You are on page 1of 16

Penyamaan Agama adalah Perbuatan Kufur

Selasa, 26-Juni-2007, Penulis: Al-Ustadz Abu Usamah Abdurrahman bin


Rawiyah

Ide penyatuan agama terus digemakan hingga sekarang. Dagangan


orientalis yang dijajakan oleh para pengekor Barat berbaju muslim
(bahkan ada yang disebut pakar Islam) ini kian meramaikan bursa
kesesatan yang telah ada sebelumnya. Dan agar lebih mudah diserap
“pasar”, kemasan pun dibuat sedemikian manis, menonjolkan sisi-sisi
humanis yang sejatinya adalah racun bagi kaum muslimin.

Bingkisan dan oleh-oleh dari Barat untuk kaum muslimin kembali


menghunjam. I’tiqad (keyakinan) dan seruan-seruan kufur mereka
datang silih berganti menggugat kebenaran Islam. Ideologi-ideologi
sesat meramaikan media-media massa. Di mimbar-mimbar, satu
tumbang, seribu kesesatan bangkit kembali.
Alhamdulillah, sebagian kaum muslimin masih tersadar jika
menghadapi ideologi dari luar. Namun ketika manuver sesat datang
dari dalam diri umat Islam sendiri berupa konsep menyamakan Islam
dengan selainnya, dengan istilah sinkretisme agama, di sinilah terlihat
bahwa kaum muslimin sangat jauh dari ajaran agamanya dan terlelap
dalam buaian taqlid serta fanatik.
Musuh-musuh Allah Subhanahu wa Ta’ala mengetahui bahwa mereka
tidak bisa merusak kaum muslimin dengan cara yang telah lumrah dan
masyhur dalam ilmu mereka. Kerusakan i’tiqad adalah kerusakan dan
perusakan yang paling besar dan luas akibatnya. Oleh karena itu, Iblis
dengan keuletannya untuk mendapatkan hasil yang gemilang dan
besar, tercatatlah pada generasi manusia yang kesepuluh, pada kaum
Nabi Nuh, menjadi pemula buah keberhasilan Iblis dalam merusak
i’tiqad manusia. Dengan kerusakan inilah, mereka dengan serta merta
siap untuk bersujud kepada selain Allah Subhanahu wa Ta'ala,
berkorban untuk selain-Nya, bernadzar untuk selain-Nya, berdoa
kepada selain Allah Subhanahu wa Ta'ala, meminta perlindungan,
pertolongan dan meminta terbebaskan dari malapetaka kepada selain
Allah Subhanahu wa Ta'ala, serta berbagai wujud peribadatan kepada
selain Allah Subhanahu wa Ta'ala yang lain.
Tidak ada kerusakan yang paling besar daripada kerusakan i’tiqad
yang muaranya ada di dalam hati. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam menyebutkan:
َ َ‫ه أ‬ ُ ُ َّ ِ ‫أَل َ وَإ‬
‫ل‬ ُ ّ ‫سد ُ كُل‬
َ ‫ج‬َ ْ ‫سد َ ال‬
َ َ‫ت ف‬
ْ َ ‫سد‬ ُ ّ ‫سد ُ كُل‬
َ َ‫ه وَإِذ َا ف‬ َ ْ ‫ح ال‬
َ ‫ج‬ َ َ ‫صل‬
َ ‫ت‬ َ َ ‫صل‬
ْ ‫ح‬ َ ‫ة إِذ َا‬
ً َ‫ضغ‬
ْ ‫م‬
ُ ِ ‫سد‬ َ ْ ‫ن فِي ال‬
َ ‫ج‬
‫ب‬ُ ْ ‫ي الْقَل‬ َ ِ ‫وَه‬
“Ketahuilah, pada jasad ini ada segumpal daging, jika dia baik maka
seluruh anggota badan akan menjadi baik, dan bila rusak maka seluruh
anggota badan menjadi rusak. Ketahuilah, itulah hati.” (HR. Al-Bukhari
no. 50 dan Muslim no. 2996 dari shahabat An-Nu’man bin Basyir
radhiyallahu 'anhuma)
Ibnul Qayyim rahimahullahu menjelaskan: “Karena kedudukan hati
terhadap anggota badan bagaikan raja yang berkuasa atas bala
tentaranya, di mana semua (perbuatan mereka) muncul dari
perintahnya. Bala tentara tersebut digunakan sesuai keinginan sang
raja dan kesemuanya berada di bawah perintah dan kekuasannya,
maka anggota badan akan istiqamah atau menyeleweng (adalah
karena hati). Dan hatilah yang akan mengikatnya dengan segala
kekuasaan atau melepaskannya. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda: ‘Ketahuilah bahwa di dalam jasad ini ada segumpal
daging yang bila baik niscaya seluruh jasad akan baik pula.’
Hati merupakan raja bagi seluruh anggota badan. Dan anggota badan
akan melakukan segala yang diperintahkannya dan akan menerima
segala arahannya. Tidak akan mungkin lurus sedikitpun amalan
anggota badan tersebut melainkan harus datang dari keinginan dan
niat hati. Dan hati akan bertanggung jawab atas seluruhnya, karena
setiap pemimpin akan dimintai tanggung jawab tentang
kepemimpinannya. Oleh karena itu, usaha memperbaiki dan
meluruskannya adalah sebuah usaha yang diprioritaskan untuk
dilakukan oleh setiap orang (yang berusaha mencari kebenaran).
Sedangkan mengoreksi segala penyakit yang mungkin akan timbul dan
mengobatinya adalah perkara yang sangat penting yang harus
dilakukan oleh ahli ibadah.” (Mawaridul Aman, hal. 30)

