You are on page 1of 37

1

BAB I PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Dalam dua dasawarsa terakhir ini, penggunaan dan peredaran narkoba atau

NAPZA secara illegal menunjukan peningkatan tajam, bahkan semua bangsa dan semua umat agama sudah banyak yang menjadi korban penyalahgunaan NAPZA (narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya). Penyalahgunaan NAPZA juga berkaitan erat dengan tindak kejahatan, kecelakaan lalu lintas, putus sekolah, putus kerja, hancurnya masa depan, dan pada akhir-akhir ini sampai pada tingkat penularan HIV/AIDS karena penyalahgunaan NAPZA (Ferli, 2011). Kasus narkoba/napza telah merebak di Negara kita, baik sebagai pengedar, pemakai, penjual, bahkan sebagai bandar. Kalangan pengkonsumsi NAPZA juga banyak mulai dari orang tua, sampai pada generasi muda dan anak-anak. Jenisnya macam-macam antara lain ganja, morfin, ekstasi, shabu-shabu dan lain-lain (Muhammad, 2009). Dalam perkembangannya remaja sangat rentan terhadap pengaruh lingkungan. Lingkungan sosial budaya yang tidak positif merupakan faktor risiko bagi remaja untuk terjebak dalam perilaku yang tidak sehat seperti penggunaan narkoba/napza (Poltekes, 2010: 95).

Indonesia dianggap sebagai soft country karena lemahnya peraturan perundang-undangan, akibatnya Indonesia saat ini tidak hanya sebagai tempat perdagangan gelap serta tujuan peredaran NAPZA tetapi telah menjadi produsen dan pengekspor. Ketergantungan NAPZA merupakan penyakit mental dan perilaku yang dapat berdampak pada kondisi kejiwaan yang bersangkutan dan masalah sosial. Masalah penanggulangan penyalahgunaan NAPZA di Indonesia bukan hanya tanggung jawab Departemen Kesehatan atau Badan Narkotika Nasional saja, melainkan tanggunga jawab kita bersama (Achmad, 2004). Di Indonesia sampai saat ini kejahatan dan penyalahgunaan NAPZA masih mengancam remaja, meskipun Indonesia sudah berkomitmen bebas narkoba 2015. Ancaman tersebut terlihat dari jumlah pengguna narkoba dikalangan pelajar dan mahasiswa yang meningkat. Sebagaimana hasil penelitian yang dilakukan Badan Narkotika Nasional bekerja sama dengan Universitas Indonesia tahun 2008 menunjukan bahwa ada peningkatan jumlah pengguna narkoba/napza sebesar 22,7% dari jumlah 1,1 juta di tahun 2006 menjadi 1,35 juta di tahun 2008. Memang sangat sulit untuk melakukan pencegahan penggunaan NAPZA dikalangan pelajar dan mahasiswa, karena peredaran NAPZA juga semakin gencar bersamaan dengan perkembangan teknologi produksi narkoba/napza di Indonesia. Sebagaimana data Badan Narkotika Nasional (BNN) 2008 menyebutkan bahwa ada 3,6 juta penyalahgunaan NAPZA di Indonesia, dimana 41% diantara mereka pertama kali mencoba NAPZA di usia 16-18 tahun (Ferli, 2011).

Pada umunya kasus penyalahgunaan NAPZA dilakukan pada usia remaja 13-17 tahun, yakni sebanyak (97%), sebagian besar (60%) mereka menggunakan zat ganda (Alkohol dan sedative/hipnotika+ganja). Lebih (80%) zat tersebut didapatkan dari teman, alasan mereka menggunakan zat tersebut pada umunya (88%) untuk menghilangkan kecemasan dan ketakutan. Dampak dari penyalahgunaan NAPZA tersebut (96%) prestasi belajar menurun, (93%) hubungan dengan keluarga memburuk, (65,3%) memicu perkelahian dan tindak pidana, (58,7%) kecelakaan lalu lintas. Banyak jumlah remaja yang menjadi pemakai sekaligus korban

penyalahgunaan NAPZA, menurut catatan, remaja dalam seharinya membelanjakan uangnya untuk membeli ekstasi, shabu-shabu, narkotik, dan obat-obat terlarang lainnya. Hal itu dapat menjadi bukti bahwa betapa banyaknya remaja yang menjadi korban penyalahgunaan NAPZA (Hikmat, 2007). Pemakaian narkoba/napza sangat dilarang di Indonesia (kecuali untuk kepentingan dunia kedokteran atau pengobatan), bagi yang kedapatan membawa, menjual, memakai, bahkan memperjual belikan NAPZA akan dikenakan sanksi pidana karena telah melanggar Undang-Undang Psikotropika (Muhammad, 2009). Meskipun orang yang terlibat dalam peredaran NAPZA diberi sanksi hukum, tapi tidak membuat peredaran dan pemakaiannya jera dan terhenti. Secara nasional hampir setiap tahun kasus ini meningkat jumlahnya. Tahun 1998 pihak kepolisian mencatat 958 kasus, tahun 1999 meningkat menjadi 1.833 kasus, tahun 2000 menjadi 3.478 kasus, dan tahun 2001 bertambah lagi menjadi 3.617 kasus (Muhammad, 2009).

Penelitian ini dilakukan di SMA NEGERI 7 Pekanbaru karena, sekolah ini belum pernah mendapat penyuluhan tentang NAPZA, sehingga siswa-siswinya kurang mendapatkan informasi. Oleh karena itu peneliti tertarik melakukan penelitian di SMA NEGERI 7 Pekanbaru. Data yang di dapat dari SMA NEGERI 7 Pekanbaru kelas II sebanyak xxx orang, dari uraian diatas penulis tertarik melakukan penelitian mengenai pengetahuan remaja kelas I tentang penyalahgunaan NAPZA di SMA NEGERI 7 Pekanbaru. Diharapkan adanya peran serta dari semua pihak seperti keluarga, sekolah, tenaga kesehatan, serta masyarakat untuk memberikan pengetahuan yang berguna tentang penyalahgunaan NAPZA.

