You are on page 1of 25

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sampah Sampah akhir-akhir ini sering dibicarakan dengan konotasi yang negatif. Padahal di balik kenegatifannya memiliki sisi lain yang positif. Apabila dikaji lebih dalam, sampah memiliki prospek yang sangat bagus untuk dijadikan wirausaha baru yang dapat menyerap tenaga kerja yang cukup besar dan dapat meningkatkan kesejahteraan bersama. Adapun pengertian sampah itu sendiri adalah sesuatu yang tidak berguna lagi, yang dibuang oleh pemiliknya atau pemakai semula. (Suprihatin, 1996 : 7). Jadi berdasarkan pendapat di atas sampah adalah sisa suatu usaha atau kegiatan masyarakat yang berwujud padat baik berupa sampah basah (organik) maupun sampah kering (anorganik) yang bersifat dapat terurai maupun tidak dapat terurai dan dianggap sudah tidak berguna lagi, sehingga dibuang ke lingkungan oleh pemiliknya atau pemakai semula.

2.1.1 Sumber Sampah Berdasarkan sumbernya, sampah dapat digolongkan kepada dua kelompok besar yaitu : 1. Sampah Domestik, yaitu sampah yang sehari-harinya dihasilkan akibat kegiatan manusia secara langsung, misalnya : dari rumah tangga, pasar, sekolah pusat keramaian, pemukiman, dan rumah sakit.

24

25

Sampah domestik, kemudian dibagi menjadi : a. Sampah dari pemukiman, umumnya sampah rumah tangga berupa sisa pengolahan makanan,bekas perlengkapan rumah tangga, kertas, kardus, gelas kain, sampah kebun/halaman, dan lain-lain. b. Sampah dari perdagangan, yaitu sampah yang berasal dari daerah perdagangan seperti ; toko, pasar tradisional, warung, pasar swalayan, seperti kardus, pembungkus, kertas, dan bahan organik termasuk sampah makanan dan restoran. c. Sampah yang berasal dari lembaga pendidikan, kantor pemerintah dan swasta biasanya terdiri dari kertas, alat tulis (Bollpoint, pensil, spidol, dll) toner, foto copy, pita printer, kotak tinta printer, baterai, bahan kimia, dari laboratorium, pita mesin ketik, klise film, komputer rusak, dan lain-lain. 2. Sampah Non Domestik, yaitu sampah yang sehari-harinya dihasilkan oleh kegiatan manusia secara tidak langsung, seperti, dari pabrik, industri, pertanian, peternakan, perikanan, kehutanan, transportasi, dan sebagainya. Sampah non domestik ini dapat dibagi menjadi : a. Sampah dari industri. Sampah ini berasal dari seluruh rangkaian proses produksi (bahan-bahan kimia serpihan / potongan bahan), perlakuan dan pengemasan produk (kertas,kayu, plastik, kain,lap yang jenuh dengan pelarut untuk pembersihan). Sampah industri berupa bahan kimia yang sering kali beracun memerlukan perlakuan khusus sebelum dibuang. b. Sampah dari sisa bangunan dan konstruksi gedung. Sampah yang berasal dari kegiatan pembangunan dan pemugaran gedung ini bisa berupa bahan organik maupun anorganik. Sampah organik, misalnya ; kayu, triplek. Sampah anorganik misalnya ; semen, pasir, spesi, batu-bata, ubin, besi, baja, kaleng. (Prihandarini, 2004 : 12-13) Jadi berdasarkan uraian di atas bahwa tumpukan sampah yang terjadi di Kota Bandung sebagian besar berasal dari sampah domestik yaitu sampah yang berasal dari sampah rumah tangga dan sebagiannya lagi berasal dari sampah non domestik yaitu sampah yang berasal dari sisa-sisa bangunan yang kesemuanya merupakan sisa atau kegiatan manusia itu sendiri, oleh karena itu perlu dilakukan

26

pemilahan oleh masyarakat itu sendiri agar memudahkan dalam tahap pengangkutannya.

2.1.2 Persyaratan Pengelolaan Sampah Secara operasional terdapat peraturan yang juga perlu dijadikan acuan yaitu Keputusan Dirjen Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Pemukiman Departemen kesehatan No. 281 tahun 1989 tentang Persyaratan Kesehatan Pengelolaan Sampah yaitu : 1. Pengelolaan sampah yang baik dan memenuhi syarat kesehatan

merupakan salah satu upaya untuk mencapai derajat kesehatan yang mendasar. 2. Masyarakat perlu dilindungi dari kemungkinan gangguan kesehatan

akibat pengelolaan sampah sejak awal hingga tempat pembuangan akhir. Dalam lampiran Keputusan Dirjen tersebut dijelaskan pula persyaratan kesehatan pengelolaan sampah untuk Pembuangan Akhir Sampah yang dinyatakan antara lain: 1. a. Lokasi untuk TPA harus memenuhi ketentuan sebagai berikut: Tidak merupakan sumber bau, asap, debu, bising, lalat, binatang pengerat

bagi pemukiman terdekat (minimal 3 KM). b. Tidak merupakan pencemar bagi sumber air baku untuk minum dan jarak

sedikitnya 200 meter dan perlu memperhatikan struktur geologi setempat. c. d. Tidak terletak pada daerah banjir. Tidak terletak pada lokasi yang permukaan airnya tinggi.

27

e.

Tidak merupakan sumber bau, kecelakaan serta memperhatikan aspek

estetika. f. Jarak dari bandara tidak kurang dari 5 KM.

2. berikut: a.

