You are on page 1of 24

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Program penanggulangan kemiskinan yang di mulai sejak Pelita pertama sudah menjangkau seluruh Tanah Air. Upaya itu telah menghasilkan perkembangan yang positif. Namun demikian, Krisis moneter dan Ekonomi yang melanda Indonesia sejak tahun 1997 telah mengecilkan arti berbagai pencapaian pembangunan tersebut. Krisis pada satu sisi telah menunjukan lonjakan pengangguran dengan cepat

meningkatkan kemiskinan di pedesaan dan perkotaan. Namun pada sisi lain krisis ini juga telah menyadarkan kita bahwa dengan pendekatan yang dipilih dalam penanggulangan kemiskinan perlu diperkaya dengan upaya untuk mengokohkan keberdayaan institusi komunitas agar pada masa berikutnya upaya penanggulangan kemiskinan dapat dijalankan sendiri oleh masyarakat secara mandiri dan berkelanjutan. Salah satu program yang dinilai telah mengakomodir strategi pemberdayaan yang bertumpuk pada kekuatan masyarakat secara langung adalah Program Nasional Masyarakat (PNPM) Mandiri. Tujuan khusus PNPM Mandiri adalah: a) Meningkatkan partisipasi seluruh masyarakat, termasuk masyarakat miskin,kelompok perempuan,komunitas adat terpencil,dan kelompok masyarakat lainnya yang rentan dan sering terpinggirkan kedalam proses pengambilan keputusan dan pengelolaan pembangunan, b) Meningkatkan kapasitas kelembagaan masyarakat yang mengakar,representative,dan akuntabel, c) Meningakatkan kapasitas pemerintah dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat terutama masyarakat miskin melalui kebijakan,program dan penganggaran yang berpihak pada masyarakat,pemerintah daerah,swasta,asosiasi,perguruan masyarkat,dan kelompok tinggi,lembaga lainnya,untuk swadaya masyarakat,organisasi upaya-upaya

peduli

mengefektifkan

penanggulangan

kemiskinan,

e)

Meningkatkan

keberdayaan

dan

kemandirian

masyarakat,serta kapasitas pemerintah daerah dan kelompok peduli setempat dalam menanggulangi kemiiskinan di wilayahnya, f) Meningkatkan modal sosoial masyarakat yang berkembang sesuai dengan potensi social dan budaya serta untuk melestarikan kearifan local, g) Meningkatkan inovasi dan pemanfaatan teknologi tepat guna,informasi dan komunikasi dalam pemberdayaan masyarakat (Pedum PNPM,2007). Program ini dilaksanakan oleh tiga komponen yaitu pemerintah,masyarakat dan tenaga professional sebagai fasilitator. Pendekatan melalui tiga komponen (pemerintah,fasilitator dan masyarakat) pada awalnya dilakukan secara bersamaan,tetapi pada batas waktu tertentu peran pemerintah dan fasilitator secara bertahap akan dikurangi dalam rangka mewujudkan kemandirian masyarakat. Dalam proses pemandirian inilah posisi masyarakat miskin sebagai target baik mulai dari

pemberdayaan sangat dibutuhkan ketrlibatannya secara langsung

sosialisasi,perencanaan,pemanfaatan dana bantuan,pengawasan dan monitoring dan evaluasi. Artinya seluruh tahapan proses pemberdayaan ini sangat membutuhkan keterlibatan aktif masyarakat miskin. Model ini secara trend dikenal dengan pembangunan partisipasi. Suatu proyek atau program dapat digolongkan ke dalam model pembangunan partisipasi apabila program tersebut dikelola sendiri oleh masyarakat yang

bersangkutan,bukan oleh aparat pemerintah. Pemberian kewenangan kepada masyarakat setempat yang tidak hanya untuk menyelenggarakan proyek / program pembangunan,tetapi juga untuk mengelola proyek tersebut akan mendorong masyarakat untuk mengarahkan segala kemampuan dan potensinya demi keberhasilan proyek / program tersebut. Ciri lain yang dilaksanakan oleh program PNPM Mandiri adalah penyiapan landasan kemandirian masyarakat berupa lembaga kepemimpinan masyarakat yang

representative,mengakar dan kondusif bagi perkembangan modal social

(social capital)

masyarakat di masa mendatang serta menyiapkan program mayarakat jangka menengah

dalam penaggulangan kemiskinan yang menjadi pengikat dalam kemitraan masyarkat dengan pemerintah daerah dan kelompok peduli setempat. Lembaga kepemimpinan yang mengakar,representative dan dipercaya tersebut (secara generic di sebut Badan Keswadayaan Masyarakat atau di singkat BKM) dibentuk melalui kesadaran kritis masyarakat untuk menggali nilai-nilai luhur kemanusiaan dan nilai-nilai kemasyarakatan sebagai pondasi modal social (capital social) kehidupan masyarakat (Pedlak PNPM,2008) BKM ini diharapkan mampu menjadi wadah perjuangan kaum miskin dalam menyuarakan aspirasi dan kebutuhan masyarakat,sekaligus menjadi motor bagi upaya penaggulangan kemiskinan yang dijalankan oleh masyarkat secara mandiri dan berkelanjutan mulai dari proses penentuan kebutuhan,pengambilan keputusan,proses penyusunan program,pelaksanaan program hingga pemanfaatan dan pemeliharaan. Kota Gorontalo telah melaksanakan program PNPM Mandiri dari tahun 2007 pada 6 kecamatan yaitu : Kecamatan Kota Selatan, Kecamatan Kota Barat, Kecamatan Kota Timur, Kecamatan Kota Utara, Kecamatan Kota Tengah dan Kecamatan dungingi. Program ini melaksnakan pemberdayaan terhadap masyarakat miskin melalui 3 kegiatan pemberdayaan yaitu 1) peningkatan fasilitas lingkungan, 2) pelatihan dan

