You are on page 1of 5

EKSERGI Jurnal Teknik Energi Vol 7 No.

2 Mei 2011 ; 35 - 39

REKAYASA LEVEL KONTROL MENGGUNAKAN VARIASI PUTARAN MOTOR


Wahyono, Dwiana Hendrawati, Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Semarang Jl. Prof. H. Sudarto, SH, Tembalang, Kotak Pos 6199/SMS, Semarang 50329 Telp. 7473417, 7499585 (Hunting), Fax. 7472396

ABSTRAK Rekayasa pembuatan rangkaian kontrol beserta reservoirnya menggunakan kontroler permukaan air untuk menjaga kuantitas air sesuai dengan penyusutan air pembocor. merupakan pengembangan dari pengontrol level WLC (water level control) yang prinsip kerjanya on-off menjadi modulasi putaran motor. Perlunya perubahan sinyal keluaran on-off menjadi modulasi putaran motor disesuaikan dengan kebutuhan. Metode yang dilakukan dalam rekayasa ini meliputi observasi, pembuatan instalasi unit uji dan pengujian rangkaian kontrol. Alat ini ditampilkan dalam empat level. Hasil pengujian terhadap masing-masing level, Pada level minimum pompa bekerja pada frekuensi 50 Hz, debit 5,16 x10-4(m3/dt), waktu 1,938 dt, putaran 2968,4 rpm pada motor tak berbeban, putaran 2916,8 rpm pada motor berbeban. Pada level 1 pompa bekerja pada frekuensi 45 Hz, debit 4,31 x10-4(m3/dt), waktu 2,32 dt, putaran 2671,8 rpm pada motor tak berbeban, putaran 2617,6 rpm pada motor berbeban. Pada level 2 pompa bekerja pada frekuensi 40 Hz, debit 4,03 x10-4(m3/dt), waktu 2,48 dt, putaran 2497,8 rpm pada motor tak berbeban, putaran 2368,6 rpm pada motor berbeban. Pada level 3 pompa bekerja pada frekuensi 35 Hz, debit 3,47 x10-4(m3/dt), waktu 2,88 dt, putaran 2066,8 rpm pada motor tak berbeban, putaran 2066,8 rpm pada motor berbeban, dan ketika level 4 pompa akan mati. Jadi semakin turun frekuensinya maka putaran yang dihasilkan akan turun,begitu pula dengan debit yang dihasilkan pompa juga akan mengalami penurunan sesuai penurunan putaran. Kata kunci : Relai, level, Probe, Inverter, Pompa.

I. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Perkembangan sistem kontrol di dunia industri semakin maju. Pemakaian sistem kontrol di dunia industri dimaksudkan untuk mendapatkan efektifitas dan efisiensi dalam proses produksi sehingga biaya produksi dapat ditekan seminimal mungkin. Meski telah ada model aplikasi level kontrol menggunakan WLC (Water Level Control), tetapi masih menggunakan sistem konvensional. Terdapat alternatif pengontrol lain dari pengembangan WLC, yang harganya jauh lebih murah dan efesien. Untuk tujuan tersebut perlunya perubahan sinyal keluaran on-off menjadi modulasi putaran motor disesuaikan dengan kebutuhan. Dengan pengaturan motor ini, penggunaan listrik akan jauh lebih hemat karena motor hanya dioperasikan sesuai kebutuhannya saja.

Kemajuan dalam teori dan praktek kontrol automatis memberikan kemudahan dalam mendapatkan performansi dari sistem dinamik, mempertinggi kualitas dan menurunkan biaya produksi, mempertinggi laju produksi, meniadakan pekerjaan-pekerjaan rutin dan membosankan yang harus dilakukan manusia, maka kita harus mempunyai pemahaman yang baik dalam bidang ini.

1.2. Perumusan Masalah Level air di dalam boiler drum harus dijaga agar selalu tetap 40% gas dan 60% air. Banyaknya air pengisi yang masuk ke dalam drum harus sebanding dengan banyaknya uap yang meninggalkan drum, sehingga level air terjaga konstan. Pemanfaatan sistem kontrol sederhana menggunakan inverter untuk mengatur modulasi putaran motor pada peralatan simulasi reservoir tinggi permukaan air tetap pada saat air digunakan. 35

Rekayasa Level Kontrol Menggunakan Variasi Putaran Motor

(Wahyono, Dkk)

II. Dasar Teori


R(s) C(s) G(s) H(s)

