You are on page 1of 9

POLITIK INTERNASIONAL Bayu Prajanto 08/265216/22661

Pengaruh Isu Perdamaian dalam Politik Internasional


Studi Kasus ; Gerakan anti-Perang dalam Serangan Amerika Serikat ke Vietnam Isu kontemporer, pada saat ini merupakan salah satu komponen penting dalam politik internasional. Hal ini juga seiring dengan munculnya berbagai isu-isu global lain yang juga memiliki pengaruh dalam jalannya politik global. Hal ini membuktikan bahwa terjadi suatu pergeseran isu, dimana muncul para tokoh non-konservatif yang membawa gagasan baru bahwa dalam politik internasional masih banyak isu yang harus dicermati selain isu-isu pokok lama seperti mengenai militer, ekonomi dan sebagainya. Disini, salah satu isu penting yang banyak diangkat dan menjadi perhatian khusus dalam politik internasional adalah isu perdamaian. Wajah dunia kita masih dihiasi dengan aneka rupa tindak kekerasan, konflik, pertikaian, peperangan dan sekian bentuk persengketaan lainnya. Keadaan genting dan ketidakharmonisan terjadi di mana-mana. Dunia masih sering dijadikan medan tempur bagi dan oleh sekelompok orang. Keragaman, kemajemukan yang seharusnya menjadi peluang dan kekayaan; masih sering dijadikan ancaman, alasan dan bahkan sumber kehancuran hidup bersama. Perdamaian selalu menjadi aset teramat mahal yang tak mudah ditawar dalam kenyataan krisis seperti ini. Perdamaian sering dilihat sebagai langkah taktis kedua dari sebuah pertikaian. Pepatah tua membahasakaannya demikian: si vis pacem, para bellum. Jika engkau ingin berdamai, berperanglah terlebih dahulu. Mengapa isu perdamaian bisa menjadi salah satu agenda utama dalam politik internasional ? Perdamaian adalah suatu saran revolusioner menghadapi kenyataan pertikaian yang terjadi. Perdamaian adalah solusi ampuh untuk mengakhiri suatu persengkataan. Perdamaian adalah dambaan setiap orang, apa lagi pada saat krisis makin mencekam. Akhirnya kita sependapat bahwa perdamaian dapat ditempuh dengan aksi-aksi melawan kekerasan tanpa kekerasan. Walau pun perlu ditegaskan lagi bahwa aksi kekerasan tanpa kekerasan itu sendiri bukanlah suatu situasi damai.1 Perdamaian mencakup juga nilai-nilai keadilan dan kesejahteraan
1

Bona, S. Frans. Ilmu Politik Internasional, (Jakarta Timur : Ghalia Indonesia), 1984. Hal 33

bersama yang diupayakan berdasarkan kepedulian terhadap harmoni semesta.2 Gagasan akan perang itu sendiri, yang dahulu pernah secara terus-menerus melandasi umat manusia, kini telah menjadi suatu gagasan yang ketinggalan zaman. Masyarakat yang dahulu memuliakan para serdadu dan dengan kemauan sendiri mengirimkan anak-anak muda mereka ke medan pertempuran sekarang telah meragukan hal itu.3 Immanuel Kant dalam Perpetual Peace mengatakan bahwa: jika kita menginginkan perdamaian kekal (perpetual peace), kita bisa memulainya dengan suatu negara universal (world state). Namun menurut Kant hal tersebut tidak mungkin dikarenakan beberapa alasan yaitu : 1. Perbedaan bahasa dan agama secara alami memisahkan negara-negara. 2. Jika negara-negara menyerahkan kedaulatannya (di bawah satu payung besar) maka gagasan 'negara' tidak lagi ada.
3. Negara dunia (world state) pada hakikatnya bersifat lalim.

4. Ketidakmungkinan adanya satu penguasa tunggal yang mengontrol seluruh dunia. Sehingga kita membutuhkan suatu federasi dari negara-negara merdeka yang dilandasi hukum internasional. Seluruh konflik yang terjadi antara negara-negara yang ada, akan diselesaikan melalui diskusi dan arbitrasi legal. Sebuah federasi internasional bisa dibentuk dengan aturanaturan awal (preliminary articles) sebagai berikut:4 1. Traktat perdamaian tidak bisa dipegang teguh apabila masih ada kesepakatan tidak terucap akan adanya perang di masa mendatang. 2. Tidak ada negara merdeka, besar atau kecil, yang berada di bawah kuasa negara lain.
3. Standing army (miles perpetuus) harus dihapuskan secara total.

