You are on page 1of 15

:

Nomor 5, Tshun lll APril 2008 fs$N 1907 -3232

Mi

rx, rrur KEGURU. ,',.

(rKr.P)@
r.,.,,r'D.8NK${&'l,
1,,..-

PENDTDI'KAN

pelindung:
Drs. I l)ewa putu Tengah (pembina yplp pr IKI. Bari ) Drs. IGB. Arthanegara, S.H, M.pd. (Ketua yplp 'GRI I GrrSti NgUrAh OKA, S.H. (SEKrCtAriS YPLP PT IKIP PGzu BAIi)

i,Ti#;bir'ilrrir

Penanggung Jawab Drs. Redha Gunawan, MM (Rekror tKIp PGRI Bati)

Kerua Redaksi Dr. Nengah Arnawa, M.Hum

Sekretaris Re,Caksi Drs. Nyornan Astawarl, M.Hum.

Anggota Dewan Redaksi

Prof, -Dr. surnarsono, M.Ed. ([Jndil.,ha) Prof' Dr' Ida Bagus Yudh? T.iguna, M.si. (IJnhi) Prof. Dr. I Nyoman wedakusulna, M.s, (unud) Dts' I Putu Karpika, M.Si; (IKIPpCnI Bali) Drs' I Wayan Citrawan, M.Pd. (IKI* ,GRI Bali) Drs. I wqyan susanta, M.pd. (Ii(Ip PGRI Bari) Drs' Pande wayan Bawa,y..si. dx,o Bali) Drs" I WayanBudiyasa, M_Si. (Ililp 'GRIBali) Drs' I Wayan Adnvana, M.M; L,{.Erg. 'GRI PGRI Bali) (IKIP Drs' A'A' Gede Ardaoo, M.For. ffflp Bali)

'GRI

Bendahara Drs. I Made Suarta, S.H; M.Hurn.

Distribusi

Drs. Dewa putu Juwana, M.pd. I Kefut Sudana, S.E.

Alarnar Redaksi Karnpus IKIP PGRI Bali Jalan Srro.l a - Tonja Denpasar ut ara Telepon (036t) 43 1434

DAFTANTSI
Halaman

Pengantar Redaksi

Daftar Isi Implementasi Pendidikar Sistem Ganda Sekolah Menengah Kejuruan di Denpasar Ditinjau dari Instruktur Industri
Oleh -Drs. I Made Dannhdil, h{.pc{.... ...... ...

ii iii

Guru Sejarah, objektivitas, dan subjektivitas dalam pengajaran


Sejarah Olgh Drs. I)gwa Madg Alit, Art.pd. ,.. ... ... ... ... . i. ... ..

Kompetensi Linguistik Bahasa Indonesi a Siswa Sekolah Menengah

Atas l.{enegeri di Denpasar


Mempengaruhinya
Oleh Drs.

dan

Beberapa Faktor yang

I Wayan Gunsrtln, M.pd.

22

Menumbuhkan Keterampilan Menulis Siswa sekolah Dasar Oleh Dr M.G. Rini Kristiarutari Implementasi Pembelajaran Terpadu di Kelas Awal sekorah Dasar Olgh Drs. Wyon Mgtgq M.pd. ... ... ... ... .

37

5l

Pilihan Materi dan Metodologi pembelajaran Bahasa BaIi di sekolah Dasar


Oleh Dr. NengahArnawa, M.Hum.
68

Model Layanan Bimbingar Keterampilan Hidup Berdasarkan Tri Hita Karana (studi Terhadap pemberdayaan Generasi Muda di Desa
Baha Kabupaten Badung provinsi Bali)

oleh Dn A.A. Ngurah Adhi putra, ad.pd.


Strategi Guru dalam Men
gaJar di

..

78

Sekolah Dasar
99

oleh Dra. Dewa,4yu llfudiasti, Iv{.pd.


