You are on page 1of 11

EKSERGI Jurnal Teknik Energi Vol 5 No.

2 Mei 2009 ; 76-85

SISTEM PENGATURAN TEGANGAN DAN FREKUENSI PADA GENERATOR SINKRON 3 FASA DI PLTA WONOGIRI
Suwarti & Supriyo Staf Pengajar Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Semarang Jl. Prof. Sudharto, SH. Tembalang, Semarang 50275 Abstrak Pusat Listrik Tenaga Air Wonogiri merupakan suatu pembangkit tenaga listrik yang berada di bawah PT INDONESIA POWER Unit Bisnis Pembangkitan Mrica, Dalam memproduksi energi listrik kwalitas daya yang di bangkitkan dituntut tetap kontinyu agar keandalan sistem tercapai, analisa sistem pengaturan tegangan akibat perubahan beban pada generator sinkron tiga fasa di PLTA Wonogiri, bertujuan untuk mengatur besarnya daya mekanik penggerak turbin yaitu debit air agar putaran dan tegangan yang dihasilkan generator konstan sesuai perubahan beban yang disuplai oleh pembangkit. Pengaturan daya mekanik penggerak turbin disesuaikan dengan perubahan beban jika beban naik maka putaran dan tegangan yang dibangkitkan generator mengalami penurunan, agar putaran dan tegangan yang dihasilkan generator konstan sesuai perubahan beban, maka daya mekanik pengerak generator dalam hal ini masukan air penggerak turbin diperbesar dengan pengaturan secara otomatis prosentase lebar pembukaan sudu hantar (gate van) dan sudu jalan (runner van). Sebaliknnya apabila beban berkurang maka daya mekanik pengerak turbin air dikurangi dengan memperkecil prosentase pembukaan sudu hantar (gate van) dan sudu jalan (runner van). Dengan pengaturan daya mekanik penggerak turbin maka putaran dan tegangan yang dihasilkan generator dapat konstan sesuai perubahan beban yang disuplai pembangkit yang berpengaruh pada efisiensi sistem pembangkitan dengan efisiensi sistem tertinggi terhitung yaitu 82,83 % pada beban 4 MW dan efisiensi terendah yaitu 73,47 % pembangkitan beban 3 MW. Kata Kunci : Sistem Pengaturan Tegangan , Perubahan Beban, Generator Sinkron 3 phasa

1. Pendahuluan PLTA Wonogiri merupakan suatu unit pembangkit energi listrik tenaga air yang berada di bawah PT INDONESIA POWER Unit Bisnis Pembangkitan Mrica, dalam memproduksi energi listrik yang didistribusikan kepada konsumen kwalitas daya yang di bangkitkan dituntut tetap kontinyu agar keandalan sistem serta pelayanan terhadap beban tercapai. Kebutuhan beban pada pembangkit tidak selalu tetap, tetapi selalu berubah (beban bertambah atau berkurang). Perubahan beban ini mengakibatkan perubahan tegangan dari generator sinkron 3 fasa sebagai pembangkit energi listrik yang di kopel dengan turbin air yang mendapatkan gaya dari energi potensial air. Perubahan beban berpengaruh pada putaran turbin air sebagai penggeraknya, PLTA Wonogiri dalam membangkitkan energi listrik harus di atur tegangan

keluaranya sesuai dengan perubahan beban yang terjadi agar tegangan yang di bangkitakan tidak berubah-ubah dan sesuai dengan kapasitas daya yang di bangkitkan PLTA Wonogiri. Maka di perlukan pengaturan tegangan sesuai dengan perubahan beban pembangkit yang terjadi, apabila beban bertambah maka putaran dari generator sinkron 3 fasa akan turun, bila bertambahnya beban secara tiba-tiba akan mengakibatkan aliran listrik dari generator terputus (trip) sistem proteksi generator bekerja. Sebaliknya apabila beban berkurang putaran dari generator akan naik melebihi putaran nominalnya jika dibiarkan akan merusak generator tersebut. Untuk mengatur putaran poros generator agar berputar sesuai putaran nominalnya dan tegangan yang di hasilkan sesuai dengan tegangan yang didistribusikan tidak berfluktuasi dan sesuai beban yang terjadi, Fluida kerja dari unit PLTA adalah energi potensial air maka dilakukan 76