4. Hutang negara tidak disangkutpautkan dalam hubungan antarnegara. 5. Tidak ada negara yang mengintervensi konstitusi maupun pemerintahan negara lain.
6. Selama masa perang, tidak ada negara yang melakukan tindakan-tindakan yang

mencerminkan hostility seperti pembunuhan (percussores), memata-matai (venefici),

Ali Alatas, A Voice For A Just Peace (Jakarta: Gramedia), 2001. Hal 21 Diunduh dari http://www.nytimes.com/. Pada 21 Mei 2010 pukul 10.00 Strathern, Paul. 90 Menit Bersama Immanuel Kant = Immanuel Kant in 90 Minutes, (Jakarta

3 4

: Erlangga) 2001. Hal 54

pelanggaran kapitulasi, dan dorongan berkhianat (perduellio) terhadap negara lawan yang mengakibatkan kepercayaan bersama terhadap perdamaian setelahnya menjadi mustahil. Sudah semestinya dengan adanya konsep yang dikemukakan oleh Immanuel Kant tersebut, seluruh umat manusia bisa belajar bahwa untuk menciptakan kesejahteraan di dunia ini salah satu cara yang ampuh adalah dengan jalan menciptakan perdamaian dunia. Kini, setelah berakhirnya berbagai perang dunia merupakan saat yang tepat bagi seluruh manusia di muka bumi untuk mewujudkan perdamaian global untuk terecapainya kesejahteraan. Dalam perjalanan sejarah dunia modern, telah terjadi berbagai macam pertikaian antar bangsa. Hasil dari pertikaian tersebut pada akhirnya hanya menimbulkan penderitaan rakyat. Disaat inilah, isu perdamaian kemudian menjadi agenda utama dalam politik internasional. Salah satu contoh kasus menarik dalam perjuangan terciptanya perdamaian dunia adalah pada saat terjadi perang dimana Amerika Serikat menginvasi Vietnam. Perang ini terjadi antara tahun 1957 sampai dengan tahun 1975 di Vietnam. Perang ini merupakan bagian dari Perang Dingin antara dua kubu ideologi besar, yaitu Komunis dan Liberal. Sebuah negeri yang terbelah (a country in divide). Agaknya ungkapan tersebut sesuai untuk menggambarkan keadaan Amerika Serikat (AS) pada masa akhir '60an hingga awal '70an. Inilah masa puncak ketegangan akibat perbedaan pandangan di antara warga AS mengenai kebijakan AS untuk terlibat dalam Perang Vietnam. Sebuah kebijakan yang sesungguhnya telah muncul dalam gagasan Harry S. Truman (memerintah 1945-1953) untuk mencegah kontrol pihak Komunis atas Vietnam yang dikhawatirkan akan meluaskan pengaruh Komunis ke seluruh penjuru Asia (dikenal sebagai teori domino). Kebijakan ini terus mewarnai pemerintahan AS dari masa Dwight D. Eisenhower (1953-1961), John F. Kennedy (1961-1963), Lyndon B. Johnson (1963-1969), hingga Richard M. Nixon (1969-1974), dan baru berakhir di era Gerald R. Ford.5 Sementara, di kalangan rakyat AS pembelahan yang sama juga terjadi. Para penentang perang mengorganisasi berbagai kegiatan untuk menekan pemerintah agar menarik diri dari Perang Vietnam. Sebaliknya, para pendukung perang mendukung tindakan tentara untuk mencegah meluasnya pengaruh kekuasaan Komunis. Selain itu, mereka percaya bahwa aktifitas yang dilakukan oleh kelompok anti-perang sesungguhnya mencerminkan sikap tidak patrotik,

Harry G. Summers. On Strategy:A Critical Analysis of the Vietnam War. (Predio Press : Pennsylvania) 1982. Hal 21

