You are on page 1of 7

DARAH KELUAR

DARI LIANG
KUBUR

Diliput oleh: Ronie LA (ronie_la@yahoo.com)


Sumber: Hidayah_3_36_0704_Darah Keluar Dari Liang Kubur

Ditulis ulang oleh: Rhesa Yogaswara, S.Si (rhesayogaswara@yahoo.com)


Dipublikasikan oleh Al-Maaidah, Moslem’s Review

Al-Maaidah Moslem’s Review


Jakarta Indonesia | Ph: +62 21 953 72072 | HP: +62 813 180 69162
Website: www.almaaidah.com

Al-Maaidah Moslem’s Review- Hidayah_3_36_0704_Darah Keluar Dari Liang Kubur


1
DAFTAR ISI

Daftar Isi ................................................................................................................2


I. Awal Cerita .......................................................................................................3
II. Sosok ambisius yang melakukan perselingkuhan ........................................3
III. Nekat melakukan pesugihan .........................................................................4
IV. Jatuh tertimpa truk ........................................................................................4
V. Cairan darah dari sela-sela dinding kubur ...................................................6

Al-Maaidah Moslem’s Review- Hidayah_3_36_0704_Darah Keluar Dari Liang Kubur


2
I. Awal Cerita
Kegetiran hidup membawa konsekwensi yang sangat mengkhawatirkan bagi
seorang yang rapuh imannya. Apalagi kalau pikirannya selalu digelayuti bayangan
kenikmatan dunia. Ragam perhiasan, fasilitas mewah dan kehormatan menjadi sesuatu
yang selalu menggang tidurnya. Hawa nafsu lantas menguasai nurani dan membuatnya
lupa untuk sejenak merenung bahwa kekayaan hanyalah titpan semata. Tak pernah
terpikir segala sesuatu yang diperbuat akan diminta pertanggungjawabannya kelak.

Kesadaran seperti itu tidak sepenuhnya dipahami oleh seorang pedagang rempah-
rempah yang bersala dari daerah Blora, Jawa tengah ini. Ia lebih memilih jalan sesat
untuk mencapai kesuksesan hidup. Allah pun murka dan memberi azab yang tak terkira
pedihnya. Kepala dan sebagian badannya hancur. Keanehan lantas terjadi saat jenazahnya
akan dimakamkan. Lubang kubur yang telah disiapkan tiba-tiba mengeluarkan cairan
laksana darah yang merembes dari sela-sela tanah. Demi menjaga nama baik
keluarganya, semua tokoh di dalam cerita (termasuk nama narasumber) serta lokasi
kejadian sengaja kami samarkan.

II. Sosok ambisius yang melakukan perselingkuhan


Sejak usia muda, Rasimah (35thn) telah terbiasa membantu ibunya berjualan
rempah-rempah dipasar Rembang. Ia termasuk wanita yang ambisius dank eras kepala,
meski pendidikannya hanya sampai di Sekolah Dasar (SD). Saat berusia 18 tahun ia
menikah dengan Tumijan (39 thn) yang berprofesi sebagai pekerja di lahan jati milik
seorang pengusaha dari Jakarta. Sedangkan Rasimah sendiri sesekali masih membantu
ibunya yang berjualan di pasar.

Perjalanan keluarga mereka terbilang harmonis, namun memasuki usia sepuluh


tahun perkawinan mulai sering terjadi pertengkaran diantara mereka. Rasima merasa
kehidupan ekonominya tak juga berubah, apalagi hanya menyandarkan hidup dari gaji
suaminya yang terbilang kecil. Sifat ambisiusnya yang dahulu terpendam kini muncul
kembali, ia sudah teramat bosan selalu hidup dalam kemiskinan.

Khayalan akan kesenangan hidup telah membuat Rasimah lupa diri. Diam-diam ia
menjalin asmara dengan seorang pedagang kelontong yang cukup sukses di pasar tempat
ibunya berjualan. Bahkan ia sampai berani membawa selingkuhannya itu kerumah saat
suaminya pergi bekerja, namun “sepintar-pintarnya menyimpan bangkai pasti akan
tercium juga”. Kemudian suaminya tahu dan sempat terjadi pertengkaran sengit.
“Tetangga-tetangganya jadi bingung, yang minta cerai itu bukan suaminya, tapi Rasimah,
padahal setahu saya meski hati Pak Tumijan sakit, tapi ia masih sayang sama isterinya.
Apalagi mereka sudah dikarunia dua orang anak laki-laki. Bisa jadi selama berkeluarga
Rasimah lebih mendominasi”, ujar Supriyanto (32 thn) yang termasuk keluarga jauh
namun masih tinggal satu desa.

