You are on page 1of 15

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT, yang mana telah melimpahkan rahmat kesehatan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini dibuat untuk menambah nilai mata pelajaran Akuntansi dan untuk menambah wawasan siswa-siswi SMK Pelita 2 dan khususnya kepada kami, yang mana makalah kami ini berjudul Menerapkan Prinsip Profesionalisme dalam Bekerja. Dan tak lupa pula kami mengucapkan terimakasih kepada orang tua kami dan guru mata pelajaran Akuntansi yang telah memberikan arahan-arahan serta masukan-masukan dalam pembuatan makalah ini. Dan seutas kata, Tidak ada gading yang tak retak, begitu juga dengan makalah kami ini yang masih jauh dari kata sempurna, sehingga kami sangat membutuhkan kritik dan saran yang membangun.

Penulis Kelompok 1

Menerapkan Prinsip Profesionalisme dalam Bekerja


a. Pengertian Profesi

Bekerja merupakan kegiatan pisik dan pikir yang terintegrasi. Pekerjaan dapat dibedakan menurut kemampuan (fisik dan intelektual), kelangsungan (sementara dan terus menerus), lingkup (umum dan khusus), tujuan (memperoleh pendapatan dan tanpa pendapatan). Profesi adalah : Pekerjaan tetap bidang tertentu berdasarkan keahlian khusus yang dilakukan secara bertanggung jawab dengan tujuan memperoleh penghasilan.

Nilai moral profesi (Franz Magnis Suseno,1975) : Berani berbuat untuk memenuhi tuntutan profesi Menyadari kewajiban yang harus dipenuhi selama menjalankan profesiIdealisme sebagai perwujudan makna misi organisasi profesi

b. Pengertian Profesional

Profesional adalah Pekerja yang menjalankan profesi. Setiap profesional berpegang pada nilai moral yang mengarahkan dan mendasari perbuatan luhur. Dalam melakukan tugas profesi, para profesional harus bertindak objektif, artinya bebas dari rasa malu, sentimen, benci, sikap malas dan enggan bertindak. Dengan demikian seorang profesional jelas harus memiliki profesi tertentu yang diperoleh melalui sebuah proses pendidikan maupun pelatihan yang khusus, dan disamping itu pula ada unsur semangat pengabdian (panggilan profesi) didalam melaksanakan suatu kegiatan kerja. Hal ini perlu ditekankan benar untuk membedakannya dengan kerja biasa (occupation) yang semata bertujuan untuk mencari nafkah dan/ atau kekayaan materiil duniawi. Kelompok profesional merupakan : kelompok yang berkeahlian dan berkemahiran yang diperoleh melalui proses pendidikan dan pelatihan yang berkualitas dan berstandar tinggi yang dalam menerapkan semua keahlian dan kemahirannya yang tinggi itu hanya dapat dikontrol dan dinilai dari dalam oleh rekan sejawat, sesama profesi sendiri. Tiga watak kerja seorang Profesional:
1.

Kerja seorang profesional itu beritikad untuk merealisasikan kebajikan demi

tegaknya kehormatan profesi yang digeluti, dan oleh karenanya tidak terlalu mementingkan atau mengharapkan imbalan upah materiil.
2.

Kerja seorang profesional itu harus dilandasi oleh kemahiran teknis yang

berkualitas tinggi yang dicapai melalui proses pendidikan dan/atau pelatihan yang panjang, ekslusif dan berat.

3.

Kerja seorang profesional diukur dengan kualitas teknis dan kualitas moral

harus menundukkan diri pada sebuah mekanisme kontrol berupa kode etik yang dikembangkan dan disepakati bersama didalam sebuah organisasi profesi
c. Pengertian Profesionalisme

Profesionalisme adalah suatu paham yang mencitakan dilakukannya kegiatan-kegiatan kerja tertentu dalam masyarakat, berbekalkan keahlian yang tinggi dan berdasarkan rasa keterpanggilan serta ikrar (fateri/profiteri) untuk menerima panggilan tersebut untuk dengan semangat pengabdian selalu siap memberikan pertolongan kepada sesama yang tengah dirundung kesulitan ditengah gelapnya kehidupan (Wignjosoebroto, 1999). Empat prespektif dalam mengukur profesionalisme menurut Gilley dan Enggland :
1.

Pendekatan berorientasi Filosofis Pendekatan lambang profesional,pendekatan Pendekatan perkembangan bertahap individu (dengan minat sama) berkumpul

sikap individu dan pendekatan electic


2.

mengidentifikasi dan mengadopsi ilmu membentuk organisasi profesi membuat kesepakatan persyaratan profesi menentukan kode etik merevisi persyaratan
3.

Pendekatan berorientasi karakteristik etika sebagai aturan langkah,pengetahuan terorganisir, keahlian dan kompetensi khusus,tingkat pendidikan

yang
4.

minimal,sertifikasi keahlian. Pendekatan berorientasi non-tradisional mampu melihat dan merumuskan karakteristik unik dan kebutuhan sebuah profesi
d. Menerapkan Prinsip Profesional Bekerja

Jansen Sinamo, Sang Bapak Etos sekaligus Penulis 8 ETOS KERJA PROFESIONAL: navigator Anda menuju sukses, mengatakan dalam buku barunya tersebut bahwa manusia itu pada dasarnya adalah pencari kesuksesan.
1. Kerja adalah Rahmat: Bekerja Tulus Penuh Syukur.

