You are on page 1of 16

BAB I PENDAHULUAN 1.

1 Latar Belakang Sesuai dengan strategi Indonesia sehat tahun 2010 dan kebutuhan pembangunan sektor kesehatan di era desentralisasi ini, Departemen Kesehatan Republik Indonesia sudah menetapkan visi dan misi Puskesmas. Visi pembangunan kesehatan melalui Puskesmas adalah terwujudnya Kecamatan sehat tahun 2010. Kecamatan sehat merupakan gambaran masyarakat kecamatan masa depan yang hidup di lingkungan yang sehat dan prilaku hidup masyarakat yang juga sehat, mampu menjangkau pelayanan kesehatan yang ada di wilayahnya serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.1 Pencapaian visi Indonesia 2010 dapat dicapai dengan menggerakan Puskesmas sebagai pelaksana teknis Dinas Kesehatan terbawah yang memiliki enam kewajiban yang harus dilaksanakan, yaitu upaya promosi kesehatan, kesehatan lingkungan (kesling), kesehatan ibu anak dan keluarga berencana, perbaikan gizi masyarakat, pencegahan dan pemberantasan penyakit menular, serta pengobatan.2 Program Kesehatan Lingkungan pada masyarakat adalah bagian dari program pembangunan kesehatan nasional. Tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan derajat kesehatan dan kemandirian masyarakat dalam pemeliharaan kesehatan dengan titik berat pada upaya peningkatan kualitas hidup dan pencegahan penyakit disamping pengobatan dan pemulihan. Indikator yang akan dicapai adalah meningkatnya kesadaran masyarakat tentang pola hidup bersih dan sehat, meningkatnya industri dan tempat-tempat umum yang sehat, menurunnya angka penyakit diare, demam berdarah dan penyakit akibat kurang sehatnya lingkungan di sekitar masyarakat.3 Di Puskesmas Harapan Raya program Kesling yang dilaksanakan di Puskesmas Harapan Raya secara umum yaitu pengawasan terhadap tempat-tempat umum (TTU), pengawasan terhadap tempat pengolahan makanan (TPM) dan pengawasan terhadap industri rumah tangga. Program yang dituangkan dalam tugas intregasi kepada petugas Kesling adalah melaksanakan program UKS, melaksanakan kunjungan TK, melaksanakan kunjungan SD, melaksanakan kunjungan rumah, melaksanakan kunjungan TTU, melaksanakan kunjungan TPM, serta penanggulangan Demam Berdarah Dengue (DBD).4 Berdasarkan Laporan Evaluasi Program Kerja Puskemas Harapan Raya mengenai program Kesling dan P2P pada tahun 2007 menunjukan 90% warga memiliki sumber air bersih, 98.80% warga memiliki jamban dan 89.77% warga memiliki sistem pengelolaan air limbah dengan baik. Sanitasi pada TTU telah mencapai 100% memenuhi syarat. Tempat pembuangan sampah (TPS) sementara warga dalam kodisi yang sangat baik yaitu mencapai 100% untuk 2 TPS yang diawasi oleh Kesling. Jumlah persentase air bersih yang memenuhi persyaratan didapatkan angka 100%,

dan perincian sarana ibadah yang baik juga mencapai 100%, sedangkan untuk penyakit berbasis lingkungan terbanyak adalah demam berdarah 63 kasus, diare 59 kasus dan 18 kasus scabies.5 Kegiatan yang dilakukan untuk penanggulangan DBD di wilayah kerja Puskesmas Harapan Raya adalah penyelidikan epidemiologi (PE), pemeriksaan jentik di rumah pada daerah adanya kasus, fogging, dan pemberiaan bubuk abate. Dari data evaluasi Puskesmas tahun 2007 mengenai pemeriksaan jentik berkala (PJB) dinyatakan 0% dilaksanakan dan promosi kesehatan mengenai DBD (penyuluhan 3M plus dan pola penularan penyakit DBD) di Puskesmas Harapan Raya dilaksanakan apabila terjadi kasus.4 Seharusnya menurut Departemen Kesehatan harus dilakukan PJB dan penyuluhan 3M minimal setiap 3 bulan sekali oleh Puskesmas sebagai upaya penanggulangan DBD.6 Berdasarkan observasi dan wawancara, maka penulis merasa perlu untuk meningkatkan mutu pelaksanaan program penangulangan DBD oleh Puskesmas Harapan Raya, terutama program pemeriksaan jentik berkala (PJB), mengingat kasus demam berdarah dengue menempati peringkat pertama dari penyakit berbasis lingkungan di wilayah kerja Puskesmas Harapan Raya Pekanbaru. 1.2 Tujuan Kegiatan 1.2.1 Tujuan umum Optimalisasi pelaksanaan kegiatan PJB di lingkungan kesehatan Puskesmas Harapan Raya. 1.2.2 Tujuan khusus 1. Teridentifikasinya masalah di kegiatan PJB melalui data sekunder, wawancara dan observasi. 2. Teranalisisnya setiap permasalahan yang ada di kegiatan PJB. 3. Diperolehnya penyebab timbulnya masalah utama yang dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan PJB melalui data sekunder, pendekatan/metode wawancara dan observasi. 4. Diperolehnya beberapa solusi dan alternative pemecahan masalah pada kegiatan PJB. -