B.

Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka peneliti merumuskan

Bagaimanakah Gambaran Pengetahuan Remaja Tentang Penyalahgunaan NAPZA di SMA NEGERI 7 Pekanbaru Tahun 2012?

C. 1.

Tujuan Penelitian Tujuan Umum Untuk mengetahui gambaran pengetahuan remaja tentang penyalahgunaan

NAPZA di SMA NEGERI 7 Pekanbaru Tahun 2012.

2.

Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui pengetahuan remaja tentang pengertian NAPZA di SMA NEGERI 7 Pekanbaru. 2. Untuk mengetahui pengetahuan remaja tentang penyalahgunaan NAPZA di SMA NEGERI 7 Pekanbaru. 3. Untuk mengetahui pengetahuan remaja tentang macam-macam NAPZA di SMA NEGERI 7 Pekanbaru. 4. Untuk mengetahui pengetahuan remaja tentang upaya pencegahan terhadap penyalahgunaan NAPZA di SMA NEGERI 7 Pekanbaru.

D. 1.

Manfaat Penelitian Bagi Siswa-Siswi Dapat menambah wawasan siswa-siswi tentang penyalahgunaan NAPZA

2.

Bagi SMA NEGERI 7 Pekanbaru Dari hasil penelitian ini sekolah/institusi dapat mengetahui bagaimanakah

pengetahuan remaja tentang penyalahgunaan NAPZA. Sehingga institusi dapat membuat rencana kegiatan dalam rangka mencegah/menanggulangi terjadinya penggunaan NAPZA di SMA NEGERI 7 Pekanbaru

3.

Bagi Institusi atau Pendidikan Hasil penelitian dapat dijadikan referensi kepustakaan pada institusi pendidikan

Universitas Abdurrab Pekanbaru terutama tentang pengetahuan remaja tentang penyalahgunaan NAPZA. 4. Bagi Penelitian Dapat dijadikan sebagai pengalaman dan menambah pengetahuan bagi peneliti khususnya dalam meneliti tentang penyalahgunaan NAPZA.

BAB II TINJAUAN TEORITIS

A. 1.

Pengetahuan Pengertian Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang

terhadap objek melalui indera yang dimilikinya. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu (Notoatmodjo, 2005:50)

2.

Tingkat Pengetahuan Menurut Notoatmodjo (2005:50) pengetahuan mempunyai 6 (enam) tingkatan,

yaitu: a) Tahu (Know) Tahu artinya mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya termasuk mengingat kembali terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari.

b)

Memahami (Comprehension) Memahami artinya kemampuan untuk menjelaskan secara benar. Dimana

orang yang paham terhadap objek atau materi, harus dapat menjelaskan,

menyimpulkan, menyebutkan contoh, meramalkan terhadap objek yang dipelajari. c) Aplikasi (Application) Aplikasi artinya kemampuan untuk menggunakan materi yang dipelajari pada kondisi sebenarnya dan penggunaan hukum-hukum, rumus, metode prinsip dalam konteks yang lain. d) Analisis (Analysis) Analisis artinya kemampuan untuk menjabarkan materi ke dalam komponen tetapi masih dalam struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain. e) Sintesis (Synthesis) Sintesis artinya kemampuan untuk melakukan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru atau kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi yang ada. f) Evaluasi (Evaluation) Evaluasi artinya kemampuan untuk melakukan penelitian terhadap materi atau objek penelitian berdasarkan kriteria-kriteria yang telah ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria yang telah ada.

B. 1.

Penyalahgunaan NAPZA Pengertian NAPZA NAPZA adalah zat yang dapat mempengaruhi kondisi kejiwaan/psikologi

seseorang serta dapat menimbulkan ketergantungan fisik dan psikologi (Irwan, 2007). Narkoba adalah zat psikoaktif narkotika, psikotropika, dan bahan-bahan berbahaya lainnya. Selain itu juga dapat diartikan sebagai bahan atau zat-zat kimiawi yang jika masuk ke dalam tubuh baik secara oral (dimakan, diminum, atau ditelan), diisap, dihirup atau disuntikan dapat mengubah suasana hati, perasaan, dan perilaku seseorang. Hal ini dapat menimbulkan gangguan keadaan sosial yang ditandai dengan indikasi negatif, waktu pemakaian yang panjang, dan pemakaian dosis yang berlebihan (Kusmiran, 2012: 61 ). Narkotika menurut Undang-Undang No. 9 Tahun 1976 adalah bahan-bahan seperti tanaman papaver, opium mentah, opium masak (candu, jicing, jicingko), opium obat, morfin, tanaman koka, daun koka, kokaina mentah, kokaina, ekgonina, tanaman ganja, dammar ganja. Bahan lainnya: baik yang alamiah, semi sintesis, sintesis yang dapat dipakai sebagai pengganti morfin atau kokain, ditetapkan Menteri Kesehatan sebagai narkotika jika penyalahgunaanya dapat menimbulkan akibat ketergantungan yang merugikan seperti morfin dan kokaina (Kusmiran, 2012: 61). Psikotropika adalah berbagai obat-obatan yang bukan termasuk narkotika. Namun, apabila disalahgunakan akan mempunyai efek serta bahaya yang sama dengan narkotika, karena sasaran obat-obat tersebut adalah saraf-saraf tertentu dari sistem saraf pusat. Contoh obat yang termasuk psikotropika adalah sedatin (Pil KB),