Macam sistem diagram blok adalah diagram blok sistem loop terbuka yang memiliki jenis seri dan paralel. Macam sistem diagram blok yang lain adalah diagam blok sistem loop tertutup yang juga memiliki jenis negatif dan positif. Gambar 1 menunjukan suatu contoh diagram blok sistem loop tertutup. Keluaran C(s) diumpankan balikkan ke titik penjumlahan untuk dibandingkan dengan masukan acuan R(s), namun sebelumnya diperlukan pengubah sinyal keluaran agar sama dengan sinyal masukan yaitu menggunakan H(s). Sifat loop tertutup dari sistem secara jelas ditunjukan pada gambar ini. Keluaran blok, C(s) dalam hal ini, diperoleh dengan mengalikan fungsi alih G(s) dengan masukan blok E(s). Dan sinyal umpan balik yang diumpankan balikkan ketitik penjumlahan untuk membandingkan dengan sinyal masukan adalah B(s) = H(s) C(s).
Titik Penjumlahan Titik Cabang

Gambar 2. Blok Diagram Sistem Loop Terbuka. Perbandingan antara keluaran C(s) dengan sinyal kesalahan penggerak E(s) disebut fungsi alih umpan maju.

R(s) G(s)

C(s)

Gambar 3. Blok Diagram Fungsi Alih Umpan Maju. Jika fungsi alih elemen umpan maju adalah satu, maka fungsi alih loop terbuka dan fungsi alih umpan maju adalah sama. 2.1. Diagram Blok Dalam sistem kontrol dapat terdiri dari beberapa bagian atau komponen. Untuk menunjukkan fungsi yang dilakukan oleh setiap komponen, dalam teknik kontrol, biasanya digunakan suatu diagram yang disebut blok diagram. Diagram blok suatu sistem adalah suatu penyajian bergambar dari fungsi yang dilakukan oleh tiap komponen dan aliran sinyalnya. Diagram ini melukiskan hubungan timbal balik yang ada antara berbagai komponen.
Riak Gelombang Air Kontroller Aktuator

R(s)

+ -

E(s) G(s)

C(s)

B(s) H(s)

Gambar 1. Blok Diagram Suatu Sistem Loop Tertutup. Perbandingan antara sinyal umpan balik B(s) dengan sinyal kesalahan pengerak E(s) disebut fungsi alih loop terbuka.

+ -

Relai

Inverter

Motor Pompa

Plant

Sensor K

Transistor/ Saklar

Elektroda Konduktivitas

Gambar 4. Blok Diagram Pengisi Bak dengan Satu Buah Pompa Pengisi. 36

EKSERGI Jurnal Teknik Energi Vol 7 No. 2 Mei 2011 ; 35 - 39

3 2. Bahan yang digunakan :


Mulai

Sistem On

Pengisian Air

Pengecekan Level Reservoir Air

Level 1 Ya

Tidak Tidak

Level 2 Ya

Level 3 Ya

Tidak

Level 4 Ya

Tidak

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13.

45 HZ

40 HZ 35 HZ MOTOR POMPA

Berhenti

14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22.

Gambar 5. Diagram alir pengisi bak dengan satu buah pompa pengisi. III Metode 3.1. Alat yang digunakan antara lain : 1. Bor, berupa bor tangan dan mesin bor tetap, dan bor untuk PCB beserta mata bornya. 2. Mesin gerinda 3. Pemotong pipa 4. Pemotong papan 5. Ragum 6. Palu 7. Gergaji besi 8. Tang 9. Tang scun 10. Meteran dan mistar ukur 11. Penitik, penggores dan spidol 12. Obeng 13. Kikir 14. Setrika 15. Solder 16. Gunting 17. Kunci pas dan ring 12 mm

Relai Banana (socket) Pilot lamp Pust buttom Saklar tukar Transformator Terminal PCB Ferrit Clorit (FeCI3) Ampelas halus Loflet dan timah solder Komponen elektronika sesuai rangkaian Komponen perpipaan berupa pipa PVC inch, shockdrat stainer pompa, katup gerbang, dll Kabel rangkaian elektronika, kabel panel kontrol dan kabel power supplai Scun dan terminal set Achrilict (fiber glass) Sealant bening Plastic steel Mur baut 5 mm, 10 mm, 12 mm Seal Tape PVC Lem PVC Elektroda kuningan

3.3. Proses pengujian a. Pembuatan Benda Kerja Bagian Elektronika b. Proses Pembuatan Catu Daya c. Pembuatan Sensor Permukaan Air d. Pemasangan Pompa dan Instalansi Perpipaan e. Proses Perakitan Panel Kontrol f. Perakitan Alat 3.4 Langkah pengambilan Data 1. Mengisi reservoir bawah dengan selang air sampai batas yang telah ditentukan. 2. Memastikan posisi katup pembocor (K1) dalam keadaan tertutup penuh. 3. Menghubungkan peralatan pada sumber tegangan 220 V. 4. Meng-ONkan MCB (F1). 5. Meng-Onkan saklar pilih (S1), sehingga pompa bekerja dan air akan 37

