Professional Documents
Culture Documents
Abstrak
Kapasitas yang tidak dapat dibandingkan antara sel dendritik (DC) dan
Sel T naif primer diperkirakan tergantung pada pembentukan sebuah
synaps imunologis, DC-SIGN, sebuah lektin C-type yang secara khusus
diekspresikan pada permukaan DC, dan berfungsi sebagai sebuah reseptor
adhesi yang memfasilitasi perikatan Sel T yang didasari melaui pengenalan
ICAM-3 glycosilat pada sel T naif. Saat ini, DC-SIGN diketahui juga
memediasi pengikatan patogen-patogen seperti HIV melalui pengenalan
gp120 glikosilat.
1
dengan DC-SIGN, seperti ICAM-3, tetapi tidak dari ligand yang tidak
bersama DC-SIGN, seperti ICAM-1.
1. Introduksi
2
menjadi cluster melalui pelepasan integrin dari ikatan
sitoskeletonnya. Hal ini meningkatkan aviditas LFA-1 dan
memungkinkan adhesi dari LFA-1 dan ICAM-1.
3
Antibodi dari protein-protein dibawah ini digunakan: DC-SIGN,
(AZN-DI dan AZN-D2), LFA-1α-chain, (TS2/4), SPV-L7 dan NKI-L15, LFA-
1 β-cahin (KIM185), LFA-3 (TS2/9), CD14 (immunotech, fullertone,CA),
CD80 (becon and Dickinson &co., Oxnard, CA), CD83 (immunotech)
dan CD86 (pharmingen, san Diego, CA). Recombinant ICAm-1Fc dan
ICAM-3-Fc DNA construct disediakan oleh Dr. D. Simmons. Peleburan
protein diproduksi sebagaimana digambarkan sebelumnya.
2.2.Sel
4
2.3.Analisa Imunofluorosensi
5
digunakan TransFluoroSpheres dengan perbedaan fluorosence (488
dan 465 nm).
2.5.Confocal microscopy
Distribusi dari sel-sel LFA-1 atau mutant LFA-1 (L732R) dan DC-
SIGN-GFP co-transfected menjadi K562 ditentukan dengan confocal
laser-scanning microscopy (CLSM). Untuk pelabelan, sel-sel tersebut
difiksasi dengan 1% paraformaldehyde buffered (PFA) selama 15
menit pada suhu ruangan, dicuci dan di inkubasi dengan antibody
primer yang sesuai (10 µ g/ml) dalam PBS yang mengandung 0.55
BSA selama 30 menit pada suhu ruangan. Setelah pencucian, sel-sel
tersebut di inkubasi dengan goat anti-mouse secondary antibodies
9Fluorosence-conjugated, Zymed Laboratories, Inc., San Fransisco,
CA; texas red-conjugated; Jackson immunoResearch Laboratories Inc.,
West Grove) selama 30 menit pada suhu ruangan. Dan secara
subsekuen di lekatkan dengan ply-L-lysine-coated glass slide dan
dianalisa degan CLSM.
3. Hasil
6
3.1.Ikatan ligand dan distribusi dari DC-SIGN bersifat independen
dari domain sitoplasmik
7
transfectant dan ketergantungan Ca2+ dari ikatan ligand dapat
dibandingkan. Jadi, adhesi dari ICAM-3 dan gp120 dengan DC-SIGN
tidak dipengaruhi oleh penghilangan sitoplasmik, mendemonstrasikan
bahwa signaling konstitutif melalui ekor sitoplasmik tidak dibutuhkan
untuk ikatan ligand dengan DC-SIGN.
8
SIGN terdapat sebuah aktifasi signal ke LFA-1 dan ICAM-1. Untuk
membedakan antara ikatan simultan dari ICAM-1 dan LFA-1 serta
gp120 dan DC-SIGN, ligand-ligand tersebut dilapisi dengan beads
dengan fluoroscent berbeda (488 nm untuk ICAM-1 coated beads dan
645 nm untuk gp120 coated beads). Adhesi dari gp120 dan DC-SIGN
tidak berubah dengan adanya ICAM-1 (Fig. 2B panel bawah). Hasil
mengejutkan dari penelitian ini, ikatan ICAM-1 tidak mengalami
peningkatan dengan adanya gp120 (Fig. 2B, panel atas). Untuk
menginvestigasi signaling DC-SIGN menjadi LFA-1 pada DC imatur
moncyte-derived, percobaan sejenis dilakukan dengan sel-sel ini. DC
imatur mengekspresikan level tinggi dari DC-SIGN dan level rendah
sampai sedang dari LFA-1 (Fig. 2A). Ikatan DC-SIGN spesifik dari
gp120 coated beads tidak mengalami perubahan dengan adanya
ICAM-1 coated beads. Adhesi dari ICAM-1 coated beads menunjukan
sebuah penurunan minor bukannya sebuah peningkatan, ketika
terdapat gp120 beads coated (Fig. 2C, panel atas). Hal ini
mendemonstrasikan bahwa DC-SIGN tidak dapat menimbulkan signal
inside-out yang menginduksi ICAM-1 dengan LFA-1 pada DC imatur.