sebab pada saat yang sama anak-anak bangsa lainnya berjuang di medan Perang Vietnam bertaruh nyawa. Bagi mereka yang mengangkat isu mengenai anti-Perang Vietnam, sesungguhnya tidak selalu didorong oleh motivasi yang sama. Sebagian dari rakyat AS yang meyakini gagasan Sosialisme atau Komunisme tentu saja menentang upaya untuk mencegah meluasnya Komunisme. Sebagian yang lain menentang perang sebab keyakinan bahwa atas alasan apa pun perang tidak akan pernah menjadi cara yang tepat untuk menyelesaikan masalah. Kalangan yang skeptis juga diwakili oleh mereka yang berpandangan bahwa konflik yang terjadi di Vietnam sesungguhnya merupakan urusan dalam negeri Vietnam sehingga AS tidak perlu ikut campur. Di sisi lain, upaya pemerintah AS untuk memobilisasi warga negaranya melalui wajib militer tak ayal mendorong kalangan muda dan orangtua yang tidak ingin anaknya meregang nyawa untuk menolak keterlibatan AS dalam Perang Vietnam. Yang paling mengejutkan adalah bahwa di antara kelompok-kelompok penentang Perang Vietnam terdapat pula para veteran tentara AS yang telah merasakan kekejaman dan penderitaan akibat Perang Vietnam.6 Meski keterlibatan AS dalam konflik di Vietnam sudah berjalan beberapa lama, tetapi hingga awal 1965 isu ini baru menjadi perhatian utama kalangan tertentu di AS. Pengeboman Vietnam Utara oleh pasukan AS atas perintah Presiden Johnson pada Februari 1965 dapat disebut sebagai pemicu yang meledakkan gerakan penentangan hingga meluas ke berbagai wilayah di AS. Patut dicatat bahwa kampus merupakan pusat gerakan anti-perang yang sangat berpengaruh. Para pengajar yang anti-perang akhirnya mencapai kesepakatan bahwa alih-alih mogok, mereka akan mengadakan suatu kuliah umum khusus dengan tema menolak keterlibatan AS dalam Perang Vietnam. Gagasan ini memperoleh dukungan semakin luas dari staf fakultas. Momen ini menjadi titik awal meluasnya gerakan anti-Perang Vietnam, terutama yang berpusat di kampus. Gelombang kuliah umum bergerak mengikuti model University of Michigan. Kampus-kampus seperti Columbia University, Western Reserve University, University of Chicago, University of Pennsylvania, dan University of Buffalo dipenuhi oleh ribuan mahasiswa dan kalangan akademikus anti-Perang Vietnam yang menggelar kuliah umum maupun protes terbuka lainnya.7
6 7

Ibid. Hal 63 Ibid. Hal 66

Kenyataan ini tentu saja membuat Presiden Johnson kegerahan. Pada 7 April 1965 Presiden Johnson berbicara di Johns Hopkins University demi meraih simpati publik atas kebijakannya di Vietnam. Tetapi, kegiatan kuliah umum anti-Perang Vietnam justru terus berlanjut. Yang paling spektakuler, sebagaimana ditulis oleh Matthew Newman yang secara khusus membuat studi tentang kuliah umum anti-Perang Vietnam, pada 15 Mei 1965 para profesor dari seluruh penjuru AS menggelar kuliah umum nasional di Washington, DC. Selain kalangan intelektual, acara ini juga dihadiri oleh para anggota Kongres dan staf menteri. Jaringan televisi serta surat kabar ternama meliput peristiwa ini, begitu pula stasiun radio menyiarkannya ke 122 kampus di seantero AS. Sebuah simposium juga digelar di Berkeley pada Oktober 1965 dengan tajuk "Vietnam Day", kegiatan ini menarik perhatian ribuan peserta untuk mempertanyakan basis moral Perang Vietnam.8 Di sisi lain, para aktivis anti-perang juga menggerakkan massa untuk turun ke jalan. Salah satu di antara beberapa kelompok yang dianggap paling vokal sekaligus radikal adalah Students for a Democratic Society (SDS).9 Pada Februari dan Maret 1965 SDS menggelar demonstrasi di Oakland Army Terminal, pangkalan yang menjadi tempat pemberangkatan pasukan AS ke Asia Tenggara. Selanjutnya 17 April 1965 mereka kembali mengorganisasi suatu demonstrasi berskala nasional berpusat di Washington Monument yang menarik antara 20.000 hingga 25.000 orang peserta.10 Seluruh tekanan ini sedikitnya berhasil memaksa pemerintah AS untuk sementara membuat jeda pengeboman di Vietnam pada pertengahan Mei 1965. Tetapi, nyatanya pada 1966 agresifitas pasukan AS di Vietnam semakin meningkat. Sebaliknya, para mahasiswa berupaya untuk memperkuat jaringan dan berbagi informasi. Pembentukan Underground Press Syndicate (1966) dan Liberation News Service (1967) antara lain menjadi sarana persemaian gagasan para aktivis anti-perang di berbagai kampus.11 Tentu saja selain mereka, warga masyarakat pendukung perang dan para pejabat pemerintah juga terus mencari cara untuk memenangkan opini publik. Para 'merpati' pecinta damai berhadap-hadapan dengan 'elang' yang mendukung kebijakan garis
8