Mengajarkan Keterampilan Menyimak di Sekolah Dasar

oleh Drs- It{yomanAstawon, Iv{.Hum. ......

111

iii

Aplikasi Teori MSA dalam pengajaran Semantik


O

leh lA.A.Ekasriadi, S.pd., M,Hum.

119

Korelasi antaraPendidikan dalam Keluarga a.ngun tvto;; urin* IPA pada siswa sD N 4 Subagan, Kecamatan Karangasem
Thhun

Pelijaran 2A06/2007

oleh Drs. I wayan suanda, s.p., M.si. dan Ni wayan Rotnqdi, spd. Pendekatan Komunikatif dalarn pembe rajaranBahasa
Oleh I Ketut Keriana, S.pd.,

..

137

M.pd.

l4g

Peranan orang Tua dalam Meningkatkan Minat Baca Oleh Drs. Ketut Yarsaffie, M.Htrm.
163

Hubungan antara IImu dan Agama


OIeh Drs.

I Wayan Arlartha,,S.ff.

M.Si,

175

1V

Widyadari Nomor 5 Tahun III

April Z00g

rssN

1907 _ 3232

PILIHAN MATERI DAN METODOLOGI PEMBELAJARAN BAHASA BALI DI SEKOLAII DASAR


Oleh Nengah Arnawa Dosen FPBS IKIP PGRI Bati

,
Pengajaran bahasa

Abstrak

yang segera harus dicarikan pemecahan. Banyak pelajar menganggap bahasa Bali merupakan salah satu pelajaran yang sulit dan tidak menarik dipelajari. Kondisi ini memperburuk proses pembelajaran bahasa Bali di Sekolah Dasar. Untuk mengatasi problematika ini adatigahal yang perlu mendapat perhatian. Pertama, pilihan ra:am bahasa sebagai pengantar dalam pembelajaran bahasa Bali. Bahasa pengantar merupakan instrumen penting untuk memahami substansi mareri ajar.

Bali di Sekolah Dasar kini menyimpan problemuika

Kegagalan siswa mempelajari materi ajat bahasa kekurangrahaman siswa pada bahasa pengantar

Bali bisa jadi

disebabkan oleh

yang digunakan guru.

pilihan ragam

bahasa pengantar yang tidak sesuai dengan keterampilan berbahasa murid merupakan salah satu penghambat pembelajaran bahasa Bali, khususnya di sekolah Dasar. Kedua,

pilihan rnateri ajaq yakni kesesuaian kompetensi linguistik siswa dengan materi ajar yang menjadi substansi pelajaran- Kesenjangan kompetensi linguistik anak-anak dengan pilihan materi ajar yang cukup jauh membuat mate ri ajar sulit dipahami. Kondisi

ini

mentuunkan motivasi siswa belajar bahasa Bali. Ketiga, metodologi pemb elajuan,yakni

proses penyajian materi ajat terpilih. Materi terpilih sebaiknya diajarkan secara kontekstual sehingga dirasakan bermakna oleh siswa. pembelaj arun yaugpenuh makna ini disebut pendekaran ppK (pebelajaran dan pengajaran
Konrekstual).

6B

Widyadari Nomor 5 Tahun III April200g rssN 1907 -3232

Abstract
The teaching of Balinese language in Elem eft.ary School face problems that strould

ugently be solved. A lot lerners determine that Balinese language is one of difficult and is not interesting to learn. The condition makes the proccess of teaching Balinese
language in Elementary School worse. In order to overcome the problems, there are tluee

things to pay attention at.

First, the choosing

of

language rariety as media

in the teaching of

Balinese

language. Language as a media is an important instrument to understand substance of

teachirg materials. The failure of students in learning teaching materbls of Balinese


language can be caused by students' less understanding on the media used by terachers.

