You are on page 1of 4

EKSERGI Jurnal Teknik Energi Vol 7 No.

1 Januari 2011 ; 31 - 34
31
PEMBUATAN DAN PENGUJIAN EVAPORATIVE COOLING

Sunarwo
Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Semarang
Jl. Prof. H. Sudarto ,SH,Tembalang,Kotak Pos 6199/SMS,Semarang 50329
Telp.7473417,7499586 (Huntung),Fak. 7472396


ABSTRAK

Evaporative cooling merupakan sistem pengkondisian udara yang mencampur uap air dengan udara
untuk mendinginkan dan menambah kadar air pada aliran udara, sehingga temperatur bola kering dan
temperatur bola basah keluar pencampur menjadi lebih dingin. Tujuan pembuatan evaporative cooling
yaitu sebagai simulasi sistem pengkondisian udara dengan sistem sederhana sehingga dapat membuat
gambaran prinsip dasar sistem evaporative cooling. air masukan sebesar 18
o
C sampai 25
o
C dan variasi
debit 0,006 (m
3
/s) sampai 0,0167 (m
3
/s) untuk setiap pengujian dengan suhu yang sama, dengan
kecepatan angin mendekati konstan sebesar 2,4 (m/s). Menghasilkan kelembaban relatif keluaran sebesar
85,7 % sampai 100% dengan suhu keluaran 27
o
C sampai 24,5
o
C dan massa air yang menguap sebesar
0,5 x 10
-4
(kg/s) sampai dengan 9,31 x 10
-4
(kg/s). Pada pengujian ini didapatkan massa air yang
menguap sebanding dengan debit dan kelembaban relatif (RH) keluaran serta berbanding terbalik
dengan suhu keluaran (Tdbk). Proses yang terjadi pada evaporative cooling ini diasumsikan proses
adiabatik(enthalpi konstan).

Kata kunci Evaporative coling,pengkondisian udara


PENDAHULUAN
Kelembaban absolut merupakan tingkat
prosentasi air (kadar air) yang terkandung
dalam udara, jadi udara sekitar memiliki
kandungan uap air yang berbeda-beda
tergantung tempat dan keadaan udara
tersebut. Tubuh manusia adalah organisme
yang dapat menyesuaikan diri dalam jangka
waktu lama tubuh mampu berfungsi dalam
kondisi thermal yang cukup ekstrim.
Keanekaragaman suhu dan kelembaban
udara luar sering kali berada dalam keadaan
yang diluar batas kemampuan adaptasi tubuh,
apalagi pada saat ini bumi sedang mengalami
pemanasan global, maka suhu semakin
meningkat, karena itu diperlukan kondisi
yang baik didalam rumah maupun
lingkungan kerja agar dapat dipertahankan
lingkungan yang sehat dan nyaman tersebut.
Hara Supratman dalam bukunya
Refrigeration and Air Conditioning,
disebutkan bahwa batas-batas suhu dan
kelembababn suatu tempat yang seharusnya
dapat diterima oleh tubuh manusia yaitu suhu
kerja 20
o
C sampai 26
o
C dengan
kelembababn antara 30% sampai 60%. Unit
evaporative cooling seringkali digunakan di
pabrik tekstil, ,ruangan, proses permentasi,
pertanian di Indonesia untuk menghemat
penggunaan energi proses pengkondisian
udara dan untuk menyaring partikel debu,
serat benang, atau kotoran di udara. Dengan
kondisi udara (temperatur dan kelembaban)
yang tepat, maka akan dapat menunjang
kelancaran produksi dalam pabrik tekstil.
Keadaan tersebut dapat disimpulkan
bahwa pengaturan suhu dan kelembaban
penting dilakukan untuk menjaga fleksibilitas
dan kekuatan bahan pada industri tekstil,
pada lingkup pertanian jamur karena jamur
digunakan untuk membantu pertumbuhan
jamur karena jamur membutuhkan tempat
yang lembab dan untuk memberikan
kenyamanan bagi orang yang berada di
dalam suatu ruangan sehingga tercipta
suasana kerja yang lebih efektif.
Evaporative cooling menguapakan sistem
pengkondisian udara yang menggunakan uap
air untuk mendinginkan dan menambah
EKSERGI Jurnal Teknik Energi Vol 7 No. 1 Januari 2011 ; 31 - 34
32
kadar air pada aliran udara, sehingga
temperatur bola kering dan temperatur bola
basah akhir menjadi lebih dingin dari pada
sebelum mengalami proses penguapan.
Sistem Evaporative Cooling.
Untuk mendinginkan udara hanya dengan
mencampur udara dengan air dingin yang
dikabutkan, mendapatkan hasil udara dingin
dengan kelembaban sesuai yang diinginkan