9
LFA-1 menuju gp120-coated beads bersifat spesifik karena CD14 tidak
ber-ko-lokalikasi dengan beads tersebut (Fig. 3D). Jadi gp120 dan DC-
SIGN menginduksi pengerahan LFA-1 pada Raji-DC-SIGN dan DC
imatur, tetapi tidak mencetuskan ikatan ICM-1 dan LFA-1.
10
ICAM-3 secara komplit dimediasi oleh DC-SIGN dan maksimal pada
kondisi standar (Fig. 4D).
11
mengindikasikan adhesi sekuensial daril ICAM-3 dengan DC-SIGN
pertama dan kemudian dengan LFA-1 untuk memungkinkan
terjadinya transmisi in-cis ICAM-3 dari DC-SIGN dengan LFA-1 dan
interaksi kuat LFA-1-ICAM-3.
4. Diskusi
12
ketergantungan Ca2+ dari ikatan ke ICAM-3 dan gp120. Hal ini
menunjukan bahwa adhesi dari ligand dan DC-SIGN tidak
membutuhkan signaling konstitutif, perlekatan pada sitoskeleton atau
protein aksesorsi, dimana ekor sitoplasma sangat diperlukan. Juga,
distribusi dari DC-SIGN di dalam membrane sel tidak tergantung pada
sitoskeleton, seperti cytoplasmic deletion mutant yang menunjukan
gambaran distribusi homogenus, mirip seperti wild-type dari DC-SIGN
(data tidak diperlihatkan). Hal ini kontras dengan LFA-1 yang
membutuhkan interaksi dengan sitiskeleton, untuk menjaga distribusi
homogenousdan yang membenrtuk cluster pada …………………………
……………………… …………………………….……………………………………
………………………………………………………………………….…………………
…………………[tulisan tidak terbaca]……….….…………….…………..……
……… ……………………………………………………………………………………
………………………………………………… DC-SIGN tidak mengalami
pengekangan dari sitoskeleton, yang membuat reseptor ini sangat
cocok untuk memediasi interaksi dengan ICAM-2 pada endothelium
dan dengan ICAM-3 pada T lymphosit muda tanpa aktifasi
sebelumnya.
13
menibulkan outside-in signal yang dihasilkan dalam redistribusi dari
LFA-1 menuju adhesion site (Fig. 5).
Sama seperti LFA-1 pada Sel T, LFA-1 pada DC Imatur dan juga
pada Raji-DC-SIGN, menunjukan gambaran distribusi homogenus dan
tidak mengikat ligand. Dalam pengkelompokan sel T dari LFA-1
menyebabkan terjadinya adhesi molekul dan ICAM-1. Bagaimanapun,
pada DC imatur dan Transfectan Raji, DC-SIGN yang dicetuskan dari
akumulasi LFA-1 tidak terjadi dalam peningkatan adhesi ICAM-1.
Mungkin, kelompok yang terinduksi daro LFA-1 tidak cukup kuat untuk
mendukung adhesi ICAM-1. Secara alternative, signal-signal
tambahan, yang mempengaruhi status afinitas LFA-1, dapat saja
dibutuhkan untuk bekerja secara sinergistikal dengan sinyal daro DC-
SIGN, mempengaruhi status aviditas, untuk secara penuh
mengaktifakan LFA-1 pada DC.
14
Dalam perbandinagn antara double transfectant co-expressing
wild-type LFA-1 dan DC-SIGN-GFP, yang ditunjukan dengan distribusi
molekul adhesi yang tersebar dan non-matching, transfectant co-
expressing dan mutant LFA-1 dengan point mutasi pada posisi 732
dari rantai-β (L732R) terbentuk kelompok, dimana molekel adhesi
membentuk co-assemble. Alsan untuk co-assembly dari transfectant
co-expressing dan mutant LFA-1 dalam cluster tersebut belum jelas.
Mungkin, DC-SIGN melokalisasi lipid raft, yang diperkirakan
mengandung LFA-1. Co-cluster dari mutant LFA-1, tetapi bukan dari
wild-type FLA-1, dengan DC-SIGN-GFP memiliki kemungkinan untuk
dipelajari mengenai ikatan ligand dalam situasi yang dapat
dibandingakan antara pre dan post dari cross-linking dari DC-SIGN
baik Raji transfectant maupun imatur DC.
15
mengizinkan dari DC, terlebih DC-SIGN memfasilitasi transmisi dari
virus yang tertangkap pada CD4 dan reseptor chemokine pada sel T
yang mati akibat infeksi HIV-1. Jadi, transmisi dari ligand DC-SIGN dari
DC-SIGN menuju reseptor lainnya dengan afinitas untuk ligand yang
sama dapat pula terjadi dalam proses adhesi selama homeostasis.
Interaksi inisial DC-SIGN-ICAM-2-dependent yang memediasi
perputaran DC pada endothelium dapat mendahului interaksi kuat
LFA-1-ICAM-2-dependent yang memediasi penangkapan. Demikian
pula, interaksi stabil LFA-1-ICAM-3 dapat diikuti interaksi transient DC-
SIGN-ICAM-3 dalam pembentukan infectious synapse antara DC dan
Sel T untuk memastikan aktivasi sel.
5. Kesimpulan
16