The unsuitable choice of media with students' language compete,nce is one of hindrances

in leraning Balinese language, especially in Elemenrtary School. Second, the choice of teaching materials, i.e. the appropriate level of students' linguistic competence with
teaching materials. The significant gap between students' linguistic competence with the

teaching materials makes the teaching materials hard

to

understand. The condition

demotivate the students in leraning Balinese language. Tldrd, teachilg method, that is the

oppropriate method of trasfering teaching materials. The choosen nuterilas should be taught contexhrally to make it benefitial for students. This approach is called Contextual
Teaching and Learning (CTL). 1. Pendahuluan Bahasa Bali merupakan bahasa ib,u bagi sebagian besar suku Bali. Hakikat bahasa

ibu adalah bahasa yang pertama kali diktrasai oleh anak. Pada mulany4 penguasaan bahasa ibu berlangsung secara alamiah; yakni melalui interaksi dengan pemakai dalam
pemakaian bahasa yang dikuasai. Penguzxaan bahasa ibu seperti

ini tidak

dirancang

secara sistematik-formal. Walaupun demikian, hasil yang diperoleh ctrkup menakjubkan,

yakni dalam waktu yang relatif singkat anak sudah dapat menggunakan bahasa ibu png
sedang dikuasainya, meskipun banyak idiosinkrasi yang tampak.

Keberhasilan anak-anak menguasai bahasa Bali sebagai bahasa ibu secara alamiah

tampaknya 'tidak bersambut' setelah mereka menrpelajui bahasa

Bali

secara ilnriah

69

widyadari Nomor 5 Tahun III April 2008 ISSN DA7 - 3232 melalui pengajaran formal. Banyak anak menganggap bahasa Bali merupakan salah satu mata aju yang sulit. Kesenjangan ini mewajibkan dilaksanakan kajian empirik terhadap

di Sekolah Dasar. Data empirik pengajaran bahasa Bali di Sekolah Dasar memiliki multifungsi, yaitu : (1) untuk memperbaiki kondisi pengajaran balnsa Bali di Sekolah Dasar; (2) sebagai pijakan untuk merancang keberlanjutan pengajarun bahasa Bali pada jenjang pendidikan setelah tamat Sekolah Dasar; dan (3) sebagai media pengembangan dan revitalisasi batr,asa, aksara dan sastra
Bali.
Persoalan bahasa Bali dalam bidang pendidikan, khususnya di Sekolah Dasar, sekurang-kurangnya mencakup tiga hal, yaitu : (1) penggunaan bahasa Bali sebagai bahasa pengantar, dan (2) bahasa Bali sebagai salah satu mara ajar, dan (3) metodologi pembelajaran baha.sa Bali. Ketiga persoalan ini akan dicoba dibahas melalui paper kecil ini, sebagai bentuk kepedulian penuris terhadap bahasa Bali.

pengajaran bahasa Bali, khususnya

2. Penggunaan Bahasa Bali sebagai pengantar di sekolah Dasar Setiap anak lahir dalam suatu lingkungan budaya. Interaksi anak

dengan

lingkungan budaya memungkinkan terjadi internalisasi nilai budaya. Internalisasi nilai


budaya ini semakin mantap setelah anak menguasai bahasa ibu. Jadi, penguasaan bahasa

ibu merupakan bagian dan proses internalisasi nilai-nil aibudayu Oleh karena itu, hhasa ibu memiliki peranan penting untuk menanamkan dan pembentukan konsep-konsep awal
pada anak-anak. Bahasa Bali merupakan bahasa ibu bagi sebagaian besar anak-anak Bali. Bahasa

Bali telah menjadi alat mengintemalisasi konsep-konsep kutural bagi anak-anak Bali.
Sebagai ilustrasi dapat dkemukakan contoh berikut. Anak umur 6 tahun yang berbahasa

ibu bahasa Bali umumnya dapat rnembedakan konsep tentang buah kelapa secara lebih spesifik, seperti bttngsil, kbmgah, kuucl, dan quh (dalam bahasa Indonesia hanya
dibedakan menjadi menjadi kelapa muda dan kelapa Demikian pula anak-anak dapat ). memahami konsep puer'tunas kelapa', tubuh'pohon kelapa muda' dan punyan nyth