Pengelolaan sampah di TPA harus memenuhi ketentuan sebagai

Diupayakan agar lalat, nyamuk, tikus, kecoa tidak berkembang biak dan

tidak menimbulkan bau. b. c. Memiliki drainase yang baik dan lancar. Leachate harus diamankan sehingga tidak menimbulkan masalah

pencemaran. d. TPA yang digunakan untuk membuang bahan beracun dan berbahaya,

lokasinya harus diberi tanda khusus dan tercatat di Kantor Pemda. e. Dalam hal tertentu jika populasi lalat melebihi 20 ekor per blok gril atau

tikus terlihat pada siang hari atau nyamuk Aedes, maka harus dilakukan pemberantasan dan perbaikan cara-cara pengelolaan sampah. 3. a. b. TPA yang sudah tidak digunakan: Tidak boleh untuk pemukiman Tidak boleh mengambil air untuk keperluan sehari-hari. Pokok-pokok yang dapat dilakukan dalam pengelolaan sampah. Ada tiga pokok yang dilakukan dalam pengelolaan sampah :

28

1.

Penyimpanan sampah (refuse storage)

Penyimpanan sampah maksudnya

ialah tempat sampah sementara, sebelum sampah tersebut dikumpulkan, untuk kemudian diangkut dan dimusnahkan. Untuk itu perlu disediakan suatu tempat sampah.Dalam penyimpanan sampah yang bersifat sementara ini, sebaiknya disediakan tempat sampah yang berbeda untuk macam jenis sampah tertentu.Maksud penyimpanan sampah dengan pemisahan ini untuk memudahkan pemusnahannya kelak. 2. Pengumpulan sampah (refuse collection) Sampah yang disimpan sementara ini seperti di rumah, atau restoran selanjutnya perlu dikumpulkan cukup besar, maka perlu dibangun rumah sampah. Lazimnya penanganan sampah ini dilaksanakan oleh pemerintah atau oleh masyarakat secara bergotong-royong.sama halnya dengan penyimpanan sampah, maka dalam pengumpulan sampah ini, sebaiknya dilakukan juga pemisahan yaitu dengan cara : a. Sistem duet, artinya disediakan dua tempat sampah, yaitu : untuk sampah basah dan yang satunya lagi untuk sampah kering. b. Sistem trio, yakni disediakan tiga bak sampah, pertama untuk sampah basah, kedua untuk sampah kering yang mudah dibakar, dan ketiga untuk sampah kering yang tidak mudah dibakar. 2. Pembuangan sampah (refuse dissposal) Sampah yang telah

dikumpulkan selanjutnya akan dibuang atau dimusnahkan. Pembuangan sampah biasanya dilakukan di daerah tertentu sehingga tidak mengganggu

29

kesehatan manusia. Syarat yang harus dipenuhi dalam membangun tempat pembuangan sampah yaitu seperti : a. Tempat tersebut tidak dibangun dekat sumber air minum atau sumber air lainnya yang dipergunakan masyarakat setempat. b. Tidak pada tempat yang sering terkena banjir. c. Di tempat-tempat yang jauh dari tempat tinggal manusia.

(Prihandarini, 2004 : 22). Produksi Bersih (Clean Production) untuk merancang ulang industri yang merupakan salah satu pendekatan bertujuan untuk mencari cara-cara

pengurangan produk-produk samping yang berbahaya, mengurangi polusi secara keseluruhan, dan menciptakan produk-produk dan limbah-limbah yang aman dalam kerangka siklus ekologis. Prinsip-prinsip produksi adalah : 1. Reduce (mengurangi) sebisa mungkin lakukan minimalisasi barang atau material yang kita pergunakan. Semakin banyak kita menggunakan material semakin banyak sampah yang dihasilkan. 2. Reuse (memakai kembali), sebisa mungkin pilihlah barang-barang yang bisa dipakai kembali. Hindari pemakaian barang-barang yang disposable (sekali pakai, buang) Hal ini akan memperpanjang waktu pemakaian barang sebelum ia menjadi sampah. 3. Recycle (mendaur ulang), sebisa mungkin, barang-barang yang sudah tidak berguna lagi, bisa didaur ulang. Tidak semua barang bisa di daur ulang. Tapi sekarang sudah banyak industri non formal dan

30

industri rumah tangga yang memamfaatkan sampah menjadi barang lain. 4. Replace ( mengganti), teliti barang yang kita pakai sehari-hari. Gantilah barang-barang yang hanya bisa dipakai sekali dengan barang yang lebih tahan lama. Juga telitilah agar kita hanya memakai barangbarang yang lebih ramah lingkungan, misalnya, ganti kantong plastik kita dengan keranjang bila kita berbelanja. (Prihandarini, 2004 : 11) Penanganan sampah di Kota Bandung akan berhasil dan menjadi suatu lingkungan yang bersih apabila adanya kebersamaan antara pemerintah dan

masyarakat, karena peran serta masyarakat memegang peranan yang sangat besar dalam hal mewujudkan lingkungan menjadi bersih, dan pemerintah berkewajiban menumbuhkan dan mengembangkan kesadaran masyarakat akan tanggung jawab kebersihan lingkungan yaitu dengan melalui bimbingan atau penyuluhan serta sosialisasi tentang program 3R/3M yaitu mengurangi, memakai kembali dan mendaur ulang sampah yang digunakan masyarakat dalam kegiatan sehari-harinya.