keterampilan, 3) bantuan dana bergulir. Kurang lebih dua tahun melaksanakan proses pemberdayaan,tentunya telah banyak yang di hasilkan oleh program ini untuk masyarakat miskin baik ditinjau dari jumlah dana yang telah disalurkan maupun jumlah fasilitas lingkungan yang terbangun. Hal yang menarik untuk ditelusuri dalam pelaksanaan program PNPM di kecamatan dungingi adalah seluruh proses pemberdayaan telah dilakukan dengan baik,dimana dari sisi input,pemerintah telah menyiapkan dana bantuan langsung masyarakat dan fasilitator selaku pendamping. Dari sisi proses,pemerintah telah mengeluarkan buku pedoman umum dan berbagai petunjuk teknis pelaksanaan bahkan pemerintah telah beruasaha untuk menyiapkan biaya operasional kegiatan sebagai wujud komitmen pemerintah terhadap program ini. Tetapi dari sisi output,belum memberikan hasil yang optimal terutama

pembangunan

fasilitas lingkungan pemukiman cenderung kurang merata,pemanfaatan

bantuan pelatihan dan keterampilan yang cenderung yang tidak tepat sasaran. Tingkat pengembalian dana ekonomi bergilir cenderung berada dibawah 90%. Artinya tingkat pengembalian dana bantuan dana usaha terkesan tidak bergulir sebagaimana yang diharapkan. Dengan demikian secara umum pelaksanaan PNPM Mandiri di Kecamatan Dungingi Cenderung kurang efektif. Berdasarkan konisi tersebut diatas maka mengangkat judul efektifitas Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri di Kecamatan Dungingi. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian belakang di atas,maka identifikasi masalah umumnya berada pada output kegiatan PNPM Mandiri di kecamatan dungingi sebagai berikut : 1. Pembanguna fasilitas lingkungan permukiman cenderung kurang merata. 2. Pemanfaatan bantuan keterampilan yang cenderung tidak tepat sasaran. 3. Tingkat pengembalian dana ekonomi bergulir berada dibawah 90% 1.3 Rumusan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah diatas,maka rumusan masalah penelitian ini adalah: Bagaimana Efektifitas Pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyrakat (PNPM) Mandiri Kecamatan Dungingi 1.4 Tujuan Penelitian Bedasarkan rumusan di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektifitaspelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat di Kecamatan Dungingi ?

1.5 Manfaat Penelitian Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah : a. Manfaat terhadap Dunia Akademik Hasil penelitian ini diharapkan akan memperkaya hanasah ilmu pengetahuan terutama berkaitan dengan efektifitas pelaksanaan program nasional pemberdayaan masyarakat. b. Manfaat terhadap Dunia Praktis Penelitian ini diharapkan menjadi bahan penyempurnaan bagi pemerintah daerah dalam mengektifkan pelaksanaan PNPM Mandiri di Kota Gorontalo di tahun yang akan datang mengingat pelaksanaan PNPM ditarget hingga tahun 2015.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Eektifitas Menurut subagyo (2000) efektifitas adalah kesesuaian antara output dengan tujuan yang di tetapkan. Efektifitasnya adalah suatu keadaan yang terjadi karena di dikehendaki. Kalau seseorang melakkan suatu perbuatan dengan maksud tertentu dan memang dikehendaki,maka pekerjaan orang itu dikatakan efektif bila menimbulkan akibat atau mempunyai maksud sebagaimana yang dikehendaki sebelumnya Kata efektif berarti berhasil,tepat dan manjur (S.Wojowisoto,1980). Atau efektifitas organisasi sama prestasi keseluruhan yang ada dalam organisasi (Indra Wijaya,1989). Efektifitas berarti penyelesaian pekerjaan tepat pada waktu yang telah di tetapkan (Sondang P. Siagian,1992). 2.2 Pendekatan Efektifitas Dengan mengacu pada system orgnisasi Lubis & Huseini (1987:56 71) mengelompokan empat pendekatan dalam pengukuran efektifitas,yaitu (1) pendekatan sasaran yang memusatkan pengkuran kepada keluaran (produk/jasa) organisasi; (2) pendekatan proses yang memusatkan pengukuran kepada kegiatan dan proses internal organisasi; (3) pendekatan sumber yang memusatkan pengukuran kepada sumber-sumber masuk organisasi; (4) pendekatan gabungan,yaitu pengukuran efektifitas dengan menggambungkan ketiga jenis pendektan terdahulu secara bersamaan,mencakup

pengukuran pada sisi masukan,efesiensi proses transformasi,dan sisi keberhasilan mencapai sasaran. Stephen P Robbins (1994) mengajukan empat pendekatan efektifitas organisasi yaitu 1) pendektan pencapaian tujuan,2) pendekatan system,3) pendekatan konstitusi strategis dan 4)poendekatan nilai - nilai bersaing.