Bekerja adalah rahmat yang turun dari Tuhan, oleh karena itu harus kita syukuri. Bekerja dengan tulus akan membuat kita merasakan rahmat lainnya sebagai berikut:

Kita dapat menyediakan sandang-pangan untuk keluarga kita dengan gaji yang kita dapat. Kita diberi kesempatan untuk bisa bergaul lebih luas serta meningkatkan kualitas diri ke tingkat yang lebih tinggi hingga kita bisa tumbuh dan berkembang. Kita bisa memaksimalkan talenta kita saat bekerja. Kita bisa mendapatkan pengakuan dan identitas diri dari masyarakat dan komunitas. Untuk itu tidak ada salahnya melakuakn pelatihan SDM tujuannya untuk meningkatkan etos kerja.

2. Kerja adalah Amanah: Bekerja Benar Penuh Tanggung Jawab.

Amanah melahirkan sebuah sikap tanggung jawab, dengan demikian maka tanggung jawab harus ditunaikan dengan baik dan benar bukan hanya sekedar formalitas. Rasa tanggung jawab terhadap pekerjaan yang didelegasikan kepada kita akan menumbuhkan kehendak kuat untuk melakasanakan tugas dengan benar sesuai job description untuk mencapai target yang ditetapkan. Bekerja dengan hati, misalnya spritual EFT.
3. Kerja adalah Panggilan: Bekerja Tuntas Penuh Integritas.

Dalam konteks pekerjaan, panggilan umum ini memiliki arti bahwa apa saja yang kita kerjakan hendaknya memenuhi tuntutan profesi. Agar panggilan dapat diselesaikan hingga tuntas maka diperlukan integritas yang kuat karena dengan memegang teguh integritas maka kita dapat bekerja dengan sepenuh hati, segenap pikiran, segenap tenaga kita secara total, utuh dan menyeluruh.
4. Kerja adalah Aktualisasi: Bekerja Keras Penuh Semangat.

Aktualisasi adalah kekuatan yang kita pakai untuk mengubah potensi menjadi realisasi. Pelatihan seperti quantum touch adalah salah satu pelatihan SDM. Ada yang menyebutnya pelatihan etos kerja. Ada tiga cara mudah untuk meningkatkan etos kerja keras, yaitu:

Kembangkanlah visi sebagai ilham untuk bekerja keras. Kerja keras merupakan ongkos untuk mengembangkan diri kita. Kerja keras itu baik, menyehatkan dan menguatkan diri kita.

5. Kerja adalah Ibadah: Bekerja Serius Penuh Kecintaan.

Segala pekerjaan yang diberikan Tuhan kepada kita harus kita syukuri dan lakukan dengan sepenuh hati. Tidak ada tipe atau jenis pekerjaan yang lebih baik dan lebih rendah dari yang lain karena semua pekerjaan adalah sama di mata Tuhan jika kita mengerjakannya dengan serius dan penuh kecintaan. Etos kerja bukan hanya dilihat manusia, Tuhan Maha Mengetahui.
6. Kerja adalah Seni: Bekerja Cerdas Penuh Kreatifitas.

Bekerja keras itu perlu, namun bekerja dengan cerdas sangat dibutuhkan. Kecerdasan disini maksudnya adalah menggunakan strategi dan taktik dengan pintar untuk mengembangkan diri, memanfaatkan waktu bekerja agar tetap efektif dan efesien, melihat dan memanfaatkan peluang kerja yang ada, melahirkan karya dan buah pikiran yang inovatif dan kreatif. Pelatihan etos kerja bisa berdampak positif.

7. Kerja adalah Kehormatan: Bekerja Tekun Penuh Keunggulan.

Kehormatan diri bisa kita dapatkan dengan bekerja. Melalui pekerjaan, maka kita dihormati dan dipercaya untuk memangku suatu posisi tertentu dan mengerjakan tugas yang diberikan kepada kita termasuk segala kompetensi diri yang kita miliki, kemampuan dan kesempatan dalam hidup. Spritual EFT, Spiritual Enrichment & Quantum Touch bisa Anda coba.
8. Kerja adalah Pelayanan: Bekerja Paripurna Penuh Kerendahan Hati.

Tahukah Anda kalau ternyata hasil yang kita lakukan dalam bekerja bisa menjadi masukan untuk orang lain dan begitu pula sebaliknya. Sehingga dari proses tersebut kita telah memberikan kontribusi kepada orang lain agar mereka bisa hidup dan beraktivitas dengan lebih mudah. Jadi, bekerja juga bisa kita golongkan sebagai salah satu bentuk pelayanan kita terhadap orang lain. Sekretaris Dinas PU Inhil M.Rasyid ST Tembilahan Sebagai seorang pamong, maka jabatan Pegawai Negeri Sipil (PNS) harus tunduk kepada prinsip profesionalisme dan tunduk kepada peraturan perundangundangan yang berlaku. Demikian prinsip yang dipegang dengan teguh oleh Sekretaris Dinas Pekerjaan Umum Inhil, M Rasyid ST. Karena tetap berpegang dengan prinsip profesionalisme, sehingga dalam menjalankan tugasnya ia tetap berpijak kepada aturan yang berlaku. Sebagai seorang pelayan publik, maka sudah seharusnya kita bekerja secara profesionalisme dan berdasarkan ketentuan peraturan yang berlaku, tegas pria yang diberi kepercayaan menjabat sebagai Sekretaris Dinas PU sejak tahun 2006 tersebut. Selain itu, sebagai seorang pimpinan sudah selayaknya memberi contoh yang baik kepada bawahan. Sehingga antara pimpinan dan staf terjalin hubungan yang harmonis, bukan hanya hubungan pekerjaan saja, tapi juga sisi humanisme lainnya. Pegawai Negeri Sipil (PNS) merupakan sebagai pelayan publik, maka sebaiknya berikanlah pelayanan yang maksimal dan profesional kepada publik. Jangan pernah menyulitkan seseorang yang hendak berurusan, inilah termasuk prinsip yang dipegang teguh oleh Rasyid. (spt)
e. Profesionalisme Dalam Usaha