2.1.3 Jenis-jenis Sampah Secara umum, jenis sampah dapat dibagi tiga yaitu : 1. Sampah organik (biasa disebut sebagai sampah basah). Sampah

organik ini terdiri dari bahan-bahan penyusun tumbuhan dan hewan yang diambil dari alam atau dihasilkan dari kegiatan pertanian, perikanan atau yang lain. Sampah ini dengan mudah diuraikan dalam proses alami. Sampah rumah tangga sebagian besar merupakan bahan

31

organik. Termasuk sampah organik, misalnya sampah dari dapur, sisa tepung, sayuran, kulit buah, dan daun. 2. Sampah anorganik (sampah kering). Jenis sampah ini berasal dari

sumber daya alam tak terbarui seperti mineral dan minyak bumi, atau dari proses industri. Beberapa dari bahan ini tidak terdapat di alam seperti plastik dan aluminium. Sebagian zat anorganik secara keseluruhan tidak dapat diuraikan oleh alam, sedang sebagian lainnya hanya dapat diuraikan dalam waktu yang sangat lama. Sampah jenis ini pada tingkat rumah tangga, misalnya berupa botol, botol plastik, tas plastik, dan kaleng. Kertas, koran, dan karton merupakan perkecualian. Berdasarkan asalnya, kertas, koran, dan karton termasuk sampah organik. Tetapi karena kertas, koran, dan karton dapat didaur ulang seperti sampah anorganik lain (misalnya gelas, kaleng, dan plastik), maka jenis ini dimasukkan ke dalam kelompok sampah anorganik. 3. Sampah khusus di sini adalah sampah yang memerlukan penanganan khusus untuk menghindari bahaya yang akan ditimbulkannya. Sampah khusus ini antara lain meliputi : a. Sampah dari Rumah Sakit. Sampah rumah sakit merupakan sampah biomedis, seperti sampah dari pembedahan, peralatan (misalnya pisau bedah yang dibuang), botol infus dan sejenisnya, serta obatobatan (pil, obat bius, vitamin). Semua sampah ini mungkin terkontaminasi oleh bakteri, virus dan sebagian beracun sehingga sangat berbahaya bagi manusia dan makhluk lainnya. Cara pencegahan dan penanganan sampah rumah sakit antara lain: - Sampah rumah sakit perlu dipisahkan. - Sampah rumah sakit harus dibakar di dalam sebuah incenerator milik rumah sakit. - Sampah rumah sakit ditampung di sebuah kontainer dan selanjutnya dibakar di tempat pembakaran sampah.

32

Sampah biomedis disterilisasi terlebih dahulu sebelum dibuang ke landfill.

b. Baterai Kering dan Akumulator bekas. Baterai umumnya berasal dari

sampah rumah tangga, dan biasanya mengandung logam berat seperti raksa dan kadmium. Logam berat sangat berbahaya bagi kesehatan. Akumulator dengan asam sulfat atau senyawa timbal berpotensi menimbulkan bahaya bagi manusia. Baterai harus diperlakukan sebagai sampah khusus. Saat ini di Indonesia, baterai kering hanya dapat disimpan di tempat kering sampai tersedia fasilitas pengolahan. Jenis sampah khusus lainnya adalah: Bola lampu bekas. Pelarut dan cat. Zat-zat kimia pembasmi hama dan penyakit tanaman seperti insektisida, pestisida. Sampah dari kegiatan pertambangan dan eksplorasi minyak. Zat-zat yang mudah meledak dalam suhu tinggi (Prihandarini, 2004 : 16)

2.1.4

Usaha Daur Ulang dan Produksi Kompos Usaha daur ulang dan produksi kompos (UDPK) telah dilakukan uji coba di

Jakarta yang berupa suatu unit skala kecil dengan melakukan pengolahan sampah kota dengan dua fungsi sekaligus yaitu : a. b. Daur ulang dan penjualan sampah anorganik yang memiliki nilai ekonomis (besi, kertas, plastik, gelas dan sebagainya). Pengolahan dan penjualan hasil daur ulang sampah organik (daundaunan, sisa makanan, sampah dapur, dan sebagainya).

Pendekatan UDPK memiliki beberapa keunggulan sebagai berikut : 1. Dari Segi Teknologi. - Bersahabat / ramah lingkungan. - Pendekatan adalah padat karya. - Kompos yang dihasilkan berkualitas tinggi.

2. Dari Segi Ekonomi.

33

- UDPK dapat dibangun di dekat sumber sampah atau menyatu dengan TPS, sehingga dapat mengurangi biaya pengelolaan sampah formal. - Hasil produksi kompos UDPK terbukti meningkatkan hasil dan mutu produksi. 3. Dari Segi Ekologi - Melestarikan sumber daya air dan tanah. - Mengurangi pemakaian herbisida dan pestisida - Mempertahankan system daur ulang alami dan membuatnya lebih efektif. 4. Dari Segi Sosial. - Menciptakan lapangan kerja dengan pendekatan layak. - Menjadi sarana pendidikan dan laboraturium sekolah. 5. Dari Segi Pemerintahan Daerah. - Dari bidang pemerintahan daerah, pendekatan UDPK memiliki keuntungan penghematan biaya pengelolaan sampah formal yang dilaksanakan oleh pemerintah. (Prihandarini, 2004 : 30-31) Berdasarkan uraian di atas pengembangan UDPK telah menghasilkan kompos juga meningkatkan efisiensi sektor umum, termasuk penghematan biaya pengangkutan sampah, penghematan biaya pemadatan sampah, efisiensi

penggunaan LPS, pengurangan masalah lingkungan, dan mengurangi jumlah sampah di TPA.

