You are on page 1of 2

Pendidikan Berdasarkan Syariat Islam Salah satu kata kunci dalam kehidupan sosial budaya dan juga sangat

dipentingkan dalam dunia pendidikan adalah memahami setiap terminologi yang dipergunakan. Mengetahui batasan arti dari suatu terminologi menurut Imam Ibnu Taimiyah, memang adalah suatu hal yang sangat diperlukan. Bahkan menurut beliau pengetahuan akan hal ini bagian dari kewajiban agama yang sebagiannya berkategori wajib ain atau wajib kifayah. Untuk itulah Alloh mencela orang-orang yang tidak mementingkan pengetahuan tentang hal itu sebagaimana tersebut dalam surat at-Taubah ayat 97.

ideologi dan (bismirabbika).

etos

dengan

nama

Tuhanmu

Syariat yang sarat dengan prinsip pendidikan Islam ini kemudian dipertegas oleh berbagai firman Allah lainnya yang menegaskan bahwa tugas utama kerasulandan karenanya salah satu inti dasar dari syariat Islam yang harus diterapkan adalah masalah pendidikan. Allah berfirman:

Orang-orang Arab itu (yaitu penduduk daerah badui) lebih sangat kekafiran dan kemunafikannya (daripada penduduk daerah perkotaan; karena penduduk daerah badui berwatak keras dan kasar serta mereka jauh dari mendengarkan Alquran) dan lebih wajar (lebih patut) tidak mengetahui hukum-hukum yang diturunkan Allah kepada Rasul-Nya (berupa hukumhukum dan syariat-syariat. Huruf allaa asalnya terdiri dari an dan laa kemudian keduanya digabungkan, sehingga jadilah allaa.) Dan Allah Maha Mengetahui (tentang makhluk-Nya) lagi Maha Bijaksana (di dalam mengatur penciptaan mereka). Dari sinilah pentingnya tema kajian kali ini, sebab persis seperti yang disinyalir oleh Ibnu Taimiyah, banyak orang yang berbeda pendapat tentang suatu terminologi hanya karena mereka tidak memahami hakikat terminologi itu, atau ternyata mereka menggunakan tolok ukur yang berbeda ketika mereka membahas terminologi itu. Misalnya ketika orang Sunda dan Jawa membincangkan tentang makna atos, amis, cokot serta makna tulang dalam pengertian orang Melayu dan Batak. Begitu pulalah ketika belakangan ini marak kembali pembahasan bahkan polemik tentang makna syariat yang akan diterapkan itu. Juga kaitannya dengan masalah pendidikan dan sosial budaya. PENERAPAN SYARIAT DALAM BIDANG PENDIDIKKAN Islam dengan syariatnya, adalah satu-satunya agama yang memulai ungkapan ajarannya dengan perintah untuk membaca (iqra). Bukan sekadar membaca, bahkan ia adalah membaca yang dilandasi oleh

Allahlah yang mengutus kepada mereka, seorang Rasul yang datang dari keluarga mereka sendiri, Rasul ini membacakan ayat-ayat Tuhan mereka, mensucikan mereka, serta mengajarkan kepada mereka ajaran alKitab (Al-Qur`an) dan Al-Hikmah (As-Sunnah). (alJumah :2) Dan begitu banyak ayat dan hadits lain yang menetapkan pentingnya syariat diterapkan dalam pendidikan. Syariat Islam yang berkaitan dengan masalah pendidikan ini, kemudian secara atraktif direalissasikan oleh Rasulullah Saw dalam berbagai peristiwa, seperti ketika beliau menjadikan tebusan Perang Badar melalui pengajaran pemberantasan buta huruf, beliau pun mengizinkan Zaid bin Tsabit r.a. untuk mempelajari bahasa Ibrani dan Suryani, beliau pun mengizinkan Yusuf bin Kabdah ats-Tsaqafi mempelajari ilmu kedokteran di Persia. Selain itu tentu saja aktivitas langsung beliau mengajari para sahabat laki-laki maupun wanita, baik di masjid, di rumah, di kebun, maupun di tempat-tempat umum lainnya. Paradigma ini kemudian memunculkan lompatan budaya yang luar biasa, dengan munculnya suatu generasi yang sangat terpelajar tetapi sangat religius, mereka melaksanakan syariat Islam sambil memiliki credo rahmatan lil alamin. Etos penerapan syariat dalam bidang pendidikan ini sungguh sangat manusiawi. Ia terus berlangsung dalam berbagai inovasi, sejak zaman sahabat, tabiin, hingga ke masa-masa keemasan budaya dan intelektual Islam, dalam berbagai bidang dan aktifitas kependidikan. Dan itu terus berlangsung hingga saat ini.

Dari perjalanan sejarah interaksi umat dengan penerapan syariat dalam bidang pendidikan, didapatkan beberapa hal yang merupakan kaidahkaidah penerapan syariat Islam dalam bidang pendidikan ke depan, antara lain: 1. Adanya kaidah-kaidah tentang islamisasi ilmu pengetahuan. Kaidah itu kini semakin ditekuni untuk diwujudkan dalam bentuk aktifitas pendidikan yang syari. 2. Adanya interaksi dengan berbagai budaya pendidikan yang asalnya tidak muncul dari dunia Islam. 3. Adanya buku dan lembaga-lembaga pendidikkan Islam yang sangat beragam yang telah sangat berpengalaman dalam penerapan syariat Islam dalam bidang pendidikan. Hal-hal semacam itulah yang diharapkan akan memudahkan menanggulangi hambatan-hambatan penerapan syariat dalam bidang pendidikan seperti faktor sekularismedan lain-lain. Adanya pendidikan yang berlandaskan syariat baik dalam bentuk teori, buku kurikulum, apalagi lembaga pendidikan yang berlandaskan syariat, tentulah sangat diperlukan sebagai sarana mempersiapkan kaderkader yang akan melanjutkan kehidupan di bawah naungan syariat. Sebab kaidah baku yang telah disepakati para ulama, tetaplah berbunyi: Sesuatu yang hanya dengan itulah maka kewajiban dapat direalisasikan, maka sesuatu itu pun berkategori hukum wajib. PENUTUP Islam adalah sekaligus syariat yang dalam dirinya terkandung kepedulian sangat tinggi dengan masalah sosial budaya dan pendidikan. Keharusan melaksanakan Islam secara kaffah, niscaya menjadi pijakanyang sangat kokoh akan keharusan keberadaan syariat pada lapangan sosial budaya dan pendidikan. Lebih dari itu sejarah umat yang telah terukir berabad-abad lamanya, baik pada skala lokal, nasional maupun global, ternyata juga membuktikan bahwa syariat Islam itu memang rahmatan lil alamindan karenanya pastilah ia dapat dan perlu terwujud pada tataran sosial budaya dan pendidikan.

You might also like