Professional Documents
Culture Documents
IDENTIFIKASI MASALAH DALAM PELAKSANAAN PENDIDIKAN KEBERLANJUTAN DI PENDIDIKAN KEJURUAN1 Nahriana Jurusan Pendidikan Kesejahteraan Keluarga Fakultas Teknik Universitas Negeri Makassar ABSTRAK Untuk menghadapi tantangan era global, sudah tentu diperlukan kemampuan daya saing yang tangguh, dimana kualitas sumber daya manusia merupakan kuncinya. Beberapa negara maju seperti Amerika telah merumuskan ciri-ciri sumber daya manusia yang diharapkan mampu bersaing dalam era global. Guna menghadapi tantangan dan peluang masa depan, maka isi dari pendidikan kejuruan yang akan diajarkan kepada para siswanya harus menampilkan sosok utuh karakteristik sumber daya manusia yang ideal sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan era global, yaitu karakteristik kualitas dasar yang kuat dan karakteristik kualitas instrumen yang dinamis. Selanjutnya disimpulkan: 1) Pendidikan kejuruan merupakan latihan sederhana untuk menguasai suatu keterampilan, yaitu keterampilan tangan; 2) Konsep pendidikan yang berkelanjutan (continuing education, CE) bagi guru diyakini akan mampu meningkatkan kapasitas dan potensi guru secara berkesinambungan; 3) Selama ini pendidikan berkelanjutan yang dilaksanakan oleh guru kejuruan dapat dikelompokkan dalam beberapa jenis, antara lain: Pendidikan untuk menguasai pengetahuan dan ketrampilan baru yang berkenaan dengan profesi, yang biasanya dilakukan oleh melalui penataran, up-grading, lokakarya dan lainnya yang dilaksanakan dan diselenggarakan oleh PPPGT atu Dikmenjur; Pendidikan untuk mendapatkan sertifikasi atau akta mengajar, bagi mereka yang belum memiliki dan sudah bekerja sebagai guru; Pendidikan untuk memperoleh lisensi, terutama yang diselenggarakan oleh asosiasi profesi atau organisasi keahlian lainnya; 4) Pendidikan berkelanjutan untuk guru kejuruan belum banyak melibatkan stakeholders, dunia usaha, industri maupun asosiasi profesi sebagai mitra dalam pengembangan keahlian guru kejuruan. Pendidikan berkelanjutan untuk guru kejuruan lebih banyak dilakukan oleh lembaga pemerintah seperti PPPGT Key words: Pendidikan Keberlanjutan, pendidikan Kejuruan, Masalah PENDAHULUAN Terciptanya kesesuaian antara kebutuhan tenaga kerja dalam
Identifikasi Masalah.
109
Home Ec Nahriana
ini
banyak
perubahan
depan, maka isi dari pendidikan kejuruan yang akan diajarkan kepada para siswanya harus menampilkan sosok utuh
dilakukan.Perubahan-perubahan itu secara umum masih belum menun-jukkan sesuatu yang berarti dalam membangun pendidikan kejuruan yang diharapkan. Misalnya
karakteristik sumber daya manusia yang ideal sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan era global, yaitu karakteristik kualitas dasar yang kuat dan karakteristik kualitas
perubahan di bidang kurikulum, sejak mulai diberlalukannya kurikulum 1964 sampai dengan kurikulum 1994 masih menunjukkan perubahan yang belum
berarti banyak bagi pembangunan pendidikan kejuruan. Akhirnya diber-lakukan kurikulum 1999, kurikulum 2004, dan saat ini diberlakukan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP). Untuk menghadapi tantangan era global, sudah tentu diperlukan ke-mampuan daya saing yang tangguh, dimana kualitas sumber daya manusia merupakan
ditemuan
khususnya untuk peningkatan kualitas guru. Peningkatan kualitas guru ini dapat dilaksanakan pendidikan Diharapkan dengan yang dengan adanya suatu
berkelanjutan ini, guru-guru mem-peroleh pengetahuan dan keterampilan yang dapat menjawab kebutuhan di industri dan kecepatan perubahan teknologi yang terjadi di masyarakat. Disisi lain masalah dapat timbul dengan adanya pendidikan yang berkelanjutan ini, guru-guru yang mengikuti pendidikan
sumber daya manusia yang diharapkan mampu bersaing dalam era global. Guna menghadapi tantangan dan peluang masa
Identifikasi Masalah.
