You are on page 1of 112

KELAINAN DALAM KEHAMILAN

1. 2. 3. 4.

Kelompok 6: Agustya Dwi Ariani Florencia Adys Resi Trismayenny Trio wicaksono

Kelainan dalam Kehamilan


a. Kelainan dalam lamanya kehamilan b. Kelainan kehamilan lainnya

Kelainan dalam lamanya kehamilan


1. Trimester 1 : - Abortus - Kehamilan Ektopik 2. Trimester 2 : Persalinan Preterm 3. Trimester 3 : Kehamilan Posterm

Kelainan kehamilan lainnya


1. Hiperemesis Gravidarum 2. Mola hidatidosa

KELAINAN DALAM LAMANYA KEHAMILAN

TRIMESTER 1

ABORTUS

Abortus atau Keguguran


Istilah abortus dipakai untuk menunjukkan pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar kandungan. Abortus sebagai pengakhiran kehamilan sebelum janin mencapai berat 500 gram atau usia kehamilan < 20 minggu (terakhir, WHO/FIGO 1998 :22 minggu)

Etiologi Abortus
Penyebab abortus bervariasi umumnya lebih dari satu penyebab, diantaranya sebagai berikut : 1. Penyebab genetik 2. Kelainan kongenital Uterus (penyebab anatomik) 3. Autoimun 4. Defek fase luteal (hormonal) 5. Infeksi 6. Hematologik 7. Faktor lingkungan

Frekuensi abortus
Frekuensi abortus sukar ditentukan karena abortus buatan banyak tidak dilaporkan dan sering dianggap sebagai haid terlambat. Angka kejadian abortus diperkirakan frekuensi dari abortus spontan berkisar 10-15 %.

Patologi Abortus
Perdarahan desidua basalis Nekrosis jaringan sekitarnya Benda Asing Kontraksi Uterus Ekspulsi

Diagnosa Abortus
Diagnosa: Wanita dalam masa reproduksi + perdarahan per vaginam + haid terlambat + mules + tes kehamilan positif. DD: Kehamilan ektopik terganggu, mola hidatidosa, kehamilan dengan kelainan pada servik.

Macam-macam Abortus
Berdasarkan ada tidaknya tindakan 1. Abortus spontan Merupakan abortus yang berlangsung tanpa tindakan 2. Abortus provokatus/buatan Merupakan abortus yang dengan sengaja dilakukan tindakan. Dibagi menjadi 2 kelompok : a. Abortus Provokatus Medisinalis/Artificialis/Therapeuticus b. Abortus Provokatus Kriminalis

Abortus Provokatus Medisinalis/Artificialis/Therapeuticus, abortus yang dilakukan dengan disertai indikasi medik. Di Indonesia yang dimaksud dengan indikasi medik adalah demi menyelamatkan nyawa ibu. Abortus Provokatus Kriminalis, aborsi yang sengaja dilakukan tanpa adanya indikasi medik (ilegal). Biasanya pengguguran dilakukan dengan menggunakan alat-alat atau obat-obat tertentu.

Berdasarkan gejala, tanda, dan proses patologi yang terjadi 1. Abortus Iminens 2. Abortus Insipiens 3. Abortus Inkompletus 4. Abortus Kompletus 5. Missed Abortion 6. Abortus Habitualis 7. Abortus Infeksiosus/Abortus Septik 8. Abortus Servikalis 9. Kehamilan Anembrionik

1. Abortus Iminens
Abortus Imminens adalah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu, dimana hasil konsepsi masih dalam uterus, dan tanpa adanya dilatasi serviks.

Penanganan abortus imminens meliputi : 1. Istirahat baring. 2. Terapi hormon progesteron intramuskular. 3. Pemeriksaan ultrasonografi untuk menentukan apakah janin masih hidup.

