You are on page 1of 9

MAKALAH MANUSIA DAN KEMATIAN Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas semester 1 mata kuliah IBD (Ilmu

Budaya Dasar)

Disusun oleh: Cici Chintia Sidiq Suprayogi M. Fauzan R

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM PERSATUAN ISLAM 2010-2011 M

KEMATIAN ATAU MAUT Kematian adalah sebuah fenomena yang ada di dunia ini. Kapan saja dan di mana saja diperlukan, ia harus menjemput manusia untuk meninggalkan dunia yang fana ini. Dengan jemputan kematian, ruh manusia harus berpisah dengan badannya. Dengan kata lain, kematian adalah jembatan yang harus dilalui oleh manusia untuk menuju dunia lain dari dunia fana ini. Satu masa seseorang hidup bersama kita, namun bila kematian menjemputnya maka ia harus meninggalkan dunia ini dengan tanpa kembali lagi. Kita telah banyak menyaksikan keluarga dan sanak famili kita sendiri telah meninggalkan dunia ini dan tidak kembali. Namun, mengapa sebagian manusia tidak berpikir bahwa kematian ini akan menjemputnya juga? Padahal, ia sering menyaksikan orang lain yang ajalnya sudah ditentukan telah dijemput oleh kematian? Atau sama sekali ia tidak berpikir kalau kematian satu saat bakal menjemputnya? Meskipun ia mempercayainya, akan tetapi ia merasa takut dan lari dari kematian. Untuk membuka teka-teki ini, penulis ingin mengkaji urgensi kematian menurut al-Quran dan hakikatnya menurut ucapan para Imam Maksum a.s. dan sebab ketakutan manusia dari kematian dan jalan keluarnya serta pengaruh dan manfaat mengingat kematian. Kematian adalah berpisahnya ruh dari badan. Badan akan rusak secara keseluruhan sementara ruh akan meneruskan kehidupannya yang abadi setelah mengalami perpisahan dengan badan. Allah berfirman dalam ayatNya:Pada hari ketika tiap- tiap diri mendapati segala kebaikan dihadapkan (di mukanya), begitu juga (kejahatan yang telah dikerjakannya; ia ingin kalau kiranya

antara ia dengan hari itu ada masa yang jauh; dan Allah memperingatkan kamu terhadap diri (siksa)-Nya. Dan Allah sangat Penyayang kepada hamba- hambaNya1. Bila manusia senantiasa sadar bahwa dunia ini hanya ladang untuk menanam amal kebaikan, dan akhirat adalah tempat untuk hidup abadi, sama sekali ia tidak akan berbuat curang dan penipuan. Imam Ali a.s. dalam hal ini berkata: orang yang memahami akhir kehidupannya, ia tidak akan berbuat curang dan penipuan. A. Pengertian Mati Kata mati berarti tidak ada, gersang, tandus, kehilangan akal dan hati nurani, kosong, berhenti, padam, buruk, lepasnya ruh dan jasad, (Q.S 2:28, 2:164, 33:52, 6:95). Pengertian mati yang sering di jumapi dalam istilah sehari-hari adalah: 1. Kemusnahan dan kehilangan total roh dan jasad. 2. Terputusnya hubungan antara roh dan badan. 3. Terhentinya budi daya manusia secara total. Mengenai pengertian mati yang pertama dan kedua di atas, kalau dikaji dengan keterangan-keterangan yang bersumber dari agama (Islam), maka kematian bukanlah kemusnahan atau terputusnya hubungan. Kematian hanyalah terhentinya budi daya manusia pada alam pertama, yang nanti akan dilanjutkan kehidupannya pada alam kedua. Ajaran agama menggambarkan konsepsi adanya pertalian alam dunia dan akhirat serta menggambarkan prinsip tanggungjawab manusia selama hidup di dunia. Hal ini dijelaskan dalam sabda Nabi Muhammad saw. sebagai
1 QS, Al-Imran: 30.