110
Home Ec Nahriana
tersebut tidak dapat lagi mengajar siswasiswa yang ada di kelas. Disisi lain banyaknya program keahlian di pendidikan kejuruan menjadi suatu masalah tersendiri akan banyak pendidikan berkelanjutan yang harus dibuka. Berdasarkan fenomena tersebut,
dimasukkannya pendidikan kejuruan ke dalam pemberdayaan profesional, seperti halnya hukum, profesi keinsinyuran,
kedokteran, keperawatan dan profesional lainnya. Schippers (1994), mengemukakan bahwa pendidikan kejuruan adalah pendidikan non akademis yang berorientasi pada praktek-praktek dalam bidang pertukangan, bisnis, industri, pertanian, transportasi, pelayanan jasa, dan sebagainya. Dalam
makalah ini akan mengkaji identifikasi masalah dalam pelaksanaan pendidikan berkelanjutan di pendidikan kejuruan. PENDIDIKAN KEJURUAN Banyak kontroversi tentang
Undang-undang
Sistem
Pendidikan
pengertian pendidikan kejuruan, semula pendidikan kejuruan didefinisi-kan sebagai vocational educational is simply training for skills, training the hands (Vocational Instructional Service, 1989). Pendidikan kejuruan merupakan latihan sederhana untuk menguasai suatu keterampilan, yaitu keterampilan tangan. Pada abad
Nasional (UUSPN) No. 20 tahun 2003 pasal 15 menyatakan bahwa pen-didikan kejuruan adalah pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik
terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu. Pendidikan pendidikan menjodohkan, yang melatih kejuruan adalah
kesembilan belas dimunculkan konsep baru tentang pendidikan kejuruan, yaitu dengan
Identifikasi Masalah.
111
Home Ec Nahriana
memasuki dan berkembang pada dunia kerja (industri), sehingga dapat dipergunakan kehidupannya. untuk memperbaiki Calhoun
persiapkan seseorang untuk memasuki atau melanjutkan pekerjaan dalam suatu jabatan yang sah. Dapat dikatakan pendidikan kejuruan (SMK) adalah bagian dari sistem pendidikan nasional yang bertujuan
Selanjutnya
(1982:22) mengemukakan: Vocational education is concerned with preparing people for work and with improving the training potential of the labor force. It covers any forms of education, training, or retraining designed to prepare
potensi dirinya dalam mengadopsi dan beradaptasi teknologi. dengan Dalam perkembangan pendidikan
people to enter or to continue in employment occupation. Memahami pendapat di atas dapat diketahui bahwa pendidikan kejuruan in a recognized
proses
kejuruan perlu ditanamkan pada siswa pentingnya penguasaan pengetahuan dan teknologi, keteram-pilan bekerja, sikap mandiri, efektif dan efisien dan pentingnya keinginan sukses dalam karirnya sepanjang hayat. Dengan kesungguhan dalam
berhubungan
dengan
mem-persiapkan
seseorang untuk bekerja dan dengan memperbaiki pelatihan potensi tenaga kerja. Hal ini meliputi berbagai bentuk pendidikan, pelatihan, atau pelatihan lebih lanjut yang dibentuk untuk mem-
mengikuti pendidikan kejuruan maka para lulusan kelak dapat menjadi manusia yang bermartabat dan mandiri serta menjadi warga negara yang mampu membayar pajak.
Identifikasi Masalah.