'pohon kelapa dewasa' (dalam bahasa Indonesia hanya dibedakan menjadi tunas kelapa dan pqhou kelapa). Contoh lain dapat dikemukakan, anak-an ak dapat membedak an baas 'beras', atuan'nasi setengah matang', dan nasi 'nasi' . Dalam hal buah, anak-anak dapat

70

Widyadari Nomor 5 Tahun III April 200g rssN 1907 _3232

mengenali buah matah omentah', makemel 'setengah


may

masak', tasak .masak,n

dan

ang'terlalu masak'.

Dalam interkasi selanjutnya, sejak usia * 7 tahsn arnk_atak mulai nrernasuki pendidikan formal (Sekolah Dasar). Pada pendididikan dasar ini, anak-anak
diperkenalkan dengan konsep-konsep baru. Anak-anak akan mengalami kesulitan memahami konsep baru itu jika konsep baru itu dipajankan dengan bahasa yang bukan
bahasa ibu mereka' Kegagalan anak-anak mem atwmi konsep baru bukan semata-rnata karena kecerdasan anak rendah tetapi clapat disebabkan oleh perbedaan kode linguistft yang digunkan untuk rnenjelaskan konsep yang diajarkan itu.

Misalnya,

(l)

4 (dua ditambah dua sama dengan empat).


5

- 3:

Z (lima dikurangi tiga sama dengan dua).

2:4 (dua jangin elua dadi papat\. 5 - 3 : 2 (lima juang telu mu daclua)
2+

Anak-anak yang berbahasa ibu bahasa Bali akan mengalami kesulitan memahami konsep penjumlahan dan pengurangan jika konsep itu diajarkan dengan bahasa Indonesia (ilustrasi 1) sedangkan mereka akan memahami konsep yang sama jika diungkapkan

dalam bahasa BaIi (ilustrasi

2)

tebih-tebih

jika konsep itu

diungkapkan secara

improvisiasi oleh guru; misalnya, Pan Puttr ngaba nyuh claclua; Men putu nwsih ngaba nyuh dadua- Liun nyuhe malceiong rtacli papal. 'Pak Putu membawa dua butir ketapa;
Putu juga membawa dua butir ketrapa. Jadi, jumlah semua kelapa itu adalah empat butir,. Atas dasar pemikiran ini, tampaknya penggunaan bahasa ibu sebagai bahasa pengantar

Ibu

hingga tiga tahun pertama pada Sekolah Dasar layak diwujudrryatakan, sambil menunggu kesiapan anak-anak rurtuk menggunakan bahasa kedua (bahasa Indonesia)

sebagai bahasa

pengantar' Hal ini sejalan dengan rekomendasi Unesco yang menyatakan, bahwa ada tiga alasan penting penggunaan bahasa ibtr sebagai bahasa pengantar peldidikan.

Pertama, secffa psikologis bahasa ibu (baca : bahasa Bali) sudah merupakan alat berpikir anak-anak. Berpikir merupakan salah satu aktivitas terpenting dari urnat manusia (termasuk anak-anak). Ekspresi pikiran diungkapkan melalui bahasa. Bahasa
merupakan

nredia untuk membangun peta konsep dalam bingkai budaya tertentu. Seperti konsep tentang nenggel, ningglik, ngaglik yang berhubungan dengan posisi suatu benda; carikan berhubungan dengan nrakanan / minuman; nudi dan geriberhubungan dengan permainan

7l

Widyadari Nomor 5 Tbhun III April 2A0 ISSN lga7 _ 323,

arnk-anak; sigsigan dan peiet berkaitan dengan tangis; dan lain-lain. Jadi, bahasa dar pikiran merupakan dua hal yangsaling
mempengaruhi.