Bekerja adalah sebuah kemuliaan dalam Islam, sebuah upaya dan usaha sungguh untuk menjauhkan kita dari kehinaan meminta-minta. Mereka yang hanya gemar meminta-minta tanpa sebab yang jelas, akan membuahkan kehinaan lebih buruk lagi di akhirat nanti.

Bekerja adalah sebuah perintah dan kewajiban dalam Islam, selaras dengan kewajiban memberi nafkah dan berbagi kepada orang lain. Selain itu semua, bekerja adalah amal yang juga akan menggugurkan dosa-dosa kita. Rasulullah SAW bersabda : Barang siapa yang sore hari duduk kelelahan lantaran pekerjaan yang telah dilakukannya, maka ia dapatkan sore hari tersebut dosa-dosanya diampuni oleh Allah SWT. (HR. Thabrani) Hari ini Sabtu 30 April 2011, kembali saya diminta untuk berbagi inspirasi dan motivasi di Yayasan Solo Peduli Grup Solo Pos Surakarta, kali ini seluruh karyawan yang dikoordinir oleh HRD berkumpul jadi satu di gedung SMK IT Solo Peduli di Manahan, Solo. Tema etos kerja dan profesionalisme, saya sampaikan dengan harapan bersama bisa tercerahkan kembali tentang bagaimana anjuran dan aturan Islam bagi kita dalam bekerja. Memahami sejak awal bahwa sebuah pekerjaan adalah ibadah, insya Allah akan membuat etos kerja dan profesionalisme meningkat. Namun seperti apakah profesionalisme dalam kerja yang diinginkan dalam Islam ? Sepertinya jawaban lengkah bisa Anda dapatkan dengan mendownload powerpoint berikut ini. Di samping kewajiban berusaha dalam segala aspek kehidupan, Islam juga mengajarkan perlunya upaya selalu mengedepankan profesionalisme. Karena setiap kebijakan dan tindakan yang dilakukan, tidak hanya dipertanggung jawabkan di dunia, tetapi juga di akhirat kelak.
Profesionalisme usaha dalam pribadi muslim, menurut Karebet (2003) dicirikan oleh tiga hal: Pertama, ahli dalam bidang pekerjaan yang dilakukan. Setiap pekerjaan jika dilakukan oleh pihak yang berkompeten pasti akan memberikan hasil yang jauh lebih baik. Hal ini karena pengetahuan dan keterampilan yang sesuai. Di samping dapat memberikan semangat yang lebih dalam bekerja, pada sisi lain setiap tindakan yang dilakukan akan selalu didasarkan pada perhitungan yang matang antara tingkat manfaat yang akan diperoleh dengan risiko yang mungkin diambil. Perhitungan yang baik, operasionalisasi usaha yang terukur dan keputusan yang tepat adalah bagian dari profesionalisme usaha yang harus dijalankan setiap muslim. Dengan profesionalisme, pengusaha bisa menempatkan orang benar-benar sesuai dengan keahliannya. Kedua, memiliki semangat dan etos kerja yang tinggi. Bekerja adalah sebuah keniscayaan, sehingga harus dilakukan secara sungguh-sungguh dengan mengerahkan segala kemampuan aset, pikiran dengan selalu meyakini akan menuai keberhasilan dikemudian hari. Ketiga, bertanggung jawab dan tepercaya dalam menjalankan tugas dan kewajibannya (amanah). Sifat amanah saat ini seakan menjadi barang yang langka, barang yang aneh sehingga

sering ditinggalkan bahkan dengan sengaja disia-siakan. Keahlian, ketrampilan, etos kerja yang tinggi tidak cukup apabila tidak dibarengi dengan sifat amanah. Kepercayaan merupakan salah satu kunci utama dalam berusaha agar dapat memperoleh keberhasilan. Ketika kepercayaan sudah dapat dimunculkan, maka semua akan dapat terikat dalam hubungan kerja yang berdimensi jangka panjang dengan pendekatan yang saling menguntungkan. Ahli dalam pekerjaan, memiliki semangat untuk bekerja keras dan sikap amanah mutlak harus dimiliki setiap pribadi, dengan selalu menyadari bahwa segala aktivitas yang dilakukan selalu diketahui oleh Tuhan dan harus dipertanggungjawabkan baik di dunia maupun kelak di akhirat. Bagaimana dengan Anda? f. Meningkatkan