112
Home Ec Nahriana
Pendidikan SMK merupakan bagian dari sistem pendidikan nasional yang diselenggarakan sebagai lanjutan dari
perhatian, sifat dan tingkat intelegensinya pada tingkat setinggi mungkin, artinya setelah melakukan pendidikan dan
SMP/MTS: 1) Sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuan dalam rangka memenuhi kebutuhan/ kesem-patan kerja yang sedang dan akan berkembang pada daerah
tersebut; 2) Lulusan SMK merupakan tenaga terdidik, terlatih, dan terampil; 3) Mampu mengikuti pendidikan lanjutan dan atau menyesuaikan dengan perubahan teknologi; 4) Berdampak sebagai pendukung pertumbuhan industri (kecil atau besar); 5) Mengurangi dan angka
Sasaran produk haruslah terdefinisi secara baik, akurat, dan jelas yang merupakan interaksi yang intens antara sekolah dengan masyarakat, (2) perlengkapan
(sarana dan prasarana) yang dibutuhkan untuk mencapai yang telah ditetapkan haruslah mencukupi, sehingga me-rupakan unsur penjamin bahwa sasaran yang telah ditetapkan dapat dicapai secara baik, (3) spesifikasi tim sukses atau tim pelaksana program yang akan bertanggung jawab terhadap keber-hasilan sasaran haruslah
pengangguran
kriminalitas;
6) Pertumbuhan ekonomi dan pen-dapatan negara melalui pajak penghasilan dan pertambahan nilai. TUJUAN PENDIDIKAN KEJURUAN Prosser (1949), mengemukakan bahwa pendidikan kejuruan akan lebih efektif jika mampu merubah individu sesuai dengan
lengkap dan jelas, (4) penelitian atau pengkajian terus menerus dan
Identifikasi Masalah.
113
Home Ec Nahriana
sehingga
langkah
perbaikan
dan
tetapi juga dari kompetensi yang dicapai. Ketercapaian kompetensi dilihat dari
penanggulangan dapat ditetapkan segera. Pada dasarnya pendidikan ke-juruan menurut Indrajati Sidi (2003) berdasarkan kebutuhan nyata pasar keja. Untuk dapat merealisasikan program ini maka peran serta dunia usaha dan industri sangat diperlukan. Bahkan perlu mendudukkan mereka dalam posisi yang penting,
keterampilan. Setiap keterampilan yang dicapai diberikan sertifikat oleh lembaga yang berwenang seperti majelis pendidikan kejuruan nasional (MPKN). UUSPN No. 20 tahun 2003 pasal 15, menyatakan pendidikan menengah
kejuruan bertujuan untuk menyiapkan peserta didik terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu. Tujuan tersebut dapat dijabarkan lagi oleh Dikmenjur (2003) menjadi tujuan umum dan tujuan khusus, sebagai berikut: Tujuan umum, sebagai bagian dari sistem pendidikan menengah kejuruan SMK bertujuan: (1) menyiapkan peserta
sehingga program kejuruan ditawarkan benar-benar sesuai dengan kebutuhan. Lebih lanjut dijelaskan bahwa sistem pendidikan kejuruan yang memberikan standar kompetensi nasional yang baku. Standar kompetensi, standar kurikulum dan standar pengujian dimaksudkan untuk menjamin kejuruan bahwa sistem pendidikan memberikan
benar-benar
didik agar dapat menjalani kehidupan secara layak, (2) meningkatkan keimanan dan ketakwaan peserta didik,
kompetensi yang telah dibutuhkan oleh industri. Oleh karenanya ukuran mutu tamatan pendidikan kejuruan tidak hanya dilihat dari hasil Ujian Akhir Nasional.,
(3) menyiapkan peserta didik agar menjadi warga negara yang mandiri dan
Identifikasi Masalah.
