You are on page 1of 6

Eksergi Jurnal Teknik Energi Vol 7 No.

3 September 2011 ; 92 - 97

DAMPAK SUHU KONDENSASI TERHADAP UNJUK KERJA HEAT PUMP


Mulyono1)2) 1) Program Studi Teknik Konversi Energi Politeknik Negeri Semarang Jl.Prof. H. Sudarto, S.H. Tembalang Semarang 50275 Telp. (024) 7473417, 7478727, 7499585, Fax.(024) 7472396 2) Mahasiswa Magister Teknik Mesin Pasca Sarjana UNDIP Semarang

Abstrak Pompa kalor (Heat Pump) merupakan peralatan sebagaimana sistem refrigerasi yang memanfaatkan sisi suhu tinggi untuk keperluan pemanasan. Hal ini berbeda dengan sistem refrigerasi yang menggunakan sisi suhu rendah untuk pendinginan. Prediksi dari unjuk kerja heat pump dilakukan dengan pendekatan : evaporasinya berlangsung isotermal isobarik, kompresinya berlangsung adiabatik , kondensasinya berlangsung isotermal isobarik dan ekspansinya isentalpik. Unjuk kerja heat pump ditentukan luas bidang kerja siklus, adapun luasan bidang kerja siklus pompa kalor diantaranya dipengaruhi oleh suhu kondensasi. Hasilnya, pada suhu kondensasi konstan 350 0C untuk suhu evaporasi 300 s.d 340 0C memberikan COP H 2,5 sampai 15 , dibanding COP H 2,3 sampai 7,5 pada suhu evaporasi 360 0C. Kata kunci : heat pump, sisi suhu tinggi, sisi suhu rendah, suhu kondensasi

1.PENDAHULUAN Kemungkinan penggunaan pompa kalor (heat pump) di industri sangat luas, seperti pemanfaatan kembali panas suatu sistem refrigerasi, pengeringan, penguapan dan penyulingan. Umumnya heat pump yang digunakan untuk pemanfaatan panas sistem ini adalah tipe kompresi uap. Heat Pump dapat dipakai untuk pemanasan awal aliran gas maupun cairan pada suatu proses dengan tujuan untuk konservasi energi. Sumber energinya memanfaatkan panas buangan sistem tertentu, seperti air hangat buangan pembangkit listrik yang dapat dipakai untuk pemanasan. Sumber panas lainnya diantaranya adalah panas gas buang, seperti pada industri pengeringan (drying). Panas ini dimanfaatkan heat pump untuk pemanasan awal udara yang akan masuk ke instalasi pengering (dryer). Perkembangan heat pump diperkirakan makin pesat karena ditemukannya fluida kerja yang mampu bekerja di atas 120 oC, sehingga memungkinkan sekali digunakan di industri pemrosesan makanan dan sistem sterilisasi. Penggunaan heat pump semakin meningkat sejalan dengan perhatian dunia pada efisiensi dan konservasi penggunaan energi.

1.1.Sistem Kompresi Uap Mekanis Prinsip utama heat pump ditemukan pada tahun 1924. Saat itu Carnot menggunakan siklus termodinamika untuk menjelaskan suatu proses pemompaan panas (heat pumping). Siklus Carnot ini sampai sekarang masih terus dipakai sebagai salah satu patokan untuk menentukan efisiensi dari suatu sistem heat pump. Gambar 1 memperlihatkan tujuan refrigerator dan pompa kalor (heat pump). Fokus refrigerator adalah penyerapan panas, yang dinamakan beban pendinginan (cooling load), dari suhu rendah (QL) ke suhu tinggi (QH). Efek pengambilan panas lingkungan pada refrigerator menghasilkan manfaat refrigerasi (useful refrigeration), berupa pendinginan ruangan, pengawetan sayuran dan buah-buahan, penyimpanan vaksin, produksi es batu, pemisahan udara dsb. Adapun panas lebih tinggi (QH) dibuang keluar dari sistem untuk menghangatkan lingkungan .