Profesionalisme

Pns

Kesehatan

Melalui

Diklat

Berbasis

Kompetensi Globalisasi merupakan isu yang akan menjadi kenyataan, karena siap atau tidak, mau atau tidak mau Indonesia akan memasuki era pasar bebas. Tentunya sumber daya manusia di Indonesia akan bersaing dengan sumber daya manusia dari Negara luar. Begitupun sumber daya manusia di bidang kesehatan, dituntut untuk terus meningkatkan kompetensi, sehingga bisa menjadi tenaga yang professional sesuai dengan bidangnya. Terutama tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan secara langsung ke masyarakat,seperti: dokter, perawat, bidan dan tenaga kesehatan penunjang lainnya. Peningkatan kompetensi itu didapatkan melalui pendidikan dan pelatihan yang terusmenerus, berkaitan dengan keahlian yang dimilikinya. Tulisan ini merupakan artikel ilmiah, yang bertujuan untuk menjelaskan peranan pendidikan dan pelatihan dan pelatihan yang berbasis kompetensi dalam meningkatkan profesionalisme PNS Kesehatan. Diharapkan tulisan ini dapat digunakan sebagai masukan bagi penyelenggara diklat dan bagi tenaga kesehatan.
g. Professionalisme Tenaga Kesehatan, Pelatihan Berbasis Kompetensi

Professional tidak pernah lepas dari kata kompetensi, sesuatu yang mutlak harus dimiliki oleh sumber daya manusia, terutama bagi aparatur Negara, khususnya aparatur di bidang kesehatan. Di berbagai belahan dunia, saat ini menghadapi gelombang besar berupa meningkatnya isu globalisasi. Salah satu persyaratan menghadapi tantangan globalisasi adalah kompetensi. Tentunya sumber daya manusia di Indonesia akan bersaing dengan sumber daya manusia dari Negara luar, termasuk sumber daya manusia di bidang kesehatan, dituntut untuk terus meningkatkan kompetensi, sehingga bisa menjadi tenaga yang professional sesuai dengan bidang keahliannya. Sebagai PNS kesehatan mempunyai tanggung jawab memberikan pelayanan terhadap publik. Tentunya untuk memberikan pelayanan yang baik, dibutuhkan aparatur yang

benar-benar kompeten. Faktor yang memberi keberhasilan dalam dunia kerja adalah, soft skill (40 %), networking (30%),keahlian di bidangnya (20%),Finansial (10%). Tentunya 4 (empat ) faktor tersebut harus dimiliki oleh aparatur kesehatan untuk mempersiapkan menghadapi pasar global. Untuk itu dalam meningkatkan soft skill dan keahlian dibidangnya, didapatkan melalui pendidikan dan pelatihan yang berkesinambungan. Dan Tentunya pelatihan yang diikuti adalah pelatihan yang berkaitan dengan kompetensi dan sesuai dengan bidang kerjanya, karena kompetensi adalah standar keahlian seseorang dalam bekerja. Profesional akan dimiliki apabila memiliki kompetensi. Saat ini yang terjadi, pelayanan di bidang kesehatan, terutama yang berada dalam tatanan pelayanan kesehatan di bawah instansi pemerintah, seperti; Rumah Sakit Umum Daerah, Puskesmas dan Rumah Sakit pemerintah lainnya, belum maksimal dalam pelayanan kesehatan. Hal ini disebabkan kurangnya Kualitas Sumber Daya Manusianya, sarana dan prasarana, serta alat penunjang kesehatan lainnya Sarana dan prasarana ada, tetapi tidak ditunjang oleh SDM yang terampil mengoperasionalkan alat-alat canggih, akhirnya terjadi kerusakan pada alat-alat karena ketidak tahuan. Bukan rahasia lagi dalam suatu instansi ada PNS selama menjadi pegawai belum pernah mengikuti pelatihan, dan sebaliknya ada PNS yang lebih sering disebut dengan spesialis pelatihan dengan kata lain, selalu dikirim pelatihan, walaupun pelatihan itu tidak sesuai dengan bidang kerjanya. Kondisi ini yang terjadi pada area kerja PNS Kesehatan. Tentunya hal ini tidak akan berdampak terhadap peningkatan kualitas kinerja individu tersebut. Sudah saatnya diklat yang diikuti oleh PNS kesehatan adalah diklat yang berbasis kompetensi, sesuai dengan bidang keahliannya. Bagaimanakah dengan kegiatan diklat yang ada selama ini. Sedikit sekali diklat yang berkaitan keahlian dan bidang kerja tenaga kesehatan yang ada di rumah sakit. Seperti diklat untuk perawat, tenaga rekam medis, peata radiologi, ahli gizi,fisioterapi dan lain-lainnya. Diklat diklat yang ada lebih mengarah kepada diklat untuk jabatan fungsional. Kesempatan untuk mengikuti diklat pun sangat terbatas. Untuk itu penulis akan membahas bagaimana meningkatkan profesionalisme kerja PNS kesehatan dengan dengan mengembangkan diklat-diklat berbasis kompetensi, dimulai dari tujuan diklat berbasis kompetensi, Peran dan fungsi PNS Kesehatan, keterkaitan diklat berbasis kompetensi dengan peningkatan keahlian dan keterampilan kinerja PNS Kesehatan, perlunya diklat berbasis kompetensi.
h. Kompetensi dan Professional

Kompetensi dan Profesional adalah dua kata yang saling berkaitan dan melengkapi. Didalam Profesional ada unsur kompetensi, karena tampilan kerja yang profesinal karena sesuai dengan standar kompetensi Untuk melihat keterkaitannya satu sama lain, bisa kita telaah satu persatu tentang pengertian kompetensi dan professional

