You are on page 1of 17

PROSES KEPUTUSAN INOVASI

MAKALAH Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas pada Mata Kuliah Inovasi Pendidikan

Oleh : Kelompok 2 Sarip Mudaim Suroto Winge Rahmawati (1003627) (1003735) (1003659)

Kelas 2D Semester 3

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR KAMPUS CIBIRU UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG 2011

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya penyusun telah mampu menyelesaikan makalah yang berjudul Proses Keputusan Inovasi. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Konsep Dasar Pendidikan Kewarganegaraan. Kebutuhan akan guru dan tenaga kependidikan yang profesional sangat mendesak. Salah satu ciri dari guru yang profesional adalah sikap inovatif. Namun sayangnya guru yang berperan sebagai inovator sangatlah jarang, hal tersebut disebabkan karena kekurang tahuannya mengenai proses keputusan inovasi. Apa itu proses keputusan inovasi? Adakah media dalam proses keputusan inovasi?. Pertanyaan inilah yang menjadi fokus makalah. Sejalan dengan itu makalah ini secara jelas membahas pengertian proses keputusan inovasi. Dengan uraian yang komprehensif ini , diharapkan pemahaman akan proses keputusan inovasi bukan hanya sekedar tataran teori melaikan lebih jauh pada tataran aplikasi. Penulis menyadari bahwa selama penyusunan makalah ini penyusun mendapatkan berbagai bantuan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu penulis mengucapkan terimakasih kepada: 1. Dr. Jenuri, S.Ag, M.Pd, selaku dosen mata kuliah yang telah membantu penyusun dalam menyusun makalah ini. 2. 3. Orang tua yang telah membantu penyusun selama menyusun makalah ini. Rekan-rekan seangkatan yang telah memotivasi penyusun untuk

menyelsaikan penyusunan makalah ini. 4. Semua pihak yang tidak bisa penyusun sebut satu persatu.

Makalah ini bukanlah karya yang sempurna karena masih banyak kekurangan, baik dalam isi maupun sistematika dan teknik penyusunannya. Oleh sebab itu penyusun sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi membangun kesempurnaan makalah ini. Akhirnya seoga makalah ini bisa bermanfaat bagi penyusun dan pembaca.

Bandung, 10 oktober 2011

penyusun

ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................i DAFTAR ISI.........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ............................................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ........................................................................................... 2 C. Tujuan Makalah ............................................................................................. 2 D. Kegunaan Makalah ........................................................................................ 2 E. Prosedur Makalah ........................................................................................... 3 BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Proses Keputusan Inovasi ............................................................. 4 B. Model Proses Keputusan Inovasi ................................................................... 5 C. Saluran-Saluran Komunikasi Berdasarkan Tahapan-Tahapan Dalam Proses Keputusan-Inovasi .......................................................................................... 5 D. Periode Keputusan Inovasi .............................................................................. 6 E. Tipe Keputusan Inovasi .................................................................................. 7 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan .................................................................................................... 11 B. Saran ............................................................................................................. 11 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Pendidikan formal dirasakan urgensinya ketika keluarga tidak mampu lagi memberikan pendidikan yang wajar kepada anak-anaknya. Lembaga ini akhirnya diterima sebagai wahana proses kemanusiaan dan pemanusiaan kedua setelah keluarga. Dalam perjalanannya, ternyata tidak ada pendidikan formal yang benar-benar netral. Ini ditandai dengan adanya praktek pendidikan yang kurang menghargai kebebasan siswa. Fenomena semacam ini disebut paulo Freire dalam The Politic of Education : Culture, Power, and Liberation (1980) sebagai praksis pendidikan yang membelenggu, bukan membebaskan. Menurut Freire, pendidikan yang membebaskan merupakan proses pendidikan yang mengkondisikan siswa untuk mengenal dan mengungkapkan kehidupan yang senyatanya secara kritis. Pendidikan yang membebaskan tidak dapat direduksi menjadi sekedar usaha guru untuk memaksakan kebebasan kepada siswa. Sementara itui, pendidikan yang membelenggu berusaha menanamkan kesadaran yang keliru kepada siswa sehingga mereka mengikuti alur kehidupan ini dan menerima realitas tanpa filter yang selektif. Hari ini, kebutuhan akan guru dan tenaga kependidikan yang profesional sangat mendesak. Hal itu tidak dapat kita pungkiri karena terdapat suatu realitas dimana lembaga pendidikan formal, mulai dari jenjang pendidikan dasar, pendidikan menengah, hingga pendidikan tinggi

mengalami kemajuan pesat secara kuantitatif. Hal ini ditandai dengan peningkatan jumlah lulusan siswa dari tahun ketahun. Namun, disisi lain, kita dihadapkan kepada dilema berkaitan dengan masalah kemampuan profesional guru dalam mengelola kelas masih jauh dari harapan. 1