2. Abortus Insipiens
Abortus Insipiens adalah peristiwa perdarahan uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan adanya dilatasi serviks uteri yang meningkat tetapi hasil konsepsi masih dalam uterus. Mules dan perdarahan lebih sering. Pengeluaran hasil konsepsi dapat dilaksanakan dengan kuret vakum atau dengan cunam ovum, disusul dengan kerokan.

3. Abortus lnkompletus
Abortus Inkompletus adalah pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa yg tertinggal dalam uterus. Tanda utamanya perdarahan.

Abortus Inkompletus

Dalam penanganannya, apabila abortus inkompletus disertai syok karena perdarahan, segera harus diberikan infus cairan NaCl fisiologis atau cairan ringer yg disusul tranfusi. Setelah syok dilakukan kerokan baru setelah itu diberikan infus ergometrin.

4. Abortus Kompletus
Pada abortus kompletus semua hasil konsepsi sudah dikeluarkan. Pada penderita ditemukan perdarahan sedikit, ostium uteri telah menutup, dan uterus sudah banyak mengecil. Tidak memerlukan pengobatan khusus, hanya bila anemia diberikan tablet sulfas ferrosus 600 mg perhari atau jika anemia berat maka perlu diberikan transfusi darah.

Abortus Kompletus

5. Missed Abortion
Missed abortion adalah kematian janin berusia sebelum 20 minggu, tetapi janin yang telah mati itu tidak dikeluarkan selama 8 minggu atau lebih. Etiologi missed abortion tidak diketahui, tetapi diduga pengaruh hormone progesterone. Pemakaian Hormone progesterone pada abortus iminens mungkin juga dapat menyebabkan missed abortion.

Diagnosis Missed Abortion


Missed abortion biasanya didahului oleh tanda-tanda abortus iminens yang kemudian menghilang secara spontan atau setelah pengobatan. Gejala subyektif kehamilan menghilang. Dengan ultrasonografi dapat ditentukan segera apakah janin sudah mati dan besamya sesuai dengan usia kehamilan. Perhatikan hipofibrigonemia.

Penanganan Missed Abortion


Ketika hasil konsepsi dikeluarkan, perhatikan faktor fibrinogen darah dan keadaan psikologis penderita.

6. Abortus Habitualis
Abortus habitualis adalah abortus spontan yang terjadi 3 kali atau lebih berturut turut. Pada umumnya penderita tidak sukar menjadi hamil, tetapi kehamilannya berakhir sebelum 28 minggu.

7. Abortus Infeksiosus dan Septik


Abortus infeksiousus ialah abortus yg disertai infeksi pada genital sedangkan abortus septik ialah abortus Infeksiosus berat disertai penyebaran kuman atau toksin ke peredaran darah atau peritoneum. Diagnosa: adanya abortus disertai gejala dan tanda infeksi alat genital. Penanganan: segera diberi antibiotik, hendaknya diberi infus dan tranfusi darah.

8. Abortus Servikalis
Pada abortus servikalis keluarnya hasil konsepsi dari uterus dihalangi oleh ostium uteri eksternum yang tidak membuka, sehingga semuanya terkumpul dalam kanalis servikalis dan serviks uteri menjadi besar, kurang lebih bundar, dengan dinding menipis. Pada pemeriksaan ditemukan serviks membesar dan di atas ostium uteri eksternum teraba jaringan. Terapi: dilatasi serviks dengan busi Hegar dan kerokan.

9. Kehamilan Anembrionik (Blighted Ovum)


Kehamilan patologi di mana mudigah tidak terbentuk walaupun kantong gestasi tetap terbentuk Kantong kuning telur juga tidak terbentuk Baru terdeteksi setelah ultrasonografi berkembang Jika tidak dilakukan tindakan, kehamilan akan terus berkembang walaupun tanpa janin di dalamnya Sekitar 14-16 minggu akan terjadi abortus spontan