10

rohypnol, magadon, valium, mandrax, amfetamin, ekstasi, LSD (Lycergic Alis Diethylamide) (Kusmiran, 2012: 61). Zat adiktif adalah obat serta bahan-bahan aktif yang apabila dikonsumsi dapat menimbulkan ketergantungan yang sulit di hentikan dan berefek ingin menggunakan secara terus-menerus (Alttab, 2010). 2. Mekanisme Terjadinya Penyalahgunaan NAPZA Dalam mengobati penyakit-penyakit tertentu, dokter terkadang memberikan obat-obatan yang mengandung zat psikoaktif seperti heroin dan kodein. Namun, jika obat-obatan tersebut digunakan untuk tujuan lain, maka dapat digolongkan sebagai penyalahgunaan obat. Penyalahgunaan obat berarti penggunaan obat atau zat-zat berbahaya diluar tujuan medis dan tanpa pengawasan dokter, digunakan secara berkala atau terus-menerus, serta digunakan tanpa mengikuti dosis atau aturan yang benar. Apabila dipakai lebih dari satu bulan obat-obatan tersebut dapat menyebabkan gangguan fungsi sosial (Kusmiran, 2012: 62). a) Intoksikasi yaitu keadaan dimana pemakai dalam perilaku sudah menunjukkan adanya pengaruh zat-zat yang digunakan. b) Peningkatan toleransi, secara fisik atau fisiologis, seseorang membutuhkan jumlah zat yang lebih banyak untuk memperoleh efek atau akibat yang sama setelah pemakaian berulang kali. Oleh karena itu, dalam jangka waktu tertentu jumlah atau dosis yang digunakan akan meningkat. Toleransi akan hilang jika gejala putus obat hilang, gejala putus obat menunjukkan bahwa tubuh masih membutuhkan zat atau bahan tertentu.

11

c)

Gejala putus obat/ketagihan (withdrawal syndrome) yaitu suatu keadaan jika seseorang pemakai obat yang telah kronis tiba-tiba tidak mendapatkan obat/zat yang bias dipakai. Gejala ini menimbulkan keadaan seperti berkeringat, rasa sakit pada seluruh tubuh, suhu badan meningkat atau menurun, mual-mual, dan lainnya. Gejala tersebut akan hilang apabila obat deberikan, semua jenis obat yang digunakan tidak sesuai dengan petunjuk dokter akan menimbulkan gejala putus obat yang berbeda.

d) Keracunan obat (adiksi) yaitu keadaan dimana pemakai obat menjadi sangat tergantung pada pemakaian obat sehingga menimbulkan akibat-

akibat buruk baik bagi pemakai maupun lingkungan sekitarnya. e) Ketergantungan (dependensi) yaitu keadaan dimana seseorang selalu membutuhkan obat tertentu agar dapat berfungsi wajar, baik secara fisik maupun psikologis. Terdapat dua jenis ketergantungan obat, yaitu: 1. Ketergantungan fisik/fisiologis, tanda-tandanya badan menjadi lemah dan sendi-sendi terasa nyeri pada saat tidak menggunakan obat dalam jangka waktu tertentu. 2. Ketergantungan secara psikologis/mental yang ditunjukan dengan adanya perasaan tidak percaya diri dalam pergaulan sehari-hari jika tidak menggunakan obat. Menurut Kusmiran (2012: 63) jenis-jenis narkoba yang sering disalahgunakan adalah sebagai berikut:

12

1.

Opioda Opioda adalah nama segolongan zat, baik alamiah, semisintesis, atau

sintesis yang diambil dari bagian pohon poppy. Opioda selain dapat digunakan sebagai obat, juga dapat digunakan sebagai alat untuk menimbulkan perasaan senang. Contoh obat atau zat golongan opioda adalah sebagai berikut: a. Opiate/opium Obat berupa bubuk putih yang dibuat dari hasil olahan getah tanaman poppy (paper somniferum) yang dikeringkan dan ditumbuk menjadi serbuk bunga opium. Bubuk ini mengandung morfin dan kodein yang sangat efektif dalam menghilangkan rasa sakit, selanjutnya, dari morfin dibuatlah heroin. Dalam ilmu kedokteran, opium digunakan untuk penghilang rasa sakit, kadang-kadang dipakai juga sebagai obat penghilang batuk dan obat diare. b. Morfin Morfin merupakan turunan opium yang dibuat dari hasil percampuran antara getah pohon poppy dengan bahan-bahan kimia lainnya. Morfin bersifat semisintesis, morfin merupakan zat adiktif dari opium. Dalam dunia kedokteran, zat ini digunakan untuk mengurangi rasa sakit. Namun karena efeknya yang negatif, maka penggunaan morfin diganti dengan obat-obat sintesis. c. Opioda semisintesis sebagai hhasil turunan dari morfin melalui proses kimiawi. Heroin digunakan dalam dunia kedokteran untuk pengobatan

13

ketergantungan morfin, tetapi kemudian terbukti bahwa kecanduan heroin justru lebih hebat dan lebih sulit diatasi dari pada kecanduan morfin. Heroin menimbulkan efek ketergantungan yang sangat berat. Dalam bentuk murninya, heroin memiliki kekuatan dua kali lipat dibandingkan dengan morfin. d. Kodein Digunakan sebagai penghilang rasa sakit (analgesik) dan menahan batuk (antitusif). Kodein mempunyai sifat-sifat yang tidak diinginkan sehingga perlu pengawasan dalam penggunaan untuk pengobatan. e. Opiat sintesis Merupakan penghilang rasa sakit, termasuk didalamnya adalah jenis pethidin, metadon (physepton), dipipanon (deconal),

dekstropropoksifen (distalgesic). Obat ini memiliki efek seperti morfin, tetapi tidak bersifat adiktif. Metadon digunakan untuk terapi penyembuhan para pecandu opiate Opiate murni dan sintesis termasuk golongan opioda. Cara penggunaanya kadang ditelan, dilarutkan dalam air, atau disuntikan. Efek jangka pendek penggunaan opiate murni dalam dosis sedang dapat menghasilkan sejumlah reaksi ringan seperti menghilangkan rasa sakit.