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kesehatan Lingkungan Menurut World Health Organization (WHO), kesehatan lingkungan adalah suatu keseimbangan ekologi yang harus ada antara manusia dan lingkungan agar dapat menjamin keadaan sehat dari manusia.7 Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan Indonesia (HAKLI) mendefinisikan kesehatan lingkungan sebagai suatu kondisi lingkungan yang mampu menopang keseimbangan ekologi yang dinamis antara manusia dan lingkungannya untuk mendukung tercapainya kualitas hidup manusia yang sehat dan bahagia.8 Terdapat 17 ruang lingkup kesehatan lingkungan menurut World Health Organization (WHO), yaitu :7 1. Penyediaan air minum 2. Pengelolaan air buangan dan pengendalian pencemaran 3. Pembuangan sampah padat 4. Pengendalian vektor 5. Pencegahan/pengendalian pencemaran tanah oleh ekskreta manusia 6. Higiene makanan, termasuk higiene susu 7. Pengendalian pencemaran udara 8. Pengendalian radiasi 9. Kesehatan kerja 10. Pengendalian kebisingan 11. Perumahan dan pemukiman 12. Aspek kesling dan transportasi udara 13. Perencanaan daerah dan perkotaan 14. Pencegahan kecelakaan

15. Rekreasi umum dan pariwisata 16. Tindakan-tindakan sanitasi yang berhubungan dengan keadaan epidemi/wabah, bencana alam dan perpindahan penduduk 17. Tindakan pencegahan yang diperlukan untuk menjamin lingkungan. Di Indonesia, berdasarkan undang-undang No. 23 tahun 1992 tentang Pokok-Pokok Kesehatan pasal 22 ayat 3 menyebutkan bahwa kesehatan lingkungan meliputi kegiatan/program penyehatan air dan udara, pengamanan limbah padat, limbah cair, limbah gas, radiasi, kebisingan, pengendalian vektor penyakit dan penyakit berbasis lingkungan, dan penyehatan atau pengamanan lainnya.9,10 Masalah kesehatan berbasis lingkungan disebabkan oleh kondisi lingkungan yang tidak memenuhi syarat kesehatan baik kualitas maupun kuantitasnya, serta perilaku hidup bersih dan sehat masyarakat yang masih rendah, mengakibatkan penyakit berbasis lingkungan seperti diare, ISPA, TB Paru, DBD dan lain-lain. Di samping itu juga disebabkan oleh pola pelayanan kesehatan yang masih menitik beratkan pada pelayanan kuratif. Bila melihat kondisi lingkungan yang kurang sehat dan perilaku hidup bersih dan sehat masyarakat yang masih rendah, maka perlu adanya program kegiatan terobosan yang dapat memacu peningkatan kualitas lingkungan yang lebih baik, sehingga dapat menekan kejadian penyakit yang berbasis lingkungan. Program kegiatan Siaga Kesehatan Lingkungan (Siaga Kesling) yang merupakan kegiatan yang bertujuan meningkatkan kualitas lingkungan dengan melibatkan peran serta masyarakat agar masyarakat terlindungi dari masalah penyakit yang berbasis lingkungan. Tujuan khusus dari kegiatan Siaga Kesling adalah :11 1. Meningkatnya perilaku masyarakat dalam berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). 2. Penanggulangan masalah kesehatan ke arah upaya preventif dan promotif. 3. Meningkatnya gerakan masyarakat dalam upaya penanggulangan masalah kesehatan lingkungan. 4. Menurunnya penyakit berbasis lingkungan. 5. Penyebarluasan informasi mengenai kesehatan lingkungan dan meningkatkan pengetahuan tentang kesehatan lingkungan kepada masyarakat. 2.2 Demam Berdarah Dengue Demam berdarah dengue (DBD) atau dengue haemorrhagic fever (DHF) adalah penyakit yang terdapat pada anak dan dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan sendi, yang biasanya memburuk setelah dua hari pertama. Uji tourniquet dengan atau tanpa ruam disertai beberapa atau semua gejala perdarahan sepeti petekie spontan yang timbul serentak, purpura, ekimosis,