Islam Adalah Agama Yang Hak


Tidak ada yang mengingkari keyakinan bahwa Islam adalah agama
yang hak kecuali orang-orang yang telah tertutup mata hatinya dari
Islam. Islam adalah agama yang diridhai Allah Subhanahu wa Ta'ala,
dan satu-satunya agama yang akan diterima di sisi-Nya. Allah
Subhanahu wa Ta’ala menjelaskan keyakinan ini dalam banyak tempat,
seperti firman-Nya:
‫م‬ ْ ِ ‫عنْد َ اللهِ اْل‬
ُ َ ‫سل‬ ِ ‫ن‬ َّ ِ ‫إ‬
َ ْ ‫ن الدِّي‬
“Sesungguhnya agama yang benar di sisi Allah adalah Islam.” (Ali
‘Imran: 19)
‫ن‬
َ ْ ‫سرِي‬ َ ْ ‫ن ال‬
ِ ‫خا‬ َ ‫م‬ ِ ‫ه وَهُوَ فِي اْل‬
ِ ِ‫خَرة‬ ُ ْ ‫من‬
ِ ‫ل‬ ْ َ ‫سلَم ِ دِيْنًا فَل‬
َ َ ‫ن يُقْب‬ ْ ِ ‫ن يَبْتَِغ غَيَْر اْل‬
ْ ‫م‬
َ َ‫و‬
“Dan barangsiapa yang mencari selain Islam sebagai agama, maka
tidak akan diterima dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang
merugi.” (Ali ‘Imran: 85)
Sebagai bukti pula tentang kebenaran dan diridhainya Islam adalah
permusuhan non muslim terhadap agama Islam dan penganutnya
sampai hari kiamat. Mereka memperingatkan para pengikutnya agar
tidak sekali-kali masuk ke dalam Islam. Mereka juga mencela dan
menghina agama Islam.
َ
ْ ِ‫ن لِيُطْفِئُوا نُوَْر اللهِ بِأفْوَاهِه‬
‫م‬ َ ْ‫يُرِيْدُو‬
“Dan mereka menginginkan agar cahaya Allah (Islam) padam dengan
lisan-lisan mereka.” (Ash-Shaff: 8)
ْ َ َ
ُ‫ضاء‬ َ ْ‫ت الْبَغ‬ ْ ُّ ‫ما عَنِت‬
ِ َ ‫م قَد ْ بَد‬ َ ‫خبَال ً وَدُّوا‬
َ ‫م‬ْ ُ ‫م ل َ يَألُوْنَك‬
ْ ُ ‫ن دُوْنِك‬
ْ ‫م‬ ً َ ‫خذ ُوا بِطَان‬
ِ ‫ة‬ ِ َّ ‫منُوا ل َ تَت‬ َ ْ ‫يَا أيُّهَا ال ّذِي‬
َ ‫نآ‬
‫م أَكْبَُر‬
ْ ُ‫صدُوُْره‬ُ ‫خفِي‬ ْ ُ ‫ما ت‬َ َ‫م و‬
َ ‫م‬
ْ ِ‫ن أفْوَاهِه‬ ْ ِ
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian menjadikan orang
selain kalian menjadi teman. Mereka tidak henti-hentinya
mencelakakan kalian dan mereka menyukai apa yang memberatkan
kalian. Telah nyata kebencian dari mulut mereka dan apa yang
disembunyikan dalam hati mereka lebih besar lagi.” (Ali ‘Imran: 118)
َ
‫ن‬ِ ِ ‫ن هُدَى اللهِ هُوَ الْهُدَى وَلَئ‬ َّ ِ ‫ل إ‬ ْ ُ‫مل ّتَه‬
ْ ُ‫م ق‬ ِ َ‫حتَّى تَتَّبِع‬ َ َّ ‫ك الْيَهُوْد ُ وَل َ الن‬
َ ‫صاَرى‬ َ ْ ‫ضى عَن‬ ْ َ ‫وَل‬
َ ‫ن تَْر‬
َ َ ‫ما ل‬ َ َ
ٍ‫صيْر‬ ِ َ ‫ي وَل َ ن‬
ّ ٍ ِ ‫ن وَل‬
ْ ‫م‬
ِ ِ‫ن الله‬
َ ‫م‬
ِ ‫ك‬ َ ِ ‫ن الْعِلْم‬َ ‫م‬ ِ ‫ك‬ َ ‫م بَعْد َ ال ّذِي‬
َ َ‫جاء‬ ْ ُ‫ت أهْوَاءَه‬ َ ْ‫اتَّبَع‬
“Dan orang Yahudi dan Nasrani tidak akan ridha kepadamu selama-
lamanya sampai kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah:
‘Sesungguhnya petunjuk Allah itulah (sebenar-benar) petunjuk.’ Dan
jika kamu mengikuti hawa nafsu mereka setelah datang kepadamu
ilmu, niscaya kamu tidak akan mendapatkan perlindungan dan
pembelaan dari Allah.” (Al-Baqarah: 120)
Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya Shallallahu ‘alaihi wa sallam
memerintahkan kita untuk menyelisihi orang-orang kafir dan melarang
menyerupai mereka baik dalam i’tiqad, ibadah, akhlak, perangai, ciri
khas maupun selainnya. Dan ini merupakan salah satu bukti tentang
kebenaran Islam. (Iqtidha` Shirathil Mustaqim karya Syaikhul Islam
Ibnu Taimiyyah rahimahullahu)
Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya Shallallahu ‘alaihi wa sallam
memerintahkan kepada kita untuk memerangi agama kufur dan orang-
orang kafir baik dengan harta, jiwa, dan lisan-lisan kita, juga
menunjukkan kebenaran Islam.
Bukti lain yang menunjukkan kebenaran Islam adalah masuknya umat-
umat non Islam ke dalam agama ini. Tidak lepas dalam hal ini para
tokoh agama mereka seperti para pendeta. Mereka kemudian tampil
membongkar kedok agama sesat tersebut dan memproklamirkan
kebenaran agama Islam.
َ َ
ً ‫ن اللهِ أفْوَا‬
‫جا‬ َ ْ‫خلُو‬
ِ ْ ‫ن فِي دِي‬ َ ‫ت النَّا‬
ُ ْ ‫س يَد‬ ُ ْ ‫صُر اللهِ وَالْفَت‬
َ ْ ‫ وََرأي‬.‫ح‬ ْ َ ‫جاءَ ن‬
َ ‫إِذ َا‬
“Apabila datang pertolongan dan kemenangan dari Allah. Engkau akan
menyaksikan manusia berbondong-bondong masuk ke dalam agama
Allah.” (An-Nashr: 1-2)
Islam Adalah Agama Para Nabi dan Rasul
Hal ini dijelaskan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala, di dalam firman-Nya:
‫ن‬ ُ ْ ‫ن ال‬
ْ ‫م‬
َ ْ ‫شرِكِي‬ َ ‫م‬ َ ‫ما كَا‬
ِ ‫ن‬ َ َ‫ما و‬
ً ِ ‫سل‬
ْ ‫م‬
ُ ‫حنِيْفًا‬
َ ‫ن‬ ْ ِ ‫صَرانِيًّا وَلَك‬
َ ‫ن كَا‬ ْ َ ‫م يَهُوْدِيًّا وَل َ ن‬ َ ‫ما كَا‬
ُ ْ ‫ن إِبَْراهِي‬ َ
“Bukanlah Ibrahim adalah seorang Yahudi atau Nasrani, akan tetapi ia
adalah orang yang lurus dan muslim. Dan ia tidaklah termasuk orang-
