhi lingkungan, memikat hati dengan ucapan, peka mencari peluang, serta otak encer, tapi semua kecakapan tersebut digunakan untuk mencapai ego pribadi/golongan. Di samping itu, ternyata orang-orang sukses tersebut merasa kekeringan di tengah kesuksesannya. Ia merasa dikejar-kejar waktu, stres, dan merasa kurang dihargai, yang intinya kehilangan makna. Oleh karena itu diperlukan SQ sebagai kecerdasan untuk menghadapi persoalan makna atau value, yaitu kecerdasan untuk menempatkan perilaku dan hidup kita dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya, kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna dibandingkan yang lain. Untuk mengombinasikan ketiga kecerdasan tersebut agar mampu menjadikan manusia sebagai khalifatullah fil ardh langkah pertama adalah dengan membangun God Conciousness atau Rasa Kesadaran Ketuhanan, yaitu kesadaran merasa melihat dan dilihat Tuhan. Kemudian sifat-sifat Ketuhanan dijadikan nilai tertinggi, maka terciptalah 1 (satu) nilai universal seperti: kejujuran, kedamaian, kebersamaan, kasih sayang, disiplin, tanggungjawab, dan keadilan yang bersumber dari Asmaul Husna. Langkah kedua dengan dibangun 6 (enam) prinsip mental untuk membentuk kecerdasan emosi (EQ) yang terinspirasi dari 6 (enam) nilai-nilai Rukun Iman. Langkah ketiga adalah bagaimana mengaplikasikan nilai-nilai spiritual (SQ) dan mentalitas (EQ) ke dalam dimensi fisik (IQ) atau langkah nyata agar tetap pada garis orbit hukum alam, sehingga menciptakan langkah dan tindakan yang sesuai dengan nilai-nilai spiritual. Langkah tersebut diambil dari nilai-nilai 5 (lima) Rukun Islam. Jadi perpaduan antara IQ, EQ dan SQ yang berlandaskan atas God Conciousness dan nilai-nilai rukun iman dan rukun islam inilah yang akan membina jiwa kita secara utuh, sehingga kita dapat bekerja dengan baik dan menjalani kehidupan sebagai khalifahtullah fil ardh.

You might also like