You are on page 1of 4

MEMBANGUN DINASTI CIKEAS Hasrul Harahap* Harian media online Jakarta memberitakan bahwa kapasitas calon presiden dari

partai demokrat dibawah rata-rata. Hal tersebut diungkapkan pengamat politik dari Universitas Indonesia Iberamsjah. Empat nama calon presiden tersebut yang santer dibincangkan di internal partai diantaranya Anas Urbaningrum, Pramono Edie Wibowo, Marzuki Alie, Andi Alfian Mallarangeng. Pengamat politk dari Universitas Indonesia tersebut sah-sah saja memberikan analisis tentang calon yang diusung dari partai demokrat dengan alasan Marzuki Alie yang saat ini menjabat sebagai Ketua DPR RI, dinilainya gagal total dan suka aneh dalam mengeluarkan manuver politik, seperti rencana pembangunan gedung baru DPR dan terlebih lagi saat menyalahkan masyarakat yang tinggal di pantai saat tsunami di Mentawai tahun lalu. Kemudian Anas Urbaningrum sangat jarang memberikan komentarkomentar di media mengenai kasus yang diduga menimpa dirinya. Begitu juga Andi Alfian Malarangeng yang menurut Iberamsjah tidak cocok untuk menjadi pemimpin dari partai yang berlambang mercy tersebut dan terakhir Pramono Edie Wibowo yang notabenenya ipar SBY menurut pengamat politik UI belum mengenal sosok Promono Edie Wibowo. Pernyataan Iberamsjah boleh jadi perhatian publik tanah air mengenai capres yang diusung dari partai demokrat tetapi politik merupakan seni berbagai kemungkinan. Siapapun yang bertarung di pilpres nanti kalau diusung dari partai politik akan berlaga dalam pilpres nanti. Tidak mudah bagi Demokrat untuk mengajukan capres sendiri, sementara popularitas SBY terus merosot. Selain itu tidak mudah bagi Demokrat memilih dan memutuskan kandidat karena figur internal partai yang belum memiliki popularitas dan kredibilitas yang teruji. "Demokrat sadar, tidak mudah menghadapi pemilu 2014 mendatang. Apalagi di tengah penurunan tingkat kepuasan publik terhadap kinerja pemerintah. Pada saat yang sama juga belum ada figur kuat di internal partai pasca-SBY. Hal ini menyebabkan Demokrat mulai melirik figur dari luar partainya. Dinasti Sarwo Edhie

Ada yang meyakini keluarga besar Sarwo Edhie punya wahyu keprabon untuk menjadi presiden 2014. Tampilnya menantu dan anak Sarwo Edhie di panggung politik nasional jauh sebelumnya sudah dipersiapkan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia pengetian silsilah adalah catatan yang menggambarkan hubungan keluarga sampai beberapa generasinya. Sementara itu, Menurut Kamus. Silsilah tersebut adalah merupakan suatu susunan keluarga dari atas ke bawah dan ke samping, dengan menyebutkan nama keluarganya. Jelas, bahwa yang dimaksud dengan silsilah itu, ialah suatu daftar susunan nama orang-orang yang merupakan susunan keturunan dari suatu warga atau dinasti, misalnya Dinasti Sriwijaya, Dinasti Syailendra, dan dinasti-dinasti lainya yang pernah berkuasa. Maksud penyusunan silsilah ini adalah sebagai ucapan syukur kepada para leluhurnya yang telah memberi bimbingan serta mengayomi dan yang lebih utama lagi, adalah bahwa seseorang lahir ke dunia, adalah karena adanya leluhurnya itu. Penyusunan silsilah keturunan ini mempunyai arti yang penting bagi suatu keluarga, seperti untuk mengetahui keturunan siapa orang itu, untuk mengetahui siapa dan bagaimana leluhurnya itu, dan yang utama sekali, ialah bagaimana pandangan masyarakat terhadap leluhurnya itu, untuk dijadikan kenangan secara turuntemurun, agar keturunannya tidak kehilangan jejak leluhurnya, agar dapat dijadikan kebanggaan seluruh keturunannya. Silsilah keluarga merupakan sesuatu yang amat penting bagi Sarwo Edhie Wibowo. Dalam bab awal buku Kepak Sayap Putri Prajurit Ani Yudhoyono putri ketiga Sarwo Edhie bertutur tentang pentingnya garis keturunan itu untuk sang ayah. Sejak belia, anak-anak Sarwo Edhie selalu mendapat cerita tentang garis darah keluarga mereka yang bisa di runut sampai trah raja-raja Jawa. Darah ningrat itu mengalir dari ibunda Sarwo Edhie- Raden Ajeng Sutini yang masih terhitung keturunan dari Hamengku Buwono I. salah satu kakek moyang Sarwo Edhie Raden Mas Surokusumo kurir kepercayaan Pangeran Diponegoro.