Kedua' secara sosial bahasa ibu (baca : bahasa Bali) dipakai dalam komunikasi sehari-hari dengan lingkungan terdekatnya, Dengan menggunakan bahasa sehari-hari dalam pendidikan diharapkan kosep-konsep materi ajar dapat lebih mudah dipahami, misalnya: konsep penjumlalr,an diungkapkan dengan katajangtn (seperti : dta jogin dua dadi pupar); konsep pengurangan diungkapkan dengan katajuang(seperti : dasa juang

':l;."'pitu);

konsep perkalian diungkapkan dengan

ping (seperti : tetu ping tetu dadi

Ketiga' secara edukasional pembel ajaranmelalui bahasa ibu (baca ; bahasa Bali) seyogianya mempermudah pemerolehan ilmu pengetahuan di sekolah dan lembaga pendidikan umurnnya' Ilmu pengetahua n hanya dapat dipelajari apabiladiungkapkan dengan bahasa yang dapat dimengerti pembelajar. Jika bahasa pengantff belum dipahami dengan baik oleh pembelajar maka pikiran anak-araktidak terpusat pada materi ajar tetapi terbagi pada bahasa pengantar. Perhatian yang terbagi dapat menghambat pemahaman konsep nnteri ajar.
Ruang pengguuan bahasa Bali sebagai bahasa pengantar pendidikan selama riga tahun pettama pada sekolah Dasar di Bali diharapkan mengurangi kebqpalingan para orang tua dari penggunaan bahasa Bali sebagai bahasa ibu. Ruang penggunaan bahasa

belajar anak-arnknya jika mereka menggunakan bahasa Bali sebagai bahasa ibu. Penggunaan bahasa Bali sebagai bahasa pengantar dalam pendidikan diharapkan rnenghasilkan efek gand a, yaitu: (l) pencapaian tujuan pembelajaran )ang secara eksplisit direncakanan guru; dan (2)pencapian tujuan pengiring yang menyeftai tujuan pembelajaran eksplisit itu, yakni perkembangan bahasa Bali anak-anak.
Ajar Bahasa Bali di Sekolah Dasar Bahasa Bali telah ditetapkan sebagai pelajaran wajib dalam Kurikulum Muaran Lokal yang ditetapkan melalui surat Keputusan No. 22lr lgcl r<Epng4 oleh Kepala Kantor wilatah Departemen Pendidikan Nasional provinsi Bali. Dalam keputusan itu
3. Materi

sebagai bahasa pengantar dalam pendidikan merupakan jawaban terhadap kekhawatiran paru orang tua atas hambatan

Bali

72

widyadari Nomor 5 Tahun III April 200g rssN t907 - 3232

ditegaskan bahwa bahasa Bali wajib diajarkan dari Sekolah Dasar hingga SMA / SMK. Surat keputusan ini merupakan inrplementasi dari Peraturan Daerah Tingkat I Bali No. 3 tahun 1992 tenang Bahasa, Aksara, dan Sastra Bali. Untuk mewujudkan ini diperlukan rancangan komprehensif tentang pembelajaran bahasa Bali. Pembelajaran bahasa Bali di Sekolah Dasar penting dicermati oleh berbagai pitlak karena pembelajaran bahasa Bali di Sekolah Dasar merupakan landasan pembelajaran

Hal ini sesuai dengan prinsip kontinuitas dalanr pengembaBan kurikuturn Penyusunan isi kurikulum penrbelajaran balgsa Bali selayaknya mempertimbangkan dua hal, yakni : rujuan pembelajaran bahasa dan kompetensi linguistik anak-anak. Tujuan umurn pembelajaran bahasa Bali adahh aga,
pembelajar terampil menggunakan bahasa Bali untuk kepentingan berkomunikasi. Tu:uan itu dijabarkan dalam empat kompetensi dasar, yakni : kompetensi menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Untuk mewujudkan kompetensi dasar dalam pelajaran berhhasa

pada jenjang pendidikan selanjutnya.