14

2.

Kokain Kokain merupakan zat perangsang yang sangat kuat berupa bubuk Kristal

putih yang disuling dari daun coca (Erythorixylin coca). Kokain dapat menimbulkan rasa gembira, terangsang, bertambahnya tenaga, meningkatkan rasa percaya diri, serta mencapai perasaan sukses. Jika diisap efek kokain mencapai puncak 1-4 menit dan hilang setelah 20 menit. Efek menyenangkan yang hebat secara cepat diikuti oleh efek yang tidak menyenangkan meliputi depresi, kelelahan, serta mendorong penggunaan kakoin secara terus- menerus. Penggunaan yang berulang-ulang mengakibatkan kegelisahan, terlalu gembira, tegang, paranoid, dan psikosis. Efek fisiologis dapat menyebabkan percepatan detak jantung, darah tinggi, suhu meningkat, bola mata mengecil, terbius sesaat, nafsu makan hilang, serta susah tidur. Penggunaan yang lama akan menimbulkan kelelahan, masalah pencernaan, detak jantung tidak teratur, dan penurunan gairah seksual. 3. Kanabis/mariyuana/ganja Kanabis berasal dari tanaman cannabis satifa dan cannabis indica yang merupakan sejenis tanaman perdu yang biasa digunakan sebagai obat relaksan dan untuk mengatasi intoksikasi ringan. Bahan yang digunakan dapat berupa daun, biji, dan bunga dari tanaman tersebut. Kanabis atau disebut ganja memiliki zat aktif THC (Delta 9 Tetra Hydrocannabinol). Hashis merupakan getah tanaman yang berasal dari ramuan kanabis kering, sedangkan mariyuana adalah bentuk tanaman kanabis kering

15

yang lebih lemah efeknya. Reaksi yang kuat dalam tubuh manusia adalah terhadap cairan yang diolah dari getah tanaman yang disebut minyak kanabis. Kanabis memberikan rasa gembira, meningkatkan percaya diri, perasaan santai, serta sangat peka terhadap warna dan suara. Efek kanabis yang lain yaitu mengurangi kemampuan konsentrasi dan daya tangkap saraf otak, penglihatan kabur, dan berkurangnya sirkulasi darah ke jantung. Jika pengguna merasa tegang atau tertekan saat menggunakannya, maka perasaan menyenangkan ini hanya terjadi lebih ringan dan tidak hilang. Perasaan panik dan paranoid dapat terjadi jika digunakan dalam dosis tinggi dan jangka panjang. Penggunaan kanabis mempunyai akibat bervariasi tergantung dari jumlahnya, kanabis merupakan obat penenang yang banyak disalahgunakan. Dibeberapa daerah, daun ganja digunakan untuk penyedap masakan. Apabila dosisnya tinggi, maka akan menghasilkan efek seperti pada obat halusinogen. Seseorang yang baru saja menggunakan kanabis seringkali memperlihatkan tanda-tanda mabuk dengan mata merah dan bola mata membesar. Oleh karena itu, orang yang menggunakan kanabis tidak boleh menjalankan kendaraan atau mesin. 4. Alkohol Alkohol merupakan zat aktif yang terdapat dari berbagai jenis minuman keras. Alkohol merupakan zat yang mengandung etanol berfungsi menekan suasana saraf pusat. Meskipun demikian, jika digunakan dalam dosis rendah alkohol justru membuat tubuh merasa segar (bersifat merangsang).

16

Alkohol merupakan zat yang paling banyak digunakan dan disalahgunakan karena dapat diterima secara sosial. Hal ini dipahami karena masyarakat kita mempunyai jenis minuman tetentu yang mengandung alkohol. Efek penggunaanya tergantung dari jumlah yang dikonsumsi, ukuran fisik pemakai, serta kepribadian pemakai. Pada dasarnya, alkohol dapat

mempengaruhi koordinasi anggota tubuh, akal sehat, tingkat energi, dorongan seksual, dan nafsu makan. Dilihat dari kandungan alkoholnya, minuman keras terbagi dalam tiga golongan berikut ini: a. Golongan A. Minuman keras yang mengandung kadar alkohol antara 1-5%. Contohnya: bir. b. Golongan B. Minuman keras yang mengandung kadar alkohol antara 5-20%. Contohnya: anggur/wine. c. Golongan C. Minuman keras yang mengandung kadar alkohol antara 20-50%. Contohnya: wiski, vodka, manson house, johny walker, kamput. 5. Amfetamin Merupakan zat perangsang sintesis yang berbentuk tablet, kapsul, serta bentuk lainnya yang digunakan untuk pengobatan medis. Amfetamin tersedia dalam bentuk dexamphetamine (Dexedrine), pemoline (Volisal), dicthylpropion (Tanvate, Dospan, dan Apisate), fentheramine (Fonderax), dexfenfluramine (Adifax), dan mazindol (Teronac), yang dapat digunakan sebagai penahan rasa lapar.