Gambar 1. Bagan kerja evaporative cooling

METODE PENELITIAN
Pembuatan model Evaporative cooling
sistem pengkondisian udara yang
menggunakan campuran udara dan air dingin
yang disemprotkan kedalam aliran
udara,maka udara yang keluar dari sistem
evaporative cooling akam menjadi lebih
dingin, dari pada udara sebelum masuk
sistem evaporative cooling.
Evaporative cooling adalah suatu
peristiwa fisika dimana suatu cairan
menguap, dengan cara tertentu ke dalam
udara sekitar, pendinginan suatu obyek atau
suatu cairan atau yang hubungan dengan itu.
Panas laten menggambarkan jumlah panas
yang dibutuhkan untuk menguapkan cairan,
panas ini datang dari cairan itu sendiri,
melingkupi gas dan permukaan. Ketika
mempertimbangkan air yang menguap
kedalam udara, temperatur bola basah,
dibandingkan dengan temperatur bola kering
, adalah suatu ukuran potensial untuk
pendinginan udara. Semakin besar perbedaan
antara kedua temperatur , semakin besar
pengaruh pendinginan udara. Ketika
temperaturnya sama, itu artinya tidak ada
pendinginan air dalam udara, dengan begitu
tidak ada efek pendinginan.

Pengujian evaporative Cooling :
y Air didinginkan di dalam bak pendingin
air.
y Setelah melalui proses pendinginan, air
dipompakan menuju masukan nosel.
y Air disemprotkan dalam ruang
pencampur dengan cara dikabutkan
melalui nosel.
y Didalam ruang pencampur tersebut terjadi
kontak antara uap air dingin dengan udara
lingkungan yang masuk ke dalam ruang
pencampur.
y Sehingga hasil campuran udara yang
keluar dari ducting tersebut mempunyai
kelembaban yang lebih tinggi daripada
sebelum proses pencampuran dan udara
dengan temperature lebih rendah
dibanding udara masuk.

Landasan teori
Kelembaban absolut, (absolute humidity, ).
Kelembaban absolut merupakan
perbandingan massa uap air dengan massa
udara kering.


Keterangan :
= kelembaban absolut (kg
uap air
/kg
udara kering
)
m
v
= massa uap air (kg), m
a
= massa udara
kering (kg)

kelembaban absolut dapat juga dituliskan
sebagai berikut :

m

v R

T
P

v R

T

P



Keterangan :
R
v
= tetapan gas untuk uap air,
= 0,287 kPa.m
3
/(kg.K) = 287 J/(kg.K)
R
a
= tetapan gas untuk udara kering,
= 0,4615 kPa.m
3
/(kg.K), = 461.5 J/(kg.K)
EKSERGI Jurnal Teknik Energi Vol 7 No. 1 Januari 2011 ; 31 - 34
33
V = volume udara (m
3
), T = temperatur
absolut campuran udara kering uap air (K)
P = Pa + Pv
P= tekanan lingkungan(tekanan barometer)
(kPa)
P
v
= tekanan parsial uap air (kPa),
P
a
= tekanan parsial udara kering (kPa),

Kelembaban relative, (relative humidity, RH)
Jumlah uap air di udara mempunyai suatu
efek terbatas pada kenyamanan yang kita
rasakan dalam suatu lingkungan.
Bagaimanapun, tingkatan kenyamanan lebih
tergantung pada jumlah uap air diudara
dengan jumlah maksimum uap lembab di
udara pada temperatur yang sama
RB

P



Keterangan :
RH = kelembaban relatif (%)

Penggabungan persamaan diatas dapat juga
dituliskan

P
P

PP


Massa air yang menguap (m
air yang menguap
)
Massa air yang terbawa adalah jumlah air
dalam bentuk uap air dan bercampur dengan
udara keluaran yang keluar melalui ducting.





Keterangan :
m
air yg menguap
= massa air yang menguap
(kg
uap air
/s)

1
= kelembaban absolut pada temperatur
udara masuk (kg
uap air
/kg
udara kering
)

2
= kelembaban absolut pada temperatur
udara keluar (kg
uap air
/kg
udara kering
)

Massa udara kering, (m
udara kering
)
m



A v
Keterangan :
m
udara kering
= massa udara kering (kg/s)
A= luas permukaan pada sisi udara masukan
(m
2
)
V = kecepatan udara (m/s)
Massa jenis udara kering,
(
udara kering
)


Keterangan :
V
udara kering
= massa jenis udara kering
(kg
udara kering
/m
3
)
v = volume spesifik (m
3
/kg
udara kering
)

Luas Permukaan (A)
Luas permukaan yang dimaksud adalah luas
bidang pada permukaan masukan udara
(tempat udara masuk).

