You are on page 1of 20

BAB I PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Menurut Jones dan Grundy (1992), indirect restoration adalah restorasi yang dibuat

diluar mulut. Suatu indirect restoration kemudian akan di sementasi pada gigi. Indirect restoration secara umum dibagi menjadi: restorasi intrakoronal yang pas dalam kontur gigi (misal: inlay, cast intra-radicular post); restorasi ekstrakoronal yang menutupi permukaan luar gigi untuk menciptakan kontur anatomik (misal: mahkota penuh atau sebagian, veneer); dan semuanya yang berada didalam diantara restorasi yang menutupi sebagian atau seluruh permukaan eksternal gigi untuk menciptakan bentuk dan pas dalam gigi (misal: cuspal coverage inlay/onlay).1 Crown dibuat pada kasus dimana mahkota gigi sudah rusak, atau pada gigi yang sudah dirawat saluran akar. Crown menutupi seluruh bagian mahkota gigi yang sebelumnya sudah diasah terlebih dahulu, kemudian crown dilekatkan dengan menggunakan semen khusus kedokteran gigi. Crown dibuat dengan tujuan memulihkan daya kunyah yang berkurang karena hilangnya gigi asli, mencegah terjadinya perpindahan tempat gigi seki tar ruangan yang kosong karena hilangnya gigi, untuk memelihara dan mempertahankan gusi, dan juga untuk memperbaiki fungsi estetika maupun phonetic.15 Bahan gigi tiruan ini tergantung pada posisi dan kondisi giginya. Jaket porselen biasanya diberi penguat logam, jadi pengurangan gigi harus lebih banyak daripada akrilik. Keuntungan jaket porselen, warnanya lebih baik serta tahan aus dibanding akrilik. Tetapi lebih mahal karena proses pembuatannya lebih rumit.1

1.2

Maksud dan Tujuan Maksud penulisan makalah tentang Mahkota Jaket (Crown) ini adalah sebagai hasil dari

Belajar Berdasarkan Masalah (BBM) dan kuliah pakar. Selain itu untuk mengetahui lebih lanjut mengenai pulpitis reversible dan penanganannya (pembuatan mahkota jaket atau crown).

BAB II PULPITIS REVERSIBLE

2.1

Definisi Pulpititis reversible adalah inflamasi pulpa yang tidak parah, yang mana jika

penyebabnya atau stimulus dihilangkan maka rasa sakit juga akan menghilang. Rasa sakit yang timbul akibat stimulus berlangsung sebentar, tidak akan pernah lebih lama dari 10 15 detik, setelah stimulus diangkat. Stimulus dapat berupa panas, dingin dan manis.2,3 2.2 Etiologi Etiologi dari pulpitits reversible adalah stimulus ringan atau sebentar seperti karies insipien, erosi servikal, atau atrisi oklusal, kuratase peridontium yang dalam (scaling), dan fraktur enamel yang menyebabkan tubulus dentin terbuka.2,3 2.3 Pemeriksaan Untuk mengetahui apakah seseorang mengalami pulpitis reversible maka harus dilakukan anamnesa terlebih dahulu, kemudian dilakukan pemeriksaan klinis melalui dua tahap yaitu pemeriksaan ekstraoral dan pemeriksaan intraoral. Dalam pemeriksaan ekstraoral perlu diperhatikan secara visual simetris dari wajah. Apabila terjadi asimetris wajah maka menandakan adanya pembengkakan. Sedangkan untuk pemerikasaan intraoral ada beberapa tahapan yang harus dilakukan, yaitu : 2,3 1. Tes Perkusi Tes perkusi dilakukan untuk mengetahui apakah ada atau tidaknya kelainan pada jaringan periodontal dengan cara mengetuk dengan pelan gigi yang diperiksa menggunakan ujung tangkai kaca mulut. Seseorang yang mengalami pulpititis reversible pada saat dilakukannya tes perkusi tidak akan merasakan nyeri tekan ataupun rasa tumpul. Namun demikian, apabila adanya rasa nyeri maka dapat disimpulkan bahwa orang tersebut mengalami pulpitis reversible yang disertai adanya kelainan pada jaringan periodontalmya (periodontitis).