Setiap pendekatan itu masing-masing mempunyai kelemahan dalam pengukuran efektifitas. Oleh karena itu,beberapa pakar mengajukan pendekatan lain yang dianggap lebih komprehensif untuk mengukur efektifitas,di antaranya pendekatan (1) konstituensi,(2) bidang sasaran,(3) kontingensi. Efektifitas menunjukan kemampuan organisasi untuk mencapai hasil seperti yang direncanakan baik kuantitas maupun kualitas. Menurut sinungan (1987) efektifitas adalah: Pertama,berkaitan dengan hubungan antara lain; organisasi yang modern maupun klasik tentang output dan input. Kedua,perbandingan / tingkatan dimana sasaran yang dikemukakan di anggap tercapai. Ketiga, efektifitas eksternal atau perbandingan antara evaluasi lingkungan satu unit output dan evaluasi satu unit input. Dan keempat kemampuan system untuk tetap berlangsung beradaptasi dan berkembang tanpa mempedulikan tujuantujuan khusus yang akan dicapai. Menurut Mubyarto dkk. (1984) indicator keluaran proyek pembangunan desa mencakup: (a) mutu kehidupan fisik; mutu lingkungan fisik,pola konsumsi,pemenuhan kebutuhan fisik manusia,(b) mata pencaharian; ada peluang bagi penduduk desa untuk memperoleh pekerjaan,(c) individualistis dan kebebasan memenuhi kemampuan masyarakat desa alam menentukan hari depannya,berkembangnya konflik individu dan kepentingan,termasuk peranan wanita,(d) pengembangan diri; menigkatnya kesadaran lingkungan,penambahan keterampilan dan kesadaran akan kewajiban sosial,(e) perkembangan sosial dan politik. Untuk melengkapi indikator sosial dalam menentukan mutu keluaran proyek

(Anonim,1985) mengusulkan sebelas indikator yaitu: (1)Pendapatan, (2)Kesempatan Kerja,(3) Kemandirian (Self Relience), (4) Kesejahteraan Keluarga (family walface), (5) Partisapasi masyarakat (empowerment), (6) Dampak pada lingkungan atau organisasi lain, (7) Perbaikan praktek-praktek produksi, (8) Pengembangan diri (selfimprovement), (9) Kemapuan mengembalikan kredit, (10) Pemilkikan aset produksi (entitlement), (11) Partisipasi Wanita.

2.3 Kriteria Efektifitas Pada Tahun 1960-an dan permulaan 1970-an para peneliti melihat adanya perkembangbiakan kajian efektifitas organisasi. Sehingga berhasil mengindentifikasi tiga puluh kriteria berbeda yang semuanya mengaku dapat mengukur keefektifan organisasi. Kriteria tersebut oleh Stephen P.Robbien diidentifikasi kembali sebagaimana tabel berikut ini Tabel. 1 Kriteria tentang keefektifan Organisasi

1. Keektifan keseluruhan 2.Produktifitas 3.Efesiensi 4.Laba 5.Kualitas 6.Kecelakaan 7.pertumbuhan 8.Kemangkiran 9.Pergantian pegawai 10.Kepuasan kerja 11.Motivasi 12.Moral/semangat juang 13.Kontrol

16.Perencanaan dan penetapan tujuan 17.Konsensus tentang tujuan 18.Intermalisasi tujuan oerganisasi 19.Konsensus tentang tujuan 20.Keterampilan interpersonal manajerial 21.keterampilan manajerial 22.Manajemen informasi 23.Kesiapan 24.Pemanfaatan lingkungan 25.Evaluasi pihak luar 26Stabilitas 27.Nilai sumberdaya manusia 28.Partisapasi digunakan dan pengaruh yang

14.Konplik/solidaritas

29.Penekanan pengembangan

dan

pelatihan

15.Fleksibilitas

30.Penekanan pada fermorma

Lubis dan Huseini (1987) menyatakan bahwa pengukuran efektifitas mencakup pada sisi input,proses transformasi an keberhasilan mencapai sasaran output. Efektifitas adalah ukuran yang menyatakan seberapa baik atau seberapa jauh sasaran rencana tercapai secara kuantitas dan kualitas. Nilai atau tingkat efektifitas biasanya di cerminkan oleh perbandingan antara hasil yang diargetkan dengan hasil yang terealisasi. Makin besar persentase sasaran atau target tercapai,makin tinggi tingkat efektifitasnya. Efektifitas berorientasi pada keluaran atau hasil yang lebih baik atau hasil sesuai yang direncanakan.(Marthur dan inayatullah, 1980). Sejalan dengan konsep tersebut Azar Kasim (1989: 4-85) mengajukan beberapa model teori organisasi sebagai acuan untuk mengukur efektifitas yaitu: (a) model tujuan rasional, (b) model hubungan manusia, (c) model system terbuka, (d) model proses internal, (e) kaitan keempat teori secara integrative dengan 7 Fremeeworks sebagai modal analisis. Menurut siagian (1997:20) Efektifitas pemanfaatan sumber daya,dana,sarana dan prasarana dalam jumlah tertentu secara sadar ditetapkan sebelumnya untuk menghasilkan barang dan jasa dengan mutu tertentu dan tepat waktunya. Berarti efektifitas sebagai orientasi kerja menyoroti empat hal yaitu: Sumber daya,dana,sarana dan prasarana yang dapat digunakan sudah ditentukan dan dibatasi. 1. Jumlah dana dan mutu barang dan jasa yang sudah dihasilkan sudah ditentukan 2. Batas waktu untuk menghasilkan barang atau jasa tersebut sudah ditetapkan. 3. Tatacara yang harus ditempuh untuk menyelesaikan tugas sudah dirumuskan. Evaluasi dilakukan untuk menilai sejauh mana keefektifan kabijakan publik untuk dipertanggung jawabkan kepada public dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Selanjutnya menurut Dunn (1999) mengemukakan bahwa istilah evaluasi dapat disamakan dengan penaksiran (appraisal,pemberian angka (ranting)dan penilaian (assessment).