epitaksis, hematemesis, melena, trombositopenia, masa perdarahan dan masa protrombin yang memanjang, hematokrit meningkat dan gangguan maturasi megakariosit. Etiologi dari penyakit ini adalah virus dengue yang tergolong dalam famili/suku/grup flaviviridae dan dikenal ada 4 serotipe.12 Vektor utama dengue di Indonesia adalah nyamuk Aedes aegypti, disamping juga dilaporkan Aedes albopictus sebagai vektor. Vektor ini bersarang di bejaa-bejana yang berisi air jernih, tidak mengalir dan tawar seperti bak mandi, drum penampung air, kaleng bekas dan lain-lain. Adanya vektor tersebut berhubungan dengan beberapa faktor, antara lain :12 1. Kebiasaan masyarakat menampung air bersih untuk keperluan sehari-hari. 2. Sanitasi lingkungan yang kurang baik 3. Penyediaan air bersih yang langka Daerah yang terserang DBD adalah wilayah yang ada penduduknya, karena :12 1. Antar rumah jaraknya berdekatan, yang memungkinkan penularan karena jarak terbang Aedes aegypti berkisar antara 40-100 meter. 2. Aedes aegypti betina mempunyai kebiasaan menggigit berulang (multiple bitters), yaitu menggigit beberapa orang secara bergantian dalam waktu yang singkat. 2.3 Pengendalian Vektor DBD Pengendalian vektor DBD adalah semua kegiatan yang bertujuan untuk menekan kepadatan nyamuk dan jentik nyamuk yang berperan sebagai vektor penyakit DBD di rumah atau bangunan yang meliputi perumahan, perkantoran, tempat umum, sekolah, gudang, dan sebagainya.13 Untuk memutuskan rantai penularan, pemberantasan vektor dianggap cara paling memadai saat ini. Vektor demam berdarah dengue khususnya Aedes aegypti sebenarnya mudah diberantas karena sarang-sarangnya terbatas di tempat yang berisi air bersih dan jarak terbang maksimal dari nyamuk ini hanya 100 meter. Tetapi karena vektor tersebar luas maka untuk keberhasilan pemberantasan perlu dilakukan total coverage (meliputi seluruh wilayah) agar nyamuk tak dapat berkembang biak lagi.12 Langkah-langkah kegiatan berhubungan dengan pengendalian vektor demam berdarah dengue yang ditetapkan oleh Departemen Kesehatan RI, yaitu :13 1. Surveilans tempat perindukan vektor - Pendataan rumah/bangunan di wilayah kerja

- Pemeriksaan tempat perindukan vektor pada rumah/bangunan - Pengolahan data hasil pemeriksaan tempat perindukan vektor - Rekomendasi kepada petugas kesehatan dan sektor terkait - Laporan kepada atasan langsung dan sektor terkait - Penyebarluasan (sosialisasi, diseminasi informasi) hasil surveilans/pengamatan kepada lintas program dan lintas sektor maupun swasta dan masyarakat. 2. Pengendalian vektor - Investigasi rumah/bangunan dan lingkungan yang potensial jentik di wilayah kerja melalui survey lingkungan, sosekbud, dan survei entomologi. - Menentukan jenis pengendalian vektor sesuai dengan permasalahan di wilayah kerja. - Melakukan pemberantasan vektor sesuai dengan jenisnya. 3. Penyuluhan dan penggerakan masyarakat - Melakukan identifikasi masalah sesuai dengan sasaran - Menentukan jenis media penyuluhan sesuai dengan sasaran - Menentukan materi penyuluhan pengendalian vektor - Melaksanakan penyuluhan dan penggerakan masyarakat dalam rangka pengendalian vektor khususnya tempat perindukan - Menghimpun feed back (umpan balik) yang diberikan oleh sasaran. 4. Sosialisasi, advokasi, dan kemitraan - Melakukan pertemuan untuk sosialisasi terhadap lintas program, lintas sektor terkait, swasta dan masyarakat. - Menentukan jumlah dan jenis peraturan/pedoman yang akan disosialisasikanMelakukan advokasi terhadap pengambil keputusan di tingkat kec.maupun kab/kota - Menjalin jejaring kerjasama baik thp lintas sektor maupun swasta - Hasil sosialisasi dilaporkan kepada atasan langsung dan sektor terkait. 5. Monitoring dan evaluasi

