You are on page 1of 4

Apakah definisi, Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik .

kekuatan dan sudut dari tenaga tersebut, keadaan tulang, dan jaringan lunak sekitar akan menentukan apakah fraktur yang terjadi itu lengkap atau tidak lengkap (Price, Sylvia A., Wilson, Lorraine M, 2006). Fraktur vertebra adalah terputusnya discus invertebralis yang berdekatan dan berbagai tingkat perpindahan fragmen tulang (Theodore, 1993). patofisiologi, Ketika terjadi fraktur pada sebuah tulang, maka periosteum serta pembuluh darah di dalam korteks, sumsum tulang, dan jaringan lunak disekitarnya akan mengalami disrupsi. Hematoma akan terbentuk di antara kedua ujung patahan tulang serta dibawah periosteum, dan akhirnya jaringan granulasi menggantikan hematoma tersebut. Kerusakan jaringan tulang memicu respons inflamasi intensif yang menyebabkan sel-sel dari jaringa lunak di sekitarnya serta dari rongga sumsum tulang akan menginvasi daerah fraktur dan aliran darah ke seluruh tulang akan mengalami peningkatan. Sel-sel osteoblast di dalam periosteum, endosteum, dan sumsum tulang akan memproduksi osteoid (tulang muda dari jaringan kolagen yang belum mengalami kalsifikasi, yang juga disebut kalus). Osteoid ini akan mengeras di sepanjang permukaan luar korpus tulang dan pada kedua ujung patahan tulang. Sel sel osteoklast mereabsorpsi material dari tulang yang terbentuk sebelumnya dan sel-sel osteoblast membangun kembali tulang tersebut. Kemudian osteoblast mengadakan transformasi menjadi osteosit (sel-sel tulang yang matur) (Kowalak, Jennifer P., Welsh, William., and Mayer, Brenna, 2011) Fraktur tulang belakang dapat terjadi di sepanjang kolumna bertebra tetapi lebih sering terjadi di daerah servikal bagian bawah dan di daerah lumbal bagian atas. Pada dislokasi akan tampak bahwa kanalis vertebralis di daerah dislokasi tersebut menjadi sempit, keadaan ini akan menimbulkan penekanan atau kompresi pada medulla spinalis atau rediks saraf spinalis (Markam, Soemarmo, 1992; Sabiston, 1995; Mansjoer, 2000). Dengan adanya penekanan atau kompresi yang berlangsung lama mengakibatkan jaringan terputus akibatnya daerah sekitar fraktur mengalami oedema / hematoma. Kompresi akibatnya sering menyebabkan iskemia otot. Gejala dan tanda yang menyertai peningkatan tekanan compartmental mencakup nyeri, kehilangan sensasi dan paralisis. Hilangnya tonjolan tulang yang normal, pemendekan atau pemanjangan tulang dan kedudukan yang khas untuk dislokasi tertentu menyebabkan terjadinya perubahan bentuk (deformitas). Imobilisasi membentuk terapi awal pasien fraktur. Imobilisasi harus dicapai sebelum pasien ditransfer dan bila mungkin, bidai harus dijulurkan paling kurang satu sendi di atas dan di bawah tempat fraktur, dengan imobilisasi mengakibatkan sirkulasi darah menurun sehingga terjadi perubahan perfusi jaringan primer. (Markam, Soemarmo, 1992; Sabiston, 1995; Mansjoer, 2000) manifestasi klinis, A. Manifestasi Klinik 1) Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang diimobilisasi 2) Deformitas adalah pergeseran fragmen pada fraktur 3) Terjadi pemendekan tulang akibat kontraksi otot yang melekat diatas dan dibawah tempat fraktur 4) Krepitus adalah derik tulang yang teraba akibat gesekan antara fragmen satu dengan yang lainnya

5) Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi sebagai akibat trauma dan perubahan yang mengikuti fraktur. (Smeltzer, S, 2001) Manifestasi klinis cedera medulla spinalis cervikal : C1 C3 : gangguan fungsi diagfragma (untuk pernafasan) C4 : gangguan fungsi biceps dang lengan atas C5 : gangguan fungsi gerakan bahu, tangan dan pergelangan tangan. C6 C7 : gangguan fungsi tangan secara komplit, gerakan siku dan pergelangan tangan. C8 : gangguan fungsi jari Gangguan motoriknya yaitu kerusakan setinggi medulla spinalis servical menyebabkan kelumpuhan tetraparese Manifestasi klinis cedera medulla spinalis torakal : T1 : gangguan fungsi tangan T1 T8 : gangguan fungsi pengendalian otot abdominal, gangguan stabilitas tubuh, pengaturan suhu. T9 T12 : kehilangan parsial fungsi otot abdominal dan batang tubuh Manifestasi klinis cedera medulla spinalis lumbal : L1 L2 : gangguan ejakulasi dan gerakan pinggul L3 : gangguan ekstensi lutut L4 : gangguan gerakan kaki L5 : gangguan fleksi lutut Gangguan motorik yaitu kerusakan medulla spinalis thorakal sampai dengan lumbal memberikan gejala paraparese Manifestasi klinis cedera medulla spinalis sacral: S1 : gangguan gerakan kaki S2 S3 : gangguan aktivitas kandungan kemih dan usus S4 : gangguan ereksi penis Ganguan motorik kerusakan medulla spinalis sacral menyebabkan gangguan miksi dan defekasi tanpa para parese Cedera pada segmen lumbal dan sakral dapat mengganggu pengendalian tungkai,sistem saluran kemih dan anus. Selain itu gangguan fungsi sensoris dan motoris, cedera vertebra dapat berakibat lain seperti spastisitas atau atrofi otot. komplikasi, B. Komplikasi 1) Infeksi 2) Syok hipovolemik atau traumatic 3) Sindrom emboli lemak 4) Sindrom kompartemen 5) Koagulasi intravaskuler diseminata (KID) (Smeltzer, S, 2001)