Rossi & Freeman dalam Keban,2008 mengemukakan bahwa evaluasi digunakan untuk mempelajari tentang hasil yang diperoleh dalam suatu program untuk dikaitkan dengan pelaksanaannya,disamping itu evaluasi digunakan untuk melihat kegunaan program dan inisiatif baru,peningkatan efektifitas program,serta mempertanggungjawabkan hasil kepada pihak yang mensponsori program tersebut. Sejalan dengan pendapat tersebut pelaksanaan program nasional pemberdayaan masyarakat yang telah ditetapkan sebagai model pemberdayaan masyarakat miskin secara nasional tentunya perlu diefaluasi kembali terutama dari sisi output kegiatan. Apakah telah terjadi proses perubahan dari ekonomi tradisional ke ekonomi modern,dari ekonomi daerah tangguh,dari ekonomi sub system ke ekonomi pasar,dan dari kedudukan ketergantungan ke pemandirian. Selanjutnya Sumoningrat (1998:5-6) mengatakan bahwa upaya pemberdayaan masyarakat sebagaimana tersebut diatas,paling tidak harus mencakup 5 hal pokok yaitu : 1. Bantuan dana sebagai modal usaha 2. Pembangunan prasarana sebagai pendukung pengembangan kegiatan social ekonomi rakyat 3. Penyediaan sarana untuk memperlancar pemasaran hasil produksi barang dan jasa masyarakat 4. Pelatihan bagi aparat dan masyarakat 5. Penguatan kelembagaan social ekonomi masyarakat Dalam model pemberdayaan PNPM Mandiri dikecamatan Dungingi Kota Gorontalo 5 hal tersebut diatas disederhanakan menjadi 3 kegiatan pokok yaitu a) penguatan kelembagaan social ekonomi masyarakat melalui bantuan modal usaha, b) bantuan pendidikan dan pelatihan serta, c) penyediaan fasilitas lingkungan. 2.4 Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat

Pengelolaan

Program

Nasional

Pemberdayaan

Masyarakat

Mandiri

dari

persiapan,penendalian,sosialisasi,perencanaan

partisipatif,pelaksanaan

kegiatan,

pengendalian,pengelolaan pengaduan masyarakat,evaluasi,dan pelaporan. 1. Persiapan Persiapan pelaksanaan PNPM Mandiri di pusat dikoordinasikan oleh Tim Pengendali PNPM Mandiri yang meliputiantara lain kebijakan umum dan pengembangan program,penetapan lokasi,strategi komunikasi,pengembangan system informasi,serta monitoring dan evaluasi. Persiapan pelaksanaan PNPM Mandiri di daerah dikoordinasikan oleh Tim koordinasi provinsi dan kabupaten/kota,yang meliputi antara lain menyediakan kontribusi dana yang berasal dari anggaran daerah,membentuk secretariat Tim koordinasi PNPM Mandiri,serta membentuk Satuan Kerja Pelaksanaan Program. Penyelenggaraan proses seleksi,pelatihan,dan penempatan tenaga-tenaga konsultan dan fasilitator dilaksnakan oleh kementrian / lembaga terkait bersama dengan daerah berdasarkan petunjuk pelaksanaan yang ditetapkan oleh satuan kerja masing-masing Program PNPM Mandiri. 2. Sosialisasi Sosialisasi PNPM Mandiribertujuan untuk member pemahaman pada perangkat pemerintahan,baik pihak eksekutif maupun legislative,perguruan tinggi,organisasi clan lembaga swadaya masyarakat,masyarakat pengusaha,media massa,serta masyarakat umum lainnya. Hal-hal yang disampaikan meliputi kebijakan,pengertian,tujuan,konsep,mekanisme dan hasil-hasil pelaksanaan PNPM Mandiri agar ternagun pemahaman,kepedulian,serta dukungan terhadap PNPM Mandiri. Sosialisasi dan penyebarluasan informasi dilakukan melalui berbagai media sosialisasi da komunikasi secara terus menerus sepanjang pelaksanaan program. Mekanisme sosialisasi lebih lanjut diatur dalam strategi komunikasi PNPM Mandiri.

3. Perencanaan Perencanaan partisipasi adalah proses pengambilan keputusan pembangunan yang melibatkan masyarakat,swasta,dan pemerintah sesuai fungsinya masing-masing.

Mekanisme perencanaan partisipatif terdiri atas perencanaan didesa/kelurahan,antar desa.kelurahan (kecamatan),serta perencanaan koordinatif di kabupaten/kota. 3.1 Perencanaan Partisipatif di Desa/Kelurahan Perencanaan partisipatif bertujuan untuk memberikan ruang seluas-luasnya kepada warga masyarakat baik laki-laki maupun perempuanterutama rumah tangga miskin untuk terlibat secara aktif dalam penggalian gagasan atau indentifikasi kebutuhan dan pengambimbilan keputusan perencanaan pembangunan. Kualitas perencanaan partisipatif dapat diketahui dari jumlah warga yang hadir,kualitas pendapat / gagasan / usulan, serta dokumen perencanaan yang diputuskan. Perencanaan partisipatif di desa/kelurahan dimulai dengan meningkatkan kesadaran masyarakat melalui sosialisasi di masyarakat; pertemuan masyarakat;reflex kemiskinan; pemetaan swadaya untuk identifikasi masalah,potensi,dan kebutuhan; pengorganisasian masyarakat; dan penyusunan rencana dan program yang dilakukan masyarakat secara bersama-sama. Rencana kegiatan pembangunan tersebut dituangkan kedalam dokumen rencana pembanguna desa/kelurahan jangka menengah (PJM) dan rencana tahunan serta rencana strategis (renstra) pembangunan desa/kelurahan. Dokumen hasil perencanaan partisipatif PNPM Mandiri merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari dokumen musrembang desa / kelurahan untuk diteruskan ke

MUSREMBANG ditingkat lebih lanjut. Sinergi penyusunan kedua dokumen tersebut dilakukan dengan memperhatikan hal-hal berikut: 1. Penyesuaian jadwal kegiatan perencanaan partisipatif PNPM Mandiri dengan jadwal kegiatan musrembang di masing-masing daerah; atau