2 Guru yang berperan sebgai inovator sangat jarang atau bahkan sama sekali tidak ada pada sekolah-sekolah tertentu. Sesungguhnya menjadi inovator sebagai penggagas kebijakan memang pekerjaan yang berat dan beresiko. Namun tanpa adanya inovator yang siap menaggung resiko juga akan menimbulkan dampak yang tidak baik bagi kemajuan pendidikan kita serta hanya mampu mencetak generasi-generasi yang statis dalam berfikir dan lamban dalam bertindak. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masaah di atas, penyusun merumuskan rumusan masalah sebagai berikut. 1. 2. 3. Apakah pengertian proses keputusan inovasi? Apa saja model proses keputusan inovasi? Apa saja saluran-saluran komunikasi berdasarkan tahapan-tahapan dalam proses keputusan-inovasi ? 4. 5. Bagaimana priode keputusan inovasi? Apa saja tipe keputusan inovasi

C. Tujuan Makalah Sejalan dengan rumusan masalah di atas, makalah ini disusun untuk mengetahui dan mendeskripsikan: 1. 2. 3. Pengertian proses keputusan inovasi; Model proses keputusan inovasi; Saluran-saluran komunikasi berdasarkan tahapan-tahapan dalam proses keputusan-inovasi; 4. 5. Periode keputusan inovasi; Tipe keputusan inovasi.

D. Kegunaan Makalah Makalah ini disusun dengan harapan memberikn kegunaan baik secra teoritis maupun praktis. Secra teoritis makalah ini berguna sebagai bahan referensi. Secara praktis diharapan makalah ini bermanfaat bagi:

3 1. 2. Penyusun sebagai wahana penambah pengetahuan. Pembaca, sebagai media informasi tentang proses keputusan inovasi.

E. Prosedur Makalah Makalah ini disusun berdasarkan pendekatan kualitatif. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif. Melalui metode ini penyusun akan menguraikan permasalahan secra jelas dan komprehensif. Data teoritis dalam makalah ini dikumpulkan dengan menggunakan teknik studi pustaka, artinya penyusun mengambil data dari kegiatan membaca berbagai literatur yang relevan dengan tema makalah.

BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Proses Keputusan Inovasi Proses keputusan inovasi adalah proses yang dilalui atau dialami oleh seseorang atau kelompok pengambil keputusan, mulai dari yang pertama kali tahu adanya inovasi, kemudian dilanjutkan dengan keputusan sikap terhadap inovasi, penetapan keputusan apakah ia menerima atau menolak untuk berinovasi, implementasi atau perwujudan dari inovasi, serta konfirmasi terhadap keputusan inovasi yang telah diambilnya. Proses keputusan inovasi bukan kegiatan yang dapat berlangsung seketika, tetapi merupakan serangkaian kegiatan yang berlangsung dalam jangka waktu tertentu, sehingga individu atau organisasi dapat menilai gagasan yang baru itu sebagai bahan pertimbangan untuk selanjutnya akan menolak atau menerima inovasi dan menerapkannya (Ibrahim, 1988: 88). Ciri pokok keputusan inovasi dan merupakan perbedaannya dengan tipe keputusan yang lain adalah dimulai dengan adannya ketidaktentuan (uncertainty)tentang sesuatu(inovasi). Misalnya kita harus mengambil keputusan antara menghadiri rapat atau bermain olah raga, maka kita sudah tahu apa yang akan dilakukan jika berlolah raga dan kita sudah tahu apa yang dilakukan jika menghadiri rapat. Rapat dan olah raga bukan hal yang baru. Pertimbangan mana yang paling menguntungkan sesuai dengan kondisi saat itu. Keputusan ini bukan keputusan inovasi. Tetapi jika kita memutuskan untuk mengganti menggunakan kompor minyak menjadi kompor gas yang sebelumya belum pernah tahu tentang kompor gas, maka keputusan ini adalah keputusan inovasi. Proses pengambilan keputusan mau atau tidak mau menggunakan kompor gas, dimulai dari adanya serba ketidak tentuan tentang kompor gas. Masih terbuka berbagai alternatif, mengkin lebih bersih, lebih hemat, tetapi juga mungkin berbaghaya dan sebagainya. Untuk

