You are on page 1of 11

Teori Hubungan Internasional Foreign Policy and Decision Making

Disusun Oleh : Wildan Salis M (0911243074) Riza Pradana Yana (0911240083) Rachmadoni Tri Prayoga (0911243068) Yanuar Rahmadan (09112433031) FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

2010 I. Kebijakan Luar Negeri

A. Pendahuluan Teori hubungan internasional dalam membahas kebijakan luar negeri dan decision making process, didasarkan pada gambaran para prularis dimana terdapat empat asumsi penting terkait dengan pluralisme, yaitu; pertama, non-state actor merupakan entitas penting dalam politik dunia. Dalam hal ini terdapat aktor lain seperti MNC, TNC,dsb. Kedua, Negara bukan satu-satunya aktor. Terdapat variabel yang lain yaitu adanya persaingan individu, kelompok kepentingan, dan birokrasi. Ketiga, mengubah asumsi kaum realis bahwa negara adalah aktor yang rasional. Dalam hal ini misalnya seperti bargaining dan interest dipandang tidak selalu dibuat dengan decision making process yang rasional. Keempat, agenda politik internasional yang lebih luas. Definisi kebijakan luar negeri itu sendiri adalah sebuah aktifitas yang dikembangkan oleh komunitas untuk mengubah tingkah laku negara lain dan menyelaraskan aktifitas mereka pada lingkungan internasional. Serupa dan juga berkesinambungan, kebijakan luar negeri merupakan keputusan dan perilaku yang diambil oleh negara-negara dalam interaksinya dengan negara lain. Selain itu, ringkas dan lebih ditegaskan lagi bahwa kebijakan luar negeri merupakan suatu kebijakan, yang dirumuskan di dalam negeri dan diimplementasikan keluar, sebagai sebuah upaya negara dalam mendapatkan kepentingan nasionalnya, menurut pandangan mikro diplomasi, kebijakan luar negeri ini merupakan suatu bentuk prilaku dari aktor atau negara. Definisi-definisi tersebut menunjukkan suatu kesamaan yang bisa diambil benang merahnya yaitu bahwa kebijakan luar negeri merupakan sebuah bentuk kebijakan yang dibuat suatu negara dan melibatkan adanya negara atau aktor lain yang dalam hal ini adalah sebagai sebuah sistem internasional serta merupakan implementasi dan cermin dari kepentingan nasional sebuah negara. Kebijakan luar negeri bisa dipandang melalui dua sisi yaitu; dipandang dari dalam sebagai sebuah perluasan dari kebutuhan dalam negeri (inside-out perspective) dan dari luar yaitu sebagai reaksi

terhadap adanya dinamika internasional (outside-in perspective). Kebijakan luar negeri merupakan salah satu produk dari suatu decision making process. Sehingga tentu dalam hal ini keduanya memiliki hubungan yang saling terkait dimana segala yang terjadi dalam decision making process nantinya akan mempengaruhi kebijakan luar negeri yang diputuskan. Dalam decision making process terkait kebijakan luar negeri, terdapat dua faktor penting yang mempengaruhi kebijakan luar negeri yaitu faktor pengaruh internal dan eksternal. Dari sisi internal maksudnya adalah pengaruh-pengaruh yang berada pada level internal negara, misalnya adalah kapabilitas militer, pembangunan ekonomi, sistem pemerintahan, dsb. Sedangkan dari sisi eksternal maksudnya bahwa kebijakan luar negeri merupakan aktivitas yang lintas batas negara dan dipengaruhi oleh faktor diluar negara, misalnya adalah geopolitik, karakter negara lain, dsb. B. Pengertian kebijakan luar negeri adalah strategi implementasi yang diterapkan dengan variasi yang bergantung pada pendekatan, gaya, dan keinginan pemerintahan terpilih. Dalam wilayah ini pilihan-pilihan diambil dengan mempertimbangkan berbagai keterbatasan (finansial dan sumber daya) yang dimiliki. Kebijakan luar negeri, dengan demikian, akan bergantung pada politik luar negeri. (Walter Carlness, 1999). Tujuan dari penbentukan kebijakan luar negri pada dasarnya untuk mencapai perdamaian, keamanan, dan kekuasaan. Untuk lebih jelasnya, K.J Holsti memberikan tiga kriteria untuk mengklasifikasikan tujuan politik luar ngeri, yaitu: a. nilai (values) yang menjadi tujuan para pembuat keputudan b. jangka waktu yang dibutuhkan untuk mencapai suatu tujuan yang ditetapkan c. tipe tuntutan yang diajukan suatu negara kepada negara lain Sedangkan konsep mudah dalam menjelaskan hubungan suatu negara dengan situasi di luar negaranya, yaitu : (1) kebijakan luar negri sebagai sekumpulan orientasi (a cluster of orientation). Politik luar negri dijadikan landasan dasar bagi kelangsungan hidup suatu negara. Orientasi ini mencakup sikap, perspesi, nilai yang dijabarkan dari pengalaman sejarah atau keadaan strategis negara. Contoh: UUD 1945 dan Pancasila sebagai falsafah bangsa Indonesia; (2) politik luar negri