2. Mengagendakan

kegiatan

musrembang

dalam

musyawarah

penyusunan

perencanaan partisipatif PNPM Mandiri (satu kegiatan dengan dua hasil). 3. Apabila dokumen perrencanaan partisipatif tersebut disusun setelah musrembang desa/kelurahan maka dokumen tersebut menjadi bahan musrembang kecamatan. Hal yang harus di perhatikan dalam perencanaan partisipatif PNPM Mandiri adalah keterlibatan perangkat pemerintah desa / kelurahan (pemerintah desa/kelurahan,badan pemusyawaratan Desa/BPD,dan lembaga kemasyarakatan desa/kelurahan) dalam

memfasilitasi masyarakat. Oleh sebab itu perlu dilakukan peningkatan kapasitas perangkat pemerintah desa/kelurahan dalam menjaring aspirasi,permasalahan,dan potensi masyarakat secara nyata. Dokumen hasil perencanaan partisipatif PNPM Mandiri harus menyeluruh terkait dengan aspek ekonomi,social,dan budaya sebagaimana dokumen panduan musrembang. Hal ini di maksud agar semua informasi dari masyarakat dapat secara tepat ditangkap pada proses pengambilan keputusan di tingkat lebiih lanjut. Tugas PNPM Mandiri adalah mengawal kualitas rumusan perencanaan yang dihasilkan oleh desa/kelurahan. 3.2 Perencanaan Partisipatif Kecamatan Perencanaan partisipatif di kecamatan bertujuan untuk menyusun prioritas kegiatan antar desa/kelurahan berdasarkan hasil perencanaan partisipatif di desa/kelurahan,sekaligus mensinergikannya denga rencana pembangunan kabupaten/kota. Prioritas hasil perencanaan pembanguna partisipatif PNPM Mandiri dan musrembang desa/kelurahan menjadi prioritas untuk di biayai dengan sumber pendanaan kecamatan. Prioritas tersebut disusun dalam dokumen rencana kerja (renja) kecamatan dengan mempertimbangkan berbagai kebijakan seperti rencana Pembangunan Tahunan Daerah (RPJMD), renja tersebut selanjutnya menjadi dokumen musrembang kecamatan untuk diproses pada tingkat perencanaan selanjutnya. Hasil perencanaan kecamatan bukan sekedar kompilasi usulan desa,namun juga memuat rencana antar desa/kelurahan yang pembahasannya melibatkan seluruh komponen masyarakat.

Dalam pelaksanaan musrembang kecamatan,dipilih perwakilan dari masing-masing desa/kelurahan untuk menjadi mitra Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dalam menetukan priorotas pembanguna kecamatan. Representasi desa/kelurahan yang telah dipilih dalam musrembang kecamatan,ditetapkan sebagai dilegasi atau utusan perwakilan masyarakat kecamatan yang akan ikut dalam forum SKPD dan musrembang kabupaten/kota. Dalam penentuan perwakilan,harus terdapat perwakilan perempuan. Agar berbagai usulan hasil perencanaan partisipatif dapat direalisasikan,seluruh proses perencanaan partisipatif di kecamatan diupayakan melibatkan anggota legislative. 3.3 Perencanaan Koordinatif di Kabupaten/Kota Rencana kegiatan antar desa/kelurahan dan/atau antar kecamatan yang memerlukan penanganan pada tingkat lebih lanjut disampaikan ke kabupaten/kota oleh delegasi kecamatan untuk di bahas dalam forum SKPD. Di dalam forum SKPD,Rencana Kerja Masyarakat tersebut menjadi prioritas untuk disinkronkan dalam Rencana Kerja (Renja) SKPD. Renja SKPD yang telah membuat usulan masyarakat selanjutnya menjadi bahan Penyusunan Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) dalam musrembang kabupaten/kota yang juga dihadiri oleh delegasi kecamatan. a. Forum SKPD Untuk menjamin konsistensi usulan dari masyarakat maka dalam forum SKPD perlu dipastikan: 1. Keterwakilan masyarakat dari kecamatan menjadi mitra dalam menentukan prioritas pembangunan kabupaten/kota terkait dengan masing-masing SKPD. 2. Untuk menjaga konsistensi prioritas usulan perencanaan partisipatif,delegasi masyarakat kecamatan harus memastikan bahwa usulan tersebut menjadi agenda pembahasan sampai menjadi dengan keputusan. b. Musrembang Kabupaten/Kota

Untuk menjamin konsistensi usulan masyarakat menjadi prioritas RKPD,maka dalam forum Musrembang Kabupaten/Kota dipastikan : 1. Delegasi masyarkat kecamtan diberikan waktu untuk memastikan prioritas yang diusulkan dari hasil perencanaan pembangunan partisipatif dapat masuk ke dalam prioritas RKP Kabupaten/Kota. 2. Agar berbagai usulan prioritas dari masyarakat dpat direalisasikan dalam penganggaran,maka dalam proses perumussan RKPD Kabupaten/Kota dipastikan ketrlibatan anggota legislative (DPRD) untuk dapat memahami kondisi dan masalah masyarakat sejak awal. 3. Pelibatan anggota legislative dalam keseluruhan proses perencanaan partisipatif dilakukan dalam menjaga kesinambungan prioritas pembangunan dari perencanaan sampai dengan penganggaran. 4. Pelaksanaan Kegiatan Pelaksanaan kegiatan PNPM Mandiri dilakukan oleh masyarakat secara swakelola berdasarkan prinsip otonomi dan difasilitasi oleh perangkat pemerintah yang dibantu oleh fasilitator atau konsultan. Tahap pelaksanaan kegiatan dilakukan setelah proses perencanaan selesai dan telah ada keputusan tentang pengalokasian dana kegiatan. Pelaksanaan kegiatan meliputi pemilihan dan penetapan tim pengelola kegiatan,pencairan atau pengajuan dana,pengerahan tenaga kerja,pengadaan barang/jasa,serta pelaksanaan kegiatan yang diusulkan. Personil tim pengelola kegiatan yang dipilih dan ditetapkan masyarakat,bertanggung jawab dalam realisasi fisik,keuangan,serta administrasi kegiatan/pekrjaan yang dilakukan sesuai rencana. Pada pelaksanaan kegiatan secara swakelola,apabila dibutuhkan barang/jasa berupa bahan,alat,dan tenaga ahli (konsultan) perseorangan yang tidak dapat disediakan atau tidak dapat dilakukan sendiri oleh masyarakat,maka dinas teknis terkait dapat membantu masyarakat untuk menyediakan kebutuhan tersebut. Dalam proses pengadaan barang/jasa

