You are on page 1of 5

CLINICAL PROBLEMS WITH THE PERFORMANCE OF EUTHANASIA AND PHYSICIAN-ASSISTED SUICIDE IN THE NETHERLANDS AND END-OF-LIFE PRACTICES IN THE

NETHERLAND UNDER THE EUTHANASIA ACT

Disusun Oleh: MILATUN NIKMAH (08680009)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA 2011

Dalam zaman kontemporer serba-teknologi, permasalahan yang membrojol dalam etika tidak hanya Sekadar persoalan kualitas perilaku seseorang terhadap orang lain secara langsung, melainkanjuga mengenai persoala baru seperti bioetik, nuklir, teknologi secara umum, krisis lingkungan, dll. Jacques (19980) menyatakan bahwa pada saat ini terdapat cakupan bioetika tentang kajian-kajian mengenai penanganan pasien yang tidak mungkin tertolong lagi, eutanasia, rekayasa genetik, stem cell, dan banyak kajian lainnya. Dan salah satu kajian dalam bioetika yang masih menjadi kontroversi pada saat ini adalah Mengenai Eutanasia. Eutanasia (Bahasa Yunani: -e , eu yang artinya "baik", dan thanatos yang berarti kematian) adalah praktek pencabutan kehidupan manusia atau hewan melalui cara yang dianggap tidak Menimbulkan rasa sakit atau menimbulkan rasa sakit yang minimal, biasanya dilakukan dengan cara memberikan suntikan yang mematikan. Eutanasia dan menyediakan pertolongan bunuh diri adalah illegal yang dilakukan di sebagian besar Negara mereka dibeberapa bagian dunia. Di Belanda, seorang dokter yang melakukan euthanasia atau menyediakan bantuan bunuh diri tidak akan dituntut jika tindakan telah dilakukan dibawah kondisi ketat yang telah dirumuskan oleh pengadilan dan profesi medis. Salah satu kondisi ini adalah bahwa euthanasia atau bantuan bunuh diri harus dilakukan dengan cara yang professional dan bertanggung jawab. Dalam 1987, Kerajaan Belanda mengeluarkan pedoman Asosiasi Farmasi yang digunakan dan persiapan dari obat untuk euthanasia.

Pedoman tersebut direvisi pada dasar pengalaman dokter pada tahun 1994 dan 1998. Insiden bunuh diri dan euthanasia yang di bantu dokter dan sikap terhadap praktek-

praktek ini telah dipelajari ektensif, namun beberapa laporan tentang aspek klinis dari praktik-praktik ini didasarkan pada terbatasnya data atau kecilnya nomor dari kasus. Dilakukan studi untuk menentukan apakah ada masalah dengan aspek klinis euthanasia dan dan Dokter yang membantu bunuh diri melaporkan sebagai dokter yang terlibat, termasuk komplikasi dan masalah dengan penyelesaian, seperti sebagai suatu berkepanjangan selang antara yang administrasi dari obat dan pasien kematian. Menurut Utomo (2009), dalam praktek kedokteran dikenal dua macam eutanasia yaitu,euthanasia aktif dan eutanasia pasif. Eutanasia aktif ialah tindakan dokter mempercepat kematian pasien dengan memberikan suntikan ke dalam tubuh pasien tersebut. Suntikan dilakukan pada saat keadaan penyakit pasien sudah sangat parah atau sudah sampai pada stadium akhir, yang menurut perkiraan/perhitungan medis sudah tidak mungkin lagi bisa sembuh atau bertahan lama. Eutanasia pasif adalah tindakan dokter berupa penghentian pengobatan pasien yang menderita sakit keras, yang secara medis sudah tidak mungkin lagi dapat disembuhkan. Penghentian pemberian obat ini berakibat mempercepat kematian pasien. DiBelanda, euthanasia didefinisikan sebagai kematian akibat obat

yang diberikan oleh Dokter dengan suatu niat yang eksplisit dari mempercepat kematian dan eksplisit dari permintaan pasien. Dalam bunuh diri yang dibantu, oleh permintaan dari pasien itu sendiribahwa obat adalah ditentukan oleh suatu dokter.