- Pemantauan secara terus menerus terhadap hasil survailans tempat perindukan - Pembinaan teknis terhadap pemerintah (dinas kesehatan, puskesmas), swasta dan masyarakat. 6. Peningkatan SDM - Menentukan jenis pelatihan yang sesuai dengan peserta yg dilatih - Melaksanakan pelatihan pengendalian vektor. Langkah-langkah kegiatan penanggulangan kasus demam beradarah dengue di wilayah kerja Puskesmas meliputi penyelidikan epidemiologi (PE) yaitu pencarian penderita/tersangka DBD lainnya dan pemeriksaaan jentik di rumah penderita/tersangka dalam radius sekurang-kurangnya 100 meter (di rumah penderita dan 20 rumah sekitarnya) serta tempat-tempat umum yang diperkirakan menjadi sumber penularan. Dari hasil PE bila ditemukan penderita DBD lain atau ada jentik dan penderita panas tanpa sebab yang jelas > 3 orang maka dilakukan kegiatan penyuluhan mengenai 3 M Plus, tindakan larvasidasi, pengasapan/fogging focus. Apabila tidak ditemukan maka hanya melakukan penyuluhan dan kegiatan 3M Plus.13 Dalam hal pemberantasan vektor, langkah kegiatannya meliputi pemberantasan sarang nyamuk demam berdarah dengue (PSN DBD) dengan cara 3 M Plus dan pemeriksaan jentik berkala (PJB) tiap 3 bulan sekali tiap desa/kelurahan endemis pada 100 rumah/bangunan dipilih secara acak (random sampling) yang merupakan evaluasi hasil kegiatan PSN DBD yang telah dilakukan masyarakat. Kegiatan in harus ditunjung dengan pelaksanaan promosi kesehatan dalam bentuk penyuluhan tentang penyakit demam berdarah dengue serta kegiatan monitoring dan evaluasi yang dilakukan secara aktif yaitu melalui supervisi dan secara pasif melalui laporan hasil kegiatan.13 2.4 Upaya Peningkatan Mutu Upaya peningkatan mutu ini dimulai dengan mendapatkan topik permasalahan yang kemudian dilakukan observasi kegiatan terhadap topik permasalahan yaitu dibidang Kesling dan bidang P2P Puskesmas Harapan Raya Pekanbaru. Observasi dilaksanakan melalui pendekatan program. Kemudian dilakukan wawancara dengan petugas kesehatan dibidang Kesling dan P2P yang dimulai pada bulan Juni 2008. Hasil observasi dan wawancara didiskusikan dengan pembimbing kegiatan upaya peningkatan mutu untuk menentukan permasalahan yang perlu mengalami perbaikan. Metode yang digunakan dalam upaya peningkatan mutu ini adalah metode Plan, Do, Check, and Action (PDCA cycle) yang didasari atas masalah yang dihadapi (problem-faced) ke arah penyelesaian masalah (problem solving). Konsep PDCA cycle pertama kali diperkenalkan oleh Walter Shewhart pada tahun 1930 yang disebut dengan Shewhart cycle. Selanjutnya konsep ini dikembangkan oleh Dr. Walter

Edwards Deming yang kemudian dikenal dengan The Deming Wheel. PDCA cycle berguna sebagai pola kerja dalam perbaikan suatu proses atau sistem. Ada beberapa tahap yang dilakukan dalam PDCA cycle, yaitu:14 a. Plan 1. Mengidentifikasi output pelayanan, siapa pengguna jasa pelayanan, dan harapan pengguna jasa pelayanan tersebut melalui analisis suatu proses tertentu. 2. Mendeskripsikan proses yang dianalisis saat ini

Pelajari proses dari awal hingga akhir, identifikasi siapa saja yang terlibat dalam prose tersebut. Teknik yang dapat digunakan : brainstorming

3. Mengukur dan menganalisis situasi tersebut


Menemukan data apa yang dikumpulkan dalam proses tersebut Bagaimana mengolah data tersebut agar membantu memahami kinerja dan dinamika proses Teknik yang digunakan : observasi Mengunakan alat ukur seperti wawancara

4. Fokus pada peluang peningkatan mutu


Pilih salah satu permasalahan yang akan diselesaikan Kriteria masalah : menyatakan efek atas ketidakpuasan, adanya gap antara kenyataan dengan yang diinginkan, spesifik, dapat diukur.