114
Home Ec Nahriana
jawab, agar
(4)
menyiapkan dan
mengembangkan
diri
sendiri
melalui
memahami
jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Kompetensi lulusan pendidikan kejuruan sebagai subsistem dari sistem pendidikan nasional adalah: menurut (1) Depdikbud tamatan (2001) yang
menghargai
keanekaragaman
budaya
bangsa Indonesia, dan (5) menyiapkan peserta didik agar hidup menerapkan sehat, dan
memelihara
memiliki
penghasil
wawasan lingkungan, pengetahuan dan seni. Tujuan khusus, SMK bertujuan: (1) menyiapkan peserta didik agar dapat bekerja, baik secara mandiri atau mengisi lapangan pekerjaan yang ada di dunia usaha dan industri sebagai tenaga kerja tingkat menengah, sesuai dengan bidang dan program keahlian yang diminati, (2) membekali peserta didik agar mampu memilih karir, ulet dan gigih dalam berkompetensi dan mampu mengem-
memiliki keterampilan dan penguasaan IPTEK dengan bidang dari tingkat keahlian yang sesuai dengan kebutuhan
pembangunan, (2) penghasil tamatan yang memiliki kemampuan produktif, penghasil sendiri, mengubah status tamatan dari status beban menjadi aset bangsa yang mandiri, (3) penghasil penggerak
perkembangna industri Indonesia yang kompetitif menghadapi pasar global, (4) penghasil tamatan dan sikap mental yang kuat untuk dapat mengembangkan dirinya secara berkelanjutan. Dikmenjur (2000) mengatakan bahwa hasil kerja pendidikan harus mampu menjadi pembeda dari segi unjuk kerja, produktifitas, dan kualitas
bangkan sikap profesional dalam bidang keahlian yang diminati, dan (3) membekali peserta didik dengan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) agar mampu
Identifikasi Masalah.
115
Home Ec Nahriana
hasil kerja dibandingkan dengan tenaga kerja tanpa pendidikan kejuruan. Jadi pendidikan kejuruan adalah suatu lembaga yang melaksanakan proses pembelajaran keahlian tertentu beserta evaluasi berbasis kompetensi, yang
(enjoyful learning). Kurikulum CE bagi guru bertumpu pada pengembangan sikap profesional guru, penguasaan materi
mempersiapkan siswa menjadi tenaga kerja setingkat teknisi. PENDIDIKAN BERKELANJUTAN Konsep pendidikan yang berkelanjutan (continuing education, CE) bagi guru diyakini kapasitas akan dan mampu potensi meningkatkan guru secara
dilaksanakan dengan prinsip berkelanjutan, berbasis kompetensi, dan terintegrasi. MASALAH DALAM BERKELANJUTAN PENDIDIKAN
Pengakuan terhadap kualitas sumber daya manusia di masyarakat ibarat bandul yang berayun diantara pendidikan formal, non formal atau informal. Jika pengakuan berdasarkan pada keterampilan (skill), tentu pendidikan jalur non formal atau informal tidak menjadi masalah. Akan tetapi jika pengakuan berdasarkan pada ijazah, gelar, maka pendidikan formal akan menjadi pilihan (Candiasa, Made, 2004).
berkesinambungan. Falsafah CE beranjak dari falsafah pendidikan sepanjang hayat (lifelong education) yang bersinergi
Identifikasi Masalah.
116
Home Ec Nahriana
Hal dipungkiri
ini di
memang
tidak
dapat
desainer
pakaian,
pelukis,
tukang
masyarakat.
Keahlian
bangunan, dll, banyak yang tercipta dari proses magang atau lahir dari pendidikan non formal atau informal. Umumnya lahirnya praktisi semacam itu melalui proses membantu tugas-tugas atau
memang sangat dibutuhkan di berbagai sektor untuk mendukung pembangunan dan untuk mendapatkan saat penghasilan, yang sama
namun
pada
ijazah/sertifikat masih diperlukan untuk persyaratan atau pengakuan. Kenyataan seperti ini membutuhkan kebijakan dari pemegang kebijakan (jajaran Depdiknas) untuk mensinergikan yang kedua di jenis atas,
pekerjaan praktisi yang senior atau yang telah profesional. Dalam memperoleh
peluang kerja masih diutamakan bagi mereka yang tamatan pendidikan formal dengan mempersyaratkan ijazah. Akan tetapi sangat penting untuk dikaji dan dipertimbangkan dalam menghadapi
disebutkan yang
pendidikan penguasaan
mengedalam
keahlian
persaingan di tingkat regional, nasional, maupun global diperlukan pengakuan yang setara terhadap keahlian atau keterampilan yang dimiliki oleh siswa tamatan jalur formal, informal, dan non formal, sehingga keahlian atau keterampilan mendapat
bidang keterampilan tertentu (skill). Pendidikan formal (SMK) diharapkan menghasilkan tenaga trampil yang siap terjun ke dunia kerja. Demikian pula pendidikan nonformal dan informal juga banyak menghasilkan tenaga kerja yang terampil di bidangnya melaui proses pelatihan, magang, maupun belajar
pengakuan yang sama pentingnya. Oleh karena itu diperlukan legalitas terhadap keahlian yang diperoleh secara non formal atau informal dan sebaliknya diperlukan
Identifikasi Masalah.