yang

dilakukakn

harus

diperhatikan

prinsip-prinsip

efisien,efektif,terbuka,adil,dan

bertanggung jawab. Efesiensi diwujudkan dalam bentuk mencari dan membandingkan harga barang/jasa untuk kualitas yang sama/setara,serta memilih harga yang terendah sesuai kebutuhan. Untuk mendapatkan harga yang terendah,masyarakat dapat melakukan pengadaan langsung kepada sumber penghasil barang/jasa,seperti pabrikan atau distributor/agen resmi atau pangkalan pasir/batu (dalam hal kegiatan fisik), dan sedapat mungkin menghindari pengadaan arang/jasa melalui perantara yang tidak memberikan nilai tambah. Efektifitas diwujudkan dalam bentuk pengadaan barang/jasa oleh masyarakat harus secara tepat kuantitas,tepat kualitas,tepat waktu,dan tepat pemanfaatan sesuai dengan kebutuhan pelaksanaan kegiatan. Keterbukaan diwujudkan dalam bentuk publikasi sekurang-kurangnya pada papan pengumuman dilokasi pelaksanaan kegiatan yang mudah dilihat dan disekretariat pelaksana kegiatan dengan mencantumkan jenis kegiatan,besaran dana,penyei barang/jasa di atas Rp 50 Juta,waktu pelaksanaan,dan penaggungung jawab kegiatan sehingga memberikan ruang bagi masyarakat untuk mengetahui,memonitor,dan mengontrol pelaksanaan kegiatan. Keadilan diwujudkan dalam bentuk partisipasi setiap komponen masyarakat untuk terlibat dalam pelaksanaan kegiatan dan mendaptkan manfaat sebesar-besarnya dari hasil kegiatan tersebut. Bertanggung jawab diwujudkan dalam bentuk setiap pengeluaran dana dalam pelaksanaan pengadaan barang/jasa dan kegiatan dapat dipertanggung jawabkan baik secara administrasi,seperti pencatatan penerimaan dan pengeluaran,kwitansi pembelian dan bukti pembayaran honor,maupun secara teknis seperti kuantitas dan kualitas barang/jasa sesuai denga rencana. Dalam rangka pelaksanaan pekerjaan konstruksi secara swakelola,maka perlu diperhatikan hal-hal berikut :

a.

Melaksanakan

pekerjaan

konstruksi

yang

dapat

dilaksanakan

oleh

orang

perseorangan,termasuk kelompok masyarakat melalui swakelola adalah pekerjaan yang menggunakan tegnologi sederhana dan mempunyai resiko kecil,dalam arti pekerjaan konstruksi yang pelaksanannya tidak membahayakan keselamatan umum,harta

benda,menggunakan alat kerja sederhana,dan tidak memerlukan tenaga ahli. b. Dibuat perencanaan teknis berupa gambar teknis,spesifikasi teknis,dan rencana Anggaran Biaya dari pekerjaan konstruksi yang akan dilaksnakan. Untuk pelaksanaan perencanaan teknis dapa di bantu tenaga yang dtunjuk dari dinas setempat membidangi pekerjaan umum atau tenaga ahli (konsultan) perseorangan. c. Untuk pelaksanaan kegiatan konstruksi penanggung jawab teknis dapat dibantu tenaga yang ditunjuk dari dinas teknis setempat yang membindangipekerjaan umum atau tenaga ahli (konsultan) perseorangan. d. Untuk pelaksanaan pekerjaan dapat dibentu pekerja (tenaga tukang dan mandor) yang pembayarannya yang dilakukan secara harian berdasarkan daftar hair pekerja atau dengan cara upah borongan. e. Untuk pengawasan dalam pelaksanaan pekerjaan,selain dilakukan perwakilan tim pengelola kegiatan dapat diabntu tenaga yang ditunjuk atau tenaga ahli (konsultan) perseorangan. Dalam rangka operasionalisasi pengadaan barang/jasa oleh kelompok masyarakat maka diatur sebagai berikut : a. Untuk pengadaan barang/jasa yang berniali tidak lebih dari Rp. 5.000.000.00 (lima juta rupiah) dapat dibeli/diadakan langsung kepada penyesia barang/jasa tanpa penawaran tertulus dari penyedia barang/jasa yang bersangkutan,dan bukti perikatannya cukup berupa kuitansi pembayaran dengan materai secukupnya. b. Untuk pengadaan barang/jasa yang bernilai diatas Rp. 5.000.000.00 ( Lima Juta Rupiah) sampai dengan Rp. 15.000.000.00 ( Lima Belas Juta Rupiah ) dapat dilakukan