2. Tes Vitalitas Gigi Tes ini digunakan untuk menentukan vitalitas (atau nonvital) pulpa gigi. Tes sebaiknya tidak hanya dibatasi pada gigi yang sedang diperiksa. Gigi sekitarnya yang diperkirakan tidak mengalami kelainan (sehat), juga sebenarnya perlu dites dan hasilnya dibandingkan. Gigi penyebab akan memberikan respon yang berlebihan apabila dilakukan tes vitalitas, dibandingkan dengan gigi sebelahnya yang normal. Stimulus yang diberikan dapat berupa tes panas, dingin, atau tes dingin dengan elektrik dan sebaiknya tes dilakukan pada email mahkota gigi, dengan menghindari tersentuhnya tambalan ataupun jaringan lunak. 3. Tes druk Tes ini digunakan untuk mengetahui apakah ada atau tidaknya kelainan pada jaringan periapikal. Apabila pada saat dilakukan tes druk adanya rasa nyeri maka hal ini menandakan bahwa adanya inflamasi pada bagian periapikal.

2.4

Patofisiologi Tahap awal terjadinya pulpitis reversible adalah pembentukan pelikel. Hal ini diawali

dengan absorbsi glikoprotein dari saliva oleh kalsium hidroksiapatit di permukaan gigi, lapisan ini disebut pelikel. Pelikel merupakan suatu lapisan organik bebas bakteri dan terbentuk beberapa menit setelah permukaan gigi yang bersih berkontak dengan saliva. Lalu tahap selanjutnya terjadi pembentukan plak dengan melekatnya mikroorganisme aerob pada permukaan pelikel, selanjutnya mikroorganisme mengadakan kolonisasi. Mikroorganisme mempunyai system enzim yang mengkatalisasi sintesis polisakarida ekstraseluler dari sukrosa menjadi dekstran dan levan yang mempererat ikatan dan kolonisasi sehingga terbentuklah plak.2,3 Kalkulus adalah proses selanjutnya yang diakibatkan oleh mineralisasi plak. Proses awal karies diawali oleh penetrasi H+ (asam) ke lapisan enamel, karena permukaan enamel lebih keras proses demineralisasi diawali oleh larutnya kristal-kristal apatit seperti ion kalsium dan posfat dibawah permukaan email yang lebih mudah larut. Proses ini ditandai dengan terbentuknya lesi awal (white spot). Lesi awal ini akan terus berkembang membentuk kavitas hingga pada akhirnya tubulus dentin terbuka. Jika zat- zat toksik berdifusi melalui tubulus kearah pulpa maka akan timbul rasa nyeri karna terjadi inflamasi pulpa (pulpitis reversible). 2,3

2.5

Tatalaksana Pada pulpitis yang reversible yang disebabkan oleh karies, maka semua jaringan

karies harus dihilangkan, kemudian mengaplikasikan kalsium hidroksida pada dasar kavitas , zinc-oxide eugenol dan ditumpat dengan tumpatan sementara. Jika gigi tidak lagi menunjukkan gejala pulpitis lagi, maka dapat dilakukan penggantian tumpatan menjadi tumpatan permanen dengan ketentuan terapi saluran akar harus dilakukan apabila gejala muncul kembali. 4 Bahan tumpatan yang dapat digunakan untuk tumpatan permanen antara lain amalgam, light-activated resin composite, autocured resin composite, semen seng fosfat, semen silikat, GIC, dan resin akrilik. Etsa dentin diketahui dapat membahayakan pulpa, tapi pulpa dapat bertoleransi apabila invasi bakteri telah dicegah.5 Untuk perawatan kavitas yang luas di gigi anterior bisa ditumpat dengan tumpatan resin komposit. Akan tetapi preparasi tumpatan menyebabkan kehilangan banyak jaringan gigi sehingga retensi tumpatan dengan gigi kurang kuat dan estetik dari tumpatan komposit yang luas kurang memuaskan. Untuk hasil yang lebih tahan lama, crown lebih baik dibandingkan tumpatan komposit untuk karies yang luas karena estetik dari crown lebih baik.6 Crown dibuat pada kasus dimana mahkota gigi sudah rusak, atau pada gigi yang sudah dirawat saluran akar. Crown menutupi seluruh bagian mahkota gigi yang sebelumnya sudah diasah terlebih dahulu, kemudian crown dilekatkan dengan menggunakan semen khusus kedokteran gigi. Crown dibuat dengan tujuan memulihkan daya kunyah yang berkurang karena hilangnya gigi asli, mencegah terjadinya perpindahan tempat gigi seki tar ruangan yang kosong karena hilangnya gigi, untuk memelihara dan mempertahankan gusi, dan juga untuk memperbaiki fungsi estetika maupun phonetic.15 Untuk pembuatan GTC diperlukan Rntgen foto terlebih dahulu untuk mengetahui keadaan tulang alveolar di daerah yang kehilangan gigi, akar yang tertinggal di alveolar, perbandingan panjang akar dan tinggi mahkota, ukuran, bentuk dan posisi akar, tebal dan kontinuitas lapisan periodontal, dan adanya kelainan pada apeks akar. Gigi tiruan cekat ini tidak dapat dilepas pasang sendiri oleh pasien karena dicekatkan ke gigi dengan menggunakan semen kedokteran gigi.15