orang musyrik.” (Ali ‘Imran: 67)
‫ن‬
َ ْ ‫حي‬
ِ ِ ‫صال‬ ِ ْ ‫ما وَأَل‬
َّ ‫حقْنِي بِال‬ ً ِ ‫سل‬
ْ ‫م‬
َ ِ ‫ت وَلِي ِّي فِي الدُّنْيَا وَاْل‬
ُ ‫خَرةِ تَوَفّنِي‬
َ
َ ْ ‫أن‬
“(Yusuf) berkata: ‘Engkau adalah waliku di dunia dan di akhirat dan
matikanlah aku dalam keadaan Islam. Ikut sertakanlah aku bersama
orang-orang yang shalih.” (Yusuf: 101)
Ibnu Katsir v dalam Tafsir-nya mengatakan: “Ini merupakan sebuah doa
dari Yusuf Ash-Shiddiq. Dia berdoa dengannya kepada Rabbnya di saat
Allah Subhanahu wa Ta’ala menyempurnakan nikmat atasnya, dengan
berkumpulnya dia bersama kedua orangtua dan saudara-saudaranya.
Juga nikmat kenabian dan kekuasaan yang diberikan kepadanya. Dia
meminta kepada Rabbnya agar nikmat tersebut diabadikan sampai
hari akhir, sebagaimana Dia telah menyempurnakan (nikmat
untuknya) di dunia. Juga agar Allah Subhanahu wa Ta’ala
mematikannya dalam keadaan muslim. Ini adalah penafsiran Adh-
Dhahhak.
‘Dan agar Allah mengikutsertakan dia dengan orang-orang shalih’ yaitu
dari kalangan nabi dan rasul. Mungkin juga Nabi Yusuf mengucapkan
doa ini ketika kematian datang menjemputnya, sebagaimana
disebutkan dalam dua kitab Shahih dari ‘Aisyah radhiyallahu 'anha
bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengangkat tangannya
ketika ajal beliau datang menjemput: ‘Ya Allah, bersama pendamping-
pendamping di tempat yang tinggi.’ (Beliau ucapkan tiga kali). Dan
mungkin Nabi Yusuf meminta agar mati di atas Islam dan
diikutsertakan dengan orang-orang shalih apabila ajalnya telah dekat
dan umurnya telah habis.” (Tafsir Ibnu Katsir, 2/598)
َ َ َّ ُ ‫ل أ‬
َ ْ‫جتَنِبُوا الط ّاغُو‬
‫ت‬ ْ ‫ه وَا‬ ِ ‫سوْل ً أ‬
َ ‫ن اعْبُدُوا الل‬ ُ ‫مةٍ َر‬ ِّ ُ ‫َولَقَد ْ بَعَث ْنَا فِي ك‬
“Dan sungguh Kami telah mengutus pada setiap umat seorang rasul
(setiap mereka menyeru): ‘Sembahlah Allah dan jauhilah thagut’.” (An-
Nahl: 63)
Asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullahu dalam
Kitabut Tauhid menjelaskan: “Agama para nabi adalah satu.” Kalimat
ini tidak menafikan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala yang
mengatakan:
‫جا‬
ً ‫منْهَا‬
ِ َ‫ة و‬
ً َ ‫شْرع‬
ِ ‫م‬ ِ ‫جعَلْنَا‬
ْ ُ ‫منْك‬ ٍّ ُ ‫لِك‬
َ ‫ل‬
“Setiap nabi Kami jadikan untuk mereka syariat dan jalan (sendiri).”
(Al-Ma`idah: 48)
Karena syariat amaliah berbeda pada setiap umat. Adapun landasan
agama adalah satu. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
َ ْ ‫حيْنَا إِلَي‬ َ َ
‫سى‬ َ ْ‫مو‬
ُ َ‫م و‬ َّ َ‫ما و‬
َ ْ ‫صيْنَا بِهِ إِبَْراهِي‬ َ َ‫ك و‬ َ ْ‫حا وَال ّذِي أو‬ َّ َ‫ما و‬
ً ْ‫صى بِهِ نُو‬ َ ‫ن‬
ِ ْ ‫ن الدِّي‬
َ ‫م‬ ْ ُ ‫شَرع َ لَك‬
ِ ‫م‬ َ
َ َ ‫عيسى أ‬
ِ‫ن وَل َ تَتَفَ َّرقُوا فِيْه‬ َ ْ ‫موا الدِّي‬ُ ْ ‫ن أقِي‬ ْ َ ْ ِ َ‫و‬
“Dia telah mensyariatkan kepada kalian agama yang telah Dia
wasiatkan kepada Nuh dan apa yang Kami telah wahyukan kepadamu
(Muhammad) serta apa yang kami telah wasiatkan kepada Ibrahim,
Musa, dan ‘Isa: ‘Tegakkanlah agama dan jangan berpecah belah di
dalamnya’.” (Asy-Syura: 13) [Al-Qaulul Mufid, 1/59]
َ َ َ ِ ْ‫ل إِل َّ نُو‬ َ
َ َ ‫ه ل َ إِل‬
ِ ْ‫ه إِل ّ أنَا فَاع ْبُدُو‬
‫ن‬ ُ َّ ‫حي إِلَيْهِ أن‬ ٍ ْ‫سو‬
ُ ‫ن َر‬
ْ ‫م‬ َ ِ ‫ن قَبْل‬
ِ ‫ك‬ ِ ‫سلْنَا‬
ْ ‫م‬ َ ‫ما أْر‬
َ َ‫و‬
“Dan tidaklah Kami mengutus sebelummu (Muhammad) seorang
rasulpun melainkan Kami wahyukan kepadanya bahwa tidak ada
sesembahan yang benar kecuali Aku, maka beribadahlah kalian
kepada-Ku.” (Al-Anbiya`: 25)
Diriwayatkan oleh ‘Abd bin Humaid dan Ibnu Jarir dari Qatadah (ketika
menjelaskan firman Allah Subhanahu wa Ta'ala): “Sesungguhnya
agama yang benar di sisi Allah adalah Islam.” Bahwa dia berkata:
“Islam adalah mempersaksikan bahwa tidak ada sesembahan yang
benar melainkan Allah Subhanahu wa Ta'ala, mengakui apa yang
dibawa oleh Rasulullah dari sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala sebagai
agama Allah Subhanahu wa Ta’ala yang telah disyariatkan untuk
dirinya, Allah Subhanahu wa Ta’ala mengutus para rasul dan
membimbing para wali-Nya dengan agama itu, dan Allah Subhanahu
wa Ta’ala tidak menerima agama selainnya, serta tidak pula akan
memberi ganjaran kecuali dengannya.”
Dan diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim dari Adh-Dhahhak ketika
menjelaskan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala di atas: “Tidak diutus
seorang nabi pun melainkan dengan Islam.” (Ad-Durrul Mantsur, karya
Al-Imam As-Suyuthi)