sebagai seperangkat komitmen dan rencana untuk bertindak. Dalam hal ini, kebijakan luar negri berupa rencana dan komitmen konkrit yang dikembangkan oleh para pembuat keputusan untuk menjaa stabilitas lingkungan eksternal; (3) kebijakan luar negri dipandang sebagai bentuk perilaku atau aksi. Pada tingkat ini, kebijakan luar negri lebih bersifat empiris yang disertai dengan langkah-langkah konkrit para pembuat keputusan. Salah satu model yang terkandung dalam daftar kerangka teoritis Lyod Jensen (1982) ialah model pengambilan keputusan. Model yang dikemukakan oleh Richard C Snyder, HW Bruck dan Burton Sapin ini menggambarkan kerangka yang kompleks dengan meneropong jauh kedalam kotak hitam pengambilan kebijakan luar negeri. Salah salah satu keuntungan pendekatan ini yakni membawa dimensi manusia kedalam proses politik luar negeri yang lebih efektif. Peran manusia dalam membuat keputusan politik luar negri bergantung pada faktor kepemimpinan, persepsi, dan sistem kepercayaan para pembuat keputusan.

II Pendekatan Kebijakan Luar Negeri Pertama, pendekatan psikologis. Pendekatan ini menilai politik luar negeri sebagai fungsi impuls dan idiosinkratik seorang pemimpin. Menurut pandangan ini, raja-raja dan presiden merupakan sumber politik luar negeri. Oleh karena itu perang dan damai merupakan selera pribadi dan pilihan individual. Kedua, pendekatan negara-negara besar yang dominan di kalangan pakar-pakar realis seperti Hans J Morgenthau. Pendekatan ini memandang politik luar negeri sebagai fungsi konflik Timur-Barat. Singkatnya, politik luar negeri negara-negara berkembang dipandang lemah otonominya. Negara berkembang dipengaruhi rangsangan eksternal, mereka bereaksi terhadap prakarsa dan situasi yang diciptakan kekuatan eksternal. Kelemahan utama pendekatan ini mengabaikan sumbersumber dalam negeri dalam politik luar negeri. Ketiga, pendekatan reduksionis atau model-builders. Pendapatnya, politik luar negeri negara berkembang ditentukan oleh proses yang sama dan perhitungan keputusan yang membentuk politik luar negeri negara-negara maju. Perbedaan dasarnya adalah kuantifikasinya. Negara berkembang

memiliki sumber-sumber dan kemampuan yang kecil. Oleh sebab itu, melaksanakan politik luar negeri dalam skala yang lebih kecil. Pandangan ini berdasarkan asumsi bahwa perilaku semua negara (besar dan kecil, kaya atau miskin, berkembang atau maju) mengikuti model pengambilan keputusan aktor rasional. Dari berbagai pendekatan yang ada, tulis Hillal dan Korany, analisis yang memadai terhadap politik luar negeri negara-negara berkembang semestinya mempertimbangkan bahwa politik luar negeri adalah bagian dan paket situasi umum Dunia Ketiga dan merefleksikan evolusi situasi ini. Dengan demikian, proses politik luar negeri tak dapat dipisahkan dari struktur sosial domestik atau proses politik domestik. III Komponen Kebijakan Luar Negeri Orientasi Orientasi yang kita maksud adalah sikap dan komitmen umum suatu Negara terhadap lingkungan eksternal dan strategi fundamentalnya untuk mencapai tujuan dalam dan luar negerinya dan untuk menanggulangi ancaman yang berkesinambungan. Bentuk orientasinya ada 3 Isolasi Isolasi strategi politik dan militer dinyatakan oleh tingkat keterlibatan yang rendah dalam sebagian besar bidang isu sistem, jumlah transaksi diplomatik dan komersial yang rendah dengan unit politik atau masyarakat yang lain, dan upaya untuk menutup rapat negeri terhadap berbagai bentuk penetrasi eksternal. Negara dapat mencapai keamanan dan kemerdekaan dengan mengurangi transaksi dengan unit politik lain dalam sistem itu, atau dengan memelihara hubungan diplomatik dan perdagangan luar negeri, sambil menanganio semua ancaman yang dirasakan atau ancaman potensial dengan membentuk tembok administrasi de sekitar basis dalam negeri.