Gigi tiruan jembatan merupakan gigi tiruan cekat untuk menggantikan kehilangan gigi asli dimana gigi asli yang hilang itu masih didampingi dua gigi yang masih ada disebelahnya. Kedua gigi tersebut dijadikan abutment (penyangga) untuk pontik (gigi hilang yang akan di gantikan). Kedua gigi ini akan dikecilkan ukurannya pada saat dipreparasi dan dibuat perlekatannya pada kedua penyangga ini dengan disementasi sehingga tidak dapat dilepas pasien. Namun kekurangan dari aplikasi ini adalah harus mengorbankan dua gigi penyangga yang merupakan gigi sehat untuk dikecilkan.15 Crown dapat terbuat dari logam (all metal), porselen (all porcelain), resin akrilik, atau paduan logam dengan porselen(porcelain-fused-to-metal crown/PFM) atau bahan resin komposit dengan penguatan fiber. Yang paling sering digunakan adalah PFM crown, karena paling menyerupai tampilan gigi asli dengan kekuatan yang baik untuk menahan tekanan kunyah.15

BAB III PEMBAHASAN

3.1

Definisi Crown Suatu jenis restorasi yang menutupi atau memperbaiki seluruh permukaan gigi yang telah

dipreparasi dan terbuat dari porselen atau resin akrilik serta direkatkan secara permanen pada gigi asli dengan bantuan semen gigi.5 3.2 Klasifikasi GTC Pembagian gigi tiruan cekat/pemanen dapat di kelompokan menjadi crown, bridge dan veneer non-direct tergantung pada kasus yang terjadi pada pasien : 10,11 1. Mahkota jaket(crown) Suatu jenis restorasi yang menutupi atau memperbaiki seluruh permukaan gigi yang telah dipreparasi dan terbuat dari porselen atau resin akrilik serta direkatkan secara permanen pada gigi asli dengan bantuan semen gigi. Berdasarkan bahan pembuatannya akrilik crown di bagi menjadi:10,11 a) Acrylic jacket crown b) Acrylic thumble crown c) Acrylic veneer crown d) Acrylic dowel crown a) Berdasarkan tipe shoulder mahkota jaket (crown) di kelompokan menjadi : a) Full shoulder untuk mahkota jaket porselen b) Partial shoulder atau shoulder sebagian digunakanuntuk mahkota jaket pada gigi malposisi c) Shouderless atau tanpa shoulder, untuk mahkota jaket pada gigi anomali 6