117
Home Ec Nahriana
proses keahlian
informal yang
untuk
peningkatan melalui
pemerintah agar dapat setara dengan pendidikan formal lainnya, berarti peluang untuk bersinergi antara kedua jenis
diperoleh
pendidikan formal. Dalam renstra Depdiknas, 2004-2009 disebutkan pengembangan satuan-satuan pendidikan non formal yang meliputi lembaga kursus dan pelatihan, kelompok belajar, PKBM, serta satuan pendidikan yang sejenis melalui standarisasi dan
pendidikan tersebut sangat terbuka agar pembangunan sumber daya manusia dapat berjalan seiring dengan kebutuhan
pembangunan dan pasar kerja dan dapat berjalan lebih fleksibel. Disamping itu masalah krusial lain menurtut Jalius Jama, 2007, sebagai penyebab sulitnya mengurus pendidikan kejuruan yang ber-kelanjutan adalah
penjaminan
mutu,
akreditasi,
sertifikasi serta penguatan kemampuan manajerial pengelolanya. Disamping itu dilakukan pula pengembangan format dan kualitas program pendidikan non formal sehingga bisa diterima sebagai penggati mata pelajaran yang relevan dengan yang ada di satuan pendidikan formal. Sampai tahun 2009 ditargetkan jumlah peserta pendidikan kecakapan hidup berusia lebih dari 15 tahun mencapai 15 % atau 1,5 juta orang. Dengan semakin diperhatikannya
kurangnya dukungan pemerintah dalam hal kewajiban dunia usaha untuk ikut atas
bertanggungjawab
atas
penyelenggaraan pendidikan kejuruan. Di semua negara maju ada undangundang pendidikan kejuruan (vocational acts) yang mengatur dan melindungi fungsi dan tugas dunia industri terhadap
Identifikasi Masalah.
118
Home Ec Nahriana
yang bersifat sukarela perusahaan atas kehidupan sosial di sekitarnya. CSR bagi banyak perusahaan dianggap musuh utama dari tujuan pokok perusahaan yaitu
SMK adalah program bersama (joint program) antara SMK dengan industry atau perusahaan pasangannya. Prinsip ini merupakan perwujudan dari peralihan supply driven ke demand driven. Peralihan dalam arti tanggungjawab secara bersama antara pihak pemerintah (Depdiknas)
mencari keuntungan sebesar-besarnya. Sejumlah SMK maju memang sudah berhasil menjalin kerjasama dengan
perusahaan besar maupun kecil. Dengan demikian kerjasama yang sinergi antara pendidikan kejuruan dengan dunia usaha dan industri perlu lebih diintensipkan
pendidikan kejuruan dilakukan di dua tempat, sebagian program yang berupa teori dan praktek dasar kejuruan
dilaksanakan di sekolah, dan sebagian lainnya, yaitu berupa keahlian produktif dilaksanakan di dunia kerja (Majelis Pendidikan Kejuruan Nasional, 1996). Kedekatan Sekolah Menengah Kejuruan dengan dunia kerjanya, terlihat dengan jelas pada keterlibatan dunia kerja dalam pelaksanaan praktek industri para siswa SMK. Hal ini cukup membawa dampak yang positif terhadap perkembangan dunia pendidikan kejuruan yang senantiasa tidak
pengawasan pemerintah. Secara nyata peran dunia usaha dan dunia industri dalam penyelenggaraan pendidikan kejuruan
terlihat pada pelaksanaan praktik industrti para siswa SMK atau yang dikenal dengan istilah pendidikan vsistem ganda (PSG). Pelaksanaan program seperti ini pada dasarnya mengandung dua prinsip, yaitu : (1) program pendidikan kejuruan pada
Identifikasi Masalah.