Bali itu, melalui Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), guru diberikan

kewenangan untuk mengembangkan materi ajar secara mandiri sesuai dengan kebutuhan dan lingkunga& sehingga ma.teri pelajaran bahasa Bali di pegunungan bisa saja berbeda dengan materi pelajaran di daerah pantai dan diperkotaan.

Selain mempertimbangkan tujuan pernbelajaran, penyusLlnan materi ajar perlu mempertimbangkan kompetensi linguistik anak-anak. Arnawa (2005) mendeskipsikan
komptensi berbahasa Bali anak-anak seperti berikut ini.

1.

Kosa kata : istilah kekerabatan, bagian tubuh, kata ganti dan petrmjuk, kata bilangan kardinal, aktivitas sehari-hari, benda-bend4 binatang pelilraraarl
warna, sikap dan emosi, serta wahu. Secara kategorial, kosa kata bahasa Bali anak-anak didominasi oleh verbal dan nomina. Kosa kata itu umumnya konkret.

2. Dalam proses pembenttrkan kata turunan, anak-anak lebih sering


menggunakan sufiks.

3. Rata-rata paruang ujaran anak-anak 3,39. Angka ini menunjukkan


bahasa

bahwa

Bali anak-anak sedang berkembang untuk mencapai

kompetensi

linguistik yang diidealkan orang dewasa.

73

Widyadari l-lornor 5 Tahun III April 200g rssN t9a7 - 3232

4'

Dalam bindang sintaksis, anak-anak cenderung menggunakan kalimar tunggal. Anak-anak sering mengaburkan konstruksi aktif dan pasif

Setelah diperoleh gambaran tentang kompetensi bahasa Bali anak-anak, muncul persoalan baru, yakni bagaimana seleksi materi ajar dilakukan. Seleksi materi ajar bahasa Bali di sekolah Dasar dapat dilakukan dengan acuanberikut ini. 1. Dahulukan mengajar komponen bahasa Bali (kosa kat4 morfologis, dan sintaksis) yang memiliki frekuensi pemakaian ringgi dalam kehidupan.

2'

Pengajaran dirnulai dari (ragam) bahasa seperti yangdigunakan penutur anakanak (bahasa alamiah) menuju yang lebih normatif seperti

yang diidealkan
bahasa Bali

orang dewasa untuk mewujudkan


'

ini,

ada baiknya

guru

menirukan' ekspresi bahasa anak -anak.

Prinsip seleksi materi ajar ini sesuai dengan semangat KTSp. Dalam KTSp (Pusat Knrikultrm Balitbang, Depdiknas, z}aq, materi pembelajaran ditetapkan dengan
mempertimbangkan prinsip-prinsip berikut ini.

l.

Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan lingkungafftya. Misalnya, kosa kata yangberkaitan dengan pantai, seperti : sant, pencat jaring, dungki, bidaklebih tepat diajarkan kepada anak-

anak yang hidup di daerah pesisir dan materi ajar yang berkaitan dengan pertanian seperti : tenggala, singknl, kejen, lampit, uga, sambilan, sanrbed, lamdali lebih tepat diajarkan kepada anak-anak di daerah dataran. Semua kosa kata itu dikemas dalam kesatuan konteks penggLlnaan. Materi ajar itu dapat digunakan untuk menumbuhkan empat keterampilan berbahasa : menyinrak, berbicara, membac4 dan menulis.

2'

Beragam dan terpadu. Prinsip uri merupakan implementasi dari prinsip integrasi kurikulum. Guru bahasa Bali dapat memanfaatkan bidang ajar yang lain. Misalny4 pelaj arun agama yang disampaikan dengan bahasa Bari yang dapat dimengerti anak-anak, misalnya : Cerik-cerilce tusing dadi tempal
tepen

anak tua atau pelajaran berhitung yang dikemas dengan menggunakan bahasa Bali, seperti : I Mode Darta ngerah kembungan laltma. Kembunganne
ento

makebhtg dadua. Alruda enu kembunganne I Made Darta ?

