You are on page 1of 5

1.

Latar Belakang Masalah yang sering dihadapi oleh industri ethanol saat ini adalah limbah yang dihasilkan dari produksi ethanol. Limbah etanol sebenarnya bukan bahan B3 yang berbahaya dan beracun karena pada hakekatnya pabrik bioetanol tidak menggunakan bahan kimia dalam prosesnya. Namun limbah hasil produksi pabrik ethanol tidak layak dibuang ke lingkungan karena beberapa faktor, diantaranya rendahnya kemampuan degradasi atau pengurangan kadar logam dan nonorganik pada limbah vinasse, Vinasse merupakan cairan hitam yang tidak dapat langsung dibuang ke lingkungan atau sungai, karena banyaknya kandungan senyawa kimia yang beracun menyebabkan Chemical Oxygen Demand (COD) meningkat hingga > 50.000 ppm dan nilai Biological Oxygen Demand (BOD) meningkat hingga >30.000 ppm. Peningkatan Chemichal Oxygen Demand (COD) dan Biological Oxygen Demand (BOD) inilah yang menyebabkan permasalahan, yakni bau busuk dari gas sulfida (H2S) dan berkurangnya kadar oksigen yang digunakan biota air dalam melangsungkan kehidupannya karena tingginya kebutuhan oksigen yang digunakan untuk degradasi bahan organic. Dalam proses pembuatan 1 liter ethanol akan dihasilkan limbah vinasse sebanyak 13 liter (Irwan Sugianto, 2009). Limbah merupakan salah satu masalah yang dihadapi khususnya di dalam perindustrian. Pembuangan limbah dalam jumlah besar tanpa penanganan yang tepat akan menyebabkan pencemaran lingkungan. Sebagai contoh besarnya limbah pabrikpabrik ethanol dari proses fermentasi glukosa dari material karbohidrat, berupa limbah vinasse dan produk ethanol yang ikut terbuang dapat menimbulkan pencemaran lingkungan. Hingga saat ini, hampir seluruh industri ethanol yang melibatkan proses fermentasi masih kurang mampu dalam pengolahan limbahnya. Sebagai contoh permasalahan yang ada di pabrik spiritus dan ethanol di Cirebon yakni harus mampu menurunkan BOD > 30.000 ppm dan COD > 50.000 ppm dari limbah vinase menjadi 150 ppm yang sesuai Kep-51/MENLH/10/1995. Angka persyaratan BOD ini bahkan lebih berat lagi bila mengacu ke Keputusan Gubernur Jabar ( No.6 tahun 1999) dan DI

Jogyakarta (No.281 tahun 1998) yang menetapkan BOD sebesar 100 ppm (Roy Hendroko: 2009).
Tabel 1 : Perbandingan komposisi vinasse dari berbagai negara dan sumber

Sumber : remaining data extracted from Polack et al., 1981

Di Brasil, sebagian besar vinasse yang dihasilkan dari produksi etanol yang digunakan sebagai pupuk karena kandungan kalium tinggi (Gloria, 1975). Masalah terjadi ketika beberapa tanah tidak merespon positif terhadap penerapan bahan asam ini. Aplikasi lain, seperti produksi gas metana oleh fermentasi anaerobik, telah diselidiki tetapi ekonomi yang terkait dengan masalah teknis bertindak sebagai faktor pembatas (Polack et al, 1981). Oleh karena itu perlu pemanfaatan lain dari limbah vinasse tersebut, salah satunya memanfaatkan vinasse sebagai bahan baku gula kecap, karena vinasse mengandung

Pemanfaatan vinasse sebagai gula kecap ini dapat diwujudkan melalui pemekatan limbah vinasse dengan metode Falling Film Evaporator (FFE), sehingga sesuai dengan spesifikasi yang dibutuhkan gula kecap yaitu Falling Film Evaporator berbentuk tabung panjang yang dilapisi dengan jaket uap (steam jacket). Distribusi larutan yang seragam pada Falling Film Evaporator ini sangat penting, larutan masuk dan memperoleh gaya gerak karena arah larutan yang menurun. Kecepatan gerakan larutan akan mempengaruhi karakteristik medium pemanas yang juga mengalir menurun. Dasar pemilihan metode Falling Film Evaporator ini adalah karena keunggulan dari FFE yang memiliki waktu tinggal yang pendek dan cocok untuk menangani larutan kental seperti vinasse. Prinsip dasar metoda

FFE ini yaitu semakin tipis cairan yang dipanaskan maka semakin cepat cairan tersebut menguap, sehingga dengan adanya lapisan tersebut luas permukaan menjadi lebih luas dan memudahkan proses penguapan (Rispiandi, 2009). 2. Tujuan Penelitian 1. Memanfaatkan limbah vinsse sebagai bahan baku pembuatan gula kecap 2. Uji coba pembuatan gula kecap dari limbah vinasse melalui pemekatan meggunakan Falling Film Evaporator
3. Memperoleh kondisi operasi optimum pada pembuatan gula kecap dari limbah

vinasse 3. Ruang Lingkup 1. Mempelajari sifat dan karakteristik limbah vinasse 2. Mempelajari sifat dan karakterisitik gula kecap 3. Perancangan FFE 4. Variasi laju alir umpan 5. Variasi suhu steam 6. Penentuan kondisi optimum 4. Metodologi penelitian 1. Tahap persiapan Pada tahap ini dilakukan persiapan bahan baku limbah vinasse yang diperoleh dariperlakuan awal. 2. Tahap pelaksanaan Pada tahap ini limbah vinasse yang telah diperoleh akan dipekatkan dengan menggunakan FFE. Pada proses ini dilakukan variasi laju alir umpan (vinasse), suhu, tekanan yang digunakan untuk mengetahui kondisi optimum untuk memperoleh gula kecap dengan kadar gula tinggi 3. Tahap analisis

a. Analisa kimia meliputi analisis kadar glukosa b. Analisa fisika meliputi pH, massa jenis, viskositas. 4. Flowsheet 5. Alat dan bahan Daftar alat yang akan digunakan antara lain : No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Nama alat Falling Film Evaporator (FFE) Gelas kimia Batang pengaduk Gelas Ukur pH meter Spesifikasi Jumlah

Daftar kebutuhan bahab yang akan digunakan antara lain : No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Alat dan Bahan Vinasse Spesifikasi Jumlah

Perkiraan biaya yang dibutuhkan

You might also like