92

Dampak Suhu Kondensasi Terhadap Unjuk Kerja Heat Pump

(Mulyono)

Gbr.1 Perbedaan tujuan (a) sistem refrigerasi dan (b) sistem heat pump Fokus heat pump adalah memindahkan panas dari suhu tinggi ke suhu sedang, yang dinamakan beban panas (heating load). Energi panas QL dari lingkungan pada suhu rendah yang dimasukkan pada sistem heat pump diubah oleh energi poros kompresor menghasilkan energi bersuhu tinggi, QH. Secara umum, istilah heat pump dipakai untuk menjelaskan siklus sebagai energi panas yang diserap dari ruang bersuhu rendah dan dibuang ke ruang bersuhu tinggi. (Thermodynamic, Cengel). Prinsip dasar dari pompa kalor sistem kompresi uap mekanis terlihat pada gambar 2. Sejumlah kecil energi poros Win digunakan untuk meningkatkan suhu dari energi panas QL dari suhu TL menjadi energi panas QH yang bersuhu TH. Unjuk kerja pemanasan dari suatu heat pump (COPH) adalah ukuran sampai berapa kali lebih besarkah suatu sistem pompa kalor dapat menjadi energi dibandingkan dengan apabila energi itu diberikan langsung untuk pemanasan. Nilainya sebesar : COP H = QH / Win ...................................(1) Atau COPH = QH / (QH QL) . ...............(2)

Gbr.2 Sistem heat pump kompresi uap mekanis Unjuk kerja pendinginan dari suatu sistem refrigerasi (COPR) adalah ukuran berapa kali lebih besarkah energi yang dapat diambil pada sisi pendinginan. Kulkas (refrigerator) dapat juga disebut heat pump atau pompa kalor. Kulkas ini disatu bagian mengambil panas dari bahan yang didinginkan (misalnya makanan), dan dibagian yang lain memanaskan ruangan dimana dia ditempatkan. Untuk kerja dari refrigerator atau unjuk kerja pendinginan dinyatakan sebagai : COPR = QL / WC = QL / ( QH QL )......(3) Hubungan antara unjuk kerja pemanasan dan unjuk kerja pandinginan adalah sebagai berikut: COPH = COPR + 1 .................................(4) Kerja dari heat pump didasarkan atas siklus kontinyu dari fluida kerja yang digunakan. Seperti terlihat pada gambar 2, Uap panas lanjut dari fluida kerja yang bertekanan dan bersuhu tinggi mengalami pengembunan (kondensasi) di kondensor, memberikan panasnya kepada penampung panas (heat sink). Fluida kerja cair bertekanan tinggi mengalami ekspansi di katup ekspansi, tekanannya turun dengan mengakibatkan fluida kerja berubah menjadi campuran cairan dan uap atau dua fasa pada suhu dan tekanan yang rendah. Dengan

93

Eksergi Jurnal Teknik Energi Vol 7 No. 3 September 2011 ; 92 - 97

mengambil panas di evaporator, fluida kerja ini mengalami penguapan (evaporasi). Uap yang sedikit panas-lanjut (superheat) ini akhirnya ditingkatkan tekanannya oleh kompresor menjadi uap panas lanjut yang bertekanan dan bersuhu tinggi kembali. Beda antara suhu kondensasi TCO. dengan suhu evaporasi TEV. disebut sebagai gross temperatur lift. Gross Temperature lift = TCO.-TEV. ....(5-a) Perbandingan tekanan tinggi di kondensor dan tekanan rendah di evaporator dinamakan perbandingan kompresi atau compression ratio (CR). Gbr.3 P-h diagram siklus Rankine heat pump