2. Mahkota jembatan(bridge), gigi tiruan untuk mengganti gigi yang hilang dengan membungkus gigi tetangga. 3. Veneer non-direct, untuk merestorasi sebagian permukaan gigi yang rusak. 3.3 Indikasi Dan Kontraindikasi Crown Indikasi : 1,7 a) Rekuren karies yang luas pada restorasi yang besar atau gigi dengan karies yang luas, sehingga tidak dapat ditumpat secara konvensional/Black. Misalnya pada karies rampan, karies sirkuler, karies proksimal M-D. b) Diskonfigurasi yang berasal dari kombinasi restorasi yang terdiskolorisasi dan gigi tetangganya yang rotasi. c) Amelogenesis imperfekta dimana email mengalami hipokalsifikasi atau perubahan warna lain yang terjadi pada gigi. Misalnya flourosis atau hipoplasi email. 4. Fraktur gigi dimana pulpa belum terbuka. 5. Abrasi dan erosi gigi. 6. Koreksi malposisi, misalnya rotasi, lingu /labio versi, mesio/disto versi, dan diastema. 7. Gigi anomali bentuk, misalnya peg- teeth, mulbery teeth, rudimenter. 8. Abutment gigi tiruan cekat. Kontraindikasi : 1,7 1. Gigi terlalu pendek atau tidak mempunyai cingulum sehingga retensinya kurang. 2. Gigitan tertutup (close bite) atau edge to edge bite. 3. Ketebalan struktur jaringan keras gigi kurang atau tipis pada labio-lingual. 4. Pasien yang memiliki kebiasaan bruxism. 5. Desain preparasi tidak didukung jaringan gigi yang kuat. 6. Alergi terhadap bahan yang akan digunakan.

3.4

Prosedur Pembuatan Ada prosedur pembuatan crown yang harus dilakukan agar hasil akhir restorasi memiliki

kekuatan, ketahanan dan estetik yang baik. Cara dan tahapan preparasi mahkota jaket adalah sebagai berikut : 1,12,13 7

1. Pembersihan jaringan karies 2. Pengurangan bagian insisal Pengurangan pada bagian insisal adalah sebesar 1.5-2 mm dengan sudut 45o. Tujuan pengurangan pada bagian insisal adalah a) Memberi ketebalan mahkota jaket antara inti dengan gigi antagonis b) Menghindari patahnya mahkota jaket terhadap pengunyahan c) Oklusi dapat diperbaiki

3. Pengurangan permukaan proksimal Pengurangan pada bagian proksimal adalah sebesar 60 Pengurangan bagian proksimal yang melebihi 60 akan mengurangi resistensi dan retensi inti kurang. Tahapan pengurangan bagian proksimal adalah sebagai berikut: a) Dengan putaran rendah Diskus karborondum/diamond yang tajam sebelah: suara gigi tetangga tidak kena preparasi. Diameter 3/8 inch. b) Dengan putaran cepat/sangat cepat Diamond fissura berbentuk tapered berdiameter 0.8 1 mm

Tujuan pengurangan permukaan proksimal :

Menghilangkan kecembungan gigi yang menghalangi masuknya mahkota jaket sepanjang servikal Mensejajarkan bidang proksimal mesial distal sehingga mahkota jaket masuk tanpa halangan Untuk ketebalan bahan mahkota jaket Membuat jalan bur untuk preparasi dan toilet form cavity 4. Pengurangan permukaan labial Tujuan : untuk ketebalan mahkota jaket bagian labial (estetika) Cara (3 metode) : a) Menurut Ewing (1959) Hilangkan email 1/3 dari insisal dan 1/3 yang ditengah dengan menggunakan wheel stone diameter 1.5-2 mm (labial dan lingual) Hilangkan email 1/3 gingival dengan wheel stone lebih kecil Dengan stone silindris, hilangkan sudut-sudut penghubung labial dan lingual dengan bagian proksimal. b) Menurut Hampson (1973) Alat yang dipakai: bur fisur karbidtungsten dan bur fisur diamond tapered (high speed). Email dipotong dibagian tengah permukaan labial sampai dibawah dentino enamel juction Bur digerakkan ke arah mesial dan distal, sampai semua email dan sedikit dentin hilang Gerakan bur harus konstan, supaya tidak terjadi undercut Menurut Baum : pengurangan 0.7 1 mm Menurut Hampson : 1 1.5 mm

5. Pengurangan permukaan lingual atau palatal a) Alat yang digunakan Wheel stone diameter kecil (putaran rendah) Diamond bentuk buah pear (putaran cepat dan sangat cepat) b) Cara: Pengurangan email di daerah cingulum sampai cervikal dengan bur fisura tapered kesejajaran/dinding pararel akan menambah retensi (daerah cingulum ke servikal bentuknya sejajar) Pengurangan cingulum ke insisal dengan wheel stone/diamond bentuk buah pear berbentuk konveks sesuai miniatur bentuk asli