EKSERGI Jurnal Teknik Energi Vol 5 No. 2 Mei 2009 ; 76-85

pengaturan debit air yang masuk melalui sidu hantar dan memutar sudu-sudu turbin air dengan mengatur Governor pada turbin air. Frekuensi, Putaran dan tegangan Frekuensi adalah jumlah getaran tiap detik yang di hasilkan oleh suatu mesin listrik dan dinyatakan dengan satuan hertz atau cycle (disingkat Hz atau c/s), apabila dikatakan frekuensi f = 1 Hz hal tersebut berarti rotor bergerak mengitari dua buah kutub yaitu berputar dengan jarak 360 derajat. Oleh karena itu dapat di katakan bahwa frekuensi terkait dengan putaran yang di lakukan oleh mesin sebagaimana berlaku rumus: f = Pn (Herzt) 60 (Abdul Kadir, 1983: 28)

20 24

300 250

72 83 80 75 (Abdul Kadir, 1983: 29)

Tegangan keluaran dari sebuah mesin sinkron (generator sinkron) juga harus dinormalisasikan (distandarkan). Dalam tabel berikut terlihat tegangan-tegangan atau standar dari mesin sinkron (generator atau motor) satu phasa atau tiga phasa. Dapat dilihat bahwa tegangan standar untuk generator adalah sedikit diatas tegangan untuk motor sedangkan tegangan motor adalah sama dengan tegangan jaringan. Tabel 2. Normalisasi (standarisasi) Tegangan Mesin Serempak SATU FASA DAN TIGA FASA 50 Hz (VOLT) Generator Motor 24 42 130 125 230 220 400 380 525 500 3.150 3000 5.250 5000 6.300 6000 10.500 10.000 15.750 15.000 (Abdul kadir,1983 : 30) Pembebanan Generator Sinkron Setiap pembangkitan energi listrik, sangat erat kaitanya dengan pembebanan. Apabila pada operasinya, generator dibebani maka akan terjadi perubahan tegangan terminal yang sangat tergantung pada arus yang melewati beban. Persamaannya adalah sebagai berikut : E = V+ (Ia . Ra) {volt} (Langdoft SA, 1981: 414) Keterangan : E = gaya gerak listrik (volt) V = tegangan jepit terminal (volt) Ia = arus beban dalam (ampere) 77

Keterangan : f = frekuensi (hertz) P = jumlah kutub (pasang) n = putaran perwaktu (rpm) Sebagaimana telah diketahui bahwa frekuensi yang dipakai di Indonesia adalah 50Hz maka apabila sebuah generator turbo dengan putaran 3000 rpm maka jumlah pasangan kutubnya adalah 1.Sedangkan apabila jumlah kutubnya p = 2 maka untuk mendapatkan frekuensi 50 Hz, generator di putar pada kecepatan 1500 rpm. Berikut di cantumkan sebuah tabel yang memberikan keterangan tentang jumlah pasang kutub dan putaran mesin untuk menghasilkan frekuensi menurut standart Hutte. Tabel 1. Standarisasi Serempak 2p n (rpm) 2 3.000 4 1.500 6 1.000 8 750 10 600 12 500 16 375 Putaran 2p 28 32 36 40 48 56 64 n (rPm) 214 188 167 150 125 107 94 Mesin

Sistem pengaturan tegangan dan frekuensi pada generator sinkron 3 fasa di .....(Suwarti, Supriyo)

Ra = tahanan dalam dari generator () Dengan demikian dapat diketahui bahwa dari parameter di atas, Ra atau tahanan dalam generator mempunyai harga yang tetap. Sedangkan untuk menghindari perubahan tegangan terminal oleh adanya arus beban yang berubah maka hams diatur gaya gerak listriknya (E) yang dibangkitkan dengan mengatur putaran poros generator. Sedangkan care lainya adalah dengan mengatur besarnya penguatan yang akan menimbulkan fluksi pada kumparan medan. Persamaan dasarnya adalah : . P.n. z E= . 10 8 a . 60 (Langdoft SA, 1981: 414) Dari persamaan tersebut ada parameter yang tetap, maka : E = c.n. {Volt} Keterangan : E = gaya gerak listrik (volt) N = putaran mesin (rpm) = fluksi magnet (Weber) c = konstanta Mesin P.z = . 10 8 a . 60 Keterangan : P = jumlah pasang kutub generator z = jumlah penghantar jangkar yang efektif a = banyaknya garis edar pararel dari arus yang mengalir pada penghantar Persamaan diatas mempunyai parameter GGL (E) yang sangat tergantung oleh putaran poros generator dan fluksi magnet yang dihasilkan oleh arus penguat magnet jangkar. Penguatan Generator Sinkron Generator sinkron, kumparan medan (rotor) diberi penguatan dengan arus searah. Arus searah tersebut dapat diperoleh dari sumber arus searah atau sumber arus AC yang di searahkan. Arus penguatan ini untuk membangkitkan medan fluksi magnet karena 78