Beberapa bulan kemudian Rasimah melangsungkan perkawainan dengan


selingkuhannya, tapi baru sekitar dua tahun mereka resmi berpisah. Suaminya merasa
kecewa sebab motivasi Rasimah hanya semata-mata harta. Hebatnya, semua itu Rasimah
kemas dengan rayuan manis untuk menutupi kesemuan cintanya.
Al-Maaidah Moslem’s Review- Hidayah_3_36_0704_Darah Keluar Dari Liang Kubur
3
Suami mana yang tahan kalau setiap hari isterinya hanya bisa berdandan.
Parahnya lagi membuat sarapan pagi saja Rasimah tidak mau. Padahal ia sering meminta
uang untuk belanja perhiasan dan barang-barang berharga lainnya. Mata hatinya telah
dibutakan oleh kesenangan yang belum pernah diperolehnya selama ini.

Entah bagaimana kejadiannya, setelah beberapa tahun menjanda, Rasimah rujuk kembali
dengan suami yang pertama. Resminya hubungan mereka ditandai dengan syukuran
secara sederhana yang dihadiri oleh para saudara dan tetangganya.

III. Nekat melakukan pesugihan


Kesenangan yang baru sebentar dirasakan bersama suami keduanya, membuat
Rasimah rindu untuk merengguknya kembali. Kenangan-kenangan itu selalu hadir dan
membuatnya pusing, sayang ambisinya untuk hidup enak hanya sebatas khayalan tanpa
dibarengi usaha kongkrit. Sampai akhirnya tanpa sepengetahuan suaminya ia pergi
melakukan pesugihan.

“Entah kemana Rasimah pergi, tapi ada yang bilang kalu ia ingin menemui kakak
pertamanya yang tinggal di daerah Purworejo, Jawa Tengah, semanjak pulang dari sana
ia sepenuhnya menggantikan ibunya berjualan rempah-rempah, kata orang ia
menggunakan penglaris. Bagaimana tidak baru beberapa bulan berjualan ia sudah bisa
membeli sepeda motor baru dengan cash. Padahal setahu saya hasil jualan ibunya
kemarin hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan beberapa hari,” ujar Supriyanto
hamper tak percaya.

Dalam waktu yang tidak terlalu lama kurang dari setahun, Rasimah sudah bisa
membangun rumah dan membeli mobil truk berukuran sedang. Kini ia bukan lagi
pedagang cabai dan bawang merah yang menepati emperan pasar, ia sudah mempunyai
ruko khusus sekaligus menjadi penyalur kebutuhan pedagang rempah-rempah di pasar
Rembang dan sekitarnya.

Dua kali seminggu, Rasimah bersama suaminya pergi membeli rempah-rempah,


khususnya cabai dan bawang merah kedaerah Brebes. Ia langsung membeli kepada para
petani, sebab harganya jauh lebih murah dibandingkan dengan para tengkulak.

IV. Jatuh tertimpa truk


Suatu malam sejak pukul setengah selapan malam Rasimah bersama suaminya
sudah berangkat menuju daerah Brebes, Jawa Tengah. Hari tu ia bersama suaminya sudah
punya janji dengan para petani cabai dan bawang merah untuk membeli hasil panen
mereka. Aktifitas itu sudah beberapa kali ia lakukan sejak resmi menjadi penyalur
rempah-rempah.

Kedua suami isteri itu pergi mengendarai truk berukuran sedang bersama Adna,
keponakan dari suaminya yang bertugas sebagai sopir. Setelah beberapa jam menempuh
perjalanan , akhirnya mereka sampai di tempat tujuan. Para petani yang sudah menunggu
kedatangannya segera menimbang dan memasukkan cabai serta bawang merah ke dalam
karung. Jumlah semuanya sekitar satu ton lebih. Karung-karung tersebut kemudian
Al-Maaidah Moslem’s Review- Hidayah_3_36_0704_Darah Keluar Dari Liang Kubur
4
dimasukkan kedalam truk, sementara Rasimah menghitung uang untuk melakukan
pembayaran.

Tanpa merasa perlu istirahat mereka segera melanjutkan perjalanan pulang.