Diagnosis Kehamilan Anembrionik


Ditegakkan saat usia kehamilan 7-8 minggu bila pada pemeriksaan USG didapatkan kantong gestasi tidak berkembang atau pada diameter 2,5 cm yang tidak disertai gambaran mudigah Evaluasi 2 minggu kemudian Bila tetap tidak dijumpai struktur mudigah atau kantong kuning telur dan diameter kantong gestasi sudah mencapai 25 mm, maka dinyatakan sebagai kehamilan anembrionik

Komplikasi Abortus
1. Anemi oleh karena perdarahan 2. Perforasi karena tindakan kuret 3. Infeksi 4. Syok pendarahan atau syok endoseptik

KEHAMILAN EKTOPIK

Pengertian
Ialah kehamilan dengan ovum yang dibuahi, berimplantasi, dan tumbuh tidak di tempat yang normal yaitu dalam endometrium cavum uteri.

Pembagian Menurut Lokasi


Kehamilan Tuba Kehamilan Ovarium Kehamilan Interstisiil Kehamilan Abdomen

Kehamilan Tuba
Kehamilan tuba merupakan kehamilan ektopik yang paling sering terjadi (90%), khususnya terjadi di ampula dan isthmus tuba fallopi.

Etiologi
Sebab-sebab yang menghambat perjalanan ovum ke uterus sehingga blastokista mengadakan implantasi di tuba: - salpingitis chronica - kelainan bawaan pada tuba: divertikulum, tuba sangat panjang - perlekatan tuba dengan alat-alat sekitarnya - perjalanan telur panjang dan lama

Tuba yang panjang seperti pada hyperplasia uteri Hal-hal yang memudahkan nidasi

Patologi
Mukosa pada tuba bukan merupakan medium yang baik untuk pertumbuhan blastokista, karena vaskularisasi kurang baik dan pertumbuhan desidua tidak sempurna. Implantasi telur dapat bersifat columner, yaitu pada puncak lipatan selaput tuba, dan bersifat intercolumner ialah antara lipatan selaput lendir.

Pada kehamilan ektopik, walaupun uterus tidak terisi mudigah, tetapi uterus tetap mengalami hipertropi pada otot-ototnya akibat pengaruh hormon dan endometriumnya berubah menjadi desidua vera. Perubahan histologis pada endometrium ini mempunyai ciri yang khas untuk membantu diagnosa (Arias Stella).

Kehamilan tuba tidak dapat mencapai cukup bulan, dan biasanya berakhir pada minggu ke6 sampai minggu ke-12 Berakhirnya kehamilan tuba terdapat 2 cara: - Abortus Tuba - Ruptur Tuba

Abortus Tuba
Biasanya terjadi pada kehamilan dalam ampulla, dimana telur tertanam columner sehingga telur akan tumbuh ke arah rongga tuba dan menembus pseudokapsularis (desidua kapsularis) dan menyebabkan perdarahan dalam lumen tuba.

Perjalanan selanjutnya adalah : Absorbsi lengkap secara spontan. Absorbsi lengkap secara spontan melalui ostium tubae menunju cavum peritoneum. Abosrbsi sebagian sehingga terdapat konsepsi yang terbungkus bekuan darah yang menyebabkan distensi tuba. Pembentukan tubal blood mole.

Perdarahan yang terjadi dapat menyebabkan: - pembesaran tuba (hematosalping) - darah terus mengalir ke rongga peritoneum, berkumpul di kavum Douglas sehingga menyebabkan hematokele retrouterine.

Ruptur Tuba
Biasanya terjadi pada kehamilan dalam isthmus, dimana telur tertanam intercolumner sehingga telur akan tumbuh menembus dinding tuba ke arah rongga perut (karena rongga tuba kecil) dan menyebabkan luka pada dinding tuba dan perdarahan dalam rongga perut.