Tindakan Kebijakan Luar Negeri 1. Persuasi Dengan persuasi kita maksudkan semata-mata memprakarsai atau membahas suatu usul dengan pihak lain dan mendapatkan tanggapan yang menguntungkan tanpa dengan tegas mengajukan kemungkinan imbalan atau hukuman. 2. Tawaran Imbalan Setelah menciptakan situasi yang tidak menguntungkan mereka berjanji menghapuskan masalah sebagai imbalan atas sejumlah konsesi yang diberikan oleh para penentang mereka. 3. Pemberian Imbalan Salah satu klise diplomasi perang dingin mengatakan bahwa perbuatan, bukan katakata, dibutuhkan untuk memberikan imbalan dan konsesi. 4. Ancaman Hukuman Ancaman hukuman dibagi 2, yaitu ancaman positif dan ancaman pencabutan. 5. Tindakan Hukuman Tanpa Kekerasan Dalam situasi ini ancaman dilaksanakan dengan harapan untuk mengubah sikap negara yang dalam banyak kasus tidak dapat diubah dengan cara lain. 6. Kekerasan

Kekerasan di masa lalu pada waktu pemerintah belum mempunyai variasi instrumen kebijakan luar negeri seperti yang kini tersedia, suatu pemerintah sering harus mengandalkan penggunaan kekerasan dalam proses perundingan.

Tujuan Kebijakan Luar Negeri Kebijakan luar negeri suatu negara, yang juga disebut kebijakan hubungan internasional, adalah serangkaian sasaran yang menjelaskan bagaimana suatu negara berinteraksi dengan negara lain di bidang-bidang ekonomi, politik, sosial, dan militer; serta dalam tingkatan yang lebih rendah juga mengenai bagaimana negara berinteraksi dengan organisasi-organisasi non-negara. Interaksi tersebut dievaluasi dan dimonitor dalam usaha untuk memaksimalkan berbagai manfaat yang dapat diperoleh dari kerjasama multilateral internasional. Kebijakan luar negeri dirancang untuk membantu melindungi kepentingan nasional, keamanan nasional, tujuan ideologis, dan kemakmuran ekonomi suatu negara. Hal ini dapat terjadi sebagai hasil dari kerjasama secara damai dengan bangsa lain, atau melalui eksploitasi. Peran Nasional Konsepsi peran nasional berhubungan erat dengan orientasi. Juga, peran mencerminkan kecenderungan, kecemasan, dan sikap dasar terhadap dunia luar dan juga variabel sistemik, geografis, dan ekonomi. Namun peran lebih spesifik daripada orientasi, karena peran menunjuk atau mengarah pada tindakan yang lebih khas.

V Decision Making Pengambilan keputusan dapat dianggap suatu hasil atau keluaran dari proses mental atau kognitif yang membawa pada pemilihan suatu jalur tindakan diantara eberapa alternatif yang tersedia. Setiap proses pengambilan keputusan selalu menghasilkan satu pilihan final, keluarannya bisa berupa suatu tingkatan(aksi) atau suatu opini terhadap pilihan

IV Komponen Decision Making Terdapat lima variabel penting yang dapat mempengaruhi sebuah decision making process yang dalam hal ini adalah pembuatan kebijakan luar negeri, yaitu: 1. Variabel Individu Sebuah persepsi tentang pengaruh individu dalam proses menentukan kebijakan luar negeri dimana unsur individu hanya akan memiliki pengaruh jika ia memiliki power. Selain itu, unsur individu cenderung lebih berpengaruh pada sebuah sistem yang otoriter daripada demokrasi. Sebagai contoh, dalam decision making process, keputusan tidak dikenal sebagai keputusan AS atau Kanada, akan tetapi dikenal sebagai keputusan yang dibuat oleh individu. Berkaitan dengan asumsi realisme yang ketiga, mengubah asumsi realis bahwa manusia adalah makhluk yang rasional. Manusia diasumsikan realis sebagai aktor yang rasional dalam decision making process karena pandangan mereka tersebut diasumsikan bahwa para pembuat keputusan bisa menentukan keputusannya hanya melalui penentuan tugas yang dibutuhkan, tanpa tunduk pada karakteristik

