You are on page 1of 18

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Banyak teori tentang belajar yang telah berkembang mulai abad ke-19 sampai sekarang ini. Pada awal abad ke-19 teori belajar yang berkembang pesat dan memberi banyak sumbangan terhadap para ahli psikologi adalah teori belajar tingkah laku (behaviorisme) yang awal mulanya dikembangkan oleh psikolog Rusia Ivan Pavlav (tahun 1900-an) dengan teorinya yang dikenal dengan istilah pengkondisian klasik (classical conditioning) dan kemudian teori belajar tingkah laku ini dikembangkan oleh beberapa ahli psikologi yang lain seperti Edward L. Thorndike, B.F Skinner dan Gestalt. Teori belajar behaviorisme ini berorientasi pada hasil yang dapat diukur dan diamati. Pengulangan dan pelatihan digunakan supaya perilaku yang diinginkan dapat menjadi kebiasaan. Hasil yang diharapkan dari penerapan teori behavioristik ini adalah terbentuknya suatu perilaku yang diinginkan. Perilaku yang diinginkan mendapat penguatan positif dan perilaku yang kurang sesuai mendapat penghargaan negatif. Evaluasi atau Penilaian didasari atas perilaku yang tampak. Dalam teori belajar ini guru tidak banyak memberikan ceramah, tetapi instruksi singkat yang diikuti contoh, baik dilakukan sendiri maupun melalui simulasi. Di awal abad ke-20 sampai sekarang ini teori belajar behaviorisme mulai ditinggalkan dan banyak ahli psikologi yang baru lebih mengembangkan teori belajar kognitif dengan asumsi dasar bahwa kognisi mempengaruhi prilaku. Penekanan kognitif menjadi basis bagi pendekatan untuk pembelajaran. Walaupun teori belajar tigkah laku mulai

ditinggalkan diabad ini, namun mengkolaborasikan teori ini dengan teori belajar kognitif dan teori belajar lainnya sangat penting untuk menciptakan pendekatan pembelajaran yang cocok dan efektif, karena pada dasarnya tidak ada satu pun teori belajar yang betul-betul cocok untuk menciptakan sebuah pendekatan pembelajaran yang pas dan efektif.

B. RUMUSAN MASALAH Dalam makalah ini akan dibahas sebuah teori belajar dari aliran behaviorisme yaitu teori belajar kondisioning operan B.F Skinner yang terdiri dari beberapa hal yaitu: 1. Bagaimanakah sejarah munculnya teori kondisioning operan B.F Skinner? 2. 3. 4. 5. Bagaimanakah Kajian umum teori B.F Skinner? Bagaimanakah aplikasi teori skinner terhadap pembelajaran? Bagaimanakah analisis perilaku terapan dalam pendidikan? Bagaimanakah kelebihan dan kekurangan dari teori B. F Skinner?

PEMBAHASAN
A. Sejarah munculnya teori kondisioning operan B.F Skinner.

Skinner (1904-1990) lahir di Susquehanna, Pensylvania. Dia meraih gelar master pada 1930 dan Ph.D. pada 1931 dari Harvard University. Gelar B.A diperoleh dari Hamilton College, New York, dimana dia mengambil jurusan Sastra Ingggris. (Hergenhann, 2008: 81) Burrhus Frederic "B. F." Skinner adalah pakar psikologi yang lahir di pedesaan. Bercita-cita menjadi seorang penulis fiksi, ia pernah secara intensif berlatih menulis. Namun pada akhirnya ia menyadari bahwa dirinya tidak memiliki bakat tersebut. Pada suatu saat secara kebetulan ia membaca buku yang mengulas tentang behaviorismenya Watson. Ketertarikannya terhadap Psikologi pun berlanjut, sehingga ia memutuskan untuk belajar Psikologi di Harvard University (AS) dan memperoleh gelar Ph.D. pada tahun 1931. Setelah dua kali pindah mengajar di dua universitas, Ia kembali mengajar di almamaternya hingga menjadi profesor di tahun 1948.