6. Preparasi daerah servikal Preparasi pundak labial masuk ke subgingival 1 mm Alat yang dipakai: a) Bur fisur no 1 low speed/high speed (rotary instrument) b) Enamel cleaver (diletakkan subgingival tepi preparasi ke arah insisal (hand instrument) Cara: pada area cemento enamel junction 10

Preparasi pundak a) Bagian labial dan lingual tegas b) Dengan bur fisura no 1 c) Lebar : 0.7 1 mm d) Sudut : 85 90 (ideal); bentuk square e) Labial : masuk sulcus gingiva f) Lingual : tepat margin gingiva Bagian proksimal a) Sudut 2 3 terhadap garis vertikal untuk mahkota jaket akrilik b) Sudut 6 untuk metal coping bentuk inti silindris

7. Toilet form cavity (penyelesaian) Line angle ditumpulkan dipoles dengan sand paper disc + petroleum jelly

8. Preparasi mahkota jaket sudah baik, tidak ada undercut selanjutnya retraksi gingival. Copper band sesuai bentuk/contour gigi papilla interdental dan dalamnya gingival crevice tanpa merusak jaringan gingival.

11

Retraksi gingiva berguna untuk: Membebaskan tepi preparasi mahkota jaket dari jaringan lunak pada waktu Preparasi dan pencetakan Melihat bentuk anatomis mahkota gigi Preparasi pundak servikal terlihat jelas

9. Beberapa cara pencetakan inti preparasi mahkota jaket antara lain: a. Dengan tabung tembaga dan impression compound Tabung tembaga dibentuk sesuai inti preparasi mahkota jaket bagian servikal difestoner terutama bagian proksimal (ada interdental papila) Tinggi tabung 2-5 mm dari insisal inti preparasi Diameter tabung lebih besar 1-2 mm dari diameter inti preparasi Tabung tembaga diisi green stick compound b. Dengan bahan elastomer impression rubber base Bahan elastomer tidak dapat melekat pada tabung jika tidak diolesi dengan bahan adhesive dari rubber base. Guna adhesive : untuk melekatkan bahan cetak ke alat cetak Cara : 1) Pada ujung bebas tabung (bag. insisal) disumbat dengan impression compound (green stick/stenz) 2-3 mm dari pinggir. Maksud penyumbatan menggunakan impresion compound : 2) Bahan elastomer supaya tidak meluap ke insisal karena setting time-nya lambat sehingga bahan cetak tidak mengalir keluar (untuk gigi atas) Kelebihan bahan elastomer bergerak ke servikal sehingga pundak tercetak sempurna dan kelebihan bahan mengalir keluar melalui ujung servikal Mendorong gelembung udara dalam bahan cetak dan sela-sela preparasi

Pengolesan bahan adhesive pada permukaan dalam tabung selama 5 detik sampai kering

3) 4) 5)

Pasta elastomer dimasukkan ke dalam tabung tembaga Pencetakan ganda dengan sendok dan bahan cetak sama / lain Pada waktu mencetak arah cetakan sama, supaya tidak merubah inklinasi. Kemudian didapatkan cetakan negatif 12

6) 7) 8)

Cetakan negatif diisi gips dan menghasilkan cetakan positif (DIE) Contra die diperoleh dengan mencetak gigi antagonis Dipasang pada artikulator/okludator dan gigitan kerja (pada gigitan sentrik)

10. Salah satu tahapan yang penting dalam pembuatan mahkota jaket adalah penentuan warna. Warna yang sesuai dengan gigi asli memberikan kepuasan pada pasien. Penentuan warna dilakukan 2 kali, sebelum dan sesudah preparasi, supaya diketahui apakah dalam menentukan warna sudah baik. Cara penentuan warna : a) Pengaruh warna sekeliling ditutup b) Peta warna Crevical colour Body colour Incisal colour c) Kamus warna (shade guide colour) Catatan : Warna servikal lebih tua dari warna labial (body colour), warna labial lebih tua daripada warna insisal (no. 3 dan 4) 11. Setelah selesai melakukan pencetakan pada hasil preparasi, tahap selanjutnya adalah pembuatan mahkota jaket yang terdiri dari beberapa tahap, antara lain : a) Membuat model malam Malam putih diteteskan pada model kerja dibentuk sesuai anatomi gigi semula. Perhatikan : daerah servikal harus tertutup semua, oklusi dengan gigi lawan, kontak dengan gigi tetangga, inklinasi/kemiringannya. Haluskan seluruh permukaan model malam seperti pada pembuatan model malam inlay mo/mod. Model malam harus dapat dilepas dari model kerja (die) dan diperiksa permukaan dalamnya (halus & rata) periksa juga bagian model malam daerah tepi gusi ( servikal ) jangan sampai over contoured / under contoured.