17

Amfetamin memberikan efek stimulant yang ampuh. Amfetamin sering digunakan oleh orang untuk meningkatkan kewaspadaan, rasa percaya diri, konsentrasi, mengurangi rasa kantuk, serta mengurangi rasa lelah, bosan, dan menurunkan berat badan. Apabila digunakan dalam dosis tinggi dapat menimbulkan pengaruh fisiologis seperti peningkatan denyut jantung dan tekanan darah, mulut terasa kering, dan selalu berkeringat. Pengaruh psikologis yang ditimbulkannya seperti suasana hati gampang berubah, gelisah, mudah marah, bingung dan tegang. Selain itu, juga dapat mempengaruhi tingkah laku pemakai yang mengarah pada psikotis ditandai dengan paranoid, halusinasi, serta gangguan jiwa yang lainnya. Proses penyembuhan dapat berlangsung dalam waktu yang lama. Gejala putus obat atau pemberhentian akan menimbulkan perasaan depresi, merasa lelah, bosan dan sering lapar, karena pengaruh amfetamin adalah menunda rasa lelah dan rasa lapar. 6. Sedatif Sedatif merupakan zat yang dapat mengurangi kerja sistem saraf pusat, sedatif dapat menimbulkan rasa santai dan menyebabkan kantuk. Biasanya orang menggunakan sedatif karena mengalami kecemasan yang tinggi, stres berat, atau kesulitan tidur. Penggunaan sedatif menyebabkan ketergantungan psikologis.

18

Zat ini pun dapat menyebabkan koma, bahkan kematian, apabila dipergunakan melebihi dosis yang disarankan oleh dokter. Efek lain adalah terganggunya ingatan, memori, dan kemampuan berbicara si pemakai, serta dapat terjadi kecacatan. Gejala putus obat bagi pemakai sedatif berat dapat melebihi gejala putus obat dari herion. 7. Ekstasi Dikenal dengan nama methydioxy methamphetamine (MDMA), merupakan obat sinetsis. Ekstasi beredar dalam bentuk tablet dan kapsul. Efek ekstasi adalah meningkatkan kegembiraan, kepercayaan diri, serta energi dan stamina menjadi aktif. Efeknya timbul 30-60 menit setelah ditelan, mencapai puncak dalam 2-4 jam, dan berlangsung antara 4-12 jam. Setelah efek menghilang, pemakai akan mengalami depresi dan kelesuan yang apabila dirangsang terus dapat terjadi kerusakan otak. Ekstasi dapat digolongkan sebagai zat halisinogen amfetamin (amfetamin yang dapat menimbulkan efek halusinasi). Efek dalam tubuh adalah berkeringat, mulut kering, rasa haus meningkat, rahang kaku, tekanan darah, denyut jantung dan suhu tubuh meningkat, mata berair, kelebihan tenaga, dan kehilangan nafsu makan. Sebagaian pemakai mengalami persaan tidak aman, mual dan muntah-muntah. Efek psikologis adalah pemakai merasa santai, gembira, hangat, bertenaga, meriah dan menggambarkan perasaan saling mengerti. Penyalahgunaan ekstasi mengakibatkan risiko komplikasi pada pemakai yang memiliki tekanan darah tinggi, masalah dengan organ hati, penyakit

19

jantung, asma, diabetes, epilepsi dan gangguan jiwa. Terdapat kasus kematian akibat penggunaan ekstasi, ekstasi dapat memperlemah reaksi daya tahan tubuh, perubahan siklus, dan gangguan menstruasi. 8. Shabu Shabu merupakan komoditas baru yang sedang naik daun. Zat yang memiliki nama kimia methamfetamine yang memiliki kesamaan sifat dengan ekstasi, yaitu termasuk golongan psikotropika yang menstimulasi otak dan dapat menyebabkan ketergantungan. Efek umum penggunaanya hampir sama dengan ekstasi, yaitu

menyebabkan badan lebih segar dan tidak lelah, kepercayaan diri meningkat, perasaan gembira, serta nafsu makan berkurang. Efek shabu bermacam-macam tergantung kondisi kejiwaan sebelum mengonsumsi atau berupa gangguan delusi formikasi yang akan terasa seolah-olah ada serangga di sekujur tubuh. 9. Kafein Kafein merupakan zat perangsang yang ditemukan dalam bentuk minuman seperti the, kopi, dan soda. Dalam bentuk obat kafein digunakan dengan cara ditelan. Dalam dosis rendah, kafein tidak berbahaya bagi tubuh dan dapat membuat badan menjadi segar. Penggunaan dalam dosis tinggi dapat menyebabkan kegugupan, tidak dapat tidur, gemetar, serta keracunan. Konsumsi kafein yang cukup tinggi berisiko pada penyakit jantung dan berbagai jenis kanker.

20

10. Tembakau Merupakan daun-daunan pohon tembakau yang dikeringkan dan pada umumnya diproduksi dalam bentuk rokok. Zat aktif dalam tembakau adalah sebagai berikut: a. Nikotin Meningkatkan tingkat metabolism dan detak jantung, serta

menurunkan nafsu makan. Dalam dosis besar nikotin memberikan efek penenang dan perasaan rileks, gejala-gejala penghentian akan menyebabkan perasaan kesal, tertekan, tegang, gelisah, sulit

berkonsentrasi, lapar, pusing, serta dapat menyebabkan kecanduan. b. Karbon Monoksida Memiliki daya tarik yang lebih besar pada komponen sel darah merah yang menyebabkan kurangnya sirkulasi oksigen ke tubuh. c. Tar Terdiri lebih dari 4.000 zat kimia yang beracun, memedihkan mata serta menyebabkan kanker. Disamping itu juga merusak lubang udara diantara mata dan saluran pernapan. Efek dari nikotin dalam tubuh dapat meningkatkan kerja jantung, tekanan darah, serta pengeluaran air liur. Perokok dapat terkena risiko penyakit paru-paru, kanker mulut dan tenggorokan, stroke, jantung koroner dan emfisema (berkurangnya kapasitas paru-paru untuk menghirup udara/ oksigen karena alveoli rusak akibat dari merokok