(fajarss.blog.uns.ac.id/files/2010/04/teori-belajar.pdf ) Skinner menjadi terkenal karena kepeloporannya melakukan riset terhadap belajar dan perilaku. Selama 60 tahun karirnya, Skinner menemukan berbagai prinsip penting dari operant conditioning, suatu tipe belajar yang melibatkan penguatan dan hukuman. Sebagai seorang behavioris sejati, Skinner yakin bahwa operant conditioning dapat menjelaskan bahkan perilaku manusia yang paling kompleks sekalipun. Pada kenyataannya, Skinner lah memang yang pertama kali memberi istilah operant conditioning. Terkenalnya Skinner bukan hanya risetnya dengan binatang, tetapi juga pengakuan kontroversialnya bahwa prinsip-prinsip belajar yang ia temukan dengan menggunakan kotaknya juga dapat diterapkan untuk perilaku manusia dalam kehidupannya sehari-hari. Skinner membuat eksperimen sebagai berikut: dalam laboratorium, Skinner memasukkan tikus yang telah dilaparkan dalam kotak yang disebut Skinner box, yang sudah dilengkapi dengan berbagai peralatan, yaitu

tombol, alat memberi makanan, penampung makanan, lampu yang dapat diatur nyalanya, dan lantai yang dapat dialiri listrik. Karena dorongan lapar (hunger drive), tikus berusaha keluar untuk mencari makanan. Selama tikus bergerak kesana-kemari untuk keluar dari box, tidak sengaja ia menekan tombol, makanan keluar. Secara terjadwal diberikan makanan secara bertahap sesuai peningkatan perilaku yang ditunjukkan si tikus, proses ini disebut shaping. Berdasarkan berbagai percobaannya pada tikus dan burung merpati, Skinner menyatakan bahwa unsur terpenting dalam belajar adalah penguatan (reinforcement). Maksudnya adalah pengetahuan yang terbentuk melalui ikatan stimulu-respon akan semakin kuat bila diberi penguatan.

(http://blog.unsri.ac.id/desipandora/welcome/teori-penguatanskinner/mrdetail/15164).

B. Kajian umum teori B.F Skinner. Inti dari teori behaviorisme Skinner adalah Pengkondisian operan (kondisioning operan) yaitu sebentuk pembelajaran dimana konsekuensikonsekuensi dari perilaku menghasilkan perubahan dalam probabilitas prilaku itu akan diulangi. Ada 4 asumsi yang membentuk landasan untuk kondisioning operan (Margaret E. Bell Gredler, hlm 122). Asumsi-asumsi itu adalah sebagai berikut:
1. Belajar itu adalah tingkah laku. 2. Perubahan tingkah-laku (belajar) secara fungsional berkaitan dengan

adanya perubahan dalam kejadian-kejadian di lingkungan kondisi-kondisi lingkungan.


3. Hubungan yang berhukum antara tingkah-laku dan lingkungan hanya

dapat di tentukan kalau sifat-sifat tingkah-laku dan kondisi eksperimennya di devinisikan menurut fisiknya dan di observasi di bawah kondisi-kondisi yang di control secara seksama.

4. Data dari studi eksperimental tingkah-laku merupakan satu-satunya

sumber informasi yang dapat di terima tentang penyebab terjadinya tingkah laku. Dikutip dari (http://tepenr06.wordpress.com/2011/11/09/teorikondisioning-operan-b-f-skinner/) Prinsip-prinsip utama operant condisioning adalah: reinforcement (penguatan kembali), punishment (hukuman), shaping (pembentukan), extinction (penghapusan), discrimination (pembedaan), dan generalization (generalisasi). Pada makalah ini akan dibahas dua prinsip dari operant condisioning yaitu penguatan dan hukuman. Menurut Skinner (J.W. Santrock, 272) unsur yang terpenting dalam belajar adalah adanya penguatan (reinforcement ) dan hukuman (punishment). a. Penguatan Penguatan (reinforcement) adalah konsekuensi yang meningkatkan probabilitas bahwa suatu perilaku akan terjadi. Skinner membagi penguatan menjadi dua bagian: y Penguatan positif Penguatan positif adalah adalah penguatan berdasarkan prinsip bahwa frekuensi respons meningkat karena diikuti dengan stimulus yang mendukung (rewarding). Bentuk-bentuk penguatan positif adalah berupa hadiah (permen, kado, makanan), perilaku (senyum, menganggukkan kepala untuk menyetujui, bertepuk tangan, mengacungkan jempol), atau penghargaan (nilai A, Juara 1, 2 atau 3).