Sebelumnya Tumijan meminta isterinya agar naik terlebih dahulu dan duduk disebelah
sopir, namun dengan alasan lelah dan kantuk, Rasimah bersikeras duduk dibelakang
(dibak), sambil menggelar terpal sebagai alasnya.

Mobil berjalan kencang seakan berburu dengan malam yang merambat pagi.
Suasana yang lenggang membuat sopir tak ragu menginjak pedal gasnya dalam-dalam.
Padahal ia sudah beberapa kali menguap tanda kantuk tak tertahan. Rokok kretek entah
yang keberapa kembali ia nyalakan, kepulan asap dan kenikmatan rasanya tetap tak
membuat tegar matanya, terlebih Tumijan yang seharusnya menemaninya mengobrol
malah mendengkur sambil kakinya selonjor ke dashboard mobil. Sama halnya dengan
Rasimah, kelelahan telah membalutnya mengarungi mimpi meski ditempat seadanya.

Perjalanan panjang telah ditempuh dan mobil mulai memasuki daerah Rembang.
Tiba-tiba mobil yang mencapai kecepatan 100 km/jam itu menghantam sebuah lobang
lumayan besar. Sopir yang sekejap tertidur kaget dan kehilangan kendali. Laju mobil tak
tertahan dan meluncur melewati bahu kiri jalan yang sedikit curam. Operan kopling ke
gigi rendah yang dibarengi dengan pengereman, tak membantu usaha sang sopir.

“Ciiiittttttttttt……ciiittttt…….bbbrrrakkkk…….!” denyit suara ban hanya


terdengar sesaat, selanjutnya dentuman truk yang terguling menjadi penghias kesunyian
pagi itu. Karung cabai dan bawang merah berhamburan tak tentu arah. Rasimah yang
masih terlelap tidur pun ikut terlempar keluar bak truk. Naas , Rasimah sedang tak
beruntung, ia salah mendarat dan langsung tertimpa badan truk, bayangkan truk yang
sekian ton beratnya menimpa tubuh Rasimah, tak ayal kepala Rasimah hancur sampai
otaknya keluar. Ceceran otak yang berwarna putih terlihat dilokasi kejadian. Ususnya
sedikit terburai akibat gesekan dengan badan truk. Sebab lokasinya sedikit curam dan
membuat truk tidak langsung berhenti, tak ayal tubuh Rasimah terseret hingga beberapa
meter.

Rasimah meninggal seketika, darah segarnya berceceran dimana-mana bercampur


dengan cabai dan bawang merah. Sungguh kejadian trgis yang membuat merinding bulu
roma. Akan tetapi kondisi berbeda dialami sopir dan suaminya, mereka hanya terluka
ringan akibat terbentur dan terkena pecahan kaca.

Tumijan yang mengetahui kondisi isterinya langsung teriak histeris, ia begitu


ngeri dan tak tega melihat pasangan hidupnya begitu menderita, tanpa menunggu waktu
ia langsung memanggil keponakannya yang masih linglung, untuk minta diberhentikan
mobil. Ia berharap isterinya masih bisa diselamatkan dengan membawanya ke Rumah
Sakit (RS) terdekat.

Mobil tumpangan membawa Rasimah ke RS di daerah Rembang. Mobil langsung


di parkir di depan ruang Unit Gawat Darurat (UGD). Para dokter yang bertugas segera
Al-Maaidah Moslem’s Review- Hidayah_3_36_0704_Darah Keluar Dari Liang Kubur
5
memberikan tindakan medis. Sayang, nyawa Rasimah memang sudah tidak bisa
diselamatkan. Sesuai prosedur, luka-luka Rasimah dijahit agar darahnya tak keluar lagi.

“Pak Tumijan meminta keponakannya, Adnan untuk memberikan kabar kepada


keluarganya di Blora. Ada beberapa orang yang lantas menyusul diantaranya ibu dan
bapapaknya Rasimah,” jelas Supriyanto yang mengetahui persis mereka berangkat.

Jenazah Rasimah langsung dimandikan dan diberi kain kafan. Petugas yang
mengurusnya memberi saran agar kain kafannya nanti jangan dibuka, sebab muka
Rasimah yang hancur dan badannya yang penuh luka bisa jadi akan membuat ngeri dan
tidak tega orang yang melihatnya.