Kekufuran Hakikatnya Satu


Bagi orang yang memiliki bashirah ilmu pengetahuan, dia akan
mengetahui bahwa sejak zaman keingkaran iblis hingga ada kaderisasi
dari kalangan jin dan manusia, kekufuran hakikatnya satu. Inilah
contoh keingkaran dan kekufuran iblis kepada Allah Subhanahu wa
Ta'ala, sebagaimana telah diceritakan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala
dalam firman-Nya:
‫ل أَنَا‬َ ‫ قَا‬.‫ن‬َ ْ ‫ن الْعَالِي‬َ ‫م‬ِ ‫ت‬ َ ْ ‫م كُن‬
َ
ْ ‫تأ‬َ ‫ستَكْبَْر‬
َ
ُ ْ‫خلَق‬
ْ ‫ت بِيَدَيَّ أ‬ َ ‫ما‬
َ ِ ‫جد َ ل‬
ُ ‫س‬
ْ َ‫ن ت‬
َ َ ‫ل يا إبلِيس ما منع‬
ْ ‫كأ‬ َ َ َ َ ُ ْ ْ ِ َ َ ‫قَا‬
‫ن‬ٍ ْ ‫ن طِي‬ ْ ‫م‬
ِ ‫ه‬ ُ َ ‫خلَقْت‬
َ َ‫ن نَارٍ و‬ْ ‫م‬ِ ‫خلَقْتَنِي‬
َ ‫ه‬ ُ ْ ‫من‬
ِ ‫خيٌْر‬َ
“Allah berfirman: ‘Wahai iblis! Apa yang menghalangimu untuk sujud
kepada seseorang yang telah Aku ciptakan dengan kedua tangan-Ku?
Apakah engkau telah menyombongkan diri atau orang yang
meninggikan diri?’ Dia berkata: ‘Aku lebih baik darinya, Engkau
menciptakan aku dari api, sedangkan Engkau ciptakan dia dari tanah’.”
(Shad: 75-76)
Karena keingkaran dan kekufuran iblis kepada Allah Subhanahu wa
Ta'ala, maka Allah Subhanahu wa Ta’ala mengusirnya dari rahmat-Nya
sehingga dia menjadi orang yang terkutuk. Allah Subhanahu wa Ta’ala
juga mengusirnya dari dalam surga:

ِ ْ ‫ك لَعْنَتِي إِلَى يَوْم ِ الدِّي‬


‫ن‬ َ ْ ‫ن ع َلَي‬
َّ ِ ‫ وَإ‬.‫م‬
ٌ ْ ‫جي‬ َ َّ ‫منْهَا فَإِن‬
ِ ‫ك َر‬ ِ ‫ج‬ ْ ‫ل فَا‬
ْ ‫خُر‬ َ ‫قَا‬
“Allah berfirman: ‘Keluarlah kamu darinya (surga), maka sesungguhnya
kamu adalah orang yang terkutuk, dan sesungguhnya atasmu laknat-
Ku sampai hari pembalasan’.” (Shad: 77-78)
Karena kutukan inilah, iblis mencari peluang dan meminta kepada
Allah Subhanahu wa Ta’ala agar bisa bermain dengan manuver
kekufuran dan kesesatannya untuk menjauhkan manusia dari jalan
Allah dan menjadikannya ingkar kepada-Nya. Allah Subhanahu wa
Ta’ala berfirman:
َ
ِ‫معْلُوْم‬ ِ ْ‫ إِلَى يَوْم ِ الْوَق‬.‫ن‬
َ ْ ‫ت ال‬ َ ْ ‫منْظَرِي‬
ُ ْ ‫ن ال‬
َ ‫م‬ َ َّ ‫ل فَإِن‬
ِ ‫ك‬ َ ْ‫ب فَأنْظِْرنِي إِلَى يَوْم ِ يُبْعَث ُو‬
َ ‫ قَا‬.‫ن‬ َ ‫قَا‬
ِّ ‫ل َر‬
“Iblis berkata: ‘Wahai Rabbku, berikanlah aku penangguhan sampai
hari kebangkitan.’ Allah berfirman: ‘Sesungguhnya kamu memiliki
kesempatan sampai waktu yang telah ditentukan’.” (Shad: 79-80)
Setelah mendapatkan kesempatan untuk mengajak Bani Adam untuk
kufur kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala, diapun berjanji akan benar-
benar berusaha dengan penuh kesungguhan untuk menyesatkan Bani
Adam dengan cara dan jalan apapun. Allah Subhanahu wa Ta’ala
berfirman:
‫ن‬ ِ َ ‫خل‬
َ ْ ‫صي‬ ُ ْ ‫م ال‬
ْ ‫م‬ ُ ُ‫منْه‬
ِ ‫ك‬ ِ َّ ‫ إِل‬. ‫ن‬
َ َ ‫عبَاد‬ َ ْ ‫معِي‬
َ ‫ج‬
َ ‫ك لُغْوينَه‬
ْ ‫مأ‬ْ َُِّ َ ِ ‫ل فَبِعَِّزت‬
َ ‫قَا‬
“Iblis berkata: ‘Maka demi kemuliaan-Mu, aku akan benar-benar
menyesatkan mereka semuanya. Kecuali hamba-hamba-Mu yang
ikhlas.” (Shad: 82-83)
َ ‫م لتِينَهم من بي‬ َّ َ ‫ما أَغْوَيْتَنِي لَقْعُد‬
‫م‬
ْ ِ‫فه‬ ِ ْ ‫خل‬
َ ‫ن‬ْ ‫م‬ِ َ‫م و‬
ْ ِ‫ن أيْدِيه‬ ِ َْ ْ ِ ْ َُّ َّ ُ ‫ ث‬.‫م‬
َ ْ ‫قي‬
ِ َ ‫ست‬
ْ ‫م‬ ُ ْ ‫ك ال‬
َ َ ‫صَراط‬ ْ ُ‫ن لَه‬
ِ ‫م‬ َ ِ ‫ل فَب‬
َ ‫قَا‬
َ َ َ ‫وع‬
‫ن‬َ ْ ‫شاكِرِي‬ َ ‫م‬ْ ُ‫جد ُ أكْثََره‬ِ َ ‫م وَل َ ت‬
ْ ِ‫مائِلِه‬ َ ‫ن‬
َ ‫ش‬ ْ َ ‫م وَع‬ ْ ِ‫مانِه‬ َ ْ ‫ن أي‬ ْ َ
“Iblis berkata: ‘Karena Engkau menyesatkanku, maka aku akan benar-
benar menghalangi mereka dari jalan-Mu yang lurus. Kemudian aku
akan benar-benar mendatangi mereka dari depan mereka, belakang
mereka, samping kanan dan samping kiri mereka, sehingga Engkau
tidak mendapatkan kebanyakan mereka bersyukur.” (Al-A’raf: 16-17)
Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menjelaskan tujuan akhir perbuatan
iblis dan bala tentaranya dari kalangan jin dan manusia. Allah
Subhanahu wa Ta’ala menjelaskan pula tentang siapa yang akan bisa
dikuasai oleh iblis dan yang tidak.
َ ُ‫عده‬ َ
‫ن‬
َ ْ ‫معِي‬
َ ‫ج‬
ْ ‫مأ‬ َ َ‫م ل‬
ْ ُ ِ ْ‫مو‬ َ َّ ‫جهَن‬
َ ‫ن‬ َ ْ ‫ن الْغَاوِي‬
َّ ِ ‫ وَإ‬.‫ن‬ َ ‫م‬ َ َ‫ن اتَّبَع‬
ِ ‫ك‬ ِ ‫م‬ ٌ ‫سلْطَا‬
َ ّ ‫ن إِل‬ ْ ِ‫ك ع َلَيْه‬
ُ ‫م‬ َ ْ ‫عبَادِي لَي‬
َ َ‫س ل‬ َّ ِ ‫إ‬
ِ ‫ن‬
“Sesungguhnya hamba-hamba-Ku engkau tidak memiliki kekuasaan
atas mereka kecuali orang-orang yang mengikutimu dari kalangan
orang-orang yang sesat. Dan Jahannamlah tempat kembali mereka
semuanya.” (Al-Hijr: 42-43)
َ َ َ َ
ُ َ ‫ن يَتَوَل ّوْن‬
‫ه‬ َ ْ ‫ه ع َلَى ال ّذِي‬ ُ ُ ‫سلْطَان‬ َ َّ ‫ إِن‬.‫ن‬
ُ ‫ما‬ َ ْ‫م يَتَوَك ّلُو‬
ْ ِ‫منُوا وَع َلَى َربِّه‬ َ ْ ‫ن ع َلَى ال ّذِي‬
َ ‫نآ‬ ٌ ‫سلْطَا‬
ُ ‫ه‬ َ ْ ‫ه لَي‬
ُ َ‫س ل‬ ُ َّ ‫إِن‬
َ
‫ن‬َ ْ‫شرِكُو‬ ْ ‫م‬ُ ِ‫م بِه‬ ْ ُ‫ن ه‬َ ْ ‫وَال ّذِي‬
“Sesungguhnya setan tidak memiliki kekuasaan atas orang-orang yang
beriman dan orang-orang yang bertawakal kepada Allah. Namun yang
mereka kuasai adalah orang-orang yang menyeleweng dan orang-
orang yang menyekutukan Allah.” (An-Nahl: 99-100)