2.1.5 Program Pengelolaan Sampah Terpadu dan Kawasan Industri Sampah (KIS) Kawasan industri sampah (KIS) bertujuan untuk menciptakan dan memelihara pengelolaan sampah yang efektif, efisien, dan berkelanjutan dalam

34

mengatasi masalah yang ada. Konsep pengelolaan sampah terpadu atau kawasan industri sampah adalah memandang sampah sebagai sumber daya ekonomi yang mandiri dan penanganan sampah di dekat produsennya serta sekaligus mencapai beberapa tujuan sebagai berikut : Pembukaaan lapangan kerja baru. Memperkuat peran serta masyarakat. Memperkuat kepedulian terhadap lingkungan. Penerapan Teknologi tepat guna dan tepat lingkungan.

Berbagai program pengelolaan sampah dimanca negara telah melibatkan rumah tangga sebagai penimbun sampah. a. Sistem pengelolaan sampah rumah tangga di Karachi, Pakistan yang bekerja sama dengan sektor industri bertujuan : Penekanan nada terjadinya penurunan sumber daya. Pemanfaatan kembali produk yang masih layak. Pendaur ulangan. Pembakaran b. Pengelolaan sampah rumah tangga berbahaya, di Belgia digolongkan ke dalam lima kategori yaitu : Produk pembersih. Bahan kimia pertamanan. Bahan bangunan dan barang rongsokan. Produk kesehatan dan kecantikan. Barang campuran

c. Pengelolaan sampah di Austria digolongkan ke dalam beberapa kategori yaitu : Sampah organik. Minyak tumbuhan. Aki mobil. Bahan bakar minyak. Tabung fluorescence

35

Beberapa sampah rumah tangga berbahaya dikumpulkan melalui jalur pengumpulan terpisah. (Prihandarini, 2004 : 33-34). Berdasarkan uraian di atas mengenai program pengelolaan sampah terpadu dan kawasan indudtri sampah mungkin salah satu diantaranya bisa diterapkan di Kota Bandung. Jadi masalah penanganan sampah tidak hanya PD Kebersihan yang menanganinya tetapi bisa saja dilakukan di setiap rumah tangga dalam pengelolaannya.

2.1.6 Proses Pembuangan Akhir Menurut Sidik bahwa ada dua proses pembuangan akhir, yakni: 1. 2. Open Dumping (penimbunan secara terbuka) Sanitary landfill (pembuangan secara sehat). (Sidik,1985 : 30) 1. Open Dumping (penimbunan secara terbuka) Pada sistem ini sampah ditimbun di areal tertentu tanpa membutuhkan tanah penutup. Di tempat dimana tidak ada sarana TPS memadai, masyarakat kebanyakan membuang sampahnya di jalan, tanah kosong, disamping bangunan atau ke sungai, dan selokan dimana hal ini akan menyebabkan "polusi tidak terkontrol". Open dumping dapat mengancam lingkungan dan merupakan sumber berbagai penyakit dan masalah lainnya. Masalah-masalah yang dapat timbul akibat open dumping dan landfill yang tidak terkontrol adalah sebagai berikut :

36

Lahan yang luas akan tertutup oleh sampah dan tidak dapat digunakan untuk tujuan lain. Cairan yang dihasilkan akibat proses penguraian (leachate) dapat mencemari sumber air. Sungai dan pipa air minum mungkin teracuni karena bereaksi dengan zat-zat atau polutan sampah. Penyumbatan badan air. Merupakan tempat yang menarik bagi berbagai binatang (tikus, anjing liar). Merupakan sumber dan tempat perkembangbiakan organisme penyebar penyakit. Gas yang dihasilkan dalam proses penguraian akan terperangkap di dalam tumpukan sampah dapat menimbulkan ledakan jika mencapai kadar dan tekanan tertentu.

2 Sanitary landfill (pembuangan secara sehat) Pada sistem ini sampah ditimbun secara berselang-seling antara lapisan sampah dan lapisan tanah sebagai penutup. Ini merupakan salah satu metoda pengolahan sampah terkontrol dengan sistem sanitasi yang baik. Sampah dibuang ke TPA (Tempat Pembuangan Akhir). Kemudian sampah dipadatkan dengan traktor dan selanjutnya di tutup tanah. Cara ini akan menghilangkan polusi udara. Pada bagian dasar tempat tersebut dilengkapi sistem saluran leachate yang berfungsi sebagai saluran limbah cair sampah yang harus diolah terlebih dulu sebelum dibuang ke sungai atau ke lingkungan. Di Sanitary Landfill tersebut juga dipasang pipa gas untuk mengalirkan gas hasil aktivitas penguraian sampah. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam sanitary landfill, yaitu: Semua landfill adalah warisan bagi generasi mendatang. Memerlukan lahan yang luas. Penyediaan dan pemilihan lokasi pembuangan harus memperhatikan dampak lingkungan. Aspek sosial harus mendapat perhatian. Harus dipersiapkan instalasi drainase dan sistem pengumpulan gas.

37

Kebocoran ke dalam sumber air tidak dapat ditolerir (kontaminasi dengan zat-zat beracun). Memerlukan pemantauan yang terus menerus.