Kompetensi mutlak harus dimiliki oleh aparatur kesehatan, karena merupakan standar keahlian seseorang dalam bekerja. Professional akan dimiliki apabila memiliki kompetensi, sesuai dengan Undang-undang nomor: 43 tahun 1999 tentang pokok-pokok kepegawaian ditegaskan bahwa pengangkatan Pegawai Negeri Sipil (PNS) dalam suatu jabatan berdasarkan prinsip professional sesuai dengan kompetensi, prestasi kerja dan jenjang pangkat yang ditetapkan untuk jabatan itu serta syarat obyektif lainnya tanpa membedakan jenis kelamin, suku, ras, agama atau golongan. Kompetensi merupakan elemen kunci dalam pengelolaan SDM di dunia kerja. Kompetensi, adalah Kemampuan untuk melaksanakan (secara professional) suatu kegiatan dalam kategori/fungsi praktek keprofesian sesuai dengan baku-bakuan yang diisyaratkan dalam dunia kerja nyata. Dalam pengertian yang lain, kompetensi adalah bagian kepribadian yang mendalam dan melekat kepada seseorang serta perilaku yang dapat diprediksi pada berbagai keadaan dan tugas pekerjaan (Spenser & spencer, 1993, mitrani et all, 1995). Secara general kompetensi dapat dipahami sebagai sebuah kombinasi antara keterampilan (soft skill), atribut pribadi atau sikap dan pengetahuan (knowledge) yang tercermin dalam tampilan kinerja seseorang, dapat diukur, diamati dan dievaluasi. Mengapa kompetensi perlu. Tentunya hal ini didasari oleh:

UU NO 23, TH 1992, Tentang Kesehatan UU N0 8, TH 1999, Tentang Perlindungan Konsumen UU NO 20, TH 2003, SPN (SISDIKNAS) PP NO. 19 TH 2005, Tentang Standar Nasional Pendidikan

Selain adanya Undang-undang yang mengatur tentang kompetensi, tuntutan lain tentang kompetensi adalah tuntutan persaigan yang ketat di dunia kerja, adanya pasar bebas, merespon perkembangan IPTEK, merespon perubahan social dan budaya di masyarakat. Kompetensi dibedakan dalam 2(dua) tipe : Pertama adalah berkaitan dengan soft competency adalah kemampuan untuk mengelola proses pekerjaan, hubungan antar manusia serta membangun interaksi dengan orang lain, contoh : Leadership, komunikasi, hubungan interpersonal. Kedua, kompetensi berkaitan dengan kemampuan fungsional atau teknis pekerjaan, contoh: pekerjaan dokter mendiagnosa penyakit, kegiatan keperawatan, kemampuan tenaga radiologist dalam mengoperasikan Rontgen, dll. Kompetensi dipengaruhi oleh faktor-faktor, seperti ; pelatihan, pengembangan karir, imbalan berdasarkan kompetensi, pengukuran kinerja dan evaluasi. Hubungan kompetensi dengan professional? Karena kompetensi mengukur standar kinerja seseorang dan menunjukkan tampilan kompetennya seseorang bekerja, secara otomatis dengan adanya kompetensi, maka akan meningkatkan profesionalisme kinerja

seseorang. Tentunya hal ini sesuai dengan pengertian dari profesional. Namun sebelum membahas pengertian profesional, dimulai dari profesi itu sendiri adalah pekerjaan yang mensyaratkan latihan dan pendidikan tinggi kepada penyandangnya. Dalam kamus bahasa Indonesia, bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan dan keahlian sesuai bidangnya. Profesional adalah orang yang menyandang suatu jabatan atau pekerjaan yang menuntut keahlian dan keterampilan dari pelakunya. Profesionalisme sendiri adalah tampilan tindakan dan kelakuan yang dihargai sebagai standar yang tinggi dari dan oleh suatu profesi. Melihat pengertian di atas setiap orang harus bekerja secara profesional dan untuk profesional seseorang mutlak memiliki kompetensi. Bagaimana kaitannya profesional dengan pendidikan dan latihan. Tentunya pendidikan dan pelatihan mutlak diperlukan dalam rangka meningkatkan profesionalime dalam bekerja.
i. Pendidikan dan pelatihan

Sumber Daya Manusia dalam suatu organisasi sangat dibutuhkan, terutama di bidang kesehatan, pelayanan terhadap publik sangat ditentukan oleh SDM yang bekerja didalamnya. Untuk dapat meningkatkan pelayanan, tentunya diperlukan suatu pengembangan bagi SDM nya. Pengembangan SDM merupakan sebagai upaya manajemen yang terencana dan dilakukan secara berkesinambungan untuk meningkatkan kompetensi pekerja dan unjuk kerja organisasi melalui program pelatihan, pendidikan dan pengembangan. Pelatihan (training) meliputi aktivitas-aktivitas yang berfungsi meningkatkan unjuk kerja seseorang dalam pekerjaan yang sedang dijalani atau yang terkait dengan pekerjaannya ini. Pendidikan (education) mencakup kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan untuk meningkatkan kompetensi menyeluruh seseorang dalam arah tertentu dan berada di luar lingkup pekerjaan yang ditanganinya saat ini. Pengembangan (development) meliputi pemberian kesempatan belajar yang bertujuan untuk mengembangkan individu. Kompetensi dan Profesionalime merupakan dua kata yang saling berkaitan. Menjawab tuntutan Globalisasi kompetensi mutlak harus dimiliki oleh individu yang berada dalam suatu organisasi bekerja. Kompetensi merupakan gabungan dari keterampilan, sikap dan pengetahuan. Tentunya kompetensi harus terus menerus ditingkatkan karena Ilmu pengetahuan setiap saat selalu berkembang. Dengan terus meningkatkan kompetensi, secara otomatis menghasilkan tampilan kerja yang profesional Sebagai PNS Kesehatan, merupakan ujung tombak dalam pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Tentunya mereka perlu mendapatkan perhatian, karena pelayanan yang baik sangat ditunjang oleh tenaga yang kompeten dan handal, sehingga bisa memberikan