berikut: Apabila anak Adam telah mati, terputuslah daripadanya budi-dayanya kecuali tiga perkara: sedekah jariah, ilmu yang berguna, atau anak saleh yang mendoakan kebaikan bagi kedua orang tuanya. Demikian pula difirmankan Allah swt.: Dan janganlah kamu mengatakan terhadap orang-orang yang gugur di jalan Allah (bahwa mereka itu) mati, bahkan (sebenarnya) mereka itu hidup, tetapi kamu tidak menyadarinya.2 B. Proses Kematian (Sakaratul Maut) Proses kematian seseorang beraneka ragam, mulai dari proses mati dengan tenang sampai pada proses mati dengan terlebih dahulu mengalami kecelakaan dan sebagainya. Ini semuanya peristiwa lahir. Demikian pula dalam sikap batin, manusia menghadapi kematian bermacam-macam. Menurut ukuran agama, misalnya, ada yang mati dalam keadaan iman atau sebaliknya. Kesemuanya mempunyai penilaian atau penghargaan menurut dimensi agama yang berbedabeda. Seseorang yang mati syahid (membela agama) kedudukannya berbeda dengan seseorang yang mati bukan syahid. Proses kematian manusia tidak dapat diketahui atau digambarkan dengan jelas karena menyangkut segi fisik dan segi rohani. Dari segi fisik dapat diketahui secara klinis, yaitu seseorang dikatakan mati apabila pernapasannya dan denyut jantungnya berhenti. Dari segi rohani ialah proses roh manusia melepaskan diri dari jasadnya. Proses kematian dari segi rohani ini sulit digambarkan secara inderawi, tetapi nyata terjadi.
2

QS.Al-Baqarah: 54.

Istilah lain untuk proses kematian adalah sakaratul maut. Sakaratul maut artinya bingung, ketakutan dan kedahsyatan saat sedang dicabut rohnya dari badan yang perlahan-lahan bergeser ke paha, sampai ke kerongkongan, kemudian mata terbelalak ke atas mengikuti lepasnya roh. C. Fungsi Kematian Adakah fungsi kematian bagi manusia? Bila jawabannya didasarkan atas akal, Tentu sulit menjawabnya. Fungsi kematian ada apabila jawabannya bersumber dari ajaran-ajaran agama. Ajaran agama tidak memandang semata-mata sebagai kematian fisik, tetapi berfungi rohaniah, yaitu untuk memberikan pembalasan kepada manusia sesuai dengan amal perbuatannya sewaktu ia hidup. Orang yang mengikuti ajaran agama dengan sebenarnya dan sebaik-baiknya akan dijamin masuk surga, dan sebaliknya orang yang tidak mengikuti ajaran agama akan masuk neraka. Kalau demikian, kematian itu dapat merupakan bencana atau nikmat. Fungsi kematian adalah untuk menghentikan budi daya, prestasi, dan sumbangan seluruh potensi kemanusiaannya. Maka kematian itu bukan akibat kesalahannya atas dosanya kepada orang lain, atau tumbal, melainkan karena takdir.

D. Sikap Menghadapi Kematian Sikap menghadapi kematian adalah kecenderunagn perbuatn manusia dalam menghadapi kematian yang diyakininya bakal terjadi. Sikapnya bermacam-macam, sesuai dengan keyakinan dan kesadarannya.

1.

Orang yang menyiapkan dirinya dengan amal perbuatan yang baik karena menyadari bahwa kematian bakal datang dan mempunyai makna rohaniah.

2.

Orang yang mengabaikan peristiwa kematian, yang menganggap kematian sebagai peristiwa alamiah yang tidak ada makna rohaniahnya.

3.

Orang yang merasa takut atau keberatan untuk mati karena terpukau oleh dunia materi.

4.

Orang yang ingin melarikan diri dari kematian karena menggap bahwa kematian itu merupakan bencana yang merugikan, mungkin karena banyak dosa, hidup tanpa norma, atau beratnya menghadapi keharusan menyiapkan diri untuk mati.

Dari uraian di atas dapat dikemukakan pokok-pokok pikiran tentang mati sebagai berikut: 1. Mati adalah berhentinya budi daya manusia secara total. 2. Proses kematian menyangkut segi fisik dan segi rohani. 3. Sikap manusia menghadapi kematian bermacam-macam.