sesuai dengan prinsip kerja dari generator yang memerlukan putaran yang memotong medan fluksi magnet sehingga akan dihasilkan ggl induksi listrik. Arus penguatan ini adalah Dc karena arus Dc mempunyai arah anus yang tetap sehingga akan menghasilkan arah medan fluksi yang tetap (searah) lain halnya jika arusnya AC maka arah medan fluksi yang terbentuk akan tidak searah. Generator atau sumber listrik lain yang memberikan eksitasi pada generator sinkron disebut penguatan terpisah dan apabila anus penguatan diambil dari generator itu sendiri disebut generator penguatan sendiri sedangkan caranya dengan memanfaatkan sisa magnet pada kutub. Penguat utama (main exciter) biasanya digunakan generator DC dengan penguatan bebas atau Jengan penguatan sendiri. Bagi generator yang berpenguatan bebas yang bekerja sebagai penguat utama, eksitasi di peroleh dari sumber DC lainya, generator atau sumber listrik lain yang memberikan eksitasi pada penguat utama dan disebut peguat pembantu (pilot exciter). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 1. Generator Sinkron dengan Main Exciter dan Pilot Exciter (Panjaitan, 1989: 75)

Gambar 2. Generator Sinkron dengan Main Exciter (Panjaitan, 1989 :75) Arus penguatan (eksitasi) ini dapat menentukan sifat-sifat dari generator yaitu dengan mengatur harga arus penguatan maka

EKSERGI Jurnal Teknik Energi Vol 5 No. 2 Mei 2009 ; 76-85

faktor daya dari generator tersebut dapat ditentukan. Apabila arus penguatan cukup untuk membangkitkan fluksi yang diperoleh oleh generator maka disebut generator bekerja pada "unity power faktor" (faktor daya satu). Bila generator bekerja dengan "lagging power faktor" (faktor daya terbelakang). Sedangkan jika harga anus penguatan (eksitasi) lebih besar dari harga "unity PF" maka di sebut "leading power factor" (faktor daya mendahului). Besarnya fluksi untuk medan magnet penguat dapat di ketahui dengan persamaam berikut ini. = {Weber} Dimana : B : kerapatan fluksi (Weber/m2) A : luas penampang penghantar (m2)

Governor Turbin Kaplan Pengaturan daya keluaran dalam sistem pembangkitan energi listrik tenaga air adalah dengan cara pengaturan besarnya kopel mekanik penggerak turbin untuk memutar generator, hal ini berarti untuk pembangkit tenaga air di perlukan pengaturan debit air yang masuk pada turbin, pemberian atau pengaturan debit air di lakukan melalui governor berfungsi untuk mengatur kecepatan putaran poros turbin dan generator agar berputar sesuai kecepatan nominalnya dan tegangan yang di bangkitkan generator konstan sesuai daya yang di bangkitkan dan beban yang dilayani, berikut gambar dari pengatur kecepatan mekanis dan sudu pengarah atau katub pemandu (guide van)

Gambar 3. Pengatur kecepatan ( governor) mekanis (Aris Munandar, S Kuandra, 1974:59)

79

Sistem pengaturan tegangan dan frekuensi pada generator sinkron 3 fasa di .....(Suwarti, Supriyo)

Gambar 4. Katup pemandu (Gate Van) (Sumber : O. F Patty,1995,98) Governor turbin air berfungsi mengatur debit air yang masuk ke turbin apabila terjadi perubahan beban yang berpengaruh pada putaran generator. Governor turbin air bekerja secara otomatis dengan penggerak servomotor, servomotor bekerja terhadap perubahan putaran dari generator (karena adanya perubahan beban dari generator). servomotor governor dikontrol oleh pendulum yang mendeteksi perubahan putaran poros turbin Servomotor bekerja dan menggerakkan pnumatik dari governor sehingga akan merubah bukaan sudu hantar (membuka atau menutup) untuk menambah atau mengurangi masukan air ke turbin berikut diagram kerja dari governor.

Sistem eksitasi generator Sistem eksitasi (penguatan medan) generator PLTA Wonogiri adalah menggunakan sistem penguat terpisah dari sumber tegangan, untuk penguatan belitan rotor disuplai dari tegangan luar.Keuntungan dari penguatan terpisah adalah : 1. pemeliharaan yang mudah untuk jam operasi yang lama.