5 Sampai mantap keputusan menerima atau menolak kompor gas perlu informasi dan kejelasan informasi akan mengurangi ketidak tentuan dan berani mengambil keputusan. B. Model Proses Keputusan Inovasi Model proses keputusan-inovasi secara konseptual digambarkan Rogers (1983: 165) terdiri dari lima tahap: 1. Pengetahuan terjadi ketika seseorang (atau unit pembuatan keputusan) dihadapkan pada keberadaan inovasi dan memperoleh sejumlah pemahaman mengenai bagaimana berfungsinya. 2. Persuasi terjadi ketika seseorang (atau unit pembuatan keputusan lainnya) membentuk sikap yang mendukung atau tidak mendukung terhadap inovasi. 3. Keputusan terjadi ketika seseorang (atau unit pembuatan keputusan) terlibat dalam aktifitas-aktifitas yang menuntun pada pilihan untuk mengambil atau menolak inovasi. 4. Implementasi terjadi ketika seseorang (atau unit pembuatan keputusan lainnya) menggunakan inovasi. 5. Konfirmasi terjadi ketika seseorang (atau unit pembuatan keputusan lainnya) mencari pemantapan dari suatu keputusan inovasi yang telah dibuat, tetapi dia dapat membalikan keputusan sebelumnya jika dihadapkan pada pesan-pesan yang bertentangan mengenai inovasi.

C. Saluran-Saluran Komunikasi Berdasarkan Tahapan-Tahapan Dalam Proses Keputusan-Inovasi Salah satu kepentingan dari lima tahap dalam proses keputusan-inovasi adalah membantu kita untuk memahami peran saluran-saluran komunikasi yang berbeda. Seringkali sulit bagi kita untuk membedakan antara sumber pesan dan saluran yang membawa pesan tersebut. Sumber adalah individu atau institusi yang memberikan pesan. Sedang saluran adalah alat dimana pesan bergerak

6 dari sumber ke si penerima. Para peneliti mengategorikan saluran-saluran komunikasi sebagai berikut: 1. bersifat interpersonal atau mass media Saluran media massa adalah alat-alat untuk menyampaikan pesan yang melibatkan media massa, seperti radio, televisi, surat kabar, dst yang memungkinkan sumber dari satu atau beberapa individu untuk menjangkau banyak audiens. Saluran interpersonal melibatkan

pertukaran saling berhadapan antara dua individu atau lebih. Saluransaluran ini memiliki efektifitas yang lebih besar ketika menghadapi resistansi atau apati. 2. berasal dari sumber lokal atau kosmopolit Saluran komunikasi kosmopolit adalah saluran dari luar sistem sosial yang sedang diselidiki; saluran-saluran lainnya mengenai gagasangagasan baru menjangkau individu dari sumber-sumbre didalam sistem sosial mereka. Studi penelitian di masa lalu memperlihatkan bahwa saluran-saluran ini memainkan peran-peran berbeda dalam menciptakan pengetahuan atau membujuk orang-orang untuk merubah sikap mereka terhadap inovasi, untuk jelasnya lagi dijelaska sebagai berikut: 1. Media Massa Versus Saluran-Saluran Interpersonal Saluran media massa secara relatif lebih penting pada tahap pengetahuan dan saluran-saluran interpersonal secara relatif lebih penting pada tahap persuasi dalam proses keputusan-inovasi. 2. Saluran-Saluran Kosmopolit versus Lokalit Saluran kosmopolit secara relatif lebih penting pada tahap pengetahuan, dan saluran lokalit secara relatif lebih penting pada tahap persuasi dalam proses keputusan-inovasi.

D. Periode Keputusan Inovasi

7 Periode keputusan-inovasi adalah lamanya waktu yang dibutuhkan untuk melalui proses keputusan inovasi. Waktu yang berlangsung dari pengetahuankesadaran inovasi hingga keputusan untuk individu diukur dengan hari, bulan atau tahun. Kebanyakan agen perubahan ingin mempercepat proses pengambilan inovasi. Salah satu metode untuk melakukan hal tersebut adalah dengan mengkomunikasikan informasi mengenai gagasan baru secara lebih cepat sehingga pengetahuan dibuat pada waktu yang lebih awal. Metode lain adalah dengan memperpendek banyaknya waktu yang dibutuhkan untuk keputusaninovasi setelah individu menyadari gagasan baru. Banyak pengadopsi potensial seringkali menyadari inovasi tetapi tidak termotivasi untuk mencobakannya. Salah satu perbedaan penting individu dalam lamanya periode keputusaninovasi adalah berdasarkan pada kategori pengadopsi. Mengapa inovator membutuhkan periode yang lebih pendek? Studi-studi penelitian