Disrefleksia otonom Juga dikenal sebagai hiper-refleksia otonom, merupakan keadaan medis yang serius yang terjadi setelah syok spinal. Disrefleksia otonom harus diduga terjadi pada pasien yang mengalami: - Trauma medulla spinalis pada atau di atas TG - Bradikardi - Hipertensi dan sakit kepala yang berat - Kulit yang berada di bawah lesi teraba dingin atau bulu kuduk berdiri Disrefleksia disebabkan oleh stimulus yang berbahaya, paling umum oleh kandung kemih yang berdistensi atau lesi kulit. Penanganan berfokus pada pengurangan stimulus, identifikasi dan pengangkatan yang cepat dapat mencegah penggunaan control farmakologi pada sakit kepala dan hipertensi Syok spinal Syik spinal merupakan kehilangan aktifitas otonom, refleksi, motorik, dan sensori pada daerah di bawah tingkat terjadinya cedera medulla spinalis. Syok spinal terjadi sekunder akibat kerusakan pada medulla spinalis. Gejala terjadinya syok spinal meliputi: - Paralisis plasia - Kehilangan reflek tendon dalam dan perianal - Kehilangan fungsi motorik dan sensoris Derajat kerusakan spinalis tidak dapat dikaji hingga syok spinal teratasi (biasanya 1-6 minggu setelah cidera). Indikator paling tercepat penanganan syok spinal yang berhasil adalah kembalinya aktifitas reflex Syok neurogenik Syok neurogenik merupakan respon nasomotor abnormal yang terjadi sekunder akibat terganggunya impuls simpatis yang berasal dari batang otak ke area torakolumbar, dan paling sering ditemukan pada pasien yang mengalami cedera medula spinalis bagian servikal. Kehilangan temporer fungsi otonom di bawah tingkat cedera akan menyebabkan perubahan kardiovaskuler. Tanda syok neurogenik meliputi: - Hipotensi otostatik - Bradikardia - Kehilangan kemampuan untuk berkeringat pada area dibawah terjadinya lesi Terapi yang dilakukan bersifat simtomatik. Gejala teratasi saat edema medulla spinalis teratasi.

penanganan fraktur vertebra TERAPI Pertolongan pertama dan penanganan darurat trauma spinal terdiri atas: penilaian kesadaran, jalan nafas, sirkulasi, pernafasan, kemungkinan adanya perdarahan dan segera mengirim penderita ke unit trauma spinal ( jika ada). Selanjutnya dilakukan pemeriksaan klinik secara teliti meliputi pemeriksaan neurology fungsi motorik, sensorik dan reflek untuk mengetahui kemungkinan adanya fraktur pada vertebra (Rasjad Chaeruddin, 2003). Terapi pada fraktur

vertebra diawali dengan mengatasi nyeri dan stabilisasi untuk mencegah kerusakan yang lebih parah lagi. semuanya tergantung dengan tipe fraktur 1. Braces & Orthotics ada tiga hal yang dilakukan yakni, mempertahankan kesegarisan vertebra (aligment), 2 imobilisasi vertebra dalam masa penyembuhan, 3 mengatsi rasa nyeri yang dirasakan dengan membatasi pergerakan. Fraktur yang sifatnya stabil membutuhkan stabilisasi, sebagai contoh; brace rigid collar (Miami J) untuk fraktur cervical, cervical-thoracic brace (Minerva) untuk fraktur pada punggung bagian atas, thoracolumbar-sacral orthosis (TLSO) untuk fraktur punggung bagian bawah, dalam waktu 8 sampai 12 minggu brace akan terputus, umumnya fraktur pada leher yang sifatnya tidak stabil ataupun mengalami dislokas memerlukan traksi, halo ring dan vest brace untuk mengembalikan kesegarisan (Roper Steven, 2003). 2. Pemasanagan alat dan prosoes penyatuan (fusion). Teknik ini adalah teknik pembedahan yang dipakai untuk fraktur tidak stabil. Fusion adalah proses penggabungan dua vertebra dengan adanya bone graft dibantu dengan alat-alat seperti plat, rods, hooks dan pedicle screws. Hasil dari bone graft adalah penyatuan vertebra dibagian atas dan bawah dari bagian yang disambung. Penyatuan ini memerlukan waktu beberapa bulan atau lebih lama lagi untuk menghasilkan penyatuan yang solid (Roper Steven, 2003). 3. Vertebroplasty & Kyphoplasty, tindakan ini adalah prosedur invasi yang minimal. Pada prinsipnya teknik ini digunakan pada fraktur kompresi yag disebabkan osteoporosis dan tumor vertebra. Pada vertebroplasti bone cement diinjeksikan melalui lubang jarung menuju corpus vertebra sedangkan pada kypoplasti, sebuah balon dimasukkanan dikembungkan untuk melebarkan vertebra yang terkompresi sebelum celah tersebut diisi dengan bone cement (Roper Steven, 2003).

You might also like