pelayanan yang profesional kepada masyarakat. Untuk menghasilkan tenaga yang handal dan kompeten harus disertai dengan pengembangan bagi PNS kesehatan, yaitu diberikan pendidikan dan pelatihan sesuai dengan keahlian dan keterampilan yang harus dimiliki oleh SDM tersebut. Setiap PNS kesehatan mempunyai hak dan kesempatan yang sama didalam pengembangan dirinya. Lembaga-lembaga diklat yang berada dibawah naungan Kemkes, perlu mengembangkan diklat-diklat teknis yang dibutuhkan oleh tenaga-tenaga teknis yang berhubungan langsung dengan keahlian dan keterampilannya. Tidak hanya berfokus pada diklat jabatan fungsional dan yang berorientasi kepada program. Dan yang paling utama, individu yang dikirim pelatihan memang individu yang sesuai dengan latar belakang keahlian yang dilaksanakan, bukan karena unsur kedekatan dengan pimpinan, bahkan terkadang yang sudah menduduki jabatan struktural mengikuti pelatihan teknis yang pada dasarnya pelatihan tersebut lebih tapat untuk staffnya yang langsung berada dalam bidang tersebut. Sudah saatnya dibuat diklat berbasis kompetensi Setiap profesi harus bisa menyesuaikan diri dengan permintaan masyarakat dan dalam pelayanan harus secara jujur memberikan pelayanan kepada masyarakat. Dengan kata lain setiap orang harus profesionalitas dalam melakukan pekerjaan. Dan kesadaran diri harus ada dalam diri setiap Aparatur Kesehatan. Sesuatu yang bukan bidangnya atau kompetensinya sebaiknya ditinggalkan, berikan kepada yang memang mebutuhkannya. Semoga tulisan ini bisa menjadi renungan untuk semua pihak.
j. Kiat-kiat Profesional Dalam Bekerja Setiap orang tentu mendambakan profesionalitas dalam setiap pekerjaan yang dilakukannya. Betapa tidak, ketika kita mampu menomersatukan profesionalitas kerja maka secara tidak langsung kita sedang menaikkan jumlah income yang akan kita dapatkan. Bekerja secara profesional tidak cukup didefinisikan hanya dengan bersikap baik ketika bekerja, namun lebih daripada itu. Bekerja profesional juga bisa berarti 100% fokus pada apa yang kita sedang kerjakan saat ini. Bahkan boleh jadi bekerja profesional adalah kemampuan memanage waktu sedemikian rupa hingga semua pekerjaan terselesaikan dengan baik dan tepat waktu atau efektif. Lalu bagaimana kiat-kiat bekerja secara profesional. Berikut hasil sharing saya dengan salah satu dosen senior (Dosen Manajemen Produksi dan Operasi Kapal) di kampus.

1.

Make list to do.

Buatlah list / daftar seluruh pekerjaan Anda. Kalau perlu sampai ke bagian sub pekerjaan yang kecil. Jika Anda adalah seorang pelajar atau mahasiswa, maka aktivitas belajar bisa dimasukkan dalam jenis pekerjaan. Dengan membuat list pekerjaan, akan memberikan gambaran secara umum apa saja yang harus Anda selesaikan. Saya pribadi biasa membuat list to do di awal minggu, sehingga bisa dengan segera mengatur jadwal antar kegiatan.

2.

Menentukan skala prioritas.

Setelah Anda membuat listnya, maka Anda bisa membuat skala prioritas untuk masingmasing sub pekerjaan. Mana yang paling penting dan mana yang tidak penting tapi juga harus diselesaikan. Atau bisa juga dengan skala keterdesakannya. Maksudnya mana yang penting mendesak ataupun penting tapi tidak mendesak. 3.

Jadwalkan setiap sub pekerjaan ke dalam agenda Anda.

Kalau langkah kedua sudah Anda lakukan, maka penyusunan jadwal kegiatan di dalam agenda akan sangat mudah. Anda bisa menggeser sub pekerjaan penting tidak mendesak dan mendahulukan pekerjaan yang sifatnya penting dan mendesak (deadline mepet). Dalam menjadwalkan sub pekerjaan Anda, jangan lupa juga sediakan waktu untuk beristirahat yang cukup. Bekerja dengan kondisi terlalu lelah dan dipaksakan juga tidak bagus dan tidak akan maksimal hasilnya. Lebih baik 1-2 jam kerja dalam kondisi fit daripada 4-5 jam kerja tapi kondisi kurang fit. 4.

Lakukan dengan disiplin agenda kerja Anda.

Agenda / jadwal kerja dibuat bukan untuk dilanggar. Ini bertujuan untuk memanage waktu Anda yang terbatas serta mengoptimalkan kinerja sehingga hasilnya efektif dan efisien. Maka dari itu, disiplin mutlak diperlukan disini. Jangan mudah tergoda pada kegiatan non produktif sebelum target kerja Anda selesai. Ingat saja slogan, berusah-susah dulu bersenang-senang kemudian. 5.