Dalam yang awal1990,yang praktek-praktek dari euthanasia dan dokter bantuan yang membantu bunuh diri adalah cenderung untuk hukum penuntutan diBelanda. Para public jaksa sebagian besar diberhentikan dokter dari penuntutan jika mereka ditemukan telah mematuhi untuk suatu nomor dari persyaratan. Penelitian tahun 1990 ditunjukkan bahwa pelaporan tingkat untuk euthanasia dan dokter bantuan bunuh diri adalah hanya18,0%. Setelah pembentukan resmi prosedur pelaporan pada tahun 1993, tingkat pelaporan meningkat menjadi 40,7% pada tahun 1995. Meskipun di dunia ini terdapat beberapa negara yang telah melegalkan

tindakan eutanasia dengan beberapa persyaratan dan pertanyaan yang harus dipenuhi oleh pasien ataupun keluarganya, diantaranya Belgia, Belanda dan negara bagian Oregon di Amerika Namun menurut saya Berdasarkan hukum di Indonesia, eutanasia merupakan sesuatu perbuatan yang melawan hukum, seperti yang dapat dilihat pada peraturan perundang-undangan Pasal 344 Kitab Undang-undang Hukum Pidana yang menyatakan bahwa "Barang siapa menghilangkan nyawa orang lain atas permintaan orang itu sendiri, yang disebutkannya dengan nyata dan sungguh-sungguh, dihukum penjara selama-lamanya 12 tahun". Seperti juga yang dinyatakan pada pengaturan pasal-pasal 338, 340, 345, dan 359 KUHP yang dapat dikatakan memenuhi unsurunsur delik dalam perbuatan eutanasia.Selain itu Islam mengakui hak seseorang untuk hidup dan mati, namun hak tersebut merupakan anugerah Allah kepada manusia. Hanya Allah yang dapat menentukan kapan seseorang lahir dan kapan ia mati (QS 22: 66; 2: 243). Oleh karena itu, bunuh diri diharamkan dalam hokum Islam meskipun tidak ada teks dalam Al Quran maupun Hadis yang secara eksplisit melarang bunuh

diri. Kendati demikian, ada sebuah ayat yang menyiratkan hal tersebut, "Janganlah engkau membunuh dirimu sendiri," (QS 4: 29), yang makna langsungnya adalah "Janganlah kamu saling berbunuhan."Dengan demikian, seorang Muslim (dokter) yang membunuh seorang Muslim lainnya (pasien) disetarakan dengan membunuh dirinya sendiri. Eutanasia dalam ajaran Islam disebut qatl ar-rahmah atau taisir almaut (eutanasia), yaitu suatu tindakan memudahkan kematian seseorang dengan sengaja tanpa merasakan sakit, karena kasih sayang, dengan tujuan meringankan penderitaan si sakit, baik dengan cara positif maupun negatif. Pada konferensi pertama tentang kedokteran Islam di Kuwait tahun 1981, dinyatakan bahwa tidak ada suatu alasan yang membenarkan dilakukannya eutanasia ataupun pembunuhan berdasarkan belas kasihan (mercy killing) dalam alasan apapun juga . Eutanasia dapat dilakukan dengan memberikan obat-obatan tertentu atau dengan menghentikan pengobatan maupun alat bantu hidup yang sedang dilakukan. Pengertian mempercepat kematian dalam terminologi Islam tidak dikenal. Dalam ajaran Islam, yang menentukan kematian adalah Allah (QS.Yunus:49). Dengan demikian eutanasia sebenarnya merupakan pembunuhan, yang diminta atau mendapat persetujuan dari pihak pasien dan keluarganya.

You might also like