b) Penanaman dalam kuvet Cekungan pada kuvet bawah diberi gips biru, model malam ditanamkan pada tengah-tengah kuvet bawah dengan membentuk sudut 30o dan model malam bagian labial menghadap keatas Permukaan gips dihaluskan, tidak boleh ada bagian yang tajam 13

Dibiarkan sampai mengeras Permukaan gips dan model malam diseparasi dengan vaselin Daerah model malam ditutup dengan gips biru sampai semua labial tertutup. Setelah gips biru sedikit mengeras, kuvet atas dipasang dan sisa ruangan kuvet bagian atas diisi dengan gips putih Tutup kuvet atas dipasang kemudian dipress sampai gips mengeras 12. Buang Malam Setelah gips mengeras kuvet bawah dan atas dipisah / dibuka. Malam dihilangkan dengan menuangkan air mendidih mengalir ke masing-masing kuvet. Perhatikan pembersihan malam di sela bagian lingual. 13. Pengisian akrilik Setelah kuvet dingin, kemudian ruang cetakan model malam (mould) dan sekitarnya diulas dengan could mould seal (CMS) Pengisian akrilik dengan cara dry pack technic : pengisian polymer (bubuk) akrilik sedikit demi sedikit dan kemudian ditetesi dengan monomer (cairan) sampai semua bubuk terserap, diulang ulang sampai penuh Selama pengisian dilakukan vibrasi dengan cara mengetok ketokkan kuvet diatas lipatan lap ( kain ) Bagian atas dari akrilik ditutup dengan celophan basah, kuvet lawan dipasang lalu dipress Kuvet lawan dibuka, kelebihan akrilik dipotong dengan pisau model, bagian labial dari akrilik diiris miring / landai pada 1/3 bagian insisal lalu diberi guratan-guratan dengan pisau model. 14. Perebusan akrilik Kuvet dalam keadaan dipres dimasukkan kedalam tempat perebusan yang berisi air pada temperatur kamar Temperatur dinaikkan perlahan lahan sampai suhu 65o 75o C selama 30 menit. Kemudian temperatur dinaikkan sampai 100 0 C (mendidih ) dan dibiarkan selama 30 menit. Api dimatikan dan kuvet dibiarkan didalam air sampai airnya dingin lalu dibuka

15. Penyelesaian dan pemulasan 14

Setelah kuvet mendingin dilakukan pembongkaran dan pengeluaran mahkota. Bila pemberian bahan separasinya baik pembongkaran akan mudah Gips yang masih melekat pada mahkota dibersihkan dengan alat yang tajam tanpa merusak bentuk mahkota Kelebihan akrilik berupa sayap-sayap atau bintil-bintil dihaluskan dan dibentuk dengan stone Seluruh permukaan dipulas dengan rubber cups dan bahan pulas (pumice) untuk mengkilapkan digunakan whiting -bubuk atau bahan pulas lain yangada dipasaran (misalnya, clean polish dan super polish dll).

Sementara menunggu pemasangan mahkota jaket akrilik sebaiknya direndam dalam air untuk mencegah distorsi

3.5

Prosedur Pembuatan Crown Sementara Salah satu pembuatan mahkota sementara adalah dengan metode direct atau langsung

dimulut pasien. Mahkota sementara dibagi menjadi beberapa macam: 13 a) Self curing akrilik Gigi yang akan dipreparasi diperbaiki bentuk anatomisnya dengan semen atau Fletcher Cetak dengan bahan alginate Setelah gigi selesai dipreparasi, diolesi vaselin Isi cetakan alginate dengan self curing akrilik di bagian gigi yang dipreparasi Cetakan dikembalikan di mulut penderita pada posisi semula Kelebihan akrilik diambil dengan bur hingga bentuk mahkota sementara sesuai dengan bentuk gigi sebelum dipreparasi Pulas Lekatkan/pasang dengan Fletcher

b) Gigi tiruan akrilik (unifast) Penyesuaian warna dan bentuk gigi tiruan mahkota akrilik Palatal mahkota akrilik diambil dengan bagian tipis labial Setelah dipreparasi, mahkota akrilik disesuaikan dengan gigi yang telah dipreparasi, perhatikan bagian servikal harus tepat 15