2.

Respon terhadap tegangan maupun frekuensi beban pada stator, generator cepat sehingga keadaan sinkron dapat di sesuaikan dengan cepat pada setiap perubahan beban. Berikut digambarkan penyearah yang di pakai untuk menyearahkan tegangan ac 3 fasa menjadi tegangan dc sebagai arus penguatan.

80

EKSERGI Jurnal Teknik Energi Vol 5 No. 2 Mei 2009 ; 76-85

Gambar 6. Penyearah 3 fasa gelombang penuh Exsitasi tegangan yang dihasilkan generator disebabkan adanya medan magnet yang bergerak atau berputar. Untuk mendapatkan medan magnet diperlukan penguatan atau Exsitasi. Generator pada PLTA Wonogiri mendapatkan penguatan pada saat start awal dari accu atau batery 110 V DC, kemudian diambil alih oleh tegangan dari AVR setelah mencapai putaran 90% dari putaran nominal. Di bawah ini adalah contoh exciter pada generator saat sebelum generator mampu menghasilkan Exsitasi sendiri yaitu dengan mcnggunakan tegangan DC 110 V, yang berasal dari battery charge. Besar tegangan DC 110 V dari battery charge di atur melalui resistor variabel yaitu penurunan tegangan dari 110 V menjadi 48 V DC. Prinsip kerja exsitasi generator secara otomatis dapat dilihat nada diagram single line berikut : generator Keterangan : PT : Potensial Transformer AVR : Automatic Voltage Regulator AC : Alternating Current Gate : Gerbang Prinsip kerja berdasarkan gambar di atas ialah : 1. Untuk exsitasi awal bekeraja dengan tegangan 110 V dari baterai melalui tahanan atau resistance variabel (variabel resistor) 2. Tegangan searah (DC) mengalir secara otomatis pada putaran turbin 80 % dari putaran nominalnya. 3. Setelah pada rotor timbul GGL ( gaya gerak listrik) dengan setting waktu 3 detik, tegangan dari battery lepas, sehingga generator mendapatkan penguatan sendiri dari terminal 6,6 kV melalui trafo menuju rangkaian tyristor sebagai penyearah tegangan yang besar kecilnya di atur oleh AVR (Automatic Voltage Regulator) 2. Metode Metode pengumpulan data merupakan bagian suatu cara untuk mendapatkan data-data penelitian yang akan dipakai sebagai media untuk menganalisa dan memberikan kesimpulan yang tepat dari varian data yang diperoleh. Metode 81

Gambar 7. Single

line

sistern

exsitasi

Sistem pengaturan tegangan dan frekuensi pada generator sinkron 3 fasa di .....(Suwarti, Supriyo)

pengumpulan data merupakan instrumen penelitian, instrumen yang baik digunakan untuk mengontrol dan mengukur data-data variabel harus : akurasi, presisi, dan peka. Maka pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara : a. Observasi Yaitu pengamatan secara langsung terhadap obyek yang diteliti observasi sebagai alat pengumpul data harus sistematis, artinya observasi serta pencatatannya dilakukan menurut prosedur dan aturan-aturan sehingga dapat 3. Hasil dan Pembahasan

di ulangi kembali. b. Wawancara Merupakan alat penelitian dimana peneliti telah menyediakan sejumlah pertanyaan tertulis dan lembar jawab yang di gunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam hal ini di wakili oleh karyawan PLTA Wonogiri. Wawancara pada umumnya meminta keterangan tentang fakta yang di ketahui oleh responden (karyawan) atau juga mengenai pendapat dan sikap.