Be 100% Focus.

Saya bukan sedang mengiklankan Mizone, tapi slogan 100% nya bisa kita ambil. Ketika jadwal sudah dibuat dan Anda sudah mencoba untuk mendisiplinkan diri, jangan lupa untuk fokus 100% pada apa yang sedang Anda kerjakan saat itu. Lupakan sub pekerjaan yang lain saat Anda sedang mengerjakan satu sub pekerjaan. Inilah sebenarnya inti dari profesionalitas kerja. Dimana di setiap sub pekerjaan yang Anda lakukan, bisa fokus 100% dan menyelesaikan pekerjaan tersebut dengan baik. Dan ngomongngomong inilah kunci rahasia dari orang-orang sukses yang kalau kita lihat jumlah pekerjaannya banyak (sibuk) tapi mereka selalu mampu menyelesaikan semuanya itu dengan baik. 6.

Work hardly? Take a rest for a minute!

Jika Anda terpaksa dihadapkan pada satu situasi kerja yang membutuhkan waktu yang panjang (3-8 jam nonstop), maka cobalah meluangkan waktu 10-15 menit setiap jamnya untuk mengistirahatkan tubuh dan pikiran Anda. Silahkan ambil minum air putih atau sekedar jalan-jalan berkeliling sejenak untuk merefresh diri Anda. Kemudian, lanjutkan pekerjaan Anda. Coba perhatikan dan amati, sesungguhnya Allah sudah sangat sempurna mengatur waktu Shalat Dhuhur tepat pada tengah hari dan memotong waktu kerja kita. Tujuannya satu, mengistirahatkan seluruh tubuh dan pikiran kita yang sudah bekerja sejak pagi. Setelah shalat, insya Allah tubuh dan pikiran menjadi lebih fresh dan Anda bisa bekerja dengan lebih optimal. Dengan

catatan Anda shalatnya bener dan ngga keburu-buru. Kalau bisa sih khusyuk. Jadi sesibuk apapun Anda, jangan pernah tinggalkan shalat. Ini saya baca di buku Kandungan Rahasia Gerakan Shalat. 7. Make reward and punishment system.

Agar Anda lebih semangat dalam bekerja dan mencapai goal Anda, buatlah satu sistem penghargaan dan hukuman untuk diri Anda. Misalnya, saya biasa membuat satu reward kecil setiap bulannya yaitu bila hasil penjualan dari reseller / affiliate program menembus 300ribu, maka ada jatah untuk keluar nonton dan makan-makan bareng adik-adik. Seneng dapet, pahala pun dapet karena menyenangkan saudara. Atau bisa juga dengan sistem hukuman. Misalnya kalau saya tidak menyelesaikan tugas kuliah atau jadwal tugas merancang kapal hari ini, maka tidak ada jatah untuk berinternet alias online. Atau apalah yang bisa membuat Anda senang saat berhasil dan membuat Anda tersiksa saat goal kerja tidak berhasil Anda tembus. Saya kira itu 7 kiat agar kita bisa profesional dalam bekerja. Ketujuh hal di atas sudah saya coba lakukan dan masih saya lakukan hingga saat ini. Anda bisa mencobanya atau bahkan Anda punya kiat-kiat yang lain dalam menjaga profesionalitas kerja, silahkan disharingkan lewat comment. k. Profesional Dalam Bekerja. Mayapala.com - Penggalian Potensi Mahasiswa atau yang lebih dikenal dengan sebuatan PPM di kampus STMIK AMIKOM Yogyakarta telah berlalu. Kegiatan yang berlangsung sejak tanggal 27 sampai dengan 29 september 2011, kegiatan ini diikuti oleh 2.468 Mahasiswa Baru STMIK AMIKOM Yogyakarta tahun angkatan 2011/2012. Pada PPM 2011 kali ini, ada sedikit perbedaan dengan tahun-tahun sebelumnya, dimana pada tahun ini pelaksanaan kegiatan dilakukan dengan membagi peserta berdasarkan jurusan. Pada hari selasa (27/09) kegiatan PPM untuk jurusan D3 Teknik Informatika dan S1 Teknik Informatika dan hari rabu (28/09) kegiatan PPM untuk jurusan D3 Manajemen Informatika dan S1 Sistem Informasi. Sedangkan pada hari kamis (29/09) penutupan PPM 2011 yang diikuti oleh semua jurusan. Pada tahun ini sekali lagi MAYAPALA diberikan tangungg jawab untuk menjadi koordinator keamanan PPM 2011. Kali ini MAYAPALA menunjuk saudara Irfan Indra Wibowo (219/MYP/AMK/XVI/09) sebagai koordiantor Keamanan PPM 2011. Dengan mengemban tanggung jawab penuh, dia berusaha semaksimal mungkin untuk menyukseskan kegiatan PPM 2011 dengan dukungan dari seluruh anggota aktif demi menjaga nama baik MAYAPALA. Anggota panitia keamanan sendiri selain dari beberapa anggota