Gambaran Klinik
Amenorea diikuti perdarahan Perdarahn yang terjadi tidak banyak tapi berlangsung cukup lama dan berwarna hitam Uterus membesar dan lembek seperti kehamilan intrauterin Rasa nyeri kiri atau kanan perut bagian bawah

Abortus Tuba - tidak begitu mendadak - timbul perdarahan dr uterus berwarna hitam - kavum Douglas menonjol ke vagina - rasa nyeri di samping uterus bertambah kuat - timbul nyeri yang cukup kuat jika serviks uteri digerakkan - tempat adanya hematosalping terasa nyeri pada saat palpasi

Ruptur Tuba - terjadi dengan mendadak - keadaan penderita umumnya lebih gawat - anemi lebih tampak - kadang-kadang penderita dalam keadaan syok, dengan suhu menurun, nadi cepat, tekanan darah turun, dan bagian perifer terasa dingin - perut agak membesar - rangsangan peritoneum dengan rasa nyeri yang kuat saat palpasi - uterus tidak dapat diraba dengan jelas - gerakan pada serviks nyeri sekali - cavum Douglas sangat menonjol

Pemeriksaan Penunjang
Tes Kehamilan Dilatasi dan Kerokan Laparoskopi USG Kuldosentesis (punksi kavum Douglas)

Penatalaksanaan
Laparotomi : eksisi tuba yang berisi kantung kehamilan (salfingo-ovarektomi) atau insisi longitudinal pada tuba dan dilanjutkan dengan pemencetan agar kantung kehamilan keluar dari luka insisi dan kemudian luka insisi dijahit kembali. Laparoskop : untuk mengamati tuba falopii dan bila mungkin lakukan insisi pada tepi superior dan kantung kehamilan dihisap keluar tuba.

Kehamilan Ovarium
Jarang terjadi Terjadi apabila spermatozoon memasuki folikel de Graaf yg baru saja pecah dan menyatukan diri dengan ovum yang masih tinggal dalam volikel Nasib ovum yang dibuahi ini akan mati atau terjadi ruptura

Kehamilan Interstitial
Jarang terjadi Implantasi telur terjadi dalam pars interstitialis tuba Ruptur lebih lambat terjadi, kira-kira pada bulan ke-3 sampai ke-4, karena lapisan myometrium disini lebih tebal

Kehamilan Abdomen
Terjadi kira-kira 1 dari 1500 kehamilan Kehamilan abdominal dapat dibagi 2: - kehamilan abdominal primer, dimana telur dari awal mengadakan implantasi dalam rongga perut - kehamilan abdominal sekunder, dimana asalnya dari kehamilan tuba dan setelah ruptur baru menjadi kehamilan abdominal

Nasib janin yang mati intra-abdominal; - terjadi pernanahan; kantong kehamilan menjadi abses dan pecah melalui dinding usus atau kandung kencing - terjadi pengapuran (kalsifikasi); anak yg mati mengapur menjadi keras karena endapan garam kapur sehingga berubah menjadi anak batu (lithopaedion) - terjadi perlemakan; janin berubah menjadi zat kuning sepeti minyak kental (adipocere)

Gejala-gejala: - terdapat segala tanda kehamilan tetapi pasien lebih menderita - sakit perut yang hebat pada KAS, terjadi pada saat ruptur tuba - pergerakan anak terasa sangat nyeri - bunyi jantung anak lebih jelas terdengar - bagian anak lebih mudah diraba

TRIMESTER 2

PERSALINAN PRETERM

Etiologi
1. Hipertensi 2. Perkembangan janin terhambat 3. Kelainan plasenta: Solusio plasenta, plasenta previa 4. Kelainan rhesus 5. Diabetes

Kondisi yg menimbulkan kontraksi: 1. Kelainan bawaan uterus 2. Ketuban pecah dini 3. Serviks inkompeten 4. Kehamilan kembar

Faktor resiko persalinan Preterm


Risiko Demografis Ras bukan kulit putih Usia <17 th, > 35 th Status sosial ekonomi rendah Hamil tanpa pernikahan Tingkat pendidikan yg rendah