Rekayasa Level Kontrol Menggunakan Variasi Putaran Motor

(Wahyono, Dkk)

mengalir ke reservoir atas 6. Membuka katup pembocor pada posisi yang telah ditentukan sehingga air dari reservoir atas mulai berkurang. 7. Mengamati proses pengontrolan. 8. Mulai melakukan pengambilan data. a. Pengujian pengisian reservoir atas b. Pengujian pembocoran reservoir atas 9. Mengulangi langkah percobaan 6 sampai 10 untuk bukaan katup pembocor yang bervariasi. 10. Meng-OFFkan saklar pilih (S1) dan MCB (F1) setelah proses pengujian selesai. Spesifikasi alat secara keseluruhan sebagai berikut : Dimensi alat : 0,6 m x 0,6 m x1,1 m Kapaitas reservois atas : 0,08 m3 Kapasitas reservois bawah : 0,12 m3 Diameter pembocoran : 0,03 m Diameter pipa : 0,0254 m Jumlah elektroda : 5 buah Variasi kecepatan : 4 speed Tegangan : 220/240 V (max) Arus maksimal : 2 A 1 fasa Kapasitas pompa : 6,17 x 10 -4m3/s Frekuensi : 30/60 Hz (max) IV. Hasil dan Pembahasan Dari hasil pengujian alat dengan empat pengaturan level maka didapatkan seperti pada gambar 6 untuk masing-masing level ketinggiannya bervariasi.

Keterangan : Level 1: Dengan ketinggian 0,075 m Level 2: Dengan ketinggian 0,15 m Level 3: Dengan ketinggian 0,225 m Level 4: Dengan ketinggian 0,30 m

Gambar 7. Grafik Pembocoran pada Bukaan Katup 1/3.

Gambar 8. Grafik Pembocoran pada Bukaan Katup 2/3.

Gambar 6. Grafik Pengisian Reservoir Atas.

Gambar 9. Grafik Pembocoran pada Bukaan Katup 3/3.

38

EKSERGI Jurnal Teknik Energi Vol 7 No. 2 Mei 2011 ; 35 - 39

Perbandingan antara grafik pengisian dan pembocoran a. Dibandingkan dengan grafik pembocoran pada bukaan katup 1/3, waktu yang dibutuhkan untuk pengisian lebih cepat dibandingkan dengan pembocoran. Hal ini disebabkan karena debit pengisian lebih besar dari pada pembocoran. b. Sedangkan jika dibandingkan dengan bukaan katup 3/3 maka waktu pengisian lebih lama dibandingkan pembocoran, karena debit pembocoran lebih besar dari pada pengisian. V. Kesimpulan 1. Tegangan keluaran dari power supply (catu daya) mengalami penurunan tegangan ( drop tegangan ) yaitu sekitar 2%. 2. Frekuensi yang semakin besar menyebabkan debit air yang dihasilkan semakin besar pula,debit terbesar pada level minimum ,pada frekuensi 50Hz dengan debit 6,2910-4 m3/s. 3. Besarnya variasi perubahaan katup pembocor akan mempengaruhi seberapa cepat waktu penurunan ketinggian level air pada reservoir atas. 4. Kontroler dapat bekerja dengan baik pada level minimum,1,2,3. Pada level minimum, 1, 2, 3 pompa bekerja berurutan pada frekuensi 50Hz, 45Hz, 40Hz, dan 35Hz. 5. Pemasangan sekat pada reservoir atas membuat celah diferensial dianggap nol karena tidak terjadi riak atau gelombang air. VI. Daftar Pustaka Arif, dkk, 2008, Pembuatan Alat Pengaturan Permukaaan Air Pada Reservoir Menggunakan Tiga Pompa Sentrifugal Dengan Sistem Pengontrol PLC, Prodi Konversi Energi, Jurusan Teknik Mesin, Politeknik Negeri Semarang. Munaf, Abdul dan Rahmat Sutjipto, 1996. Petunjuk Kerja Laboratorium Mesin

Listrik 1 Bandung: Pusat Pengembangan Pendidikan Politeknik. Munaf, Abdul dan Rahmat Sutipto, 1996. Petunjuk Kerja Laboratorium Mesin Listrik 2 Bandung: Pusat Pengembangan Pendidikan Politeknik. Setiawan, Iwan, 2005. Programmable Logic Controller (PLC) dan Teknik Perancangan Sistem Kontrol, Penerbit ANDI, Yogyakarta. Zuhal, 1990. Dasar Teknik Tenaga Listrik Dan Elektronika Daya, cetakan kedua, Penerbit PT Gramedia, Jakarta.

39

You might also like