Islam vs Kufur
Dari uraian di atas, jelas bahwa pertarungan antara iman dan kufur
adalah perjalanan hidup yang mesti terjadi. Karena hal ini merupakan
sunnatullah atas hamba-Nya. Janji penyesatan iblis terhadap Bani
Adam diabadikan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam Al-Qur`an
yang akan dibaca sampai hari kiamat. Hal ini menuntut agar kita
berusaha menjadi orang yang selamat dari keganasan iblis.
Iblis telah berhasil dengan tipu muslihatnya mengeluarkan Nabi Adam
‘alaihissalam dan istri beliau dari surga, kemudian diturunkan oleh
Allah Subhanahu wa Ta’ala ke bumi yang penuh dengan ujian ini.
Dialah yang telah menggoda putra Nabi Adam ‘alaihissalam sehingga
membunuh saudaranya sendiri. Dialah yang tampil menjadi
‘pembimbing’ ulung dalam menyesatkan kaum Nabi Nuh ‘alaihissalam
sehingga terjatuh dalam kesyirikan yang besar sebagaimana dalam
hadits:
َّ َ ‫ أ‬،ُ‫ب بَعْد‬ َ
،‫ل‬ َ ْ ‫مةِ ال‬
ِ َ ‫جنْد‬ َ ْ‫ب بِدَو‬ٍ ْ ‫ت لِكَل‬ ْ َ ‫ما وَد ٌّ كَان‬ ِ ‫ت فِي قَوْم ِ نُوٍْح فِي الْعََر‬ ْ َ ‫ن ال ّتِي كَان‬ ُ ‫ت اْلَوْث َا‬
ِ ‫صاَر‬ َ
َ َ َ
َّ ‫ وَأ‬،ٍ‫سبَإ‬
‫ما‬ َ َ ‫عنْد‬ ِ ‫ف‬ ِ ‫جْر‬ ُ ْ ‫ف بِال‬ٍ ْ ‫م لِبَنِي غُطَي‬ َّ ُ ‫مَراد ٍ ث‬
ُ ِ‫ت ل‬ْ َ ‫ث فَكَان‬ ُ ْ‫ما يَغُو‬َّ ‫ وَأ‬،‫ل‬ ٍ ْ ‫ت لِهُذَي‬ ْ َ ‫سوَاع ٌ كَان‬ ُ ‫ما‬َّ ‫وَأ‬
َ َّ َ ‫ وَأ‬،‫ن‬
‫ن‬
ْ ‫م‬ ِ ‫ن‬
َ ْ ‫حي‬ِ ِ ‫صال‬
َ ‫ل‬ ٍ ‫جا‬َ ِ‫ماءُ ر‬ َ ‫س‬ ْ ‫ أ‬،‫ل ذِي الْكَلَِع‬ ِ ‫ميََر ل‬ ْ ‫ح‬
ِ ِ‫ت ل‬ ْ َ ‫سٌر فَكَان‬ ْ َ ‫ما ن‬ َ ‫مدَا‬ ْ َ‫ت لِه‬ ْ َ ‫يَعُوْقُ فَكَان‬
َ َ ‫شيطَان إلَى قَومه‬ َ
‫سهِم ِ ال ّتِي كَانُوا‬ ِ ِ ‫جال‬
َ ‫م‬ َ ‫صبُوا إِلَى‬ ِ ْ ‫ن ان‬ ِ ‫مأ‬ ْ ِ ِ ْ ِ ُ ْ َّ ‫حى ال‬ َ ْ‫ما هَلَكُوا أو‬ َّ َ ‫قَوْم ِ نُوٍْح فَل‬
َ ِ ‫ك أُولَئ‬ َ َ ‫يجل ِسو‬
ُ ْ ‫خ الْعِل‬
‫م‬ َّ َ ‫ك وَتَن‬
َ ‫س‬ َ َ ‫حتَّى إِذ َا هَل‬ ْ َ ‫م فَفَ َعلُوا فَل‬
َ ْ ‫م تُعْبَد‬ ْ ِ‫مائِه‬ ُّ ‫س‬
ْ ‫موْهَا بِأ‬
َ ‫س‬ َ َ‫صابًا و‬
َ ْ ‫ن أن‬
َ ْ ُ ْ َ
‫ت‬ْ َ ‫ع ُبِد‬
“Berhala-berhala yang ada di bangsa Arab merupakan berhala di kaum
Nabi Nuh. Wadd menjadi milik Bani Kalb di Daumatul Jandal, Suwa’
menjadi berhala milik Bani Hudzail, Yaghuts menjadi milik Bani Murad
kemudian menjadi milik Bani Guthaif di Saba`. Adapun Ya’uq milik Bani
Hamdan, sedangkan Nasr milik Bani Himyar keluarga Dzil Kala’.
Semuanya adalah nama orang-orang shalih dari kaum Nabi Nuh.
Tatkala mereka binasa, setan membisikkan kepada kaum mereka:
‘Dirikanlah berhala-berhala di majelis-majelis mereka, dan namailah
dengan nama-nama mereka.’ Lalu mereka melakukannya, dan ketika
itu belum disembah. Hingga ketika mereka mati dan ilmu lenyap,
semua berhala itu diibadahi.” (HR. Al-Bukhari no. 4539, dari sahabat
Ibnu ‘Abbas radhiyallahu 'anhuma)
Iblis juga telah menanamkan taring permusuhannya kepada para nabi
yang diutus oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala, dengan menjadikan kaki
tangannya dari kalangan manusia sebagai bala tentara yang langsung
berhadapan dengan para nabi tersebut. Seperti kaum Nabi Nuh q,
kaum ‘Ad terhadap Nabi Hud ‘alaihissalam, kaum Tsamud terhadap
Nabi Shalih ‘alaihissalam, kaum Madyan terhadap Nabi Syu’aib
‘alaihissalam, Fir’aun dan bala tentaranya terhadap Nabi Musa
‘alaihissalam, bapak Ibrahim ‘alaihissalam dan kaumnya terhadap
beliau, kaum Nabi Luth ‘alaihissalam, serta kaum jahiliah kepada
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Mereka juga memusuhi orang-
orang yang beriman yang bersama para nabi itu. Di antaranya:
Allah Subhanahu wa Ta’ala mengisahkan tentang Nabi Nuh q dan
kaumnya yang menentang dakwah beliau:θ
ْ ُ ‫ف ع َلَيْك‬
‫م‬ ُ ‫خا‬َ َ ‫ن إِلَهٍ غَيُْره ُ إِن ِّي أ‬ْ ‫م‬ِ ‫م‬ْ ُ ‫ما لَك‬َ ‫ه‬ َ ‫ل يَا قَوْم ِ اعْبُدُوا الل‬ ِ ْ‫حا إِلَى قَو‬
َ ‫مهِ فَقَا‬ َ
َ ‫لَقَد ْ أْر‬
ً ْ‫سلْنَا نُو‬
‫ن‬ٍ ْ ‫مبِي‬
ُ ‫ل‬ ٍ َ ‫ضل‬َ ‫ك فِي‬ َ ‫مهِ إِنَّا لَنََرا‬
ِ ْ‫ن قَو‬ْ ‫م‬ ِ ُ ‫مل‬َ ْ ‫ل ال‬
َ ‫ قَا‬.ٍ‫ب يَوْم ٍ عَظِيْم‬ َ ‫عَذ َا‬
“Sungguh Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya dan dia berkata:
‘Wahai kaumku, sembahlah Allah. Kalian tidak memiliki sesembahan
selain-Nya. Dan aku takut atas azab yang pedih akan menimpa kalian.’
Maka para pembesar dari kaumnya mengatakan: ‘Sesungguhnya kami
melihatmu berada di atas kesesatan yang nyata’.” (Al-A’raf: 59-60)
Allah Subhanahu wa Ta’ala bercerita tentang Nabi Hud dan kaumnya
yang menentang dakwahnya:θ
ُ‫ل ال ْمل‬ َ َ َ ‫وَإِلَى عَاد ٍ أ‬
َ َ ‫ قَا‬.‫ن‬َ ْ‫ن إِلَهٍ غَيُْره ُ أفَل َ تَتَّقُو‬
ْ ‫م‬ ْ ُ ‫ما لَك‬
ِ ‫م‬ َ ‫ه‬َ ‫ل يَا قَوْم ِ اعْبُدُوا الل‬
َ ‫م هُوْدًا قَا‬
ْ ُ‫خاه‬
َ
َ ْ ‫ن الْكَاذِبِي‬
‫ن‬ َ ‫م‬
ِ ‫ك‬ َ ُّ ‫سفَاهَةٍ وَإِنَّا لَنَظُن‬َ ‫ك فِي‬ َ ‫مهِ إِنَّا لَنََرا‬
ِ ْ‫ن قَو‬ ِ ‫ن كَفَُروا‬
ْ ‫م‬ َ ْ ‫ال ّذِي‬
“Dan kepada kaum ‘Ad kami mengutus saudara mereka, Hud. Dia
berkata: ‘Wahai kaumku, sembahlah Allah. Kalian tidak memiliki
sesembahan selain-Nya, dan tidakkah kalian takut?’ Maka para
pembesar yang kafir dari kaumnya berkata: ‘Sesungguhnya kami
melihatmu orang yang bodoh, dan kami menyangka bahwa dirimu
termasuk orang-orang yang berdusta’.” (Al-A’raf: 65-66)