21

sehingga napas menjadi lebih pendek). Kebiasaan merokok selain merugikan diri sendiri juga merugikan orang lain yang berada disekitarnya. Asap yang ditimbulkan dari rokok menyebabkan pusing, mata terasa perih, reaksi alergi serius, serta meningkatkan risiko kanker. 11. Lysergic Acid Diethylamide (LSD) LSD berasal dari jamur yang tumbuh pada kotoran sapi yang kemudian dikembangkan dalam bentuk bubuk putih buatan yang dapat larut dalam air. LSD tersedia dalam bentuk kapsul, gula balok, butiran kecil, serta kertas pengisap dengan bentuk khas seperti star wars, white dove, dan lain-lain. Cap kecil di kertas pengisap atau berupa cairan tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau. Penggunaan jangka pendek LSD adalah perasaan seperti terbang yang timbul kira-kira setengah sampai satu jam setelah penggunaan dan akan mencapai puncaknya 2-6 jam kemudian. Perasaan tersebut akan menghilang setelah kurang lebih dari 12 jam (tergantung dosis yang di pergunakan). LSD menimbulkan efek halusinasi, dapat membuat pemakai merasa melihat segala sesuatu yang tidak dilihat dari orang lain, halusinasi dapat berbahaya jika mendorong pemakai bertingkah laku sesuai dengan dalam khayalan. Selain itu, pemakaian zat jenis ini dapat menyebabkan kilas balik (flashback) disertai rasa cemas yang tinggi, meskipun LSD dianggap tidak

22

menyebabkan ketergantungan fisik, tetapi ketergantungan psikologis dapat terjadi cukup cepat dan cukup parah. 12. Bahan pelarut Beberapa zat (karbon) yang dapat menghasilkan efek yang sama dengan yang dihasilkan oleh minuman beralkohol atau obat anastesi jika aromanya diisap. Bahan pelarut merupakan zat senyawa organic yang berbentuk gas yang mudah menguap. Istilah yang paling umum adalah glue sniffing atau ngelem. Bahan pelarut tersebut dapat menyebabkan rasa ketagihan secara psikologis. Sebagian kasus kematian disebabkan karena tercekik saat pemakai kehilangan kesadaran, setelah beberapa tahun penggunaan berat dapat mengalami kerusakan hebat pada obat yang memengaruhi kontrol motorik. Penggunaan jangka panjang dapat menyebabkan kerusakan hati dan ginjal.

C.

Dampak Penyalahgunaan NAPZA Penyalahgunaan obat dapat memberikan dampak jasmani, kejiwaan, dan sosial

bagi pemakai ataupun bagi keluarga dan masyarakat. Efek obat pada tubuh tergantung dari jenis yang digunakan, banyak dan sering tidaknya penggunaan, cara penggunaan, serta apakah penggunaan tersebut bersama dengan obat lain. Efek psikologis tergantung dari kepribadian, harapan, dan perasaan saat menggunakan obat, serta factor biologis yang tergantung dari berat badan dan kecenderungan alergi. Organ tubuh yang secara fisiologis dipengaruhi adalah sistem saraf pusat (otak dan sumsum tulang belakang), organ vital (jantung, paru, hati, dan ginjal) dan

23

penginderaan. Secara umum pengaruh narkoba adalah dapat mempengaruhi organ tubuh secara sistemik. 1. Pengaruh Terhadap Fisik Pengaruh fisik dapat langsung maupun tidak langsung tergantung dari zat yang digunakan seperti pencampuran bahan, pemakaian tidak sesuai aturan, atau tidak sterilnya alat. Gangguan fisik yang dapat terjadi akibat penyalahgunaan obat antara lain sebagai berikut: a). Ganguan pada sistem saraf pusat, seperti: kejang, halusinasi, gangguan kesadaran, dan kerusakan saraf perifer. b). Gangguan pada jantung dan pembuluh darah, seperti: infeksi akut pada jantung dan gangguan peredaran darah. c). Gangguan pada paru-paru, seperti: penekanan fungsi saluran pernapasan, kesulitan benapas, pengerasan jaringan paru-paru, serta pengumpulan benda asing yang terisap. d). Gangguan pada hemopoetik, seperti: gangguan pada pembentukan sel darah. e). Gangguan pada saluran pencernaan, seperti: diare, radang lambung, dan hepatitis. f). Gangguan pada sistem endokrin, seperti: penurunan fungsi hormone reproduksi (estrogen, progesteron, testosteron), penurunan kadar gula darah yang menyebabkan gangguan sakit kepala dan badan gemetar.

24

g). Gangguan pada saluran perkemihan, seperti: infeksi, gangguan fungsi seksual, dan gangguan fungsi reproduksi. h). Gangguan pada otot dan tulang, seperti: peradangan otak akut, penurunan fungsi otot akibat alkohol. i). Risiko terinfeksi penyakit menular seksual dan HIV/AIDS. 2. Pengaruh Kejiwaan Gangguan kejiwaan dapat menimbulkan bermacam-macam akibat, seperti: gangguan psikotik (gangguan jiwa berat), depresi, tindak kekerasan, dan pengrusakan serta percobaan bunuh diri. Depresi timbul sebagai mekanisme rasa bersalah dan putus asa karena gagal berhenti dari penyalahgunaan obat ditambah kurangnya dukungan dan tuduhan bersalah oleh lingkungan keluarga dan masyarakat.

D.

Macam-Macam NAPZA menurut Eny Kusmiran (2011:63) 1. Opioda Nama segolongan zat, baik alamiah, semisintesis, atau sintesis, yang diambil dari bagian pohon poppy, opioda selain dapat digunakan sebagai obat, juga dapat digunakan sebagai alat untuk menimbulkan perasaan senang. 2. Kokain Kokain merupakan zat perangsang yang sangat kuat berupa bubuk Kristal putih yang disuling dari daun coca. Kokain dapat menimbulkan rasa gembira, terangsang, bertambahnya tenaga, meningkatkan rasa percaya diri.

25

3.