Penguatan negatif Penguatan negatif adalah penguatan berdasarkan prinsip bahwa frekuensi respons meningkat karena diikuti dengan penghilangan stimulus yang merugikan (tidak menyenangkan). Bentuk-bentuk penguatan negatif antara lain: menunda/tidak memberi penghargaan, memberikan tugas tambahan atau

menunjukkan perilaku tidak senang (menggeleng, berkerut, muka kecewa).

kening

(http://tepenr06.wordpress.com/2011/11/09/teori-kondisioningoperan-b-f-skinner/)

Perbedaan antara penguatan positif dan penguatan negatif adalah dalam penguatan positif ada sesuatu yang ditambahkan atau diperoleh, sedangkan penguatan negatif ada sesuatu yang dikurangi atau dihilangkan. Agar istilah ini tidak rancu, ingat bahwa penguatan negatif meningkatkan probabilitas terjadinya suatu perilaku, sedangkan hukuman menurunkan probabilitas terjadinya perilaku. Berikut ini disajikan contoh dari konsep penguatan positif, negatif, dan hukuman

(http://tepenr06.wordpress.com/2011/11/09/teori-kondisioning-operan-b-fskinner/) b. Hukuman Apabila reinforcement memperkuat perilaku, hukuman

memperlemah, mengurangi peluangnya terjadi lagi di masa depan. Sama halnya dengan reinforcement, ada dua macam hukuman, positif dan negatif. Hukuman yang positif meliputi mengurangi perilaku dengan memberikan stimulus yang tidak menyenangkan jika perilaku itu terjadi. Orang tua menggunakan hukuman positif ketika mereka memukul, memarahi, atau meneriaki anak karena perilaku yang buruk. Masyarakat menggunakan hukuman positif ketika mereka menahan atau

memenjarakan seseorang yang melanggar hukum. Hukuman mengurangi negatif atau dengan disebut juga peniadaan, stimulus meliputi yang

perilaku

menghilangkan

menyenangkan jika perilaku terjadi. Taktik orang tua yang membatasi gerakan anaknya atau mencabut beberapa hak istimewanya karena perbuatan anaknya yang buruk merupakan contoh hukuman negatif. Kontroversi yang besar terjadi manakala membicarakan apakah hukuman merupakan cara yang efektif dalam mengurangi atau

meniadakan perilaku yang tidak diinginkan. Eksperimen dalam laboratorium yang sangat hati-hati membuktikan bahwa, ketika hukuman digunakan dengan bijaksana, ternyata menjadi metode yang efektif dalam mengurangi perilaku yang tidak diinginkan. Namun demikian, hukuman memiliki beberapa kelemahan. Ketika seseorang dihukum sehingga sangat menderita, ia menjadi marah, agresif, atau reaksi emosional negatif lainnya. Mereka mungkin menyembunyikan bukti-bukti perilaku salah mereka atau melarikan diri dari situasi buruknya, seperti halnya ketika seorang anak lari dari rumahnya. Lagi pula, hukuman mungkin mengeliminasi perilaku yang dikehendaki bersamaan dengan hilangnya perilaku yang tidak dikehendaki. Sebagai contoh, seorang anak yang dipukul karena membuat kesalahan di depan kelas kemungkinan tidak berani lagi tunjuk jari. Karena alasan ini dan beberapa alasan lainnya, banyak pakar psikologi yang merekomendasikan bahwa hukuman hanya boleh dilakukan untuk mengontrol perilaku ketika tidak ada alternatif lain yang lebih realistis. (http://fajarss.blogspot.uns.ac.id/files/2010/04/teori-belajar)

Penguatan positif PerilakuMurid mengajukan pertanyaan yang bagus Penguatan negatif PerilakuMurid menyerahkan PR tepat waktu KonsekuensiGuru berhenti menegur murid Prilaku kedepanMurid makin sering menyerahkan PR tepat waktu Hukuman PerilakuMurid menyela guru KonsekuensiGuru mengajar murid langsung Prilaku kedepanMurid berhenti menyela guru KonsekuensiGuru menguji murid Prilaku kedepanMurid mengajukan lebih banyak pertanyaan