Secara umum Sanitary Landfill terdiri atas elemen sebagai berikut : Lining System berguna untuk mencegah atau mengurangi kebocoran leachate ke dalam tanah yang akhirnya bisa mencemari air tanah. Biasanya Lining System terbuat dari compacted clay, geomembran, atau campuran tanah dengan bentonite 1. Leachate Collection System dibuat di atas Lining system dan berguna untuk mengumpulkan leachate dan memompa ke luar sebelum leachate menggenang di lining system yang akhirnya akan menyerap ke dalam tanah. leachate yang dipompa keluar melalui sumur yang disebut Leachate Extraction System yang biasanya di kirim ke Wastewater untuk diproses sebelum pembuangan akhir. 2. Cover atau cap system berguna untuk mengurangi cairan akibat hujan yang masuk ke dalam landfill. Dengan berkurangnya cairan yang masuk akan mengurangi leachate. 3. Gas ventilation System berguna untuk mengendalikan aliran dan konsentrasi di dalam landfill dengan demikian mengurangi resiko gas mengalir di dalam tanah tanpa terkendali yang akhirnya dapat menimbulkan peledakan. 4. Monitoring system bisa dibuat di dalam atau di luar landfill sebagai peringatan dini kalau terjadi kebocoran atau bahaya kontaminasi di lingkungan sekitar.
(http://www.indoconstruction.com/200108/#Ir. Franciscus S Hardianto, MSCE, PE.)

Berdasarkan pernyataan di atas bahwa ada dua proses pembuangan akhir yaitu sistem open dumping yaitu pada sistem ini sampah ditimbun di areal tertentu tanpa membutuhkan tanah penutup dan yang kedua, sistem sanitary landfiil yaitu pada sistem ini sampah ditimbun secara berselang-seling antara lapisan sampah dan lapisan tanah sebagai penutup.

2.1.7 Tahapan-tahapan dalam Melibatkan Stakeholders

38

Menurut Edwi Mahajoeno ada empat tahapan kegiatan yang senantiasa harus dilakukan secara simultan dan berkelanjutan dengan melibatkan semua

stakeholders yang terkait dalam penanganan sampah di Kota Bandung, yaitu: 1. Studi Penelitian Terpadu. Kegiatan ini diawali dengan melibatkan lembaga peneliti, peneliti dan praktisi guna mencari data sedetail mungkin mengenai sampah, sehingga akan keluar suatu hubungan korelasi antara input dengan output yang pada akhirnya akan memudahkan perencanaan sistem penanganan dan investasi yang mengacu pada data/kondisi yang ada 2. Sosialisasi. Perlunya penyelenggaraan kampanye secara rutin melalui kegiatan penyuluhan, pelatihan pemanfaatan sampah, informasi melalui media TV, radio, majalah dan lain-lain mengenai dampak dari sampah yang tidak terolah, dan penyelenggraan forum-forum informasi daerah dengan melibatkan masyarakat dan lembaga non pemerintah (LSM) sebagai organisasi yang langsung bersentuhan dengan masyarakat 3. Penegakan hukum. Perlunya dibangun suatu penegakan hukum secara mandiri dengan sanksi yang berjenjang mulai dari peringatan dan pemungutan kembali sampah yang dibuang, kompensasi pembayaran denda, penayangan di media cetak, hingga penegakan hukum lingkungan bagi pelanggar lingkungan. 4. Kebijakan Politik. Pemerintah daerah diharapkan dapat melakukan kebijakan politik khususnya mengenai pengelolaan sampah dan hendaknya didukung penuh oleh Pemerintah Pusat dengan melibatkan seluruh stakeholders dalam teknis perencanaan, penyelenggaraan dan pengembangannya. Hal ini diperlukan karena sampah pada dasarnya bukan sekedar permasalahan pemda atau Dinas Kebersihan setempat, namun lebih dari itu merupakan masalah bagi setiap individu, keluarga, organisasi dan akan menjadi masalah negara bila sistem perencanaan dan pelaksanaannya tidak dilakukan dengan terpadu dan berkelanjutan. (Mahajoeno, 2003:10) Jadi berdasarkan uraian di atas ada empat tahapan kegiatan yang dapat dilakukan dalam pelaksanaan fungsi penanganan sampah yaitu seperti studi penelitian terpadu, perlunya sosialisasi, perlunya dibangun suatu penegakan hukum yang tegas, dan pemerintah diharapkan dapat melakukan kebijakan politik khususnyadalam pengelolaan sampah.

39

2.2 Pelayanan 2.2.1 Pengertian Pelayanan Pelayanan adalah kunci keberhasilan dalam berbagai usaha atau kegiatan yang bersifat jasa. Peranannya akan lebih besar dan bersifat menentukan dalam kegiatan di masyarakat.Untuk mengetahui pengertian pelayanan, di bawah ini akan dikemukakan beberapa pendapat mengenai definisi pelayanan. Kata pelayanan berasal dari kata layan yang mempunyai arti membantu, menyiapkan, mengurus apa-apa yang diperlukan. Menurut AS Moenir dalam bukunya yang berjudul Manajemen Pelayanan Umum di Indonesia diartikan sebagai berikut : Pelayanan yaitu kegiatan yang dilakukan seseorang atau sekelompok orang dengan landasan faktor materiil melalui sistem, prosedur dan metode tertentu dalam rangka usaha untuk memenuhi kepentingan orang lain sesuai dengan haknya. (Moenir, 2000 : 26) Jadi berdasarkan definisi di atas, pelayanan adalah kegiatan yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok dengan landasan faktor materiil melalui prosedur tertentu dengan tujuan untuk memenuhi kepentingan orang lain sesuai dengan haknya. Untuk itu dalam memberi pelayanan harus memenuhi prosedur tertentu sehingga proses pelayanan berjalan dan bisa memenuhi kepentingan masyarakat. Sedangkan menurut De Sarlito. W mendefinisikan tentang pelayanan sebagai berikut : 1. Pelayanan adalah usaha untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. 2. Pelayanan adalah rasa (menyenangkan, tidak menyenangkan, puas dan tidak puas), yang dialami oleh penerima layanan pada saat memperoleh layanan.