Kanabis/mariyuana/ganja Kanabis memberikan rasa gembira, meningkatkan percaya diri, perasaan

santai, serta sangat peka terhadap warna dan suara. Efek kanabis yang lain yaitu mengurangi kemampuan konsentrasi dan daya tangkap saraf otak, penglihatan kabur, dan berkurangnya sirkulasi darah ke jantung. Jika pengguna merasa tegang atau tertekan saat menggunakannya, maka perasaan menyenangkan ini hanya terjadi lebih ringan dan tidak hilang. Perasaan panik dan paranoid dapat terjadi jika digunakan dalam dosis tinggi dan jangka panjang. 4. Alkohol Alkohol merupakan zat aktif yang terdapat dari berbagai jenis minuman keras. Alkohol merupakan zat yang mengandung etanol berfungsi menekan suasana saraf pusat. Meskipun demikian, jika digunakan dalam dosis rendah alkohol justru membuat tubuh merasa segar (bersifat merangsang). 5. Amfetamin Amfetamin memberikan efek stimulant yang ampuh. Amfetamin sering digunakan oleh orang untuk meningkatkan kewaspadaan, rasa percaya diri, konsentrasi, mengurangi rasa kantuk, serta mengurangi rasa lelah, bosan, dan menurunkan berat badan. 6. Sedatif Sedatif merupakan zat yang dapat mengurangi kerja sistem saraf pusat, sedatif dapat menimbulkan rasa santai dan menyebabkan kantuk. Biasanya orang menggunakan sedatif karena mengalami kecemasan yang tinggi, stres

26

berat, atau kesulitan tidur. Penggunaan sedatif menyebabkan ketergantungan psikologis. 7. Ekstasi Dikenal dengan nama methydioxy methamphetamine (MDMA),

merupakan obat sinetsis. Ekstasi beredar dalam bentuk tablet dan kapsul. Efek ekstasi adalah meningkatkan kegembiraan, kepercayaan diri, serta energi dan stamina menjadi aktif. 8. Shabu Efek umum penggunaanya hampir sama dengan ekstasi, yaitu menyebabkan badan lebih segar dan tidak lelah, kepercayaan diri meningkat, perasaan gembira, serta nafsu makan berkurang. 9. Kafein Dalam dosis rendah, kafein tidak berbahaya bagi tubuh dan dapat membuat badan menjadi segar. Penggunaan dalam dosis tinggi dapat menyebabkan kegugupan, tidak dapat tidur, gemetar, serta keracunan. Konsumsi kafein yang cukup tinggi berisiko pada penyakit jantung dan berbagai jenis kanker. 10. Tembakau Merupakan daun-daunan pohon tembakau yang dikeringkan dan pada umumnya diproduksi dalam bentuk rokok.

27

11.

Lysergic Acid Diethylamide (LSD) Penggunaan jangka pendek LSD adalah perasaan seperti terbang yang

timbul kira-kira setengah sampai satu jam setelah penggunaan dan akan mencapai puncaknya 2-6 jam kemudian. Perasaan tersebut akan menghilang setelah kurang lebih dari 12 jam (tergantung dosis yang di pergunakan). 12. Bahan pelarut Beberapa zat (karbon) yang dapat menghasilkan efek yang sama dengan yang dihasilkan oleh minuman beralkohol atau obat anastesi jika aromanya diisap. Bahan pelarut merupakan zat senyawa organic yang berbentuk gas yang mudah menguap. Istilah yang paling umum adalah glue sniffing atau ngelem.

E.

Upaya Pencegahan Terhadap Penyalahgunaan NAPZA Menurut Hikmat (2007) upaya pencegahan penyalahgunaan NAPZA sebagai

berikut: 1. Sebaiknya pelajar mengetahui bahaya dan akibat dari penyalahgunaan NAPZA. 2. Jangan sekali-kali mau menerima ajakan siapapun untuk mencoba menggunakan NAPZA, walaupun di berikan secara gratis. 3. 4. 5. Hilangkan rasa ingin tahu tentang bagaimana rasanya NAPZA. Bergaul dengan teman yang tidak terlibat dalam penyalahgunaan NAPZA. Bila mengetahui teman/seseorang menggunakan NAPZA secara diam-diam segera laporkan pada kepala sekolah atau polisi.

28

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

A.

Kerangka Konsep Kerangka konsep dalam penelitian ini adalah Variabel Kategori: Pengetahuan remaja tentang penyalahgunaan NAPZA Baik : 75-100% Cukup : 56-75% Kurang : <56% Sub Variabel 1. 2. 3. 4. Pengertian NAPZA Dampak penyalahgunaan NAPZA Macam-macam NAPZA Pencegahan penyalahgunaan NAPZA

Skema 3.1 Kerangka Konsep

28

29

B.

Definisi Operasional Tabel 3.1 Definisi Operasional No Variabel 1 Pengetahuan remaja tentang penyalahgunaa n NAPZA Defenisi Operasional Segala sesuatu yang diketahui remaja tentang NAPZA, termasuk: 1. Pengertian NAPZA. 2. Dampak penyalahgu naan NAPZA. 3. Macammacam NAPZA. 4. Pencegahan penyalahgu naan NAPZA Alat Ukur Kuisione r Hasil Ukur Baik: 75-100% jika siswa-siswi dapat menjawab 16-20 pertanyaan dengan benar dari 20 soal. Cukup: 56-75% jika siswa-siswi dapat menjawab 11-15 pertanyaan dengan benar dari 20 soal. Kurang: <56% jika siswa-siswi dapat menjawab <10 pertanyaan yang benar dari 20 soal. Skala Ukur Ordina l

30

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

A.

Desain Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif, dengan

penelitian menggunakan desain deskriptif

yaitu suatu metode penelitian yang

dilakukan dengan tujuan utama membuat gambaran secara deskriptif tentang suatu keadaan secara objektif (Notoatmodjo, 2005:138). Penelitian ini berguna untuk mengetahui pengetahuan remaja tentang penyalahgunaan NAPZA.