aktif MAYAPALA juga di dukunng oleh mahasiswa/i yang mendaftarkan diri dalam kepanitiaan PPM 2011. Sebagai koordinator Keamanan PPM 2011 diharapkan untuk dapat bertindak tegas dan memiliki mental yang kuat dalam menghadapi 2.468 Mahasiswa Baru, oleh karena itu diperlukan sebuah sikap yang profesional dalam menjalankan tanggung jawab yang telah diberikan. Karena sikap tegas yang ditunjukkan oleh panitia keamanan umumnya dan koordinator secara khusus, kemudian menimbulkan prasangka beberapa Mahasiswa Baru yang menganggap koordinator keamanan sebagai kakak yang jahat. Dampak dari tanggung jawab yang diemban ini, sedikit besar berpengaruh terhadap pencitraan MAYAPALA dihadapan Mahasiswa Baru STMIK AMIKOM Yogyakarta. Hal ini terlihat ketika MAYAPALA tampil di depan pangungg sebagai salah satu UKM yang bernaung di STMIK AMIKOM Yogyakarta, yang kemudian membuat suasana di area venue menjadi riuh karena ketidak sukaan para Mahasiswa Baru. Pun ketika saudara Irfan berada di panggung bersama kepanitiaan PPM 2011, banyak Mahasiswa Baru yang memberi sorakan kepadanya. Akan tetapi hal tersebut tidak perlu di jadikan penghalang bagi MAYAPALA, melainkan patutlah MAYAPALA berbesar hati dan berbangga diri, karena saudara Irfan telah menunjukkan profesionalisme dalam menjalakan tugas dan tanggung jawab yang telah di percayakan kepadanya ( toh tidak sedikit pula Mahasiswa Baru yang kemudian mengidolakan saudara Irfan). Karena bagaimana mungkin kegiatan PPM dapat berjalan dengan lancar apabila tidak ditunjang dengan sikap profesinal dalam menjalankan pekerjaan sebagai keamanan PPM 2011. l. Profesionalisme Seorang Sarjana dalam Bekerja

Secara keilmuan, seorang sarjana adalah seseorang yang sudah siap terjun ke dunia kerja. Sarjana dalam bidang apapun telah dinyatakan lulus menempuh pendidikan di perguruan tinggi telah dipercaya dapat menjalankan tugas dan kewajibannya dengan profesional. Sehingga wajar apabila ada tuntutan yang tinggi kepada para sarjana. Para sarjana yang tidak dapat menunjukkan kinerja yang baik akan kesulitan dalam menghadapi persaingan di dunia kerja. Terminologi profesionalisme melingkupi dua aspek yaitu memiliki standar kompetensi tinggi dan tanggung jawab moral dalam bekerja. Kedua aspek itu tidak bisa dipisahkan satu dengan yang lain. Seseorang yang memiliki standar kompetensi yang tinggi namun dia tidak memiliki tanggung jawab moral dalam menjalankan pekerjaannya maka orang tersebut tidak bisa dikatakan profesional dan begitu sebaliknya.

Seorang pakar ilmu manajemen mengatakan bahwa seorang profesional bekerja seperti halnya seorang penari menari. Seluruh standar operating procedure (SOP) dijalankan seperti halnya musik yang mengiringi lirik-lirik pekerjaan. Sehingga pekerjaan dapat dinikmati dan menjadi terasa menyenangkan. Hal ini juga dirasakan oleh orang lain yang berhubungan dengan pekerjaan tersebut sehingga suasana kerja pun menjadi kondusif dan harmonis. Seseorang yang sudah bekerja dengan profesional pun tidak begitu saja dapat sukses dalam menjalankan pekerjaannya. Profesionalisme seseorang dalam bekerja akan berhadapan dengan sistem yang melingkupinya. Seseorang yang profesional dalam bekerja akan menghasilkan hasil yang buruk apabila diletakkan dalam sistem yang buruk. Sistem yang baik akan mengakselerasi pencapaian visi dan misi dalam pekerjaan, dan sebaliknya, sistem yang buruk akan menghambat kemajuan. Oleh karena itu penting bagi mereka yang baru memasuki dunia kerja untuk memulai langkah pertama dengan membangun sistem yang baik di tempat kerja masing-masing sebelum membuat keputusan dan membuat langkah-langkah lebih lanjut. Pasien adalah Bos Satu hal yang membedakan profesi dokter dengan profesi lain dalam bekerja adalah prinsip altruis. Prinsip ini juga berlaku di semua sistem penunjang dalam praktik kedokteran seperti administrasi kesehatan, penyedia alat kesehatan, keperawatan, kebidanan, dan farmasi. Prinsip ini dapat diterapkan dengan cara selalu menganggap pasien sebagai bos. Baik buruknya dan memuaskan atau tidaknya kinerja seorang tenaga kesehatan dan sistem kesehatan secara umum ditentukan oleh penilaian pasiennya. Bagi seorang sarjana kedokteran, fokus utama profesionalisme adalah tidak melakukan tindakan medis berdasarkan atas pertimbangan finansial. Seorang dokter seyogyanya melakukan sebuah tindakan medis murni berdasarkan dasar ilmiah dan tanggung jawab moral terhadap pasien. Prinsip profesionalisme ini apabila diterapkan akan membawa dampak yang baik dalam lingkungan pekerjaan, baik untuk pasien, teman sejawat maupun pihak lintas bidang karena sebuah sikap profesional dapat menciptakan iklim kerja yang dinamis dan berfokus pada pencapaian visi dan misi bersama. Semoga kita semua menjadi pribadi-pribadi yang profesional, yang memiliki standar kompetensi yang tinggi (high standar of competence) dan tanggung jawab moral (moral responsibility) dalam menjalankan praktik kedokteran di masyarakat. [prz]

You might also like