Faktor resiko persalinan Preterm


RISIKO BIOFISIK Riwayat persalinan preterm sebelumnya Riwayat abortus Grande multigravida Rendahnya hormon progesteron

Lanjutan

Kelainan uterus Inkompeten serviks Paparan bahan toksik atau berbahaya Penyakit pada kehamilan; diabetes, hipertensi, anemia Tinggi badan dan berat badan yg kurang

Faktor resiko persalinan Preterm


Risiko perilaku dan psikososial Kurang nutrisi Kebiasaan merokok > 10 batang/hari Perawatan prenatal yg tidak adekuat Aktifitas fisik berat Stressor hidup yang berlebihan

Pencegahan persalinan Preterm


Pendidikan Pemeriksaan dan pelayanan antenatal care Memperbaiki makan Menghindarkan kerja berat selama hamil

Penanganan Persalinan Preterm


Penanganan Umum 1. Lakukan evaluasi. 2. Konfirmasi Prinsip Penanganan. 1. Hentikan kontraksi uterus 2. Persalinan berjalan terus,penanganan dilanjutkan

TRIMESTER 3

KEHAMILAN POSTTERM

Kehamilan Postterm
Kehamilan post matur menurut Prof. Dr. dr. Sarwono Prawirohardjo adalah kehamilan yang melewati 294 hari atau lebih dari 42 minggu lengkap di hitung dari HPHT.

Etiologi
Penyebab pasti belum diketahui, namun faktor yang dikemukakan adalah : 1. Hormonal yaitu kadar progesteron tidak cepat turun walaupun kehamilan telah cukup bulan sehingga kepekaan uterus terhadap oksitosin berkurang. 2. Herediter karena postterm sering dijumpai pada suatu keluarga tertentu 3. kortisol Kadar kortisol pada darah bayi yang rendah sehingga disimpulkan kerentanan akan stress merupakan faktor tidak timbulnya His 4. Kurangnya air ketuban 5. Insufiensi plasenta

Permasalahan Kehamilan Postterm


1. 2. 3. 4. Pertumbuhan janin makin lambat Terjadi perubahan metabolisme janin Air ketuban berkurang dan makin kental Sebagian janin bertambah berat, serhingga memerlukan tindakan persalinan 5. Berkurangnya nutrisi dan O2 ke janin 6. Saat persalinan janin lebih mudah mengalami asfiksia.

Tanda Bayi Postterm


Tanda postterm dapat di bagi dalam 3 stadium (Sarwono Prawirohardjo) : Stadium I Kulit menunjukkan kehilangan verniks kaseosa Stadium II Gejala di atas disertai pewarnaan mekonium

Stadium III Terdapat pewarnaan kekuningan pada kuku, kulit dan tali pusat

Diagnosa Kehamilan Postterm


1. Bila tanggal HPHT di catat dan diketahui wanita hamil, diagnosis tidak sukar 2. Dengan pemeriksaan antenatal 3. USG, Amnioskopi, Kardiotografi, Uji Oksitosin (stress test) dll.

Penatalaksanaan K. Posterm
1. Setelah usia kehamilan > 40-42 minggu = monitoring. 2. Apabila tidak ada tanda-tanda insufisiense plasenta, persalinan spontan dapat ditunggu dengan pengawasan ketat 3. Lakukan pemeriksaan dalam untuk menilai kematangan serviks 4. Pertimbangkan seksio sesarea

KELAINAN KEHAMILAN LAINNYA

Hiperemesis Gravidarum

Deskripsi
Mual muntah yang terjadi pada awal kehamilan sampai umur kehamilan 20 minggu Frekuensinya lebih dari 10 kali dalam 24 jam Apa yang dimakan dan diminum dikeluarkan semua sehingga mempengaruhi keadaan umum dan mengganggu pekerjaan seharihari, berat badan menurun, dehidrasi, dan terdapat aseton dalam urin

Etiologi
Belum diketahui secara pasti tapi erat hubungannya dengan endokrin, biokimiawi, dan psikologis

Faktor yang mempengaruhi


Faktor predisposisi yang sering dikemukakan adalah primigravida, mola hidatidosa dan kehamilan ganda. Frekuensi yang tinggi pada mola hidatidosa dan kehamilan ganda memimbulkan dugaan bahwa faktor hormon memegang peranan, karena pada kedua keadaan tersebut hormon Khorionik gonadotropin dibentuk berlebihan.