40

(Sarlito, 1996 : 12) Jadi dapat disimpulkan bahwa definisi pelayanan di atas adalah usaha untuk memenuhi kebutuhan masyarakat sehingga masyarakat memperoleh layanan dengan rasa puas ataupun tidak puas. Sedangkan pelayanan umum (public service) Menurut A Djadja Saefulah adalah sebagai berikut : Pelayanan umum (public service) adalah pelayanan masyarakat yang diberikan kepada

umum yang menjadi warga negara atau yang secara sah menjadi

penduduk negara yang bersangkutan. (Saefulah,1999 : 5). Jadi berdasarkan dari definisi pelayanan umum di atas adalah pelayanan yang diberikan kepada masyarakat umum yang menjadi warga negara dan setiap warga negara mempunyai hak memperoleh pelayanan dengan adil. Dalam

memberikan pelayanan terdapat beberapa unsur yang harus diperhatikan karena dapat mempengaruhi dalam proses pelayanan tersebut. Menurut Linda M.Lash dalam bukunya Manajemen Pemasaran menguraikan unsur-unsur pelayanan sebagai berikut :

1. Orang-orang Yaitu Performance, yang ditampilkan oleh karyawan dengan menggunakan sikap keterampilan dalam berinteraksi dengan pelanggan, memperlakukan dengan pelanggan secara professional dengan memberikan pelayanan yang memuaskan. 2. Fasilitas Fisik. Penataan ruang baik interior maupun eksterior guna mempercepat proses pelayanan terhadap pelanggan. 3. Penanganan informasi. Meliputi penyampaian informasi yang jelas dan akurat pada pelanggan serta penanganan keluhan yang disampaikan oleh pelanggan secara cepat dan akurat.

41

(Lash, 1998 : 71). Jadi dari unsur-unsur di atas dapat disimpulkan bahwa dalam memberikan pelayanan aparat pemerintah harus memperhatikan sikap dalam berinteraksi dengan masyarakat, memperlakukan masyarakat secara professional dengan memberikan pelayanan yang memuaskan.Unsur-unsur pelayanan tersebut dapat mempermudah masyarakat untuk meminta bantuan ke aparatur pemerintah.Untuk itu pelayanan yang diberikan oleh aparatur pemerintah harus sesuai dengan standar pelayanan dan karakteristik dari pelayanan itu sendiri. Karakteristik pelayanan secara efektif menurut LAN RI sebagai berikut : 1. Pelayanan mengenai kepada sasarannya yaitu orang yang memerlukan. 2. Jenis Pelayanan cocok dengan kebutuhan kepentingan atas permintaan sasaran. 3. Proses Pelayanan harus tepat waktu dan tepat sasaran. 4. Hasil Pelayanan sesuai dengan harapan sasaran. 5. Sasaran tidak merasa memperoleh bagian tetapi justru bebannya menjadi ringan bahkan hilang sama sekali dari pelayanan tersebut. (LAN RI, 1990 : 45) Jadi dapat disimpulkan bahwa karakteristik pelayanan itu adalah pelayanan harus tepat pada sasarannya yaitu pada orang yang memerlukannya dan proses pelayanan harus tepat waktu serta orang yang menerima sasaran tidak merasa memperoleh beban.

2.2.2

Kualitas Pelayanan Keberhasilan pemerintahan dan pembangunan ekonomi semakin

ditingkatkan guna tercapainya masyarakat yang adil dan makmur. Seiring dengan itu berbagai tuntutan pelayanan baik kualitas maupun kuantitas pelayanan terus

42

mengalami perubahan Perubahan kualitas merupakan sesuatu yang relatif kompleks dan senantiasa berkembang sehingga upaya untuk mengembangkannya,

mengimplementasukan dan mengendalikan secara terpadu perlu dilakukan secara menyeluruh dan terus-menerus. Sedangkan kualitas pelayanan menurut Crosby, Lehtment sebagai berikut : Penyesuaian terhadap perincian-perincian dimana kualitas ini dipandang sebagai derajat keunggulan yang dicapai, dilakukannya kontrol terusmenerus dalam mencapai keunggulan tersebut dalam rangkaian memenuhi kebutuhan pengguna jasa (Lethment dan Wykoff, 1988 : 217). Jadi dapat disimpulkan dari dua pengertian kualitas pelayanan di atas dan Wykoff

adalah memberikan pelayanan yang berkualitas maka diperlukan pengukuran mutu pelayanan dan mengontrol terus-menerus dengan tujuan utama pelayanan yaitu memuaskan pengguna jasa dan memenuhi keinginan masyarakat. Menurut Parasuraman menyatakan bahwa terdapat dua faktor penentu yang mempengaruhi kualitas pelayanan yaitu : 1.Kualitas Pelayanan yang diharapkan masyarakat (expected service).