74

widyadari Nomor 5 Tahun III April 200g

rssN

1907 _ 3232

3. Tanggap terhadap perkembangan

IPTEKS. Pengembangan bahan ajar batusa Bali secara bertahap diarahkan kepada pemuatan IPTEKS. Beberapa kosa kua bahasa Bali yang muncul akibat pengartrh IPTEKS, misalnp '. radia, tip, tipi,

monlor, komputer, dan lain-lain.


4.

Relevan dengan kebutuhan kehidupan Materi ajar disusun sesuai dengan kebutuhan alamiah tentang penggunaan bahasa.

5.

Menyeluruh dan berkesinambungan, yakni mencakup smua


ket erampi lan berbahasa.

aspek

6. 7.

Belajar sepanjang hayat, yakni bahasa Bali dapat diajdikan alat untuk hlajar seumur hidup bagi anak-anak Bali.

Seimbang antaa kepentingan nasional dan daerah, yakni bahasa Bali


diharapkan dapat menprmbang bagi perkembangan bahasa Indonesia.

3. PPK sebagai Model Pembelajaran Bahasa Bali Pembelajaran dan pengajaran kontekstual (PPK) yang lebih dikenal dengan CTL (Contactual Teaching and Leaming) menekankan 'kebermaknaan'materi ajar bagi pembelajar. Suatu materi ajar dikatakan bermakna apabila materi ajar itu dirasakan

penting oleh pembelajar dan bukan hanya sekadar untuk diingat, diketatrui, atau dihafalkan. Materi ajar dirasakan penting apabila materi ajar menyentuh kehidupan anakanak (Johrson" 2006).. Misalnya, mengajarkan kata goclet'panak sampi', pitik'panak siap', memeri'panak bebek' lebih bermakna daripada rnengajarkan tai 'patwkmeong',

bebedug'panak jaran', apa'panak bojog'karena kelompok kata pertarna tergolong produktif sedangkan kelompok kata kedua improcluktif. Kelompok kata kedua hanya
sebagai pengetahuan.

Pengajaran bahasa Bali secara konvensional lebih rnenekankan penguasaan materi

ajar. Anak-anak diminta untuk menghafalkan kosa kata dan kaidah granutikal tetapi sangat jarang dilatilr menggunakan kosa kata dan kaiclah gramatikal itu dalam tindak berbahasa yang nyata sesuai dengan konteks yang ada. Contoh dalam Ktsumosori l, halaman 27 terdapat 18 kata bahasa Bali alus yang berkaitan dengan anggota badan, seperti : prabu, duur, ramhtt, panyingakan, irung, cangkem, lambe, lutrna, knnta, dada,
strsu, weteng, u,aduk, unglwr: ma dia, ,silit,

colnt papu. Kosa kata itu disajikan

secara

75

MdyadariNomor 5 Tahun IIIApril 200g ISSN tgaT - 3232

alus secara psikolinguistik dipandang sebagai 'beban' bagi anak-anak kerena tidak sesuai dengan tingkat perkembangan kompetensi linguistik pembelajar. Kedua, penyajian materi ajar yang tidak kontekstual menyebabkan materi ajar itu kehilangan ,makna, bagi penggunaan bahasa Bali' Pengajarankonvensional mengaj ak parasiswa untuk menyerap tetapi tidak menggunakan; mengajak mendengarkan tetapi tidak bertindak; dan mengajak berteori tetapi tidak mempraktekkan. semua hal ini perlu mendapat perhatian berbagai pihak jika bahasa Bali sebagai bahasa ibu tidak ingin ditinggalkan
oleh para penut,rnya.

terpisah dengan konteks penggunaannya. Anak-anak diminta untuk menghafal kosa kata itu' Hal yang sama tadapat pula pada halaman 2g yang memuat g kata alus yang berkaitan dengan pakaian (adat Bali), seperti : destar: kuaca, pepetet, knmpuh, westra, sekar' pinggel' selendang. Terkait de,gan materi aiar ni ada dua persoalan. pertama, berdasarkan penelitian anak-anak usia 6 tahun belum clapat memproduksi kosa kata bahasa Bali alus, sehingga materi ajar tentang kosa kata

bhasa Bali

menyenangkan bagi anak-anak. Peluang sekolah.