psikologis, aspek sosial, dan juga tekanan-tekanan yang ada. Faktanya, hanya sedikit yang seperti itu sehingga sebenarnya manusia dalam decision making process merupakan makhluk yang tidak rasional, karena dipengaruhi oleh adanya faktor psikologis, sosial, dan juga pengalaman hidup yang mempengaruhi orientasi dan prilaku pembuatan keputusan individu. Contoh kasusnya adalah Presiden Bush ketika menetapkan kebijakan invasi ke Irak. 2. Variabel Grup Berkaitan dengan aktor-aktor atau kelompok-kelompok yang berada disekitar aktor utama dimana mereka memiliki kesempatan untuk memasukkan kepentingannya dalam decision making process. Para kelompok tersebut bisa mempengaruhi proses pengambilan sebuah keputusan jika kepentingan yang mereka miliki tersebut relevan dan mereka juga memiliki power atau posisi untuk masuk dalam sebuah aktor utama. Misalnya adalah kelompok partai politik dan kelompok kepentingan. Kelompok kepentingan bertujuan menyalurkan aspirasi dan tuntutan masyarakat kepada pembuat keputusan terkait dengan kebijakan yang akan dibuat. Sehingga tampak sebagai informasi dua arah yaitu antara masyarakat dan pembuat keputusan. Kelompok kepentingan maupun partai politik fokus tidak hanya pada kebijakan dalam negeri tetapi juga kebijakan luar negeri terlebih jika kebijakan tersebut ada hubungannya dengan dalam negeri. Contoh kasusnya adalah Amerika. Di AS, organisasi zionis sangat berperan dalam mempengaruhi kebijakan AS terhadap Israel. 3. Variabel Birokrasi Terkait dengan adanya birokrasi sebuah negara. Keputusan tentu juga akan mempertimbangkan masukan-masukan dari departemen yang ada dalam birokrasi sebuah negara. Fungsi pemerintah yang kompleks membuat organisasi-organisasi berkembang luas sebagai bagian dari eksekutif. Birokrasi diartikan sebagai kumpulan berbagai individu serta organisasi di dalam lembaga eksekutif yang membantu para pembuat keputusan dalam membuat kebijakan luar negeri. Anggota birokrasi terkadang adalah anggota kelompok pembuat keputusan sehingga sulit untuk memisahkan keduanya sehingga hal itulah yang menjadikan kelompok birokrasi sangat berperan dalam pembuatan kebijakan. Misalnya adalah adanya Departemen Pertahanan, saat kebijakan perang diambil atau kebijakan tentang perdagangan dibuat maka didalamnya pasti melibatkan

departemen-departemen tersebut. 4. Variabel Nasional Unsur ini berkaitan dengan keadaan domestik atau internal sebuah negara, misalnya adalah ukuran luas wilayah, ideologi, budaya, letak geografis, iklim dan sumber daya yang dimiliki termasuk karakteristik masyarakatnya. Jadi semua hal yang berhubungan dengan hal diatas dapat mempengaruhi decision making process, seperti dampak ekonomi, lingkungan, budaya, militer, dsb. 5. Variabel Global Unsur global melingkupi eksternal sebuah negara, termasuk misalnya adalah agenda dan isu internasional yang sedang terjadi misalnya isu terorisme sehingga terdapat kebijakan pemerangan teroris internasional. Salah satu bentuk eksistensi dari sebuah negara dapat dilihat melalui kebijakan luar negerinya. Hal ini tidak terlepas bahwa kebijakan luar negeri suatu negara mencerminkan apa yang menjadi kepentingan nasionalnya dan menunjukkan karakter sebuah negara. Kebijakan luar negeri suatu negara sangat berpengaruh terhadap eksistensinya dalam dunia internasional. Dimana didalam kebijakan luar negeri pasti melibatkan adanya interaksi kaitannya dengan negara lain. Sehingga ketika sebuah negara dapat maju melalui kebijakan luar negerinya yang baik dan kuat maka itu otomatis menunjukkan keeksistensiaannya dalam hubungan internasional.

VI Skema Decision Making Process

Lingkungan Domestik

Lingkungan Internasional

Decision Making Process

Input Output
Kelompok Kepentingan Konversi Partai Birokrasi politk Pemimpin Civil Society Partai

Foreign Policy

Konflik

Variabel Group

Daftar Pustaka Azhary M. Tahir, K.J Holsti.1988. Politik Internasional : Kerangka untuk analisis. Jakarta : Erlangga http://theglobalpolitics.com/

You might also like