memperlihatkan bahwa inovator memiliki sikap yang lebih mendukung terhadap gagasan-gagasan baru maka resistansi terhadap perubahan harus diatasi dengan pesan-pesan komunikasi mengenai gagasan-gagasan baru. Inovator juga memiliki periode keputusan-inovasi yang lebih pendek karena: 1. Mereka menggunakan sumber yang secara teknis lebih akurat dan saluran mengenai inovasi, seperti kontak langsung dengan para ahli, 2. Mereka meletakan kredibilitas yang tinggi dalam sumber-sumber tersebut dibanding individu rata-rata.

E. Tipe Keputusan Inovasi. Inovasi dapat diterima atau ditolak oleh seseorang (individu) sebagai anggota sistem sosial, atau oleh keseluruhan anggota sistem sosial, yang menentukan untuk menerima inovasi berdasarkan keputusan bersama atau berdasarkan paksaan (kekuasaan). Dengan dasar kenyataan tersebut maka dapat dibedakan adanya beberapa tipe keputusan inovasi :

8 1. Keputusan inovasi opsional, yaitu pemilihan menerima atau menolak inovasi, berdasarkan keputusan yang ditentukan oleh individu (seseorang) secara mandiri tanpa tergantung atau terpengaruh dorongan anggota sistem sosial yang lain. Meskipun dalam hal ini individu mengambil keputusan itu berdasarkan norma sistem sosial atau hasil komunikasi interpersonal dengan anggota sistem sosial yang lain. Jadi hakikat pengertian keputusan inovasi opsional ialah individu yang berperan sebagai pengambil keputusan untuk menerima atau menolak suatu inovasi. 2. Keputusan inovasi kolektif, ialah pemilihan untuk menerima atau menolak inovasi, berdasarkan keputusan yang dibuat secara bersama-sama berdasarkan kesepakatan antara anggota sistem sosial. Semua anggota sistem sosial harus mentaati keputusan bersama yang telah dinuatnya. Misalnya, atas kesepakatan warga masyarakat di setiap RT untuk tidak membuang sampah di sungai, yang kemudian disahkan pada rapat antar ketua RT dalam suatu wilayah RW. Maka konsekuensinya semua warga RW tersebut harus mentaati keputusan yang telah dibuat tersebut, walaupun mungkin secara pribadi masih ada beberapa individu yang masih merasa keberatan. 3. Keputusan inovasi otoritas, ialah pemilihan untuk menerima atau menolak inovasi, berdasarkan keputusan yang dibuat oleh seseorang atau sekelompok orang yang mempunyai kedudukan, status, wewenang atau kemampuan yang lebih tinggi daripada anggota yang lain dalam suatu sistem sosial. Para anggota sama sekali tidak mempunyai pengaruh atau peranan dalam membuat keputusan inovasi. Para anggota sistem sosial tersebut hanya melaksanakan apa yang telah diputuskan oleh unit pengambil keputusan misalnya, seorang pimpinan perusahaan

memutuskan agar sejak tanggal 1 maret semua pegawai harus memakai seragam hitam putih. Maka semua pegawai sebagai anggota sistem sosial

9 4. di perusahaan itu harus melaksanakan apa yang telah diputuskan oleh atasannya. 5. Keputusan inovasi kontingensi (contingent), yaitu pemilihan menerima atau menolak suati inovasi, baru dapat dilakukan hanya setelah ada keputusan inovasi yang mendahuluinya. Misalnya di sebuah Perguruan Tinggi, seorang dosen tidak mungkin untuk memutuskan secara opsional untuk memakai komputer sebelum didahului keputusan oleh pimpinan fakultasnya untuk melengkapi peralatan fakultas dengan komputer. Jadi ciri pokok dari keputusan inovasi kontingan ialah digunakannya dua atau lebih keputusan inovasi secara bergantian untuk menangani suatu difusi inovasi, terserah yang mana yang akan digunakan dapat keputusan opsional, kolektif atau otoritas. Keempat tipe keputusan inovasi tersebut merupakan rentangan dari keputusan opsional (individu dengan penuh tanggung jawab secara mandiri mengambil keputusan), dilanjutkan dengan keputusan kolektif (individu memperoleh sebagian sebagian wewenang untuk mengambil keputusan), dan yang terakhir keputusan otoritas (individu sama sekali tidak mempunyai hak untuk mengambil alih keputusan). Keputusan kolektif dan otoritas banyak digunakan dalam organisasi formal, seperti perusahaan, sekolah, perguruan tinggi, organisasi pemerintahan, dan sebagainya. Sedangkan keputusan opsional sering digunakan dalam penyebaran inovasi kepada petani, konsumen, atau inovasiyang sasarannya anggota masyarakat sebagai individu bukan sebagai anggota organisasi tertentu. Biasanya yang paling cepat cepat diterimanya inovasi dengan menggunakan tipe keputusan otoritas, tetapi masih juga tergantung bagaimana pelaksanaannya. Sering terjadi juga kebohongan dalam pelaksanaan keputusan keputusan otoritas. Dapat juga terjadi bahwa keputusan opsional lebih cepat dari keputusan kolektif, jika ternyata untuk membuat kesepakatan dalam