2.Kualitas Pelayanan yang dirasakan (perceiped service) oleh masyarakat. (Parasuraman, 1985 : 1-50). Jadi apabila kualitas pelayanan yang diterima atau dirasakan melebihi

dengan apa yang diharapkan maka kualitas jasa yang dipersepsikan sebagai kualitas yang baik dan memuaskan. Selanjutnya jika kualitas pelayanan yang diterima sesuai dengan yang diharapkan pelanggan, maka kualitas pelayanan yang

43

dipersepsikan ideal. Sebaiknya jika kualitas pelayanan yang diterima lebih rendah dari apa yang diharapkan masyarakat, maka kualitas pelayanan yang dipersepsikan buruk. Dengan demikian baik dan buruk kualitas pelayanan tergantung kepada kemampuan penyedia jasa dalam memenuhi harapan masyarakatnya secara konsisten. Terdapat beberapa alasan, semakin ditingkatkan yaitu : 1. Pengguna jasa sektor publik, secara langsung maupun tidak langsung telah membayar imbalan atas jasa yang diterima atau dibutuhkan. Pembayaran secara langsung dalam bentuk biaya administratif sedangkan yang tidak langsung berupa pajak. 2. Aparatur Negara sebagai abdi masyarakat telah menerima imbalan (gaji) atas tugasnya memberikan jasa pelayanan. 3. Sesuai dengan normative, baik berupa undang-undang maupun sapta prasetya Korp Pegawai Republik Indonesia ditegaskan bahwa aparatur negara adalah abdi masyarakat. mengapa kualitas pelayanan publik, harus

2.2.3 Prinsip-Prinsip Pelayanan Untuk memenuhi standar pelayanan maka terus harus menerapkan

prinsip-prinsip pelayanan. Berdasarkan Surat Keputusan Mentri Pendayagunaan Aparatur Pemerintah Negara No. 81 Tahun 1993 tentang Pedoman Tatalaksana Pelayanan Umum, prinsip-prinsip pelayanan sebagai berikut : a. Kesederhanaan yaitu, prosedur pelayanan tidak berbelit-belit, mudah dipahami dan mudah dilaksanakan.

44

b. Kejelasan yaitu, persyaratan teknis, rincian biaya pelayanan dan tata cara pembayaran. c. Kepastian waktu yaitu, pelaksanaan pelayanan dapat diselesaikan dalam kurun waktu yang telah ditentukan. d. Akurasi, yaitu produk pelayanan diterima dengan benar dan sah. e. Keamanan yaitu, proses memberikan rasa aman dan kepastian hukum. f. Tanggung jawab yaitu, pimpinan penyelenggaraan pelayanan atau pejabat yang ditunjuk bertanggung jawab atas penyelenggaraan pelayanan. g. Kelengkapan sarana dan prasarana yaitu, tersedianya sarana dan prasarana kerja. h. Kemudahan akses yaitu, tempat dan lokasi serta sarana pelayanan yang memadai. i. Kedisiplinan yaitu, kesopanan dan keramahan, pemberi pelayanan harus bersikap disiplin, sopan dan santun, serta memberikan pelayanan yang ikhlas. Jadi dapat disimpulkan bahwa prinsip-prinsip pelayanan adalah pedoman yang harus diterapkan dalam proses pelayanan yaitu mengenai waktu, persyaratan teknis,keamanan, tanggung jawab penyelenggaraan pelayanan serta kelengkapan fasilitas sehinggga dapat mempermudah proses pelayanan dan dapat memberikan kepuasan pelanggan. Dengan menerapkan prinsip-prinsip pelayanan maka aparatur pemerintah dalam mengembangkan kualitas pelayanan akan tercapai.

2.2.4

Jenis-Jenis Pelayanan Umum Di dalam pemerintahan pelayanan mempunyai peranan yang sangat penting karena menyangkut kepentingan umum bahkan kepentingan rakyat secara menyeluruh. Secara operasional pelayanan umum yang diberikan pemerintah

45

kepada masyarakat menurut A. Djadja Saefullah dibedakan dalam dua kelompok besar yaitu : Pertama, pelayanan umum yang diberikan tanpa memperhatikan orang perseorangan, tetapi keperluan masyarakat secara umum masyarakat dalam pelayanan ini meliputi penyediaan sarana dan prasarana transportasi, penyediaan pusat-pusat pembangunan lembaga, pemeliharaan keamanan dan sebagainya. Kedua, pelayanan yang diberikan secara orang perseorangan, pelayanan ini meliputi kemudahan-kemudahan memperoleh pemeriksaan kesehatan, memasuki lembaga pendidikan, memperoleh kartu penduduk dan surat-surat lainnya, pembelian karcis perjalanan dan sebagainya. (Saefullah,1999 : 8) Sedangkan menurut Sri Redjeki Hartono, pelayanan publik dapat dibedakan menjadi dua yang disampaikan dalam seminar RUU Pelayanan Publik yang diselenggarakan oleh Kementrian Pendayagunaan Aparatur Negara yaitu : 1. Pelayanan publik yang bersifat umum, yaitu yang diberikan kepada siapa saja yang membutuhkan pelayanan yang diberi wewenang untuk itu, yang antara lain meliputi : a.pelayanan publik untuk memperoleh dokumen tentang jati diri dan atau status seseorang dan dokumen pembuktian pemilikan benda-benda tetap dan benda-benda bergerak. b. pelayanan publik mengenai pemberian perijinan untuk kegiatan ekonomi pribadi atau kelompok; 2. Pelayanan publik yang bersifat khusus yang timbul karena adanya suau hubungan hukum yang sifatnya khusus diantara institusi publik tertentu dengan publik tertentu. (Hartono, 2003 : 29) Dari dua pendapat di atas kita dapat menyimpulkan bahwa ada dua pelayanan umum yang diberikan pemerintah kepada masyarakat yaitu : 1. Pelayanan publik yang bersifat umum yaitu yang diberikan tanpa

memperhatikan orang perseorangan, tetapi keperluan masyarakat secara umum. Dan pelayanan ini meliputi penyediaan sarana dan prasarana, transportasi, penyediaan pusat-pusat kesehatan, pembangunan lembagalembaga pendidikan, pemeliharaan keamanan dan lain sebagainya.