Islam dan Kufur, Dua Nama Yang Tidak Bakal Bersenyawa


Islam adalah agama yang benar dan diridhai Allah Subhanahu wa
Ta'ala, tidak akan mungkin bertemu dengan kekufuran selama-
lamanya. Antara Islam dan agama lainnya ada furqan (jurang pemisah)
yang jauh, yang tidak mungkin akan sejalan dan searah. Menyamakan
antara ridha dengan murka adalah menyelisihi fitrah dan akal sehat.
Menyatukan antara yang haq dan yang batil adalah sebuah kebatilan
dan penyimpangan dari hakikat fitrah yang telah diberikan oleh Allah
Subhanahu wa Ta'ala. Menyamakan antara gelap dan terang adalah
menyelisihi akal setiap manusia. Sehingga, usaha menyatukan dua hal
yang bertentangan dan bertolak belakang ini adalah usaha iblis dalam
menyesatkan Bani Adam.
Islam adalah agama yang diridhai Allah Subhanahu wa Ta'ala,
sementara kekufuran adalah agama yang dimurkai dan dibenci-Nya.
Sebagaimana dalam firman-firman-Nya:
‫م‬ ْ ِ ‫عنْد َ اللهِ اْل‬
ُ َ ‫سل‬ ِ ‫ن‬ َّ ِ ‫إ‬
َ ْ ‫ن الدِّي‬
“Sesungguhnya agama yang benar adalah Islam.” (Ali ‘Imran: 19)
‫ن‬
َ ْ ‫سرِي‬ َ ْ ‫ن ال‬
ِ ‫خا‬ َ ‫م‬ ِ ‫ه وَهُوَ فِي اْل‬
ِ ِ‫خَرة‬ ُ ْ ‫من‬
ِ ‫ل‬ ْ َ ‫سلَم ِ دِيْنًا فَل‬
َ َ ‫ن يُقْب‬ ْ ِ ‫ن يَبْتَِغ غَيَْر اْل‬
ْ ‫م‬
َ َ‫و‬
“Dan barangsiapa mencari selain Islam sebagai agama, maka tidak
akan diterima darinya dan di akhirat dia termasuk orang-orang yang
merugi.” (Ali ‘Imran: 85)
َ َ ‫الْيو‬
‫م دِيْنًا‬ ْ ِ ‫م اْل‬
َ َ ‫سل‬ ُ ُ ‫ت لَك‬
ُ ْ ‫ضي‬
ِ ‫متِي وََر‬ ْ ُ ‫ت ع َلَيْك‬
َ ْ‫م نِع‬ ُ ‫م‬
ْ ‫م‬
َ ْ ‫م وَأت‬ ْ ُ ‫ت لَك‬
ْ ُ ‫م دِيْنَك‬ ُ ْ ‫مل‬
َ ْ ‫م أك‬
َ ْ َ
“Pada hari ini Aku telah sempurnakan bagi kalian agama kalian dan
Aku telah menyempurnakan nikmat-Ku untuk kalian dan Aku ridha
Islam sebagai agama kalian.” (Al-Ma`idah: 5)
َ ‫فَمن يرد الل‬
ِ َ ‫سل‬
‫م‬ ْ ِ ‫صدَْره ُ لِل‬
َ ‫ح‬ ْ َ‫ه ي‬
ْ ‫شَر‬ ُ َ ‫ن يَهدِي‬
ْ ‫هأ‬ُ ِ ِ ُ ْ َ
“Barangsiapa yang Allah inginkan kepadanya hidayah, Allah lapangkan
dadanya dengan Islam.” (Al-An’am: 125)
َ
ِ‫ن َرب ِّه‬ ِ ٍ‫سلَم ِ فَهُوَ عَلَى نُوْر‬
ْ ‫م‬ ْ ِ ‫صدَْره ُ لِل‬
َ ‫ه‬
ُ ‫ح الل‬ َ ‫ن‬
َ ‫شَر‬ َ َ‫أف‬
ْ ‫م‬
“Barangsiapa yang telah dilapangkan dadanya oleh Allah dengan
Islam, maka dia berada di atas cahaya dari Allah.” (Az-Zumar: 22)
‫ضى لِعِبَادِهِ الْكُفَْر‬ ْ ُ ‫ي عَنْك‬
َ ‫م وَل َ يَْر‬ ٌّ ِ ‫ه غَن‬ َّ ِ ‫ن تَكْفُُروا فَإ‬
َ ‫ن الل‬ ْ ِ‫إ‬
“Jika kalian kafir maka sesungguhnya Allah tidak butuh kepada kalian
dan Allah tidak meridhai kekufuran dari hamba-hamba-Nya.” (Az-
Zumar: 7)