10 musyawarah antara anggota sistem sosial mengalami kesukaran. Cepat lambatnya difusi inovasi tergantung pada berbagai faktor. Tipe keputusan yang digunakan untuk menyebarluaskan suatu inovasi dapat juga berubah dalam waktu tertentu. Rogers memberi contoh inovasi penggunaan tali pengaman bagi pengendara mobil (auto mobil seat belts). Pada mulanya pemasangan seatbelt di mobil diserahkan kepada pemilik kendaraan yang mampu membiayai pemasangannya. Jadi menggunakan keputusan opsional. Kemudian pada tahun berikutnya peraturan pemerintah mempersyaratkan semua mobil baru harus dilengkapi dengan tali pengaman. Jadi keputusan inovasi pemasangan tali pengaman dibuat secara kolektif. Kemudian banyak reaksi terhadap peraturan ini sehingga pemerintah kembali kepada peraturan lama keputusan menggunakan tali pengaman diserahkan kepda tiap individu (tipe keputusan opsional). Sistem sosial terlibat secara langsung dalam proses keputusan inovasi kolektif, otoritas dan kontingen dan mungkin tidak secara langsung terlibat dalam keputusan inovasi opsional.

11 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan rumusan masalah penyusun dapat menyimpulkan sebagai berikut : a. Proses keputusan inovasi adalah proses yang dilalui atau dialami oleh seseorang atau kelompok pengambil keputusan, mulai dari yang pertama kali tahu adanya inovasi, kemudian dilanjutkan dengan keputusan sikap terhadap inovasi, penetapan keputusan apakah ia menerima atau menolak untuk berinovasi, implementasi atau perwujudan dari inovasi, serta konfirmasi terhadap keputusan inovasi yang telah diambilnya. b. Model proses keputusan-inovasi secara konseptual digambarkan Rogers (1983: 165) terdiri dari lima tahap, yaitu penggetahuan, bujukan, keputusan, implementasi dan konfirmasi. c. Saluran adalah alat dimana pesan bergerak dari sumber ke si penerima. d. Periode keputusan-inovasi adalah lamanya waktu yang dibutuhkan untuk melalui proses keputusan inovasi. e. Ada 4 tipe keputusan inovasi, yaitu Keputusan inovasi opsional, Keputusan inovasi kolektif, Keputusan inovasi otoritas dan Keputusan inovasi kontingensi (contingent).

B. Saran Supaya inovasi dapat disampaikan dengan cepat maka diperlukannya metode-metode. Salah satu metode untuk melakukan hal tersebut adalah dengan mengkomunikasikan informasi mengenai gagasan baru secara lebih cepat sehingga pengetahuan dibuat pada waktu yang lebih awal. Metode lain adalah dengan memperpendek banyaknya waktu yang dibutuhkan untuk keputusan-inovasi setelah individu menyadari gagasan baru.

DAFTAR PUSTAKA

Syaefudin, Udin. 2010. INOVASI PENDIDIKAN. Bandung: Alfabeta. Muslim, Arifin. 2010. PROSES KEPUTUSAN INOVASI. [Online]. tersedia: http://www.blogspot.proses_keputusan_inovasi.com. (9 Oktober 2011). Saefudin, Urip. 2008. Inovasi Pendidikan. Bandung : Alfabeta. Syaefudin,Udin dan Suherman,Ayi. 2006. Inovasi Pendidikan. Bandung : UPI Press. Smkdarunnajah. 2011. Inovasi. [Online]. tersedia:

http://www.smkdarunnajah.Sch.id. (9 Oktober 2011).

You might also like