119
Home Ec Nahriana
akan pernah terlepas dengan dunia kerja sebagai mitra kerja dalam mendukung terciptanya sumber daya manusia yang unggul dalam suatu bidang pekerjaan. Agar tetap terjaga hubungan yang baik antara dunia kerja dengan SMK, maka dalam pelaksanaannya, hal-hal yang
produktif dan sistem nilai dalam dunia kerja. Disamping hal tersebut upaya untuk mensinergikan antara pendidikan kejuruan dengan dunia usaha dan industrti tidak cukup hanya sebatas pelaksanaan praktek industri saja, akan tetapi masih banyak hal yang perlu disinergikan seperti misalnya, dalam menyusun bidang berbagai pendidikan
menjadi program pendidikan berkelanjutan dalam pelaksanaan praktek industri perlu dirancang dan disepakati secara bersama antara pihak sekolah dengan dunia kerja. Karena tanpa ada kesepakatan, dalam pelaksanaan di lapangan mungkin akan terjadi kesalah pahaman antara kedua pihak yang bisa disebabkan oleh ketidak tahuan pihak dunia kerja terhadap maksud dan tujuan dari program-program SMK, oleh sebab itu perlu diciptakan suatu iklim dan kondisi yang mendukung terjadinya hubungan yang sangat dekat antara SMK dengan dunia kerja sebagai tempat belajar untuk mendapatkan kemampuan bidang
kebijakankebijakan
(pendidikan kejuruan), karena mau tidak mau, suka tidak suka tanggung jawab pendidikan adalah tanggung jawab antara pemerintah dan masyarakat termasuk dunia kerja dan dunia industri. Apabila ditinjau dari status guru, dapat disampaikan bahwa dari 52.732 guru SMK negeri terdapat 11.393 orang (21,61%) berijazah dibawah S1 dan non
kependidikan hal ini diasumsikan bahwa tidak ada LPTK yang mencetak tenaga pengajar dengan jenjang pendidikan di
Identifikasi Masalah.
120
Home Ec Nahriana
bawah S1. Gambaran berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa kondisi guru riel dari guru SMK yang ada di Indonesia menunjukkan bahwa masih banyak guru yang pendidikannya tidak sesuai dengan ketentuan sehingga kelayakannya dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar pun dapat dianggap tidak layak. Selama ini pendidikan ber-kelanjutan yang dilaksanakan oleh guru kejuruan dapat dikelompokkan dalam beberapa jenis, antara lain:
a. Pendidikan
untuk
memperoleh
lisensi, terutama yang diselenggarakan oleh asosiasi profesi atau organisasi keahlian lain-nya. Berdasarkan pengalaman selama ini, pendidikan kejuruan berkelanjutan belum banyak untuk guru
melibatkan
stakeholders, dunia usaha, industri maupun asosiasi profesi sebagai mitra dalam pengembangan keahlian guru kejuruan.
untuk
menguasai
Pendidikan
berkelanjutan
untuk
guru
pengetahuan dan ketrampilan baru yang berkenaan dengan profesi, yang biasanya di-lakukan oleh melalui lokakarya penataran, dan up-grading, yang
kejuruan lebih banyak dilakukan oleh lembaga pemerintah seperti PPPGT. Pola ini dirasakan belum memberikan hasil yang optimal, sehingga dengan perlu lebih
lainnya
diintensifkan
lagi
melibatkan
asosiasi profesi atau lembaga diklat baik melalui pendidikan, pelatihan ataupun magang. Dalam kondisi sekarang ini yang perlu dilakukan adalah strategi sertifikasi
untuk
mendapatkan
Identifikasi Masalah.