4. Kematian merupakan pengalaman akhir dari hidup seseorang. 5. Kesimpulan, konsepsi, atau pengertian tentang kematian lebih banyak diperoleh dari sumber-sumber agama seperti wahyu atau ajaran agama lainnya.

E. Makna Kematian Menurut B.S. Mardiatmadja (1987), makna di balik maut (kematian) itu adalah maut sebagai putusnya segala relasi, sebagai kritik atas hidup, sebagai pelepasan, sebagai awal hidup baru, dan Tuhan merupakan penguasa hidup dan maut. Selanjutnya Mardiatmadja menguraikan: Maut Sebagai Putusnya Segala Relasi Maut adalah putusnya segala relasi karena segala relasi terputus dengannya. Mati merupakan perpisahan, sebab si mati tidak dapat bertemu dengan kita, dan kita tidak dapat bertemu dengan si mati. Si mati tidak dapat melakukan sesuatu yang tidak sempat dilakukannya, demikian pula yang hidup tidak dapat mengerjakan sesuatu untuk si mati, misalnya membalas kebaikannya, memujinya, dan sebaginya. Maut Sebagai Kritik Atas Hidup Maut adalah arah utama dari hidup. Segala macam dimensi kebangsaan menjadi lenyap. Yang cantik, kekar, cerdas, dan sebagainya, menjadi layu dan lenyap. Tidak ada sedikit pun harta benda yang dimiliki terbawa ke kuburan. Hanya batu nisan dan upacara penguburan yang membedakan antar si kaya dan si miskin. Si mati sama saja, baik orang terhormat atau pun gembel. Maut adalah kesamarataan yang adil kepada semua manusia. Segala macam keangkuhan, tirani

atau kekuasaan menjadi ciut di hadapan maut. Maut Sebagai Pelepasan Pahit getirnya mengarungi kehidupan di zaman modern, semakin sukarnya mengadapi tuntutan zaman seperti sekolah, mencari nafkah, mencari kerja, tuntutan lingkungan dan sebagainya keadaan lingkungan yang kejam, penindasan, pemerasan, bahkan memadu cinta pun mungkin semakin terasa mengandung racun, semuanya itu dihayati sehingga sampai pada pemikiran bahwa maut merupakan pelepasan dari penderitaan hidup. Maut Sebagai Awal Hidup Baru Dalam suatu keyakinan agama, mati itu adalah awal dari hidup. Bahkan dalam bahasa agama, orang yang mati dalam jalan membela agamnya tidak dikatakan mati, tetapi mereka itu hidup (QS. 2: 154). Jadi, mati dalam hal ini merupakan peralihan ke hidup baru. Tuhan Sebagai Penguasa Hidup dan mati Seseorang yang menganut agama atau suatu kepercayaan mengakui bahwa Tuhan adalah penguasa hidup dan mati. Keyakinan ini tidak berlaku bagi seorang yang bernama Nabi Isa a.s. Nabi Isa, dengan membawa suatu tanda (mukjizat), mampu meniupkan roh sehingga burung menjadi hidup, dan menghidupkan orang yang mati dengan seizin Allah (QS. 3: 49). Nabi Isa dapat melakukan demikian, tetapi itu pun seizin Tuhan, artinya bahwa hidup dan mati itu milik Tuhan.

DAFTAR PUSTAKA

Soelaeman, M. Munandar. 2007. Ilmu Budaya Dasar. Bandung. PT Refika Aditama Notowidagdo, Drs. H. Rahiman. 2002. Ilmu Budaya Dasar Berdasarkan Al-Quran dan Hadits. Jakarta. PT Raja Grafindo Persada http://gaosulmuna.blogspot.com/2010/09/kematian.html file:///D:/My%20Documents/Unduhan/kematian/manusia-dan-kematian-emi-nurhayati.html http://hayati-hasan.blog.friendster.com/2009/06/erti-kematian/ http://www.scribd.com/doc/521984/Kebermaknaan-Kematian-Menurut-John-Hick

You might also like