5. Mengidentifikasi akar penyebab masalah


Menyimpulkan penyebab Teknik yang dapat digunakan : brainstorming Alat yang digunakan : fish bone analysis Ishikawa

6. Menemukan dan memilih penyelesaian


Mencari berbagai alternatif pemecahan masalah Teknik yang dapat digunakan : brainstorming

b. Do 1. Merencanakan suatu proyek uji coba


Merencanakan sumber daya manusia, sumber dana, dan sebagainya. Merencanakan rencana kegiatan (plan of action)

2. Melaksanakan Pilot Project Pilot Project dilaksanakan dalam skala kecil dengan waktu relatif singkat ( 2 minggu) c. Check 1. Evaluasi hasil proyek

Bertujuan untuk efektivitas proyek tersebut Membandingkan target dengan hasil pencapaian proyek (data yang dikumpulkan dan teknik pengumpulan data harus sama) Target yang ingin dicapai 80% Teknik yang digunakan: observasi dan survei Alat yang digunakan: kamera dan kuisioner

2. Membuat kesimpulan proyek


Hasil menjanjikan namun perlu perubahan Jika proyek gagal, cari penyelesaian lain Jika proyek berhasil, selanjutnya dibuat rutinitas

d. Action 1. Standarisasi perubahan


Pertimbangkan area mana saja yang mungkin diterapkan Revisi proses yang sudah diperbaiki Modifikasi standar, prosedur dan kebijakan yang ada Komunikasikan kepada seluruh staf, pelanggan dan suplier atas perubahan yang dilakukan. Lakukan pelatihan bila perlu Mengembangkan rencana yang jelas Dokumentasikan proyek

2. Memonitor perubahan

Melakukan pengukuran dan pengendalian proses secara teratur Alat yang digunakan untuk dokumentasi

BAB III OPTIMALISASI KEGITAN PEMERIKSAAN JENTIK BERKALA VEKTOR DEMAM BERDARAH DENGUE DI PUSKESMAS HARAPAN RAYA PEKANBARU 3.1 Identifikasi masalah Proses identifikasi masalah dilakukan dengan cara : 1. Observasi. 2. Wawancara dengan staff dengan staf di bagian Kesling dan P2P. 3. Wawancara mengenai pola penyakit DBD dengan pengunjung Puskemas mengenai 3M plus. 4. Data sekunder mengenai evaluasi program kerja Puskesmas Harapan Raya tahun 2007 mengenai DBD, khususnya kegiatan pemeriksaan jentik berkala.

Dari data-data tersebut teridentifikasikan beberapa masalah, yaitu : Tabel 3.1 Masalah yang ditemukan pada program Kesling P2P bidang penyelidikan epidemiologi dan pemberantasan penyakit menular di Puskesmas Harapan Raya. No Aspek yang dinilai Masalah Evidance Base Metode Identifikasi Masalah Kegiatan survailans epidemiologi Pemeriksaan Jentik Berkala (PJB) tidak berjalan. Dari laporan hasil evaluasi Puskesmas tahun 2007 diketahui 0% kegiatan dilakukan Wawancara dan data sekunder 2 Promosi kesehatan lingkungan Kurangnya promosi mengenai 3 M plus dan Pola penyakit DBD. 14 dari 20 pengunjung yang di wawancarai tidak dapat menyebutkan apa itu 3M plus.Tidak ada media promosi mengenai 3M + Plus dan pola penyakit DBD Wawancara dan observasi. Berdasarkan permasalahan yang ditemukan ditetapkan satu prioritas masalah dengan metode scoring yang menggunakan pertimbangan 4 aspek yaitu: 1. Urgensi/kepentingan