46

2. Pelayanan yang diberikan secara orang perseorang (khusus) yang timbul karena adanya suatu hubungan hukum yang sifatnya khusus diantara institusi publik tertentu dengan publik tertentu. Pelayanan ini meliputi kemudahan-kemudahan memperoleh pemeriksaan kesehatan, memasuki

lembaga pendidikan, memperoleh kartu penduduk dan surat-surat, pembelian karcis perjalanan dan sebagainya. Menurut Moenir pelayanan umum akan dapat terlaksana dengan baik dan memuaskan apabila didukung oleh beberapa faktor sebagai berikut : 1. Kesadaran para pejabat pimpinan dan pelaksana. 2. Aturan yang memadai dan organisasi dengan mekanisme sistem yang dinamis. 3. Pendapatan pegawai yang cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup minimum. 4. Kemampuan dan keterampilan yang sesuai dengan tugas atau pekerjaan yang dipertanggung jawabkan. 5. Tersedianya sarana pelayanan sesuai dengan jenis dan bentuk tugas. (Moenir, 1995 : 123). Jadi berdasarkan teori di atas, pelayanan umum akan terlaksana dengan baik dan memuaskan apabila adanya kesadaran dari aparatur yang bertanggung jawab, aturan yang dinamis, tersedianya sarana pelayanan yang sesuai dengan jenis dan pendapat pegawai yang cukup agar sesuai dengan haknya dalam memberi layanan. Sedangkan menurut Sondang pelayanan masyarakat adalah : 1. Tujuan pelayanan adalah untuk meningkatkan kemakmuran rakyat. 2. Motivasi pelayanan adalah untuk memuaskan rakyat melalui legiatan pelayanan yang efisien, ekonomis dan seefektif mungkin. 3. Sifat pelayanan berkewajiban melayani semua warga masyarakat dengan perlakuan yang sama. (Siagian,1990 : 30) P. Siagian bahwa tujuan, motif dan sifat dari

47

Jadi berdasarkan uraian di atas, tujuan dan motivasi pelayanan adalah untuk meningkatkan kemakmuran rakyat melalui kegiatan pelayanan yang efisien, ekonomis dan selektif mungkin yaitu memperlakukan sama kepada aparatur yang memberi layanan harus yang memerlukan

setiap

masyarakat

pelayanan.Menurut De Vyre dalam bukunya yang berjudul Good Service is Good Bussines mengemukakan tujuh strategi menuju keberhasilan pemberian pelayanan. Ketujuh strategi tersebut istilahnya berawl harus dari kata service yang terdiri atas : Pertama, self esteem, dimaksudkan sebagai upaya memberikan nilai pada diri sendiri untuk memahami keadaan yang dimiliki secara internal. Termasuk didalamnya memberikan perhatian terhadap pegawai dan bersikap keteladanan bagi mereka. Kedua, exceed expectation, yaitu memenuhi harapan-harapan dan berusaha melebihi apa yang telah dijanjikan, dengan kata lain jangan terjadi sebaliknya apa yang telah dijanjikan lebih rendah dari janji tersebut.Ketiga, recover, didalamnya termasuk tanggapan atas keluhan langganan dan mencari tau apa yang pikirkan konsumen tentang perusahaan. Keempat, vision didalamnya termasuk pemikiran tentang rencana yang matang mengenai pelayanan jangka panjang, termasuk memperhitungkan penilaian langganan sehingga terus menjadi perhatian perusahaan.Kelima, improve , yakni berusaha untuk melakukan peningkatan secara berencana dan terus-menerus sehingga mempunyai kemampuan untuk bersaing dan memenangkan persaingan. Keenam, Care, menaruh perhatian yang cukup terhadap langganan sehingga mereka merasa dihargai dan betul-betul diperhatikan, sekalipun mungkin sebagian diantaranya hanya basa-basi. Ketujuh, empower, yakni memberdayakan pegawai dengan memberikan latihan, menanamkan rasa tanggung jawab, percaya pada kemampuan diri serta menggugah untuk memberi respon. (Vyre,1997 : 20) Jadi dapat disimpulkan bahwa strategi pelayanan adalah upaya memberikan nilai untuk memenuhi harapan-harapan pelanggan dan menerima keluhan-keluhan dari pelanggan sehingga mempunyai kemampuan untuk bersaing dan

memenangkan persaingan tersebut.Hal tersebut perlu diantisipasi agar aparatur yang memberi pelayanan harus mempunyai rasa tanggung jawab terhadap

48

pelanggan. Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara nomor 81 / 1993 yang dijadikan dasar penilaian kinerja pelayanan aparatur negara, menyebutkan delapan kriteria kinerja pelayanan aparatur negara yaitu : (1). Kesederhanaan, (2) Kejelasan dan Kepastian (3) Keamanan, (4) Keterbukaan, (5) Efisiensi, (6) Ekonomis, (7) Keadilan, dan (8) Ketepatan waktu. Dalam konteks badan publik, pelanggan ialah masyarakat luas. Sebagai konsekuensinya setiap badan usaha. (badan/dinas/instansi pemerintahan) harus melakukan reengineering diartikan sebagai metode yang pas untuk meningkatkan daya saing perusahaan (termasuk badan usaha non koperasi) menstransformasikan input organisasi menjadi output. untuk

You might also like