Palatal mahkota akrilik diberi adonan self curing akrilik, kemudian diletakkan pada gigi yang telah dipreparasi Sebelum mengeras diangkat sebentar, kelebihan akrilik diambil, pasang kembali, tunggu sampai mengeras Periksa peninggian gigit , oklusi, artikulasi, selanjutnya dipulas Lekatkan/pasang dengan Fletcher

c) Mahkota sementara siap pakai (buatan pabrik) Mahkota sementara dari akrilik buatan pabrik Bentuk dan ukuran bermacam-macam sesuai ukuran gigi Macam: Akrilik (anterior) dan logam (posterior) Cari bentuk dan ukuran yang sesuai Mahkota sementara diisi dengan self curing akrilik dorong perlahan-lahan pada posisinya Ambil kelebihan akrilik Bagian palatal/oklusal diambil agar tidak mengganggu oklusi/artikulasi, kemudian poles bagian yang kasar

3.6

Tehnik Sementasi Tahap selanjutnya pemasangan mahkota jaket (crown) pada gigi yang telah dipreparasi

adalah penyemenan, tehnik sementasi pemasangan crown ialah sebagai berikut : 13 a) Menyiapkan crown Crown dalam keadaan bersih. Sebaiknya dibersihan dengan alat pembersih ultrasonik atau apabila tidak ada alat tsb, crown disikat dgn sikat gigi dan detergen. Kemudian dikeringkan dengan hembusan angin. b) Menyiapkan gigi Gigi dicuci dengan semprotan air dan dikeringkan dengan udara, tidak boleh kekeringan dan isolasi sempurna/ketat. c) Semen yang biasa digunakan: Zinc phosphate cement Resin-based and adhesive cement 16

GIC

d) Mencampur dan mengaplikasikan semen Semen diaduk sesuai dengan aturan pabrik di atas glass plate. e) Semen diaplikasikan pada daerah cekungan crown dan permukan gigi f) Insersi Crown Crown dipasang secepatnya dan ditekan dengan kuat secara terus menerus untuk memaksa keluar ekses-ekses semen dari margin. Penekanan bisa dilakukan operator ataupun pasien dengan cara menggigit di suitable prop seperti gulungan kapas. Tekanan harus dipertahankan dan area harus tetap kering selama semen belum seting. g) Menghilangkan ekses-ekses semen setelah semen seting 3.7 Instruksi Pada Pasien Untuk menjaga agar restorasi crown tahan lebih lama di dalam rongga mulut nmaka pasien harus diberikan beberapa instruksi perawatan crown. Instruksi kepada pasien pasca pemasangan crown antara lain : 13 Jangan mengunyah dengan crown baru selama 24 jam setelah pemasangan. Crown direkatkan dengan semen kedokteran gigi yang perlu waktu untuk melekat dengan sempurna. Sehingga sebelum 24 jam pemasangan crown, diharapkan pasien tidak menggunakan gigi tersebut untuk mengunyah. Misalnya gigi yang dipasang crown adalah gigi anterior, maka untuk mengunyah pasien harus menggunakan gigi posteriornya. Perhatikan Oral Hygiene Crown dibuat dari bahan-bahan yang mungkin saja akan membuat pemakainya sensitive terhadap bahan tersebut. Keadaan mulut yang bersih dan sehat sangat diperlukan untuk pasien pemakai crown ini. Dengan tetap menyikat gigi secara teratur dan menggunakan dental floss, maka kebersihan mulut akan tetap terjaga. Kontrol periodik Kontrol rutin ke tempat dokter gigi diperlukan untuk melihat kekuatan crown dan respon jaringan disekitarnya terhadap crown itu sendiri. 17