nilai 1 tidak penting nilai 2 penting nilai 3 sangat penting

2. Solusi

nilai 1 tidak mudah nilai 2 mudah nilai 3 sangat mudah

3. Kemampuan merubah

nilai 1 tidak mudah nilai 2 mudah nilai 3 sangat mudah

4. Biaya

nilai 1 tinggi nilai 2 sedang nilai 3 rendah

3.2 Penentuan prioritas masalah Penetuan prioritas masalah dibuat ke dalam tabel penentuan prioritas masalah sebagai berikut : Tabel 3.2 Penentuan prioritas masalah pada bidang Keling P2P program penyelidikan epidemiologi dan pemberantasan penyakit menular di Puskesmas Harapan Raya. Kriteria Masalah Urgensi Solusi 2 2 Kemam-puan untuk merubah 2 2 Biaya 1 1 Total 12 8 Rank I II

Pemeriksaan Jentik Berkala 3 (PJB) tidak dilakukan Kurangnya promosi mengenai 3 M plus dan Pola 2 penyakit DBD

Dari 2 masalah tersebut, didapatkan 1 prioritas masalah yang ditentukan berdasarkan pembobotan nilai dengan seleksi yang terdiri dari dua unsur yaitu kriteria masalah dan skor. Berdasarkan tabel penentuan prioritas masalah dapat disimpulkan bahwa yang menjadi prioritas masalah dan selanjutnya akan dicari altenatif pemecahan masalah yaitu tidak optimalnya pelaksaanaan program Pemeriksaan Jentik Berkala (PJB) demam berdarah dengue di Puskesmas Harapan Raya. 3.3 Identifikasi penyebab masalah Berdasarkan tabel penentuan prioritas masalah di atas, di dapatkan prioritas masalah utama pada kegiatan ini adalah optimalisasi program Pemeriksaan Jentik Berkala (PJB) demam berdarah dengue di Puskesmas Harapan Raya. Beberapa hal yang menjadi penyebab masalah tersebut antara lain terlihat dari bebrbagai aspek dibawah ini : Tabel 3.3 Identifikasi Penyebab Masalah Masalah Penyebab Timbulnya Masalah Evidence Base Pemeriksaan Jentik ManKurangnya petugas pelaksana Kesling P2P Berdasarkan wawancara, Berkala (PJB) untuk pelaksanaan pemeriksaan jentik berkala (PJB) petugas Kesling dan petugas tidak dilakukan khususnya. P2P dilapangan masingmasing hanya 1 orangDari wawancara diketahui tidak Penanggung jawab kegiatan tidak ada. ada penanggung jawab kegiatan Method wawancara, Tidak ada protap mengenai pelaksanaan kegiatan Berdasarkan mengenai pemeriksaan jentik berkala di Puskesmas Harapan protap pemeriksaan jentik berkala Raya. tidak ada. Kurangnya kerjasama lintas sektoral dan pemberdayaan

masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Harapan Raya Berdasarkan wawancara, untuk melakukan kegiatan secara bersama. belum adanya koordinasi dengan pihak terkait Money Berdasarkan wawancara, Kurangnya dana yang di alokasikan khusus terhadap tidak adanya dana khusus pelaksanaan kegiatan PJB kegiatan pemeriksaan jentik berkala Wawancara, diketahui bahwa petugas Kesling dan juga memegang Kurangnya waktu yang dimilki petugas Kesling dan P2P P2P untuk pelaksaanaan kegiatan PJB, karena petugas kegiatan lain di luar tersebut juga diberdayakan untuk pelaksanaan kegiatan bidangnya. lain di Puskesmas. Time Di bawah ini dapat dilihat hubungan antara keempat faktor tersebut dengan menggunakan fishbone Analysis Ishikawa.-