Skinner menggambarkan praktek tugas dan ujian sebagai suatu contoh menempatkan pelajar yang manusia itu dalam kontigensi terminal juga. Skinner menyarankan penerapan cara pemberian penguatan komponen tingkah laku seperti menunjukkan perhatian pada stimulus dan melakukan studi yang cocok terhadap tingkah laku. Hukuman harus dihindari karena adanya hasil sampingan yang bersifat emosional dan tidak menjamin timbulnya tingkah laku positif yang diinginkan. Dengan demikian beberapa prinsip belajar yang dikembangkan oleh Skinner antara lain: a. Hasil belajar harus segera diberitahukan kepada siswa, jika salah dibetulkan, jika benar diberi penguat. b. Proses belajar harus mengikuti irama dari yang belajar. c. Materi pelajaran, digunakan sistem modul. d. Dalam proses pembelajaran, lebih dipentingkan aktivitas sendiri. e. Dalam proses pembelajaran, tidak digunakan hukuman. Namun ini lingkungan perlu diubah, untuk menghindari adanya hukuman. f. Tingkah laku yang diinginkan pendidik, diberi hadiah, dan sebagainya. Hadiah diberikan dengan digunakannya jadwal variable rasio reinforcer. g. Dalam pembelajaran, digunakan shaping. Disamping itu dari eksperimen yang dilakukan B.F. Skinner terhadap tikus dan burung merpati menghasilkan hukum-hukum belajar, diantaranya: a. Law of operant conditining yaitu jika timbulnya perilaku diiringi dengan stimulus penguat, maka kekuatan perilaku tersebut akan meningkat. b. Law of operant extinction yaitu jika timbulnya perilaku operant telah diperkuat melalui proses conditioning itu tidak diiringi stimulus penguat, maka kekuatan perilaku tersebut akan menurun bahkan musnah.

C. Aplikasi teori skinner terhadap pembelajaran. Beberapa aplikasi teori belajar Skinner dalam pembelajaran adalah sebagai berikut: Bahan yang dipelajari dianalisis sampai pada unit-unit secara organis.

Hasil berlajar harus segera diberitahukan kepada siswa, jika salah dibetulkan dan jika benar diperkuat.

Proses belajar harus mengikuti irama dari yang belajar. Materi pelajaran digunakan sistem modul.Tes lebih ditekankan untuk kepentingan diagnostic.

Dalam proses pembelajaran lebih dipentingkan aktivitas sendiri. Dalam proses pembelajaran tidak dikenakan hukuman. Dalam pendidikan mengutamakan mengubah lingkungan untuk

mengindari pelanggaran agar tidak menghukum. Tingkah laku yang diinginkan pendidik diberi hadiah. Hadiah diberikan kadang-kadang (jika perlu). Tingkah laku yang diinginkan, dianalisis kecil-kecil, semakin meningkat mencapai tujuan. Dalam pembelajaran sebaiknya digunakan shaping. Mementingkan kebutuhan yang akan menimbulkan tingkah laku operan. Dalam belajar mengajar menggunakan teaching machine. Melaksanakan mastery learning yaitu mempelajari bahan secara tuntas menurut waktunya masing-masing karena tiap anak berbeda-beda iramanya. (http://edukasi.kompasiana.com/2011/02/13/teori-bf-skinner/) Operant conditioning memiliki manfaat praktis di dalam kehidupan sehari-hari. Orang tua dapat memperkuat perilaku anak-anaknya yang sesuai dan memberikan hukuman pada perilaku yang tidak sesuai, dan mereka dapat menggunakan teknik generalisasi dan diskriminasi untuk membelajarkan perilaku-perilaku yang sesuai dengan situasi-situasi tertentu. Di dalam kelas, guru memperkuat kemampuan akademik yang bagus dengan sedikit hadiah atau hak-hak tertentu. Perusahaan menggunakan hadiah untuk memperbaiki kehadiran, produktivitas, dan keselamatan kerja bagi para pekerjanya. Pakar psikologi yang disebut terapis perilaku menggunakan prinsipprinsip belajar operant conditioning untuk merawat anak-anak atau orang dewasa yang memiliki kelainan pakar psikologiis ataupun masalah perilaku. Terapis perilaku ini menggunakan teknik shaping untuk mengajar

keterampilan

bekerja

pada

orang-orang

dewasa

yang

mengalami

keterbelakangan mental. Mereka menggunakan teknik reinforcement untuk mengajar keterampilan merawat diri sendiri pada orang-orang yang menderita sakit mental yang parah, dan menggunakan hukuman dan ekstingsi (eliminasi kondisi) untuk mengurangi perilaku agresif dan antisosial dari orang-orang tersebut. Pakar psikologi juga menggunakan teknik operant conditioning untuk merawat kecenderungan bunuh diri, kelainan seksual, permasalahan perkawinan, kecanduan obat terlarang, perilaku konsumtif, kelainan perilaku dalam makan, dan masalah lainnya.