Tabel 3. Data Operasi tanggal 26 Januari 2007


Waktu (wib) 00,00 01,00 02,00 03,00 04,00 05,00 06.0) 07,00 08,00 09,00 10,00 11,00 12,00 13,00 14,00 15,00 16,00 17,00 18,00 %19.00 20,00 21,00 22,00 23,00 24,00 Beban 6,2 6,2 6,2 6,2 6,2 6,2 6,2 6,2 6,2 6,2 6,2 6,2 6,2 6,2 6,2 6,2 6,2 6,2 6,2 6,2 6,2 4 4 4 4 Tegangan kV 6,4 6,4 6,4 6,3 6,3 6,3 6,3 6,4 6,4 6,4 6,4 6,4 6,4 6,4 6,4 6,4 6,4 6,4 6,5 6,5 6,3 6,3 6,4 6,3 6,2 Putaran Rpm 273 273 273 273 273 273 273 273 273 273 273 273 273 273 273 273 273 273 273 273 273 273 273 273 273 Penguatan A 161 150 140 130 134 152 152 142 148 150 151 150 149 147 147 145 146 145 160 167 152 158 170 174 176 V 114 105 100 90 93 109 109 101 104 105 105 105 104 103 103 108 102 100 113 116 109 110 119 120 122 Faktor daya Cos 0,99 0,99 0,99 0,97 0,97 0,96 0,99 0,99 0,99 0,99 0,99 0,99 0,99 0,99 0,99 0,99 0,99 0,99 0,93 0,93 0,95 0,92 0,95 0,99 0,95 Arus (A) R 570 560 560 575 575 595 560 550 550 550 550 550 550 550 550 550 550 550 595 600 610 415 410 408 405 S 585 575 575 598 598 600 570 565 565 565 565 565 565 565 565 565 565 565 600 610 600 425 418 410 410 T 560 570 570 570 565 570 565 560 560 560 560 560 560 560 560 560 560 560 600 610 600 430 430 425 410

82

EKSERGI Jurnal Teknik Energi Vol 5 No. 2 Mei 2009 ; 76-85

Data operasi harian turbin PLTA Wonogiri Tabel 4. Data operasi tanggal 24 Januari 2007 WAKTU (WIB) 00.00 01.00 02.00 03.00 04.00 05.00 06.00 07.00 08.00 09.00 10.00 11.00 12.00 13.00 14.00 15.00 16.00 17.00 18.00 19.00 20.00 21.00 22.00 23.00 24.00 BEBAN MW 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 5 5 5 5 BUKAAN SUDU Antar (%) Turbin (%) 67 43 54 29 54 29 54 29 54 29 54 29 54 29 54 29 54 29 54 29 54 29 54 29 54 29 54 29 54 29 5.4 29 54 29 5.0 25 63 38 63 38 63 38 75 54 75 54 75 54 75 54 DEBIT Q (m3/s) 20,5 16,2 16,2 16,2 16,2 16,2 16,2 16,2 16,2 16,2 16,2 16,2 16,2 16,2 16,2 16,2 16,2 16,2 20,5 20,5 25,8 25,8 25,8 25,8 25,8 HEAD (m) 25,5 25,5 25,5 25,5 25,5 25,5 25,5 25,5 25,5 25,5 25,5 25,5 25,5 25,5 25,5 25,5 25,5 25,5 25,5 25,5 25,5 25,5 25,5 25,5 25,5

3.1. Sistem Pengaturan Tegangan Generator Sinkron 3 Fasa PLTA Wonogiri. 3.1.1 Pengaturan tegangan melalui AVR (Automatic Voltage Regulator) Pengaturan tegangan keluaran dari generator sinkron 3 phasa pada pembangkit listrik tenaga air Wonogiri menggunakan sistem pengaturan tegangan otomatis, agar tegangan yang dihasilkan pembangkit konstan tidak berfluktuasi sesuai beban yang dilayani. Penggunaan AVR (Automatic Voltage Regulator) pada sistem pembangkit tenaga listrik berfungsi untuk : a. Mengatur agar tegangan

keluaran dari generator pada keadaan normal atau konstan. b. Mengatur besarnya daya reaktif c. Mempertinggi kapasitas penguat (Charging Capacity) dengan mengontrol Exsitasi sendiri. d. Menekan kenaikan tegangan pada saat pembuangan beban (load rejection) Pengatur tegangan secara otomatis akan menaikan pembangkitan medan, apabila tegangan terminal generator turun karena perubahan beban sehingga tegangan kembali normal. Sama halnya apabila tegangan 83

Sistem pengaturan tegangan dan frekuensi pada generator sinkron 3 fasa di .....(Suwarti, Supriyo)