Diunduh dari http://sunsite.berkeley.edu/calhistory/60s.html. pada 21 Mei 2010 pukul 11.03 9 Diunduh dari http://www.sds-1960s.org/. pada 21 Mei 2010 pukul 11.45 10 Diunduh dari http://www.dc-sds.org/. pada 21 Mei 2010 pukul 13.53 11 Lewes, James. Protest and Survive: Underground GI Newspapers during the Vietnam War. Westport: Praeger Publishers, 2003. Hal 31

keras pro-perang. Secara sosial, pembelahan horizontal di kalangan masyarakat tampak semakin mengancam pemerintahan Johnson dan AS. Selain disibukkan oleh adanya pertentangan mengenai isu Perang Vietnam.Tidak kunjung diakhirinya keterlibatan AS dalam perang Vietnam membuat aktifitas anti-perang menguat. Pada April 1967 lebih daripada 300.000 orang menggelar demonstrasi anti-Perang Vietnam di New York. Pada Oktober 1967 para aktivis anti-perang berhasil mengorganisasi suatu demonstrasi besar-besaran selama dua hari di Pentagon. Pada masa ini hanya sekitar 35% dari penduduk AS yang mendukung kebijakan pemerintah AS atas Vietnam.12 Ketika pemerintahan beralih ke tangan Nixon, warga AS menaruh harapan yang lebih besar terhadap terwujudnya perdamaian. Pada awalnya, harapan tersebut seolah mendekati kenyataan ketika Nixon meneruskan kebijakan Johnson untuk mengadakan pembicaraan damai dengan pihak Komunis Vietnam. Begitu pula dia menjanjikan untuk segera menarik pasukan AS dari Vietnam. Tetapi, sesungguhnya Nixon hanya mencoba untuk membeli waktu karena secara mendasar dia percaya bahwa keterlibatan AS di Vietnam akan menjadi langkah strategis untuk memperluas pengaruh AS di Asia. Pada 15 Oktober 1969 diperkirakan lebih daripada dua juta orang (sebagian pihak bahkan mengklaim 10 juta orang) turut serta dalam Vietnam Moratorium Protest yang berlangsung secara nasional di segenap penjuru AS.13 Isu perdamaian yang pada awalnya hanya berkobar di Negara AS pada perjalanannya kemudian menjadi isu global. Salah satu gelombang besar yang juga menolak terjadinya perang Vietnam dan menuntut terciptanya perdamaian global adalah rakyat Negara Australia. Bersamaan dengan berlangsungnya Vietnam Moraturium Protest di AS, di Melbourne, tepatnya didepan gedung parlemen, juga dilangsungkan kegiatan serupa. Hal ini disebabkan karena banyak warga Negara Australia yang menjadi tentara nasional dikirim untuk bertempur dalam perang di Vietnam. Mereka tergabung dalam sekutu AS. Jumlah korban yang jatuh dari pihak Australia tergolong banyak, hal ini tak dapat dipungkiri karena tentara Australia selalu berada di garis terdepan selama berlangsungnya perang.14

12

Harry G. Summers. On Strategy:A Critical Analysis of the Vietnam War. (Predio Press : Pennsylvania) 1982. Hal 127 13 Diunduh dari http://www.english.illinois.edu/maps/vietnam/antiwar.html. Pada 22 Mei 2010 Pukul 09.54 14 Diunduh dari http://catalogue.nla.gov.au/Record/. Pada 22 Mei 2010 Pukul 08.04