1.3. Fluida Kerja (Working Fluid) Fluida kerja atau refrigeran termasuk salah satu bagian penting dalam sistem heat CR = PCO. / PEVAP. ..............................(5-b) pump. Memilih refrigeran harus mempertimbangkan beberapa faktor sebagai Suhu kondensasi TCO., compression ratio CR dan gross temperature lift (TCO. berikut : TEVAP.) merupakan parameter pembatas yang a). Stabil secara kimiawi. Stabil secara menentukan daerah operasi dari suatu sistem kimiawi dalam arti tidak bereaksi terhadap pompa kalor, yang beroperasi dengan fluida semua material komponen yang digunakan pada pompa kalor dan tidak bereaksi dengan kerja tertentu. Mengatur variasi suhu kondensasi minyak pelumas kompresor, meskipun dengan sendirinya akan mendapatkan variasi suhunya tinggi. Suhu tertinggi terjadi bagian gross temperatur lift dan akan dilihat bertekanan tinggi dari sistem kompresi, bagaimana pengaruhnya terhadap unjuk kerja misalnya pada bagian kepala silinder kompresor torak. pompa kalor. b). Rapat massa uap (densitas) sebaiknya cukup tinggi. Tujuannya agar kompresor yang 1.2. Siklus Sistem Pompa Kalor Gambar 3 memperlihatkan sistem heat diperlukan ukurannya tidak sangat besar. laten yang besar. Akan pump yang mengikuti siklus ideal Rankine. c).Panas Uap jenuh keluaran evaporator dengan menguntungkan, karena untuk satu unit massa tekanan PEVAP. dan entalpi H1 di kompresi fluida kerja dapat membawa beban yang dengan entropi tetap menjadi uap lanjut banyak. (superheat) dengan tekanan PCOND. dengan d).Suhu kritis (critical temperature) yang entalpi H2 . Di kondensor uap panas lanjut ini tinggi. Akan menguntungkan, karena mula-mula mengalami pandinginan menjadi memberi kemungkinan sistem pompa kalor uap jenuh (desuperheating) dan kemudian dapat peroperasi dengan memberikan suhu mengalami kondensasi menghasilkan cairan kondensasi yang tinggi. Semakin mendekati suhu kritis, panas laten semakin kecil. jenuh di titik 3. Cairan jenuh fluida kerja ini di Fluida kerja yang mempunyai tekanan kritis ekspansikan dengan entalpi tetap tinggi menguntungkan karena daerah kisaran menghasilkan campuran cair-uap dengan kondisi operasi dari sistem pompa kalor enthalpi H4 yang seterusnya mengalami semakin luas. evaporasi menjadi uap jenuh kembali f).Viskositas yang rendah. Akan memberikan keuntungan karena koefisien perpindahan melengkapi siklus ideal Rankine. panasnya tinggi. Demikian juga drop tekanan dalam sistem pompa kalor menjadi rendah. 94

Dampak Suhu Kondensasi Terhadap Unjuk Kerja Heat Pump

(Mulyono)

g). Tidak beracun dan tidak mudah terbakar. h). Mudah didapat dan tidak mahal. Refigeran bisa digolongkan menjadi : 1. Refrigeran sintetik CFC : chlorofluorocarbon - stabil - Mengandung khlor - Sangat merusak ozon, ODP = 1 HCFC : hydrochlorofluorocarbon - Tidak stabil - Mengandung khlor - Tidak terlalu merusak ozon, ODP = 0,05 HFC : hydrofluorocarbon - Stabil - Tidak mengandung khlor - Tidak merusak ozon, ODP = 0 2. Refrigeran alami Hidrokarbon (HC), CO2, NH3, H2O - Tidak stabil - Tidak mengandung khlor - Tidak merusak ozon, ODP = 0 1.4.Unjuk Kerja Sistem Heat Pump Skema diagram alir sistem heat pump dengan T-S diagramnya ditunjukkan gambar 4.

(super heat). Kompresi memerlukan kerja dari luar (Win). Energi kompresi adiabatik ini besarnya dihitung dengan persamaan: WC = H2 - H1 ........................(6) 2. Proses kondensasi Proses kondensasi berlangsung secara isobarik, berlangsung di kondensor dari titik 2 ke titik 3. Sebelum mengalami kondensasi dari keadaan uap jenuh (Hg) pada tekanan tersebut hingga titik 3, fluida kerja mengalami proses desuperheating (QDE) terlebih dahulu dari titik 2 ke keadaan uap jenuhnya. Sehingga kalor yang dilepas (QH) pada kondensor adalah kalor proses desuperheating (QDE) ditambah kalor kondensasi (QCO). QH = QDE +QCO ............(7) Dimana QDE = H2 - Hg ...(8) QCO = Hg - H3 (9) 3. Proses ekspansi Proses ekspansi isentalpik. berlangsung

H4 = H3 ...............................(10) 4. Proses evaporasi (penguapan) Proses evaporasi berlangsung isotermal-isobarik, terjadi pada evaporator, yang melibatkan pengubahan kalor laten pada refrigeran. Beban pendinginan per satuan berat fluida kerja diperhitungkan dengan persamaan: OEV = H1 - H4 ....................(11)

Gbr.4 Diagram alir heat pump dengan T-s diagram Unjuk kerja heat pump menggunakan ketentuan sebagai berikut:

Dengan persamaan - persamaan tersebut di atas perkiraan unjuk kerja sistem pompa kalor adalah: Unjuk kerja pemanasan (COP)H = Energi kondensasi/Energi kompresi