A = (p x l)
Keterangan :
A = Luas Permukaan (m
2
)
p = Panjang bidang (m)
l = Lebar bidang (m)

Entalpi Uap Air (hv)

hv
1
= hg + (Cp
uap air
x T
1
)
hv
2
= hg + (Cp
uap air
x T
2
)

Keterangan :
hv
1
= entalpi uap air masuk (KJ/Kg)
hv
2
= entalpi uap air keluar (KJ/Kg)
Cp
uap air
= panas spesifik uap air
= 1.82 (KJ/KgK)
hg =entalpi uap air jenuh (KJ/Kg)
T
1
= temperatur udara masuk (
o
C)
T
2
= temperatur udara keluar (
o
C)

Entalpi Udara Kering (ha)
ha
1
= Cp
udara
x T
1

ha
2
= Cp
udara
x T
2



Keterangan :
ha
1
= entapi udara kering masuk (KJ/Kg)
ha
2
= entapi udara kering keluar (KJ/Kg)
Cp
udara
= kalor spesifik udara
= 1,005 (KJ/KgK)

Entalpi Udara (h)
h
1
=
1
hv
1
+ ha
1

h
2
=
2
hv
2
+ ha
2


Keterangan :
h
1
= entalpi udara masuk sistem (KJ/kg)
h
2
= entalpi udara keluar sistem (KJ/kg)
EKSERGI Jurnal Teknik Energi Vol 7 No. 1 Januari 2011 ; 31 - 34
34
Beban Pendinginan (KW)

Q = m
udara kering
x (h
2
h
1
)

Dimana :
Q = beban pendinginan (KW)

HASIL DAN PEMBAHASAN


Gambar 2. Grafik Fungsi Massa Air yang
Terbawa dengan Fungsi RHk pada suhu air
25
o
C


Gambar 3 Grafik antara fungsi debit air
masukan dengan RHk pada suhu air 25
o
C

Berdasarkan gambar 2 Grafik Fungsi Massa
Air yang Terbawa dengan Fungsi RHk pada
suhu air 25
o
C didapatkan RHk tertinggi
adalah 100% dengan massa air yang terbawa
9,31x10
-4
hal ini dikarenakan RH semakin
naik maka suhu udara makin lama akan turun
karena kandungan uap air di udara akan
semakin besar sehingga akan menurunkan
suhu bola kering.
Berdasarkan Gambar 3 Grafik antara fungsi
debit air masukan dengan RHk pada suhu air
25
o
C didapatkan RHk tertinggi adalah 100%
dengan debit air masukan sebesar 0,0167
m
3
/s sedangkan RHk terkecil adalah 85,7%
dengan debit air masukan sebesar 0,0006
m
3
/s hal ini terjadi karena semakin banyak
debit air masukan, maka semakin banyak
juga massa air yang diuapkan sehingga kadar
uap air di udara semakin besar. Air yang
perlu ditambahkan kedalam bak pendingin
air sebanding atau sama besarnya dengan
massa air yang menguap, karena air yang
tidak ikut menguap akan kembali
disirkulasikan.

KESIMPULAN
Setelah melaksanakan pengujian pada alat
evaporative cooling didapatkan hasil juga
grafik diatas maka dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut :
1. Besarnya suhu keluaran 24,5
0
C sampai
27
0
C
2. Kenaikan RH 87,5% sampai 100%.
3. Massa air yang menguap 0,0005-0,00094
kg/detik

Daftar Pustaka
Pita.G.Edward. 1981. Air Conditioning
Principles And System An Energy
Approach. Environmental Control
Technology New York City Technical
College The University of New York.,
United State of Amerika
Hara Suprtaman, Ir. 1992. Refrigerasi dan
Pengkondisian Udara. Erlangga, Jakarta
Wang.K.Shan. 2000. HANDBOOK OF
AIR CONDITIONING AND
REFRIGERATION Second Edition,
McGraw-Hill New York
http://www.food-info.net/id/dairy/cheese-
production.htm at.20.30pm-nov 13
th
08.
85.7
89.1
94.2
96.1 100
0
20
40
60
80
100
0 2 4 6 8 10
R
H
k

(
%
)
Massa air yang terbawa (kg/s) x 10
-4
85.7
85.7
89.1
89.1 92.6
96.2
96.1
100
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
0 0.003 0.006 0.009 0.012 0.015 0.018
R
H

(
%
)
debit air masukan (m
3
/s)

You might also like