dengan penunjukan langsung kepada 1(satu) penyedia barang/jasa melalui penawaran tertulis dari penyedia barang/jasa yang bersangkutan,dan bukti perikatannya berupa Surat Pemerintah Kerja (SPK) dengan materai secukupnya. c. Untuk pengadaan barang/jasa yang bernilai diatas Rp. 15.000.000.00 ( Lima Belas Juta Rupiah) sampai dengan Rp. 50.000.000.00 ( Lima Puluh Juta Rupiah) dilakukan oleh panitia pengadaan yang berjumlah 3 orang yang berasal dari kelompok masyarakat dengan cara meminta dan membandingkan sekurang-kurangnya 3 (tiga) penawaran dari3 (tiga) penyedia barang/jasa yang berada serta memilih pewaran dengan harga terendah,dan bukti perikatannya berupa Surat Perintah Kerja (SPK) dengan materai secukupnya. d. Untuk pengadaan barang/jasa yang bernilai di atas Rp. 50.000.0000.00 ( Lima Puluh Juta Rupiah) dilakukan oleh panitia pengadaan yang berjumlah 3 atau lima orang yang berasal dari kelompok masyarakat dengan cara meminta dan membandingkan sekurangkurangnya 3 (tiga) penawaran dari 3 (tiga) penyedia barang/jasa yang berbeda serta memilih penawaran dengan harga terendah,dan bukti perikatannya berupa Surat Perjanjian dengan secukupnya. 5. Pengendalian Pengendalian adalah serangkaian kegiatan pemantauan,pengawasan,dan tindak lanjut yang dilakukan untuk menjamin pelaksanaan pembangunan yang direncanakan sesuai dengan tujuan dan sasaran yang ditetapkan dan memastikan bahwa dana digunakan sesuai dengan tujuan program. Pemantauan dan pengawasan adalah kegiatan mengamati perkembangan

pelaksanaan rencana pembangunan,mengidentifikasi serta mengantisipasi permasalahan yang timbul dan/atau akan timbul. Sedangkan tindak lanjut merupakan kegiatan atau langkah-langkah operasional,yang perlu di tempuh berdasarkan hasil pemantauan dan pengawasan,seperti antara lain koreksi atas penyimpangan kegiatan,akselerasi atas

keterlambatan,klarifikasi atas ketidak jelasan,dan sebagainya,untuk memperbaiki kualitas pelaksanaan kegiatan. Untuk mendukung pengendalian pelaksanaan PNPM Mandiri,system pemantauan dan pengawasan yang dilakukan meliputi : a. Pemantauan dan pemeriksaan partisipatif oleh masyarakat. keterlibatan masyarakat dalam pemantauan dan pemeriksaan dari mulai perencanaan partisipatif tingkat desa sehingga kabupaten/kota dan pelaksanaan PNPM Mandiri. b. Pemantauan dan pemriksaan oleh pemrintah. Kegiatan ini dilakukan secara berjenjang dan bertujuan untuk memastikan bahwa kegiatan PNPM Mandiri dilaksanakan sesuai dnegan prinsip dan prosedur yang berlaku an dana dimanfaatkan sesuai dengn tujuan program. c. Pemantauan dan pengawasa oleh Konsultan dan Fasilitator. pengawasan oleh konsultan akan dilakukan secara dan Pemantauan dan tingkat Kegiatan

berjenjangdari desa/kelurahan.

nasional,regional,provinsi,kabupaten/kota,kecamatan

dilakukan secara rutin dengan memanfaatkan system informasi pengelolaan program dan kunjungan rutin kelokasi program. Pengawasan melekat juga dilakukan oleh fasilitator dalam setiap tahapan pengelolaan program dengan maksud agar perbaikan dan

penyesuaian pelaksanaan dapat dilakukan denga segera. d. Pemantauan independen oleh berbagai pihak lainnya. PNPM Mandiri membuka kesempatan bagi berbagai pihak,antara laian,LSM,universitas,wartawan yang ingin

melakukan pemantauan secra independen terhadap PNPM Mandiri dan melaporkan temuannya kepada proyek atau instansi terkait yang berwenang. e. Kajian keuangan dan Audit. Untuk mengantisipasi dan memastikan ada atau tidaknya penyimpangan penggunaan dana,maka Badan Pengawas dan Pembangunan (BPKP) dan Badan Pengawas Daerah (Bawasda) sebagai lembaga audit milik pemerintah akan melakukan pemerikasaan secara rutin dibeberapa lokasi yang dipilih secara acak.

6. Pengelolaan Pengaduan Masyarakat Pengaduan persoalan dan pertanyaan dari masyarakat,pelaku

program,pemerintah,kelompok peduli,dan lainnya terkait engan pelaksanaan PNPM Mandiri disampaikan bai secara langsung maupun tidak langsung. Prinsip pengelolaan pengaduan masyarakat adalah berjenjang yaitu penaganan pengaduan mulai pada tingkat yang terdekat denganlokasi pengaduan,agar penanganan sesegera dan seekat mungkin dari lokasi pengaduan. Untuk memastikan pengaduan masyarakat ditangani maka bentuk system pengelolaan pengaduan masyarakat (SPPM) PNPM Mandiri secara berjenjang yang dikordinasikan dengan berbagai pihak terkait di berbagai tingkatan,termasuk aparat pengawasan fungsional (APF) dan aparat penegak hokum (APH). 6. Evaluasi Evaluasi program bertujuan menilai kinerja pelaksanaan,manfaat,dampak,dan keberlanjutan kegiatan yang dilaksankan dalam kerangka PNPM mandiri terhadap tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan. Kegiatan evaluasi dilakukan secara rutin dan berkala,baik oleh pengelola program maupun pihak independen seperti antara lain LSM,perguruan tinggi,lembaga penelitian,dan sebagainya. Kegiatan evaluasi ini perlu disusun secara sistematis,obyektif,dan transparan. Kegiatan evaluasi dilakukan berdasarkan laporan,hasil pengawasan,dan pengaduan dari berbagai pihak. 7. Pelaporan Pelaporan PNPM mandiri dilaksankan secara berkala dan berjenjang melalui jalur struktual (perangkat pemerintah) dan jalur fungsional (konsultan dan fasilitator) guna menjamin aliran informasi secara cepat,tepat dan akurat kepada setiap periode waktu

tertentu. Sedangkan berjenjang adalah dari satuan unit kerja tingakat masyarakat sampai tingkat Tim Pengendali PNPM Mandiri. System dan mekanisme pelaporan diatur lebih lanjut dalam petunjuk teknis operasional masing-masing program.