1. Proses kompresi uap Unjuk kerja pendinginan (COP)C Kompresi uap dilakukan oleh = Energi evaporasi/Energi kompresi kompresor, berlangsung dari titik 1 ke titik 2. Keadaan titik 2 pada kondisi panas lanjut

95

Eksergi Jurnal Teknik Energi Vol 7 No. 3 September 2011 ; 92 - 97

2. HASIL DAN PEMBAHASAN Sebagai contoh dampak suhu kondensasi terhadap unjuk kerja sistem heat pump dan pengaruhnya pada kalor kondensasi QCO, kalor evaporasi QEV, kerja kompresor WC dan kalor desuperheating (QDE) pada beberapa nilai suhu kondensasi diberikan gambar 5 sampai 8 (Supranto, S). Terlihat pada gambar 5 bahwa unjuk kerja sistem heat pump sangat dipengaruhi temperatur lift. Temperatur lift semakin besar menunjukkan kerja kompresor WC dan kalor desuperheating QDE makin besar, namun sebaliknya kalor kondensasi QCO, dan kalor evaporasi QEV semakin kecil . Sebagai contoh untuk temperature lift dari 20 K menjadi 50 K, unjuk kerja pemanasan sistem heat pump (COP)H turun dari 6,41 menjadi 2,24.

makin besar menunjukkan kerja kompresor yang makin besar dan itu berbanding terbalik dengan COPH (pers. 1)

Gbr 7. Hubungan indek prestasi heat pump COP H dengan suhu evaporasi pada berbagai suhu kondensasi Gambar 7 menunjukkan hubungan indek prestasi heat pump COPH dengan suhu evaporasi pada berbagai suhu kondensasi. Bila suhu evaporasi dijaga konstan, kenaikkan suhu kondensasi akan langsung berdampak pada kenaikan COPH. Kenaikan unjuk kerja terlihat relatif lebih rendah pada suhu kondensasi yang rendah (350 0 K). Hal ini dapat diartikan bahwa unjuk kerja pemanasan sistem heat pump yang beroperasi pada suhu kondensor TCO rendah lebih sensitif terhadap perubahan TEV dibandingkan dengan sistem heat pump yang beroperasi pada TCO tinggi. 3.KESIMPULAN Suhu kondensasi yang rendah akan meningkatkan COPH pada berbagai suhu evaporasi dijaga konstan (gbr . 7.) Untuk suhu evaporasi yang diubah dari 300 sampai 340 oC pada suhu kondensasi konstan 350 0 C mempunyai nilai COPH sebesar 2,5 sampai 15. Sedangkan pada suhu kondensasi 360 0C pada rentang suhu evaporasi yang sama mempunyai COPH sebesar 2,3 sampai 7,5. Pada suhu kondensasi 370 0C kisaran COPH makin rendah, dari 2,1 sampai 4,0. Dapat disimpulkan bahwa suhu kondensasi yang rendah akan meningkatkan unjuk kerja heat pump, terlebih pada suhu evaporasi yang makin tinggi.

Gbr 5.Pengaruh temperature lift (TCOTEV) terhadap QCO,QEV,WC dan QDE

Gbr 6. Pengaruh rasio kompresi (PCO/PEV) terhadap COP H Dari gambar 6 bahwa untuk TCO yang dijaga konstan (masing masing 350 dan 390 K) kenaikan perbandingan tekanan (compression ratio) akan mengurangi indek prestasi (COPH ) sistem heat pump. Penyebabnya adalah rasio kompresi yang

96

Dampak Suhu Kondensasi Terhadap Unjuk Kerja Heat Pump

(Mulyono)

DAFTAR PUSTAKA Cengel, Y.A, Boles, M.A, Thermodinamic : An Engineering Approach, 5th Edition Daryanto, Teknik Pendingin, Penerbit Tarsito, Bandung 1993 ________, Instruction Manual of Air to Water Heat Pump, Cussons Ltd. Manchester , England 1986 Supranto, S, Model Matematik Sistem Pompa Kalor , Seminar Perpindahan Panas , PAU UGM , Yogyakarta 1989 Stoecker, W.F., Refrigerasi Dan Pengkondisian Udara , Penerbit Erlangga , 1987 Zemanky, M.W., Dittman, R.H., Kalor dan Termodinamkika Edisi 6 Penerbit ITB, Bandung 1986

97

You might also like