PPK sebagai model pembelajaran bahasa Bali menekankan pentingnya konteks dalam nrempelajari materi ajar. Dengan menyertakan kontekq materi ajar dirasakan lebih bermakna bagi anak-anak. Guru dapat merancang materi aju secara kreatif

ini

dan

sangat terbuka dengan berlakunya

KTS, di

4. Penutup
Bahasa Bali dalam pendidikan, khususnya di sekorah Dasaq memiliki wajah ganda. Pertarna' bahasa Bali sebagai bahasa pengantar

hingga tiga tahu, pertama. Hal ini : (a) bahasa Bali telah menjadi alat berpikir bagi sebagaian besar anakanak Bali' (b) bahasa Bali dipakai anak-anak dalam bskomunikasi sehari-hari dengan lingkungan terdekatnla, dan (c) bahasa yang telah dikuasai seyogyanya rnempermudah perolehan pengetahuan. Kedua, bahasa Bali sebagai materi ajar. Melalui KTSp, guru telalr diberikan kewenangall mengembangkan materi aiar bahasa Bali sesuai dengan kebutuhan dan lingkungan pembelajar. Rancangan materi ajar itu akan lebih bermakna jika disajikan dengan model pengajaran dan pernb eralarun kontekstual (ppK) aau contutual teaching and learning (CTL).
penting karena

Daftar Pustaka
76

Widyadari Nomor 5 Tahun III April 2008 rssN 19A7 _3232

Aslrworth,

Secontl lrtngutge Tbuching uncl the Communie. Cambridge : Cambriclge University press

M. I985. Bq'ond lutethotlolog.v ;

'{rnalt'a, N. 2005. 'Bahasa Bafi Llsia Ana}i-Anak : Kaiian Metabahasa Sernantik Alauri,
(Disertasi). Denpasar : Universitas Ucla;,6ry1.

Balitbang Depdiknas. 2A06. Krrikulunt 'I?ngkat Sutuutt Ibnclidikun (K\'Sp). Jakarta


Depdilaras.

Baradja, N'1.F. 1990. Kuytitu Se.leldtt l,engtqittrun Rnhuscr. Malang penerbit : IKlp Malalg.

Dardjowidjojo,

S. 2000. Echa : Kisah l'enteroleltan lJcrhustr

Antrk Jakarta : Grasindo.

Halim, A. 1984. r'oliti k Bartusct Nusiottctl. Jakmta : Balai pustaka. 'Iohson, E.B- 2006. Contertutl l'etrching und Letrming. Banclung
Center.

Mizan Leaming

Kantor wilayah Dep,Jikbud Bali. 1994. 'Keputusan Nomor


Kurikulum Muatan Lokal,.

22lI lgclKrjpl.g4

Pemerintah Daerah Provinsi Bali. 1992.'Peraturan DaerahNomor 3 tahun 1992 tenta,g Bahasa, .{ksara, dan Sastra Bali,,

Sutjiati-Beratha, N.L. lggg. Briksa, sa. sa, sa, sa, sa, sa, sa, kolah Dasar (laporan penelitian). Denpasar : Universitas Udayana.

Unesco' 1951...'The Use Vemacular Langr"rages in Education : The Report Meeting of Specialists'.

of

Unesco

77

ISShJ 1Sfi7*3232
_|ryilryj[$lfil $il illll rffi

You might also like