November 1969, aksi turun ke jalan kembali terjadi di Washington dengan melibatkan sekitar 500.000 orang. Sementara, di San Fransisco aksi yang sama diikuti oleh sekitar 150.000 orang.15 Meski demikian, berbagai aksi tersebut tidak menyurutkan langkah Nixon untuk terus mengobarkan perang. Dengan alasan memotong jalur pasokan makanan dan senjata bagi pasukan Vietnam Utara, Nixon malah memerintahkan penyerangan ke Kambodia pada akhir April 1970. Keruan saja serangan ini semakin meningkatkan antipati warga AS. Protes anti-perang terus digelar di berbagai kampus di AS. Salah satu yang menyedot perhatian adalah aksi di Kent State University, Ohio pada 1 Mei 1970. Aksi yang awalnya berjalan damai mulai menunjukkan kebrutalannya ketika para mahasiswa dan polisi terlibat bentrok. Aksi anti-perang semakin membesar ketika 4 Mei 1970 lebih daripada 3.000 orang turut serta.16 Para mahasiswa memaksa untuk tetap menggelar aksi, sementara Ohio National Guard mencoba untuk membendung mereka agar tidak turun ke jalan. Bentrokan tak terelakkan, disebutkan bahwa akibat penembakan tersebut empat mahasiswa tewas dan sembilan lainnya terluka.17 Gelombang unjuk rasa anti-perang terus berlangsung sepanjang tahun. Pada April 1971 massa kembali menggelar unjuk rasa di Washington dengan diikuti oleh sekitar 500.000 orang, termasuk di dalamnya adalah mereka yang tergabung dalam Vietnam Veterans Against War.18 Tidak tahan dengan tekanan massa dan mahalnya akibat yang harus ditanggung sebagai konsekuensi keterlibatan AS di Vietnam, Presiden Nixon akhirnya mengambil langkah-langkah untuk menarik sebagian tentara AS dari Vietnam, mengakhiri mobilisasi pasukan ke Vietnam melalui wajib militer, serta tidak lagi menggunakan cara-cara ilegal dengan memanfaatkan lembaga pemerintahan dan intelijen (termasuk FBI dan CIA) untuk mengganggu kegiatan para aktivis anti-Perang Vietnam. Sampai di sini, persoalan Perang Vietnam selesai. Akhirnya, pada

15

Harry G. Summers. On Strategy:A Critical Analysis of the Vietnam War. (Predio Press : Pennsylvania) 1982. Hal 108 16 Diunduh dari http://www.theshalomcenter.org/node/449. pada 22 Mei 2010 Pukul 15.06 17 Langguth, A. J. Our Vietnam: The War 1954-1975. New York: Simon & Schuster, 1997. Hal 23
18

Diunduh dari http://www.vietnamveteranministers.org/chaplain/vvaw.html. Pada 22 Mei 2010 Pukul 16.43

Agustus 1974 Nixon mesti meninggalkan Gedung Putih setelah skandal Watergate memaksa dia untuk mengundurkan diri.19 Dengan besarnya tingkat berbagai gerakan perlawanan dan gerakan perdamaian yang menentang kebijakan perang Vietnam yang dijalankan oleh pemerintah AS, pada akhirnya menjadi sebuah isu global. Isu ini kemudian menjadikan terciptanya kekuatan baru dengan jumlah besar yang mampu memberikan tekanan pada kebijakan ini. Pada akhirnya, setelah mendapat tentangan dari berbagai pihak di dalam negeri maupun internasional, pemerintah AS memutuskan mengakhiri perang. Ini menjadi sebuah gerakan baru yang hingga kini bertahan, gerakan anti terhadap perang dan gerakan untuk menuntut terciptanya perdamaian global.

19

Harry G. Summers. On Strategy:A Critical Analysis of the Vietnam War. (Predio Press : Pennsylvania) 1982. Hal 178

DAFTARPUSTAKA Strathern, Paul. 90 Menit Bersama Immanuel Kant = Immanuel Kant in 90 Minutes, (Jakarta : Erlangga) 2001. Alatas, Ali, A Voice For A Just Peace (Jakarta: Gramedia), 2001. Bona, S. Frans. Ilmu Politik Internasional, (Jakarta Timur : Ghalia Indonesia), 1984. Christian, Feldmann, Pejuang Keadilan dan Perdamaian, (Jakarta: Kanisius dan BPK Gunung Mulia), 1990. Langguth, A. J. Our Vietnam: The War 1954-1975. New York: Simon & Schuster, 1997. Harry G. Summers. On Strategy:A Critical Analysis of the Vietnam War. ( Pennsylvania : Predio Press) 1982. Lewes, James. Protest and Survive: Underground GI Newspapers during the Vietnam War. Westport: Praeger Publishers, 2003. http://www.nytimes.com/ http://www.english.illinois.edu/maps/vietnam/antiwar.html. http://catalogue.nla.gov.au/Record/ http://sunsite.berkeley.edu/calhistory/60s.html. http://www.sds-1960s.org/ http://www.theshalomcenter.org/node/449 http://www.dc-sds.org/. http://www.vietnamveteranministers.org/chaplain/vvaw.html

You might also like