Faktor Organik yaitu masuknya vili khorialis dalam sirkulasi maternal dan perubahan metabolik akibat hamil serta resistensi yang menurun dari pihak ibu tehadap perubahan ini

Faktor alergi sebagai salah satu respon dari jaringan ibu terhadap anak Faktor psikologik memegang peranan yang penting pada penyakit ini misalnya rumah tangga retak, kehilangan pekerjaan, takut terhadap kehamilan dan persalinan, takut terhadap tanggug jawab sebagai ibu.

Klasifikasi
1. Tingkat I Muntah terus-menerus Intoleransi terhadap makanan dan minuman Berat badan menurun Nyeri epigastrium Muntah pertama keluar makanan, lendir dan sedikit cairan empedu, dan terakhir keluar darah Nadi meningkat sampai 100x/menit Tekanan darah sistolik menurun Mata cekung, lidah kering, turgor kulit berkurang Urin sedikit tetapi masih normal

2.

Tingkat II Gejala lebih berat Apa yang dimakan dan diminum dimuntahkan Haus yang hebat Subfebril Nadi cepat dan lebih dari 100-140x/menit Tekanan darah sistolik kurang dari 80 mmHg Apatis Kulit pucat, lidah kotor Kadang ikterus Aseton dan Bilirubin dalam urin Berat badan cepat menurun

3.

Tingkat III Gangguan kesadaran (delirium-koma) Muntah berkurang atau berhenti Dapat terjadi ikterus Sianosis Nistagmus Gangguan Jantung Bilirubin dan proteinuria dalam urin

Diagnosis
Amenore disertai muntah hebat Fungsi vital : nadi meningkat 100x/menit, tekanan darah turun pada keadaan berat, subfebril, dan gangguan kesadaran (apatis-koma) Fisik : dehidrasi, kulit pucat, ikterus, sianosis, berat badan menurun, pada vaginal toucher uterus besar sesuai besarnya kehamilan, konsistensi lunak, pada pemeriksaan inspakulo serviks berwarna biru (livide) Pemeriksaan USG : kemungkinan kehamilan kembar atau mola hidatidosa Laboratorium : kenaikan relatif hemoglobin dan hematokrit, shift to the left, benda keton dan proteinuria Hiperemesis berat : konsultasi psikologi

Prognosis
Untuk menilai maju mundurnya pasien dengan adanya aseton dan acidum diacelicum dalam urine dan berat badan. Dengan terapi baik, prognosa hiperemesis gravidarum juga baik.

Rumus King
Penyembuhan = W+P+T F+Ps W = waktu P = pengertian T = terapi F = kerusakan keseimbangan fisiologis Ps = Faktor-faktor psikologis
(UNPAD)

Jadi, menurut King penyembuhan dibantu oleh : 1. Waktu : makin tua kehamilan, makin besar kemungkinan sembuh 2. Pengertian : pengertian dan pendekatan dari dokter dan perawatan terhadap penderita 3. Terapi : misalnya obat yang dapat mengurangi pengaruh faktor psikologis

Yang merintangi pnyembuhan penyakit : 1. Kerusakan keseimbangan fisiologis 2. Faktor psikologis yang negatif

Gejala Klinik
Mulai terjadi pada trimester pertama Nausea, muntah, penurunan berat badan Ptialism (saliva berlebihan) Tanda-tanda dehidrasi : hipertensi postural, takikardi Hiponatremi Hipokalemi Peningkatan hematokrit Hipertiroid dan LFT abnormal dapat dijumpai

Resiko
1. Maternal Defisiensi tiamin (B1) menyebabkan terjadinya diplopia, palsi nervus ke-6, nistagmus, ataksia, dan kejang. Jika tidak segera ditangani akan terjadi psikosis Korsakoff (amnesia, menurunnya kemampuan untuk beraktivitas) ataupun kematian Fetal Penurunan berat badan yang kronis akan meningkatkan kejadian gangguan pertumbuhan janin dalam rahim (IUGR)

2.