121
Home Ec Nahriana
kompetensi
guru
kejuruan
dengan
dilaksanakan dan diselenggarakan oleh PPPGT atu Dikmenjur; Pendidikan untuk men-dapatkan mengajar, bagi sertifikasi mereka atau yang akta belum
pendekatan ahli yang digurukan dan guru yang diahlikan (dikompe-tensikan). PENUTUP Berdasarkan uraian dan pem-bahasan di atas, dapat ditarik beberapa kesimpulan: 1) Pendidikan kejuruan merupakan latihan sederhana untuk menguasai suatu
memiliki dan sudah bekerja sebagai guru; Pendidikan untuk memperoleh lisensi, terutama yang diselenggarakan oleh
asosiasi profesi atau organisasi keahlian lainnya; 4) Pendidikan berkelanjutan untuk guru kejuruan belum banyak melibatkan stakeholders, dunia usaha, industri maupun asosiasi profesi sebagai mitra dalam pengembangan keahlian guru kejuruan. Pendidikan berkelanjutan untuk guru
keterampilan, yaitu keterampilan tangan; 2) Konsep pendidikan yang berkelanjutan (continuing education, CE) bagi guru diyakini kapasitas akan dan mampu potensi 3) meningkatkan guru Selama secara ini yang
berkesinambungan; pendidikan
berkelanjutan
kejuruan lebih banyak dilakukan oleh lembaga pemerintah seperti PPPGT DAFTAR PUSTAKA Agung Sutarto dan Eko Nugroho Julianto. 2008. Peningkatan Kompetensi professional guru SMK. Makalah Seminar Internasional Revitalisasi Pendidikan Kejuruan dalam Pengembangan SDM Nasional. Padang: Juni 2008. Ani, M. Hasan, Dra., M.Pd. Pengembangan profesionalisme
dilaksanakan oleh guru kejuruan dapat dikelompokkan dalam beberapa jenis, antara lain: Pendidikan untuk menguasai pengetahuan dan ketrampilan baru yang berkenaan dengan profesi, yang biasanya dilakukan oleh melalui penataran, upgrading, loka-karya dan lainnya yang
Identifikasi Masalah.
122
Home Ec Nahriana
guru di abad pengetahuan. (akses internet Pendidikan network). 2003. Akadum. 1999. Potret Guru Memasuki Milenium Ketiga. Suara Pembaharuan. (Online) (http://www.suara pembaharuan.com/News/1999/01/22 0199/OpEd, diakses 7 Juni 2001). Hlm. 1-2. Arifin, I. 2000. Profesionalisme Guru: Analisis Wacana Reformasi Pendidikan dalam Era Globalisasi. Simposium Nasional Pendidikan di Universitas Muhammadiyah Malang, 25-26 Juli 2001. Dahrin, D. 2000. Memperbaiki Kinerja Pendidikan Nasional Secara Komprehensip:Transformasi Pendidikan. Komunitas, Forum Rektor Indonesia. Vol.1 No. Hlm 24. Degeng, N.S. 1999. Paradigma Baru Pendidikan Memasuki Era Desentralisasi dan Demokrasi. Jurnal Getengkali Edisi 6 Tahun III 1999/2000. Hlm. 2-9.
http://www.unesa.ac.id/unesa.php? s=berita&xkd=116 http://www.scribd.com/doc/2459996/Progr am-Pendidikan-untuk-Orang-Dewasa http://continuingeducation.suite101.com/ Journal PAT. 2001. Teacher in England and Wales. Professionalisme in Practice: the PAT Journal. April/Mei 2001. (Online) (http://members. aol.com/PTRFWEB/ journal1040.html, diakses 7 Juni 2001). Nahriana. 2008. Pengembangan profesionalisme guru Sekolah Menengah Kejuruan. Makalah Seminar Internasional Revitalisasi Pendidikan Kejuruan dalam Pengembangan SDM Nasional. Padang: Juni 2008 Semiawan, C.R. 1991. Mencari Strategi Pengembangan Pendidikan Nasional Menjelang Abad XXI. Jakarta: Grasindo. Stiles, K.E. dan Loucks-Horsley, S. 1998. Professional Development Strategies: Proffessional Learning Experiences Help Teachers Meet the Standards. The Science Teacher. September 1998. hlm. 46-49). Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
Gatot, HP. 2005. Kompetensi Profesi Dalam Bidang Pendidikan Kejuruan. Makalah Seminar Nasional FT UNNES 21 September 2005.
Identifikasi Masalah.
123