BAB IV PENUTUP 4.1 Simpulan Pelaksanaan kegiatan pemeriksaan jektik berkala (PJB) yang merupakan bagian dari survailans penanggulangan dan pencegahan penyakit demam berdarah dengue (DBD) di Puskesmas Harapan Raya belum optimal, dimana ditunjukkan dari data evaluasi program Puskesmas Harapan Raya tahun 2007 mengenai program penanggulangan dan pemberantasan penyakit menular DBD khususnya kegiatan pemeriksaan jektik berkala diketahui pelaksanaan kegiatan adalah 0%. Hal ini menggambarkan bahwa kegiatan ini tidak berjalan secara efektif meskipun sudah ditetapkan sebagai salah satu kegiatan yang dilakukan oleh Puskesmas Harapan Raya Pekanbaru. Dari hasil wawancara, observasi dan data sekunder yang telah diterangkan di BAB sebelumnya, dapat diketahui bahwa faktor-faktor yang menyebabkan tidak berjalannya dengan baik kegiatan tersebut yaitu : 1. Kurangnya petugas Kesling dan P2P di lapangan. 2. Penanggung jawab kegiatan tidak ada. 3. Tidak adanya protap mengenai pelaksanaan kegiatan. 4. Kerjasama lintas sektoral dalam pelaksanaan kegiatan masih kurang 5. Tidak adanya alokasi dana khusus untuk pelaksanaan kegiatan. 6. Kurangnya waktu yang dimiliki petugas Kesling dan P2P Dari berbagai masalah di atas, telah dibuat rekomendasi strategi pemecahan masalah yang dihadapi, meskipun belum ada perubahan yang dapat dilihat dalam pelaksanaan kegiatan PJB ini. 4.2 Saran 1. Dinas Kesehatan Kota Diharapkan kepada Dinas Kesehatan Kota untuk lebih memperhatikan pelaksanaan kegiatan PJB vector DBD oleh Puskesmas yang ada di Pekanbaru. Hal ini dikarenakan oleh DBD masih merupakan masalah kesehatan di kota Pekanbaru.

2. Puskesmas Harapan Raya Diharapkan kepada pihak Puskesman Harapan Raya untuk mengupayakan pelaksanaan kegiatan PJB vector DBD ini, dengan melihat jumlah penderita DBD di wilayah kerja Puskesmas Harapan Raya masih cukup tinggi. Alangkah baiknya dilakukan tindakan preventif untuk keadaan ini dengan pelaksanaan kegiatan PJB dengan benar. DAFTAR PUSTAKA 1. Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat Departemen Kesehatan RI. Informasi singkat penyelenggaraan Puskesmas si Era Desentralisasi. Depatemen Kesehatan RI. Jakarta 2001 ; 1-15 2. Depkes RI. Kesehatan dan Indonesia sehat 2010. www.depkes.go.id [diakses april 2008] 3. Trikarjana P. Pelayanan Kesehatan Di Era Globalisasi. www.lib-unair.edu.id [diakses April 2008] 4. Puskesmas Harapan Raya. Profil Puskesmas Harapan Raya tahun 2007. Pekanbaru : 2007. 5. Puskemas Harapan Raya. Laporan Tahunan Kinerja Program Kesling Puskesmas Harapan Raya. Pekanbaru : 2008. 6. Dinkes Curug. Sistem Kesling. www.dinkescurug.go.id [diakses mei 2008] 7. World Health Organization (WHO). Environmental Health. Disitasi dari : http://www.WHO.int. Last Update : Januari 2008. 8. Setiyabudi R. Dasar Kesehatan Lingkungan. Disitasi dari : http://www.ajago.blogspot.htm. Last Update : Desember 2007. 9. Departemen Kesehatan Repubik Indonesia.. Undang-undang Nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan. 10. Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan. Profil dan Laporan Tahunan Subdinas Penanggulangan dan Pemberantasan Penyakit Tahun 2006. Makasar : 2007.

Dari data-data tersebut teridentifikasikan beberapa masalah, yaitu : Tabel 3.1 Masalah yang ditemukan pada program Kesling P2P bidang penyelidikan epidemiologi dan pemberantasan penyakit menular di Puskesmas Harapan Raya. Aspek dinilai Kegiatan survailans epidemiologi 2 Promosi kesehatan lingkungan yang Metode Identifikasi Masalah Evidance Base Masalah Pemeriksaan Jentik Dari laporan hasil evaluasi Wawancara dan data Berkala (PJB) tidak Puskesmas tahun 2007 sekunder berjalan. diketahui 0% kegiatan dilakukan Kurangnya promosi 14 dari 20 pengunjung yang di Wawancara dan observasi mengenai 3 M plus wawancarai tidak dapat dan Pola penyakit menyebutkan apa itu 3M DBD. plus.Tidak ada media promosi mengenai 3M + Plus dan pola penyakit DBD

No

Berdasarkan permasalahan yang ditemukan ditetapkan satu prioritas masalah dengan metode scoring yang menggunakan pertimbangan 4 aspek yaitu:

You might also like