Manajemen
Hiperemesis berat dianjurkan dirawat di Rumah Sakit Stop makanan per oral 24-48 jam Infus glukosa 10% atau 5% : RL=2:1, 40 tetes/menit

Obat
Vitamin B1, B2, dan B6 masing-masing 50-100 mg/hari/infus Vitamin B12 g / hari/infus , vitamin C 200 mg/hari/infus Fenobarbital 30 mg I.M. 2-3 x/hari atau klorpromazin 25-50 mg/hari I.M. atau kalau diperlukan diazepam 5 mg 2 3x/hari I.M. Antiemetik : prometazin (avopreg) 2-3 x 25 mg/hari/oral atau proklorperazin (stemetil) 3x 3mg/hari/oral atau mediamer B6 3x/hari/oral Antasida : asidirin 3 x 1 tablet/hari/oral atau milanta 3 x 1 tablet/hari/oral atau magnam 3 x 1 tablet/hari/oral

Diet
Diet hiperemesis I diberikan pada hiperemesis tingkat III . Makanan hanya berupa roti kering dan buah buahan . Cairan tidak diberikan bersama makanan tetapi 1 2 jam sesudahnya . Makanan ini kurang mengandung zat gizi , kecuali vitamin C sehingga hanya diberikan selama beberapa hari.

Lanjutan...

Diet hiperemesis II diberikan bila rasa mual dan muntah berkurang. Secara berangsur mulai diberikan bahan makanan yang bernilai gizi tinggi. Minuman tidak di berikan bersama makanan. Makanan ini rendah dalam semua zat tinggi , kecuali vitamin A dan D. Diet hiperemesis III diberikan kepada penderita dengan hiperemesis ringan. Menurut kesanggupan penderita minuman boleh diberikan bersama makanan . makanan ini cukup dalam semua zat gizi , kecuali kalsium.

Rehidrasi dan suplemen vitamin


Pilihan cairan adalah normal salin [ NaCI 0,9% ] Cairan dekstrose tidak boleh diberikan karena tidak mengandung sodium yang cukup untuk mengoreksi hiponatremia Suplemen potasium boleh diberikan secara intravena sebagai tambahan Suplemen tiamin diberikan secara oral 50 mg atau 100 mg atau 150 mg dilarutkan kedalam 100 cc NaCI Urin output juga harus dimonitor dan perlu dilakukan pemeriksaan dipstik untuk mengetahui terjadinya ketonuria.

Antiemesis
dopamin antagonis (metoklopramid , domperidon) fenotiazin (klorpromazin , proklorperazin) antikolinergik (disiklomin) antihistamin H1 reseptor antagonis (prometazin ,siklizin) bila masih tetap tidak memberikan respons , dapat juga digunakan kombinasi kortikosteroid dengan reseptor antagonis 5 Hidrokstriptamin ( 5-HT 3) (ondansetron , sisaprid).