3.8

Dampak Pemakaian Crown Beberapa dampak yang dapat ditimbulkan pada pemakaian mahkota jaket (crown)

diantaranya adalah peningkatan akumulasi plak yang dapat menimbulkan gingivitis dan penyakit periodontitis trauma langsung pada mukosa mulut, traumatik kontak oklusi, alergi terhadap bahan crown dan diskolorisasi. 14

18

BAB IV PENUTUP

4.1

Simpulan 1. Pulpitis reversible adalah inflamasi pulpa yang tidak parah, yang mana jika penyebabnya atau stimulus dihilangkan maka rasa sakit juga akan menghilang 2. Etiologi dari pulpitis reversible adalah stimulus ringan atau sebentar seperti karies insipien, erosi servikal, atau atrisi oklusal dan fraktur enamel 3. Penegakan diagnosis pulpitis reversible dilakukan dengan tes vitalitas, perkusi dan druk. 4. Tatalaksana pulpitis reversible antara lain tumpatan, crown serta restorasi jembatan (bridge) 5. Crown adalah suatu jenis restorasi yang menutupi atau memperbaiki seluruh permukaan gigi dan direkatkan dengan semen. 6. Prosedur pembuatan crown secara indirect meliputi preparasi, pembuatan die, pemasangan pada okludator, pembuatan mahkota akrilik/porselen, pemolesan, teknik sementasi dan pemasangan. 7. Beberapa dampak dari pemakaian mahkota jaket (crown) diantaranya peningkatan akumulasi plak, trauma langsung pada mukosa mulut, traumatic kontak oklusi, alergi terhadap bahan crown dan diskolorisasi.

4.2

Saran Melalui makalah ini, diharapkan pembaca dapat lebih menginterpretasikan isi dari

makalah, agar berbagai ilmu dan informasi yang ada dapat lebih bermanfaat dan dapat memajukan ilmu kedokteran gigi.

19

DAFTAR PUSTAKA

1. Jones,J.G., Grundy, J.R. A Colour Atlas of Clinical Operative Dentistry Crown & Bridges, 2nd Ed, Wolfe. 1992 2. Walton, Richard E. dan Mahmoud Torabinejad. Prinsip & Praktik Ilmu Endodonsia. Jakarta. EGC. 2008. Hal. 36 3. Birnbaum, Warren dan Stephen M. Dunne. Diagnosis Kelainan Dalam Mulut : Petunjuk Bagi Klinisi. Jakarta. EGC. 2009. Hal. 17, 44, 49, 103 104. 4. Ingle, JI. PDQ Endodontics. 2nd ed. BC Decker Inc.Hamilton. Ontario. 2009. Page:9 5. Summit, et al. Fundamental of Operative Dentistry A Contemporary Approach. 2nd ed. Quintessence Publishing Co, Inc. Illinois.USA. 2001. Page:92 6. Jacobsen, P. Restorative Dentistry An Integrated Approach. 2nd ed. Willey-Blackwell. Victoria. Australia. 2008. Page: 157 7. Grossman, Louis I. Ilmu Endodontik Dalam Praktek. EGC. Jakarta. Indonesia. 1995 8. Ramadhan, Ardyan Gilang. Serba Serbi Kesehatan Gigi dan Mulut. Jakarta: Bukune. 2010 9. Tarigan,Slamet. Pasien Prostodonsia Lanjut Usia:Beberapa Pertimbangan dalam Perawatan. Jakarta: EGC. 2005 10. Basker RM. Perawatan prostodontik bagi Pasien Tak Bergigi. Edisi 3. Jakarta: EGC, 2003 11. Jacobsen. Restorative Dentistry: An Integrated Approach. UK: Blackwell Publishing. 2008 12. Anonima, 2009, Mahkota Jaket, http://vina04.blogspot .com/ 2009/07/ mahkota jaketkedokteran-gigi. html, Accessed 24/12/2009 13. Smith BGN & Howe LC. Planning and Making Crowns and Bridges. 4th ed. Informa healthcare. Oxon. UK. 2007. pages: 183 14. Rahmawan, Dzanuar. Gigi Tiruan. FKG Universitas Jember: Jember. 2010 15. Carr, AB, McGivney, GP, Brown, DT. McCrackens Removable Partial Prosthodontics. 11th ed.pages:166,209

20

You might also like