B. 1.

Populasi dan Sampel Populasi Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti

(Notoatmodjo, 2005:79). Yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas I di SMA NEGERI 7 Pekanbaru tahun 2012 sebanyak 680 siswa, karena siswa kelas I sedang memasuki masa-masa remaja, awal masa remaja berlangsung kira-kira dari usia 13-17 tahun, rata-rata anak kelas I usianya 14-16 tahun dan itu lagi masa puberitas yang sangat kuat, lagi pula usia mereka belum terlalu matang, masih labil dan masih senang mencoba-coba, karena keingintahuannya tentang NAPZA masih sangat kuat, dan akhir masa remaja dari usia 16-18 tahun.

30

31

2.

Sampel Sampel adalah sebagian dari populasi yang mewakili populasi itu sendiri

(Notoatmodjo, 2005:79). Sampel dalam penelitian ini sebanyak 251 siswa Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah stratified random yaitu suatu cara pengambilan sampel yang digunakan bila anggota populasinya tidak homogen yang terdiri kelompok yang homogen atau berstrata secara proporsional dengan cara mengambil semua anggota populasi menjadi sampel (Hidayat, 2007:81) Sampel diambil dengan menggunakan rumus Notoatmodjo (2005:92)

n=

keterangan: N= Besar Populasi n= Besar Sampel D= Tingkat kepercayaan/ketetapan yang diinginkan 95% (0,05)

32

n=

680

1+680 (0,005) n= 680 1+ 680 (0,0025)2 n = 680 1+1,7 n = 680 2,7 n = 251 orang

3.

Lokasi Penelitian Lokasi penelitian dilaksanakan di SMA NEGERI 7 PEKANBARU Tahun

2012. 4. Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan maret tahun 2012 5. Etika Penelitian Dalam melakukan penelitian, peneliti mendapatkan surat izin peneliti dari Program Studi DIII Kebidanan Universitas Abdurrab Pekanbaru, penelitian dengan menggunakan Etika Penelitian yang meliputi.

33

a) Informed Consent Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara penelitian dengan responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan. Tujuan informed consent agar subjek mengerti maksud dan tujuan penelitian, mengetahui dampaknya, jika subyek bersedia maka mereka harus menandatangani persetujuan (Hidayat, 2007:93). b) Anominity (Tanpa Nama) Untuk menjaga kerahasiaan, peneliti tidak memberikan atau

mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan (Hidayat, 2007:94) c) Confidenitiality (Kerahasiaan) Yaitu masalah jaminan dengan memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah lainnya, semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaan oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset (Hidayat, 2007:95)

6.

Instrumen Penelitian Instrument penelitian dalam penelitian ini adalah kuisioner dengan table

checklist

yang dirancang oleh peneliti sesederhana mungkin agar mudah di pahami

oleh siswa siswi.

34

Tabel Kisi-Kisi Kuisioner Penelitian No 1 2 Variabel Pengertian NAPZA Bahaya penyalahgunaan NAPZA 3 4 Macam-macam NAPZA Cara pencegahan NAPZA 9,10,11,12,13,14,15,16 8 17,18,19,20 4 No soal 1,2,3,4 5,6,7,8, Jumlah 4 4

7.

Alat Pengumpulan Data Alat pengumpulan data dalam penelitian ini adalah kuisioner yang berisi

pertanyaan. Untuk mengumpulkan data pengetahuan remaja tentang penyalahgunaan NAPZA di ukur dengan menggunakan kuisioner dengan 20 pertanyaan yang berhubungan dengan masalah yang diteliti, sebagai instrument yang diberikan kepada responden, dimana responden tinggal memberikan jawaban. 8. Prosedur Pengolahan Data Pengolahan data dilakukan secara manual, sebelum data dianalisa, terlebih dahulu dilakukan pengolahan data dengan cara sebagai berikut:

35

1.

Editing (Pengeditan Data) Merupakan upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh atau dikumpulkan. Setelah data dikumpulkan dari pencatatan, maka setiap instrument diperiksa kelengkapannya dan kesesuaian antara criteria data yang diperlukan agar pengolahan data dapat memberikan hasil yang menggambarkan masalah yang diteliti.

2.

Coding (Pemberian Kode) Coding atau pengkodean merupakan kegiatan merubah data bentuk angka atau bilangan terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori. Pemberian kode ini sangat penting bila pengolahan dan analisis data menggunakan komputer.

3.

Entry (Pemindahan Data) Merupakan kegiatan memasukan data yang telah dikumpulkan kedalam master table atau database komputer, kemudian membuat distribusi frekuensi sederhana atau bias juga dengan membuat table kontigensi.

4.

Tabulating Merupakan pengorganisasian data sedemikian rupa agar dengan mudah dapat dijumlah, disusun dan ditata untuk disajikan dan di analis.

5.

Analisa Data Analisa data dilakukan dengan tahap:

36

a.

Analisis univariate yaitu analisa yang dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian. Untuk mengetahui distribusi frekuensi dan persentase hasil dari penelitian yang nantinya akan dapat digunakan sebagai tolak ukur untuk pembahasan dan kesimpulan.

Untuk mendapatkan kategori pengetahuan diolah dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Keterangan: P= Nilai Persentase F= Jumlah Jawaban yang benar N= Jumlah Keseluruhan item pertanyaan

Jumlah pertanyaan yang diajukan adalah 20 pertanyaan kategori yang digunakan adalah: a. Baik (75-100%) : Jika responden dapat menjawab 16-20

pertanyaan dengan benar dari 20 soal. b. Cukup (56-75%) : Jika responden dapat menjawab 11-15

pertanyaan dengan benar dari 20 soal.

37

c. Kurang (<56%)

: Jika responden dapat menjawab < 10

pertanyaan dengan benar dari 20 soal.

You might also like