Menyamakan Antara Islam dan Selainnya adalah Pembatal Keislaman


Pembatal Islam adalah perkara yang sesungguhnya telah jelas dalam
agama, namun tidak sedikit dari kaum muslimin yang terjatuh
padanya. Hal ini disebabkan karena jauhnya mereka dari pengajaran
agama yang benar, berkuasanya hawa nafsu pada diri mereka,
belenggu taqlid buta dan fanatik, serta munculnya para da’i di pintu
neraka sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
dalam riwayat Al-Imam Al-Bukhari (no. 3338) dan Muslim (no. 3434)
dari shahabat Hudzaifah bin Al-Yaman radhiyallahu 'anhuma.
Sementara ini, pembatal keislaman dalam pandangan kaum muslimin
terbatas pada sembah sujud kepada selain Allah Subhanahu wa Ta’ala
seperti yang dilakukan oleh orang-orang jahiliah atau pindah agama.
Hal ini menyebabkan mereka tidak percaya jika seorang muslim yang
melaksanakan rukun-rukun Islam seperti mengucapkan dua kalimat
syahadat, shalat, berpuasa, berzakat, dan berhaji bisa menjadi kafir
atau murtad dari agama. Padahal itu merupakan sesuatu yang sudah
jelas perkaranya. Terlebih lagi Allah Subhanahu wa Ta’ala telah
menjelaskan dalam firman-Nya:
ُ َ َ ِ ‫م وَأُولَئ‬ َ َ
َ ْ‫ضال ّو‬
‫ن‬ ّ ‫م ال‬
ُ ُ‫ك ه‬ ْ ُ‫ل تَوْبَتُه‬ ْ َ ‫م اْزدَادُوا كُفًْرا ل‬
َ َ ‫ن تُقْب‬ َّ ُ ‫م ث‬
ْ ِ‫مانِه‬ َ ْ ‫ن ال ّذِي‬
َ ْ ‫ن كَفَُروا بَعْد َ إِي‬ ّ ِ‫إ‬
“Sesungguhya orang-orang yang kafir setelah iman mereka kemudian
bertambah kekufurannya, niscaya tidak akan diterima taubatnya dan
mereka termasuk orang-orang yang sesat.” (Ali ‘Imran: 90)
َ َ
َ‫م وَل‬ْ ُ‫ه لِيَغْفَِر لَه‬ُ ‫ن الل‬ ْ َ ‫م اْزدَادُوا كُفًْرا ل‬
ِ ُ ‫م يَك‬ َّ ُ ‫م كَفَُروا ث‬
َّ ُ ‫منُوا ث‬ َّ ُ ‫م كَفَُروا ث‬
َ ‫مآ‬ َّ ُ ‫منُوا ث‬ َ ْ ‫ن ال ّذِي‬
َ ‫نآ‬ ّ ِ‫إ‬
ً‫سبِيْل‬
َ ‫م‬ ْ ُ‫لِيَهْدِيَه‬
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman kemudian menjadi kafir lalu
kemudian beriman lagi kemudian menjadi kafir dan bertambah
kekufurannya, niscaya Allah tidak akan mengampuni mereka dan tidak
akan menunjuki mereka jalan (yang lurus).” (An-Nisa`: 137)
َ ْ ُ‫ق‬
ْ ُ ‫مانِك‬
‫م‬ ْ ُ ‫ ل َ تَعْتَذُِروا قَد ْ كَفَْرت‬.‫ن‬
َ ْ ‫م بَعْد َ إِي‬ َ ْ‫ستَهْزِئُو‬ ْ ُ ‫سوْلِهِ كُنْت‬
ْ َ‫م ت‬ ُ ‫ل أبِاللهِ وَآيَاتِهِ وََر‬
“Katakan: ‘Apakah terhadap Allah, ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya kalian
berolok-olok? Tidak ada alasan bagi kalian, sungguh kalian telah kafir
setelah keimanan kalian’.” (At-Taubah: 65-66)
Ayat-ayat di atas menjelaskan bahwa sangat mungkin seorang yang
beriman menjadi kafir kepada Allah l, bila dia melakukan sesuatu yang
menyebabkan batal Islamnya sekalipun dia masih shalat, berpuasa,
berhaji, dan sebagainya. Ada sepuluh pembatal Islam yang sebagian
ulama menyebutkannya di dalam kitab-kitab mereka. Ini bukan
merupakan suatu batasan, namun mereka menyebutkan hal-hal yang
paling besar bahayanya dan paling banyak terjadi di tengah kaum
muslimin di masa mereka. Di antara sepuluh hal yang mereka
sebutkan adalah:
1. Menyekutukan Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam peribadahan
kepada-Nya.
2. Menjadikan perantara antara dirinya dengan Allah Subhanahu wa
Ta’ala sehingga dia berdoa kepada perantara itu.
3. Orang yang tidak mengkafirkan kaum musyrikin, ragu-ragu terhadap
kekufuran mereka, atau membenarkan madzhab mereka.