D. Analisis perilaku terapan dalam pendidikan. Analisis Perilaku terapan adalah penerapan prinsip pengkondisian operan untuk mengubah perilaku manusia. Ada tiga penggunaan analisis perilaku yang penting dalam bidang pendidikan yaitu: 1. Meningkatkan perilaku yang diharapkan Lima strategi pengkondisian operan dapat dipakai untuk meningkatkan perilaku anak yang diharapkan yaitu: a. Memilih Penguatan yang efektif Tidak semua penguatan akan sama efeknya bagi anak. Analisis perilaku terapan menganjurkan agar guru mencari tahu penguat apa yang paling baik untuk anak, yakni mengindividualisasikan

penggunaan penguat tertentu. Untuk mencari penguatan yang efektif bagi seorang anak, disarankan untuk meneliti apa yang memotivasi anak dimasa lalu, apa yang dilakukan murid tapi tidak mudah diperolehnya, dan persepsi anak terhadap manfaat dan nilai penguatan. b. Menjadikan penguat kontingen dan tepat waktu Penguatan akan lebih efektif jika diberikan tepat pada waktunya, sesegera mungkin setelah murid menjalankan tindakan yang

diharapkan. Ini akan membantu anak melihat hubungan kontingensi antar-imbalan dan perilaku mereka. Jika anak menyelesaikan perilaku sasaran (seperti mengerjakan sepuluh soal matematika) tapi guru tidak

10

memberikan waktu bermain pada anak, maka anak itu mungkin akan kesulitan membuat hubungan kontingensi.

c. Memilih jadwal penguatan terbaik Empat jadwal penguatan utama adalah a) Jadwal rasio tetap: suatu perilaku diperkuat setelah sejumlah respon. b) Jadwal rasio variabel : suatu perilaku diperkuat setelah terjadi sejumlah respon, akan tetapi tidak berdasarkan basis yang dapat diperidiksi. c) Jadwal interval tetap : respons tepat pertama setelah beberapa waktu akan diperkuat. d) Jadwal interval variabel : suatu respons diperkuat setelah sejumlah variabel waktu berlalu. d. Menggunakan Perjanjian Perjanjian (contracting) adalah menempatkan kontingensi

penguatan dalam tulisan. Jika muncul problem dan anak tidak bertindak sesuai harapan, guru dapat merujuk anak pada perjanjian yang mereka sepakati. Analisis perilaku terapan menyatakan bahwa perjanjian kelas harus berisi masukan dari guru dan murid. e. Menggunakan penguatan negatif secara efektif Dalam penguatan negatif, frekuensi respons meningkat karena respon tersebut menghilangkan stimulus yang dihindari.

2. Menggunakan dorongan (prompt) dan pembentukan (shapping) Prompt (dorongan) adalah tambahan yang diberikan stimulus tambahan dan atau isyarat

sebelum

respons

meningkatkan

kemungkinan respon tersebut akan terjadi. Shapping (pembentukan) adalah mengajari perilaku baru dengan memperkuat perilaku sasaran.

11

3. Mengurangi perilaku yang tidak diharapkan Ketika guru ingin mengurangi perilaku yang tidak diharapkan (seperti mengejek, mengganggu diskusi kelas, atau sok pintar) yang harus dilakukan berdasarkan analisis perilaku terapan adalah: Menggunakan Penguatan Diferensial. Menghentikan penguatan (pelenyapan). Menghilangkan stimuli yang diinginkan. Memberikan stimuli yang tidak disukai (hukuman).

(http://tepenr06.wordpress.com/2011/11/09/teori-kondisioning-operan-b-fskinner/)

E. Kelebihan dan kekurangan teori skinner Kelebihan: 1. Pembelajaran difokuskan pada secara pencapaian sebuah tujuan yang jelas dan bisa menanggapi secara otomatis segala respon yang diberikan oleh setiap siswa. 2. Cocok untuk pembelajaran yang lebih menekankan pada perolehan kemampuan psikomotor ( praktek) dan pembiasaan yang mengandung unsur-unsur seperti spontanitas, kelenturan, refleks, daya tahan. 3. Dapat diterapkan untuk melatih anak-anak yang masih membutuhkan dominasi peran orang dewasa, suka mengulangi dan harus dibiasakan, suka meniru dan senang dengan penghargaan langsung seperti pemberian hadiah. 4. Teori ini juga sangat menekankan pada prinsip bahwa setiap individu memiliki potensi dalam belajar, yang membedakan hanya pada waktu siswa memahami suatu materi. Dengan demikian siswa yang memiliki kemampuan lambat pun dapat menyelesaikan materi dengan tuntas, sedangkan siswa yang memiliki kemampuan cepat dapat melanjutkan materi selanjutnya tanpa harus menunggu teman lainnya. Karena pembelajaran ini juga menekankan pembelajaran secara individual.