Mola Hidatidosa

Pengertian
Mola hidatidosa adalah chorionic villi (jonjotan/gantungan) yang tumbuh berganda berupa gelembung-gelembung kecil yang mengandung banyak cairan sehingga menyerupai buah anggur atau mata ikan. Karena itu disebut juga hamil anggur atau mata ikan. (Mochtar, Rustam, dkk, 1998 : 238)

Mola hidatidosa adalah kehamilan abnormal, dengan ciri-ciri stoma villus korialis langka, vaskularisasi dan edematus. Janin biasanya meninggal akan tetapi villus-villus yang membesar dan edematus itu hidup dan tumbuh terus, gambaran yang diberikan adalah sebagai segugus buah anggur. (Wiknjosastro, Hanifa, dkk, 2002 : 339)

Gejala
Derajat keluhan mual muntah lebih hebat Uterus lebih besar dari usia kehamilan Perdarahan mrpk gejala utama Terjadi pada bulan 1-7, rata2 usia kehamilan 12-14 minggu Gejala gejala hipertitoidisme seperti intoleransi panas, gugup, penurunan BB yang tidak dapat dijelaskan, tangan gemetar dan berkeringat, kulit lembab Gejala gejala pre-eklampsi seperti pembengkakan pada kaki dan tungkai, peningkatan tekanan darah, proteinuria

Etiologi
Faktor ovum : ovum memang sudah patologik sehingga mati, tetapi terlambat dikeluarkan. Imunoselektif dari tropoblast Keadaan sosio-ekonomi yang rendah Paritas tinggi Kekurangan protein Infeksi virus dan faktor kromosom yang belum jelas (Mochtar, Rustam ,1998 : 238)

Klasifikasi
Mola hidatidosa komplit

Villi korion berubah menjadi massa vesikel dengan ukuran bervariasi dari sulit terlihat sehingga diameter beberapa centimeter. Histologinya memiliki karekteristik, yaitu : Terdapat degenerasi hidrofik & pembengkakan stroma villi Tidak ada pembuluh pada villi yang membengkak Proliferasi dari epitel trofoblas dengan bermacam2 ukuran Tidak adanya janin atau amnion

Mola Hidatidosa parsial Masih tampak gelembung yang disertai janin atau bagian dari janin. Umumnya janin masih hidup dalam bulan pertama. Tetapi ada juga yang hidup sampai aterm. Pada pemeriksaan histopatologik tampak di beberapa tempat villi yang edema dengan sel trofoblas yang tidak begitu berproliferasi, sedangkan tempat lain masih banyak yang normal.

Tes diagnostik
1. Pemeriksaan kadar beta hCG : pada mola terdapat peningkatan kadar beta hCG darah atau urin 2. Uji Sonde : Sonde (penduga rahim) dimasukkan pelan-pelan dan hati-hati ke dalam kanalis servikalis dan kavum uteri. Bila tidak ada tahanan, sonde diputar setelah ditarik sedikit, bila tetap tidak ada tahanan, kemungkinan mola (cara Acosta-Sison) 3. Foto rontgen abdomen : tidak terlihat tilangtulang janini (pada kehamilan 3 4 bulan

4. Ultrasonografi : pada mola akan terlihat badai salju (snow flake pattern) dan tidak terlihat janin 5. Foto thoraks : pada mola ada gambaram emboli udara 6. Pemeriksaan T3 dan T4 bila ada gejala tirotoksikosis (Arif Mansjoer, dkk, 2001 : 266

Terapi
Perbaikan keadaan umum Transfusi darah jika anemia atau syok Menghilangkan penyulit seperti preeklampsia dan tirotoksikosa Evakuasi Mola Kuret hisap (Vakum) : Sambil diberikan uterotonika untuk memperbaiki kontraksi, sedia darah Histerektomi : cukup umur atau cukup anak, bila ditemukan tanda2 keganasan berupa mola invasif

Profilaksis dengan sitostatika Kasus mola dengan resiko tinggi akan terjadinya keganasan, atau pada pemeriksaan Patologi Anatomi ditemukan mencurigakan tanda keganasan Methotrexate atau actinomycin D Dapat menghindarkan keganasan dengan metastasis, mengurangi koriokarsinoma diuterus sebanyak 3x

Follow up
Dianjurkan untuk tidak hamil 1 tahun Kondom atau pil KB Pemeriksaan -hCG berkala dan radiologi

TERIMA KASIH

You might also like