Siapa yang diusung Partai Demokrat?

Gonjang ganjing perdebatan sosok yang akan diusung oleh partai demokrat masih menjadi pertanyaan besar publik. Sistem pemilihan capres internal partai demokrat akan ditentukan oleh majelis tinggi yang diketuai oleh Susilo Bambang Yudhoyono. Dipastikan Ani Yudhoyono tidak akan maju dalam pilpres mendatang dan itu ditegaskan SBY beberapa waktu yang lalu. Kalau bukan istrinya terus siapa lagi? Bagaimana dengan iparnya? (Pramono Edhie Wibowo) Apalagi pertanyaan SBY masih multitafsir yakni dengan mengatakan biarlah rakyat yang memilih dengan hati nuraninya masing-masing dan setiap orang berhak untuk mencalonkan diri dalam kompetisi RI 1. Kecurigaan publik semacam itulah yang menyulitkan majunya dinasti Sarwo Edhie Wibowo dalam kompetisi pilpres 2014 nanti. Hal ini sangat penting karena pencalonan presiden erat kaitannya dengan elektabilitas dan popularitas ditingkat elite dan massa. Disamping itu bagaimanakah dinasti politik trah Sarwo Edhie setelah SBY tidak maju lagi di pilpres 2014? Sarwo Edhie Wibowo mempunyai lima putri dan dua putra diantara anak Sarwo Edhie tersebut hanya Promono Edhie yang lebih mungkin maju dalam pilpres 2014 nanti. Oleh karenanya siapapun yang diusung oleh partai demokrat sangat tergantung dengan popularitas SBY. Sejauh ini belum ada sosok dari internal partai demokrat yang mampu menyaingi popularitas SBY. Adapun Promono Edhie Wibowo harus bekerja keras untuk mendongkrak popularitasnya seandainya di calonkan oleh partai demokrat. Jabatan Kepala Staf TNI AD menjadi nilai tersendiri dimata publik. Penutup Sekali lagi, pemilu legislatif dan pilpres 2014 baru akan terselenggara dua tahun lagi, menurut hemat penulis sangatlah dini mewacanakan pencalonan pilpres kedepan. Masih banyak agenda nasional yang belum tuntas dan terselesaikan sehingga isu ini tidak menjadi agenda utama dalam pemerintah SBY Boediono. Wacana pilpres bisa saja menghambat tugas pemerintah tiga tahun depan. Namun ada rasionalisasi yang menyatakan wacana capres sejak dini sebuah pilihan yang tepat. Nama-nama yang digulirkan ke publik untuk bertarung dipilpres 2014 mempunyai kesempatan yang sama untuk dinilai dan diuji. Publik akan berusaha

menilai secara objektif sejauah mana rekam jejak dimiliki sang calon, termasuk kapasitas dan kapabilitas sebagai pemimpin. Atas dasar itulah capres yang bertarung dapat mengukur diri sejauh mana elektabilitasnya bisa diterima dan ditolak oleh publik. Terlepas dari berbagai wacana yang bergulir ke publik tentang pilpres 2014 seyogiyanya pemerintah tidak terkontaminasi dalam isu pilpres yang masih relatif lama. Waktu tiga tahun Bila rakyat sudah terlindungi, hak-haknya sudah dipenuhi oleh pemerintah secara otomatis siapapun dan dari partai manapun dukungan publik akan mengalir kepada capres yang mempunyai komitmen yang tinggi. *Penulis adalah Peneliti di Candidate Center

You might also like