12

Kelemahan: 1. Siswa mungkin akan menemukan dalam suatu situasi dimana stimulus bagi respon yang benar tidak terjadi, karena siswa tersebut tidak sanggup menanggapi. 2. Proses pembelajaran bersifat dapat diamati secara langsung, padahal belajar adalah proses kegiatan mental yang tidak dapat dilihat dari luar, kecuali gejalanya. 3. Proses belajar bersifat otomatis-mekanis, padahal setiap individu memiliki self direction dan self control yang bersifat kognitif, sehingga ia bisa menolak untuk merespon jika ia tidak menghendakinya. 4. Proses pembelajaran manusia dianalogikan dengan perilaku hewan itu sangat sulit diterima, mengingat terdapat perbedaan karakter fisik dan psikis dalam individu manusia dan hewan. Manusia memiliki karakteristik yang unik. (http://eldhieya.blogspot.com/2011/05/teori-belajar.html)

13

PENUTUP

A. KESIMPULAN Asas pengkondisian operan B.F Skinner dimulai awal tahun 1930an, pada waktu keluarnya teori S-R. Istilah-istilah

seperti cues (pengisyratan), purposive behavior (tingkah laku purposive) dan drive stimuli (stimulus dorongan) dikemukakan untuk menunjukkan daya suatu stimulus untuk memunculkan atau memicu suatu respon tertentu. Skinner tidak sependapat dengan pandangan S-R dan penjelasan reflex bersyarat dimana stimulus terus memiliki sifat-sifat kekuatan yang tidak mengendur. Menurut Skinner penjelasan S-R tentang terjadinya perubahan tingkah laku tidak lengkap untuk menjelaskan bagaimana organisme berinteraksi dengan lingkungannya. Skinner menghindari kontradiksi yang ditampilkan oleh model kondisioning klasik dari Pavlov dan kondisioning instrumental dari Thorndike. Ia mengajukan suatu paradigma yang mencakup kedua jenis respon itu dan berlanjut dengan mengupas kondisi-kondisi yang bertanggung jawab atas munculnya respons atau tingkah laku operan. Dengan demikian beberapa prinsip belajar yang dikembangkan oleh Skinner antara lain: a. Hasil belajar harus segera diberitahukan kepada siswa, jika salah dibetulkan, jika benar diberi penguat. b. Proses belajar harus mengikuti irama dari yang belajar. c. Materi pelajaran, digunakan sistem modul. d. Dalam proses pembelajaran, lebih dipentingkan aktivitas sendiri. e. Dalam proses pembelajaran, tidak digunakan hukuman. Namun ini lingkungan perlu diubah, untuk menghindari adanya hukuman. f. Tingkah laku yang diinginkan pendidik, diberi hadiah, dan sebagainya. Hadiah diberikan dengan digunakannya jadwal variable rasio reinforcer. g. Dalam pembelajaran, digunakan shaping.

14

Beberapa aplikasi teori belajar Skinner dalam pembelajaran adalah sebagai berikut: Bahan yang dipelajari dianalisis sampai pada unit-unit secara organis. Hasil berlajar harus segera diberitahukan kepada siswa, jika salah dibetulkan dan jika benar diperkuat. Proses belajar harus mengikuti irama dari yang belajar. Materi pelajaran digunakan sistem modul.Tes lebih ditekankan untuk kepentingan diagnostic. Dalam proses pembelajaran lebih dipentingkan aktivitas sendiri. Dalam proses pembelajaran tidak dikenakan hukuman. Dalam pendidikan mengutamakan mengubah lingkungan untuk mengindari pelanggaran agar tidak menghukum. Tingkah laku yang diinginkan pendidik diberi hadiah. Hadiah diberikan kadang-kadang (jika perlu). Tingkah laku yang diinginkan, dianalisis kecil-kecil, semakin meningkat mencapai tujuan. Dalam pembelajaran sebaiknya digunakan shaping. Mementingkan kebutuhan yang akan menimbulkan tingkah laku operan. Dalam belajar mengajar menggunakan teaching machine. Melaksanakan mastery learning yaitu mempelajari bahan secara tuntas menurut waktunya masing-masing karena tiap anak berbedabeda iramanya. Ada tiga penggunaan perilaku terapan dalam pendidikan, yaitu: 1. Meningkatkan perilaku yang diharapkan a. Memilih penguatan yang efektif b. Menjadikan penguat kontingen dan tepat waktu c. Memilih jadwal penguatan terbaik d. Menggunakan perjanjian e. Menggunakan penguatan negatif secara efektif 2. Menggunakan dorongan dan pembentukan 3. Mengurangi perilaku yang tidak diharapkan.
15