terminal naik karena perubahan beban, maka pengatur tegangan mengembalikan nilai tegangan normalnya dengan mengurangi eksitasi medan generator. 3.1.2 Pengatur Kecepatan Putaran Turbin Air Melalui Governor 4 Governor sebagai alat pengatur kecepatan pada instalasi pembangkit tenaga air yang kerjanya mengatur debit air yang dibutuhkan untuk menggerakan sudu turbin. Tenaga listrik yang dibangkitkan oleh generator harus mempunyai tegangan yang tetap tidak berubah-ubah, sehingga generator dan turbin harus berputar dengan kecepatan yang konstan. Dalam gerak tranlasi terdapat humus F = m . a (gaya = massa x percepatan) dan Ex = mv2 (energi kinetis yang terdapat dalam benda yang mempunyai kecepatan). Sesuai dengan gerak translasi, gerakan rotasi mempunyai rumus M = I (momen kopel = momen inersia x percepatan sudut) dan E = I 2 (energi kinetis yang terdapat dalam benda yang berputar dengan kecepatan sudut ). Pada suatu turbin yang berputar dan meneruskan putaran ini ke generator bekerja : a. Momen penggerak, yaitu air yang jatuh. b. Momen pelawan gerak, yaitu beban ( pemakaian ) listrik. Percepatan sudut () sama dengan nol apabila turbin/ generator berputar dengan kecepatan yang konstan, berarti M (momen yang bekerja pada turbin/generator) harus juga sebesar nol. Dengan demikian agar turbin/generator berputar dengan kecepatan yang konstan maka momen penggerak harus sama dengan momen pelawan. Momen penggerak berubah bila ada perubahan pada H efektif dan debit air Q. Momen pelawan berubah bila pemakaian listrik berubah. Tambahan 84

H dan Q mengakibatkan percepatan pada putaran generator, sedangkan tambahan pemakaian menimbulkan kelambatan pada kecepatan generator. Perubahan H umumnya timbul perlahan-lahan, sehingga penyesuaian momen penggerak sama dengan momen pelawan dapat dilakukan secara manual dengan mudah. Perubahan dalam pemakaian listrik biasa timbul secara tiba-tiba, sehingga penyesuaian debit air dengan katup pemandu (guide vane) perlu di lakukan secara otomatis. Suatu alat pengatur kecepatan yang sempurna harus dengan teliti mengikuti perubahan momen pengerak dan momen pelawan, dan segera menyesuaikan dengan keadaan agar kecepatan putaran generator dan juga kecepatan putaran turbin tetap konstan. 4. Kesimpulan Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan dan juga dari hasil analisa dari data yang di dapatkan maka dapat di ambil beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Perubahan beban dari generator sinkron PLTA Wonogiri dengan memanfaatkan energi potensial air sebagai penggerak turbin, menyebabkan perubahan putaran dari generator yang berpengaruh pada tegangan keluaran dari terminal generator. Pengaturan perubahan tegangan tersebut dengan menggunakan AVR (Automatic Voltage Regulator) dan pengaturan debit air yang menggerakan turbin dengan Governor yang bereaksi secara otomatis trehadap berubahnya tegangan terminal generator untuk mengembalikan putaran generator sesuai putaran nominalnya yaitu 273 Rpm. 2. Perubahan beban dari generator PLTA Wonogiri mengakibatkan perubahan tegangan, terlihat dari nilai tegangan tertinggi yaitu 6,4 kV dengan beban 6,2 MW dan tegangan terendah yaitu 6,3 kV dengan beban terendah yaitu 3 MW. Dari

EKSERGI Jurnal Teknik Energi Vol 5 No. 2 Mei 2009 ; 76-85

hasil perhitungan efisiensi system, efisiensi sistem tertinggi adalah 82,83 % operasi pembangkitan beban 4 T W pada tanggal 24 januari jam 20.00 WIB, sedangkan efisiensi terendah adalah 73,47 % saat pembangkitan beban 3 MW pada tanggal 24 januari jam 03.00 WIB. 3. Daya keluaran dari generator PLTA Wonogiri akan semakin besar jika daya masukan juga besar hal ini adalah daya mekanik dari turbin air, semakin besar debit air yang dihasilkan hendungan maka semakin besar daya yang dapat dibangkitkan. Daftar Pustaka 1. 2. 3. 4. 5. Fitzgerland, E . A, 1985, Dasar- dasar Elektronik II, Garamedia, Jakarta. Instruksi Manual Generator 3 Phasa, 1995, Shinko Machinery, Jepang. Kadir Abdul, 1983, Mesin Serempak, Jakarta; Djambatan. Kadir Abdul, 1981Pengantar Teknik Tenaga listrik, jakarta. Langsdof, A.S, 1981, Teory Of Alternating Curent Machinery, Tokyo Jepang; Mc. GRAW HILL KOGAKUSHA. O.f Patty,1995, Tenaga Air, Erlangga, Jakarta. Sularso, 1993, Dasar Pemilihan Dan Perencanaan Elemen Mesin; Pradnya Paramita, jakarta

6. 7.

85

You might also like