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Lokasi penelitian adalah 5 kelurahan yang merupakan wilayah administrative Kecamatan Dungingi yaitu kelurahan Libou,Kelurahan Tulandenggi,Kelurahan

hungobotu,Kelurahan Tomulabutao dan Kelurahan Tomulabutao selatan. Penelitian ini dilaksanakan selama dua bulan. 3.2 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif atau disebut pula penelitian naturalistic,dimana datanya didasarkan pada peristiwa-peristiwa yang terjadi secara alamiah, dilakukan dalam situasi yang wajar tanpa dipengaruhi dengan sengaja oleh peneliti. Data yang dikumupulkan melalui penelitian kualitatif lebih bersifat neratif berupa kata-kata dalam bentuk paparan yang mengandung makna,terkait dengan efektivitas pelaksanaan PNPM Mandiri di Kecamatan Dungingi. 3.3 Variabel Penelitian Variebale dalam penelitian ini adalah efektivitas pelaksanaan Mandiri I Kecamatan dungingi Kota Gorontalo. 3.4 Operasional Penelitian Agar tidak terjadi interpretasi yang keliru terhadap indicator yang dimaksud dalam penelitian ini,dipandang perlu untuk menjelaskan hal-hal sebagai berikut : 1. Efektivitas pembangunan fasilitas lingkungan permukiman (rumah,MCK,jalan setapak) adalah manfaat bangunan fisik lingkungan bagi masyarakat dalam pelaksanaan PNPM dikecamatan Dungingi Kota Gorontalo. Indicatornya adalah program PNPM

kesesuaian kebutuhan masyarakat,kualitas fasilitas yang dibangun,dan manfaat fasilitas yang dibangun bagi masyarakat. 2. Efektivitas pemberian pelatihan dan keterampilan adalah tingkat kegunaan [elatihan bagi masyarakat dalam pelaksanaan PNPM di kecamatan Dungingi Kota Gorontalo. Indikatornya adalah kesesuaian kebutuhan pelatihan,relevansi matreri

pelatihan,kompetensi narasumber dan manfaat hasil pelatihan bagi masyarakat. 3. Efektivitas pemanfaatan modal usaha adalah tingkat kegunaan moal usaha yang diberikan kepada masyarakat dalam pelaksanaan PNPM di Kecamatan Dungngi Kota Gorontalo. Indikatornya adalah prosedur penyaluran dana manfaat modal bagi masyarakat dan tingkat keberhasilan usaha.

3.5 Sumber Data dalam penelitian ini data yang terkumpul terdiri atas premiaer dan data sekunder : 3.5.1 Data premier,yaitu merupakan informasi utama dalam penelitian,meliputi seluruh data kualitatif yang diperoleh dari kegiatan observasi,dokumentasi dan wawancara. 3.5.2 Data sekunder,yaitu merupakan data yang diperoleh dari kepustakaan dan dokumendokumen atau bahan tertulus yang relevan pembahasan yang sedang dikaji.

3.6 Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui : 1. Penelitian lapangan (observasi) adalah peneliti mengadakan penelitian secara langsung terhadap obyek penelitian yaitu di Kecamatan kota Gorontalo. 2. Wawancara merupakan salah satu teknik pengumplan data yang dilakukan peneliti untuk mendapatkan data berupa keterangan-keterangan dan informasi untuk kelengkapan yang lebih akurat.

3.

Studi Dokumentasi atau studi kepustakaan adalah untuk mempelajari dan mengidentifikasi literature-literatur yang berupa buku-buku,perundang-

undangan,peraturan-peraturan,dokumen-dokumen atau artikel lain serta laporan yang terkait dengan obyek penelitian. 3.7 Analisis Data Analisis data adalah proses pengaturan secara sistematis seluruh ata,baik data hasil observasi,maupun trankrip wawancara. Ppengaturan ini dilkukan terus menerus selama pengumpulan data. Analisis data yang dilakukan alam penelitian ini adalah teknik analiis kualitatif. Adapun kegiatan analisis yang dilakukan terhadap data kualitatif meliputi : 1. Data Reduction Mereduksi data maksudnya merangkum,memilah hal-hal yang pokok,memfokuskan paa hal-hal yang penting,icari tema dan polanya. 2. Data Display Dalam melakukan analisis dengan menggunakan data display berarti bahwa yang dikumpulkan dapat dinarasikan didasarkan pada kondisi yang ada pada lokasi penelitian. Dalam mendisplay data disamping teks,juga dapat berupa grafik,matrik,network (jaringan kerja) dan chart 3.Ferifikation data Verifikasi maksunnya untuk menarik kesimpulan dari keseluruhan yang telah direduksi dan didisplay guna menampilkan makna umum dan elemen-elemen data yang ada sebagai hasil akhir penelitian. Tindak lanjut ferifikasi data adalah menyusun laporan dalam bentuk skripsi secara lengkap.

You might also like