Kelebihan: y Pembelajaran difokuskan pada secara pencapaian sebuah tujuan yang jelas dan bisa menanggapi secara otomatis segala respon yang diberikan oleh setiap siswa. y Cocok untuk pembelajaran yang lebih menekankan pada perolehan kemampuan psikomotor ( praktek) dan pembiasaan yang mengandung unsur-unsur seperti spontanitas, kelenturan, refleks, daya tahan. y Dapat diterapkan untuk melatih anak-anak yang masih membutuhkan dominasi peran orang dewasa, suka mengulangi dan harus dibiasakan, suka meniru dan senang dengan penghargaan langsung seperti pemberian hadiah. y Teori ini juga sangat menekankan pada prinsip bahwa setiap individu memiliki potensi dalam belajar, yang membedakan hanya pada waktu siswa memahami suatu materi. Dengan demikian siswa yang memiliki kemampuan lambat pun dapat menyelesaikan materi dengan tuntas, sedangkan siswa yang memiliki kemampuan cepat dapat melanjutkan materi selanjutnya tanpa harus menunggu teman lainnya. Karena pembelajaran ini juga menekankan pembelajaran secara individual.

Kelemahan: y Siswa mungkin akan menemukan dalam suatu situasi dimana stimulus bagi respon yang benar tidak terjadi, karena siswa tersebut tidak sanggup menanggapi. y Proses pembelajaran bersifat dapat diamati secara langsung, padahal belajar adalah proses kegiatan mental yang tidak dapat dilihat dari luar, kecuali gejalanya. y Proses belajar bersifat otomatis-mekanis, padahal setiap individu memiliki self direction dan self control yang bersifat kognitif, sehingga ia bisa menolak untuk merespon jika ia tidak menghendakinya. y Proses pembelajaran manusia dianalogikan dengan perilaku hewan itu sangat sulit diterima, mengingat terdapat perbedaan karakter fisik dan
16

psikis dalam individu manusia dan hewan. Manusia memiliki karakteristik yang unik.

B. SARAN Permasalahan yang diambil masih sangat sederhana, sehingga untuk pengkajian lebih lanjut dapat dilakukan pembahasan mengenai: 1. Prinsip-prinsip operant conditioning yang lain. 2. Kajian yang lebih mandalam lagi tenteng teori penguatan.

17

DAFTAR PUSTAKA
Eldheiya. Teori Belajar.
http://eldhieya.blogspot.com/2011/05/teori-belajar.html (Diakses tanggal 21

Fenruari 2012) Fajar.S. Teori Belajar. http://fajarss.blogspot.uns.ac.id/files/2010/04/teori-belajar (Diakses tanggal 25 febrauari 2012) Hergenhann, B. R. 2008. Theories of Learning. Kencana Prenada Media Group : Jakarta

NN. Teori Kondisioning Operan B. F Skinner. http://tepenr06.wordpress.com/2011/11/09/teori-kondisioning-operan-b-fskinner/ (Diakses tanggal 21 Februari 2012)

Nuryadi, Made. Teori Belajar Kondisioning Operan B.F Skinner. http://made82math.wordpress.com/2009/06/05/teori-belajar-b-f-skinnerdan-aplikasinya/ (Diakses tanggal 21 Februari 2012)

Pandora, Desi. Teori Penguatan Skinner.


http://blog.unsri.ac.id/desipandora/welcome/teori-penguatanskinner/mrdetail/15164 (diakses tanggal 21 Februari 2012)

Winarto, Joko. Teori B.F Skinner.


http://edukasi.kompasiana.com/2011/02/13/teori-bf-skinner/

(Diakses

tanggal 21 Februari 2012)

18

You might also like