You are on page 1of 3

Mengeram di balik Topeng Oleh: Musannan*

Sebelum pementasan dimulai ada suara musik instrumen dari belakang panggung, dan panggung dalam keadaan gelap. Kemudian aktor 1 dan aktor 2 masuk ke dalam panggung dengan posisinya masing-masing. Aktor 1 : Rupa-rupa dengan gaya mematung menghadap kiri sambil membelakangi penonton. Beberapa suara mengikuti dari luar panggung secara bergantian. Aktor 2 : warna-warna dengan gaya mematung menghadap kanan sambil membelakangi penonton. Beberapa suara mengikuti dari luar panggung secara bergantian. Kemudian ada beberapa orang datang dari luar dengan membawa topeng untuk mengadakan ritual memuji topeng-topeng yang dipimpin oleh salah seorang diantara mereka. Pemimpin (A3) : kau adalah penyelamat hidup kami diikuti beberapa suara orangorang yang ada dibelakangnya. pemberi kesejahteran hidup kami sambil menabur bunga-bunga. Kemudian satu orang masuk dengan hanya mengenakan celana pendek saja dengan slow motion dan marking, sekali-kali melopat dan melangkahi para pemuja yang sedang duduk dibawah, setelah itu kedepan panggung dan berkata. Aktor 4 : coba lihat mereka, tentunya kalian telah melihat mereka dalam kesehariannya menjelma sebagai malaikat-malaikat penyelamat hidup kalian, tapi tahukah kalian? Hahahahahha... (tertawa sejadi-jadinya), bahwa mereka adalah garong, yang menciptakan kelaparan-kelaparan di sudut-sudut pertiwi ini. Sambil tertawa-tawa dia berkata lagi setelah itu kalian tahu apa yang terjadi, akan ada parade penganggur yang menepi dekat kubur, mencari wangsit untuk mendapatkan angka-angka. Penjual diri yang menepi di sepanjang rel kereta api dan trotoar jalan. Antrian perampok yang menunggu giliran. Pengamen yang mengintip dari sudut-sudut terminal menunggu bis dan melompat tak peduli nyawa. Dengan suara yang serak dan emosi. Kalau tidak karena topeng itu dia pasti sudah binasa, tapi jangan kawatir pada saatnya mereka mesti binasa. Coba kita dengar persaksian

mereka di hadapan tuhan mereka. Dengan nada emosi dan tertawa terbahak-terbahak. Beberapa orang yang ada ditempat pemujaan topeng-topeng berbicara secara bergantian, dan salah seorang pemimpin di antara mereka duduk di kursi seperti raja dan berkata. Pemimpin : saudara-saudaraku sekalian dengan suara lantang kita semua sudah mengaku bah wa kita adalah abdi setan. Dunia ini bergerak karena setan. Orang tua mengejar menantu takut anaknya tidak laku kawin. Kita tidak berani bekerja sembarangan takut citra kita tercemar. Kita menjadi pemimpin ingin mengabdikan diri untuk rakyat tapi yang benar kita ingin menikamti kekuasaan. Semuanya dicemari dengan kepentingan pribadi dan inilah yang benar. Kemudian tertawa sejadijadinya. Setelah tertawa beberapa kali, lelaki menunjuk salah satu pemuja dan berkata: Pemimpin Perempuan Pemimpin : : : hai perempuan baik, bersediakah kamu menjawab pertanyaanku? tentu, dengan disaksikan setan saya siap untuk berkata jujur. bukankah kamu tahu kalau pernikahan penting, kenapa kamu menikah dengan suamimu? Perempuan : sebenarnya saya tidak mencintai suami saya, dari pada saya dinikahkan dengan orang miskin yang jelek, terpaksa saya memilih dia, karena sebenarnya orang yang saya cintai tidak tidak juga menikahi saya. Pemimpin : bagus bagus sambil mengangguk-angguk ada lagi yang bisa kamu jelaskan? Perempuan Pemimpin Perempuan : : : ada apa itu? pada saat saya bersama suami saya yang saya bayangkan bukan wajah dia tapi wajah lelaki lain yang saya cintai, saya sering berpikir bahwa saya ingin cerai dengan suami saya, selain itu saya mencari popularitas dengan bersama dia. Setalah mendengarkann pengakuan dari perempuan itu pemimpin mengangguk-angguk dan menunjuk salah satu arah dan berkata: Pemimpin Laki-laki : : bagaimana dengan kamu? apakah saya yang tuan maksud?

Pemimpin Laki-laki

: :

ia kamu menjawab dengan tegas. saya senang berkuasa tapi takut memikul tanggung jawab, sehingga saya sering memanfaatkan bawahan saya, saya senang melihat bawahan saya menjadi alat keinginan saya.

Kemudian pemimpin itu menunjuk lagi salah satu perempuan. Pemimpin : coba kamu? baik tuan, saya menjual diri, karena saya mau membantu ibu untuk menyekolahkan adik-adik saya, biar orang kampung bilang kalau saya itu sudah sukses dan baik. Pemimpin Perempuan : : bisa kamu lanjutkan? sebenarnya yang paling penting buat saya adalah sesuap nasib

Perempuan 2 :

Kemudian aktor 4 yang dari tadi mendengarkan berteriak. Aktor 4 : diaaaaaaaaaaam

Kemudian keadaan sekaligus menjadi sunyi. Aktor 4 : Bedebah bedebah, haruskah engkau sampai menjual diri untuk sesuap nasi, menjajahkan kehormatan. Kenapa kau harus memposisikan diri sebagai makhluk terkutuk di muka bumi ini? Aktor 1 : heeeeeeiiii kau pikir hanya sesederhana perkataanmu persoalan ini? Sampaikan pada mereka bahwa disini ada orang yang menjual harga diri demi sesuap nasi, karena harta mereka dirampas hanya untuk membuat toilet.

*Pernah aktif di komonitas teater UI Madura dipercaya sebagai penasehat tanpa periode.

You might also like