4. Meyakini bahwa petunjuk selain petunjuk Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam lebih sempurna daripada petunjuk beliau dan hukum
selain hukum beliau lebih baik daripada hukum beliau, seperti orang
yang mengutamakan hukum buatan orang yang tidak berhukum
dengan hukum Allah.
5. Membenci apa-apa yang datang dari Rasulullah n, walaupun kecil
dan sekalipun dia mengamalkannya.
6. Melecehkan apa-apa yang datang dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wa sallam walaupun sedikit.
7. Sihir.
8. Membela kaum musyrikin dan menolong mereka dalam menghadapi
kaum muslimin.
9. Meyakini bolehnya keluar dari agama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wa sallam sebagaimana keluarnya Khidhir dari ajaran Nabi Musa
‘alaihissalam.
10. Berpaling dari agama Allah Subhanahu wa Ta’ala pada perkara-
perkaranya yang paling inti, artinya dia tidak mau mempelajarinya
atau beramal dengannya.

Sungguh, menyamakan Islam dengan agama selainnya termasuk salah


satu pembatal keislaman dan menyebabkan penyerunya kafir murtad
dari agama.

Bahaya Konsep Menyamakan Islam dengan Selainnya


Sekali lagi, sebuah konsep peneluran iblis ini sangat membahayakan
keyakinan kaum muslimin jika mereka menerimanya. Oleh karena itu,
setiap muslim wajib mengingkari hal tersebut baik dengan lisan atau
tulisan, dan meyakini bahwa ini adalah seruan menuju keingkaran
kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala yang lebih berbahaya dari nuansa
karikatur. Bahaya konsep ini terlihat dari beberapa hal di bawah ini:
Pertama: Penentangan terang-terangan terhadap nash-nash Al-Qur`an
atau hadits shahih yang telah menjelaskan perbedaan antara Islam
dan kufur, haq dan batil, syirik dan tauhid, sunnah dan bid’ah, serta
petunjuk dengan kesesatan, berikut nash-nash yang melarang kita
untuk menyerupai mereka.
َ ُ َ ‫ضل‬
َّ ‫ق إِل َّ ال‬
ْ ُ ‫ل فَأنَّى ت‬
َ ْ‫صَرفُو‬
‫ن‬ َ ْ ‫ماذ َا بَعْد َ ال‬
ِّ ‫ح‬ َ ْ ‫م ال‬
َ َ‫حقُّ ف‬ ُ ُ ‫ه َربُّك‬ ُ ُ ‫فَذَلِك‬
ُ ‫م الل‬
“Demikianlah Allah adalah Rabb kalian yang haq, dan tidaklah setelah
kebenaran melainkan kesesatan. Maka bagaimana kalian dipalingkan?”
(Yunus: 32)
Kedua: Penghinaan terhadap Islam sebagai agama yang benar, dan
sebaliknya memuji agama kekafiran. Tentu ini adalah sebuah kekafiran.
‫م‬ ْ ِ ‫عنْد َ اللهِ اْل‬
ُ َ ‫سل‬ ِ ‫ن‬ َّ ِ ‫إ‬
َ ْ ‫ن الدِّي‬
“Sesungguhnya agama yang benar adalah Islam.” (Ali ‘Imran: 19)
Ketiga: Meruntuhkan kaidah ingkarul mungkar (mengingkari
kemungkaran) dalam agama.
Keempat: Menumbangkan panji jihad, di mana Allah Subhanahu wa
Ta’ala telah memerintahkan kepada kaum mukminin untuk memerangi
orang-orang kafir.
ْ ‫ظ ع َلَيهم و‬ ُّ ِ ‫يَا أَيُّهَا النَّب‬
‫صيُْر‬ َ ْ ‫س ال‬
ِ ‫م‬ ُ َّ ‫جهَن‬
َ ْ ‫م وَبِئ‬ َ ‫م‬
ْ ُ‫مأوَاه‬
َ َ ْ ِْ ْ ُ ‫ن وَاغْل‬ ُ ْ ‫جاهِد ِ الْكُفَّاَر وَال‬
َ ْ ‫منَافِقِي‬ َ ‫ي‬
“Wahai nabi, perangilah orang-orang kafir, munafik dan bersikap
tegaslah kalian terhadap mereka. Dan tempat kembali mereka adalah
Jahannam dan (Jahannam) adalah sejelek-jelek tempat kembali.” (At-
Tahrim: 9)
Dan tentunya masih banyak lagi bahaya-bahaya konsep iblis ini. Dan
ini merupakan ru`usul aqlam (poin-poin yang penting).
Wallahu ta’ala a’lam.

http://www.asysyariah.com/syariah.php?menu=detil&id_online=466

You might also like