V. Cairan darah dari sela-sela dinding kubur


Kabar kematian Rasimah dengan cepat menyebar . Para kerabat dan tetangganya
cemas menunggu kedatangan jenazah dari rumah sakit. Hati mereka penasaran ingin
mengetahui kondisi dan cerita sebenarnya yang menimpa Rasimah. Tak lama kemudian
mobil ambulance tiba. Jenazah Rasimah langsung dibaringkan diruang tengah rumahnya
yang terlihat megah. Sontak tangis anak dan keluarganya memecah ruangan. Mereka
ingin sekali melihat wajah Rasimah untuk terakhir kalinya. Namun Tumijan yang ingat
pesan petugas di rumah sakit melarang mereka untuk membuka kafannya.

Selepas tengah hari setelah dishalatkan di musholla dekat rumahnya, jenazah


Rasimah dibawa ke perkuburan desa, disana telah menunggu beberapa orang penggali
kubur yang sedang duduk istirahat. Saat itu belum ada tanda-tanda keanehan yang akan
terjadi. Penggali kubur dan seorang kerabat Rasimah tengah siap hendak turun ke liang
kubur. Mereka terperanjat dan langsung mengurungkan niatnya sebab terjadi keanehan
yang tidak pernah mereka lihat sebelumnya. Dari sela-sela tanah kubur tampak rembesan
cairan berwarna merah pekat, tercium bau anyir darah, namun terlalu menusuk hidung.
Semua orang yang melihat terbengong-bengong tak tahu harus berbuat apa. Lama
kelamaan cairan yang keluar bertambah banyak bahkan dasar kubur mulai tergenang
hampir seukuran mata kaki orang dewasa. Astaghfirullah al-“Adzim.

“Seumur hidup saya belum pernah melihat kejadian seperti itu. Saya langsung
mengucapkan istigfar. Orang lain pun banyak mengucapkan kalimat yang sama. Lalu
saya perintahkan dua orang penggali kubur untuk menguruknya dengan sedikit tanah.
Karena oarang pada ketakutan akhirnya saya berinisiatif untuk turun ke lubang kubur
dengan ditemani Pak Tumijan, serta satu orang saudaranya. Sebelumnya mereka meminta
agar tanah urukan itu digali lagi. Saya bilang tidak perlu karena beceknya tidak terlalu
parah”, kenang ustadz Murtadha (60 thn) menjelaskan perihal kejadian itu.

Bagian-bagian dinding kubur tempat asal mula keluarnya cairan sudah ditutup
dengan tanah, meski demikian bercampurnya tanah dengan cairan tadi membuat dasar
kubur menjadi becek dan kemerah-merahan, lalu ustadz Murtadha meminta para
pengantar untuk mengeluarkan jenazah Rasimah dari keranda untuk dikebumikan, sebab
penguburan harus disegerakan.

Al-Maaidah Moslem’s Review- Hidayah_3_36_0704_Darah Keluar Dari Liang Kubur


6
Melihat jenazah Rasimah dimasukkan ke dalam lubang kubur, sontak tangis
keluarga, kerabat Rasimah semakin tak tertahankan. Suasana menjadi begitu haru dan
mencekam. Bahkan anak lelaki Tumijan yang bekerja di Jakarta dan sempat datang
menyaksikan kejadian itu langsung pingsan.

Kain kafan jenazah yang semula putih menjadi kotor, kemudian jenazah segera
dimasukan ke liang lahat dan ditutup dengan potongan-potongan papan yang telah
disiapkan. Sekitar jam dua petang prosesi penguburan selesai dengan menyisakan beribu
pertanyaan. Amalan apa yang telah diperbuat Rasimah semasa hidupnya? Banyak orang
yang menarik kesimpulan kejadian itu terkait dengan kongsi (pesugihan) Rasimah dengan
setan untuk meminta kekayaan. Naudzubillah tsumma Naudzubillah. Entah benar atau
tidak dugaan itu, wallahu a’lam!

Mudah-mudahan kisah nyata ini menjadi teladan bagi kita dalam


mempertahankan iman kita. Kalaupun saat ini kita hidup dalam kemiskinan janganlah
kita berani menyekutukan Allah, sekedar untuk memperoleh kenikmatan dunia. Memang
batasan kemiskinan dan kekufuran begitu tipis. Sebagaimana Rasulullah saw. Bersabda :
“Hampir saja kemiskinan (miskin jiwa dan hati) berubah menjadi kekufuran.” (HR> At-
Thabrani).

Al-Maaidah Moslem’s Review- Hidayah_3_36_0704_Darah Keluar Dari Liang Kubur


7

You might also like