You are on page 1of 11

Pengertian Model Number Head Together Model adalah contoh atau fiqur yang berkaitan dengan strategi mengajar.

Model Number Head Together (NHT) merupakan cara belajar Cooperative atau beberapa kelompok dimana anak dikelompokan menjadi beberapa kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat honor, guru memberi tugas kepada setiap siswa berdasarkan nomor, jadi setiap siswa memiliki tugas berbeda. Model pembelajaran NHT juga merupakan suatu cara penyajian pelajaran dengan melakukan percobaan, mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu permasalahan yang dipelajari. Dengan model NHT siswa diberi kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti suatu proses, mengamati suatu objek, menganalis, membuktikan dan menarik kesimpulan sendiri tentang suatu objek dan keadaan suatu proses pembelajaran mata pelajaran tertentu. Manfaat Model Pembelajaran NHT dalam Menceritakan Kembali Cerita yang dipelajarinya Number Head Together dalam menceritakan kembali cerita yang dipelajari yaitu merupakan model pembelajaran atau teknik yang berkaitan dengan kegiatan mengajar, sehingga dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk menceritakan kembali cerita yang dipelajarinya. Materi yang diberikan kepada siswa sekolah dasar harus disesuaikan dengan usia dan karakteristik siswa yang bersangkutan. Maksudnya adalah materi yang diberikan kepada siswa harus disesuaikan dengan tingkah laku, sehingga penguasaan pemahaman pengetahuan tentang Number Head Together dapat bermanfaat bagi para siswa Fungsi Model Pembelajaran NHT Model Pembelajaran Number Head Together bertujuan untuk meningkatkan pemahaman siswa dalam merangkum suatu cerita secara runtut sehingga siswa dapat menceritakan kembali cerita yang dipelajarinya. Tujuan Model Pembelajaran NHT Tujuan model pembelajaran Number Head Together adalah agar pemahaman siswa bercerita melalui model NHT yang diberikan dalam bentuk tugas per kelompok, agar siswa dapat saling menambah kekurangan pembendaharaan kata dalam merangkai kembali cerita yang dipelajarinya, karena ada kerjasama itulah diharapkan siswa tidak mengalami kesulitan atau kesukaran dalam menceritakan kembali cerita yang dipelajarinya. Dengan model NHT diharapkan dapat membangkitkan minat siswa dalam mengungkakan pendapat dalam bentuk rangkaian kata dan kalimat. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa peningkatan kemampuan merangkai kata secara runtut sangat diperlukan sekali guna membantu mengembangkan hasanah Bahasa Indonesia dalam kehidupan sehari-hari sebagai alat komunikasi atau meningkatkan rasa nasionalisme. Landasan Model Pembelajaran Number Head Together Konsep adalah suatu rancangan, pedoman dan suatu perencanaan terhadap suatu kegiatan yang akan dilaksanakan demi mencapai suatu tujuan akhir yang telah disepakati, baik disepakati oleh pribadi maupun telah disepakati secara khalayak umum. Model pembelajaran merupakan salah satu dari konsep mengajar. Dimana konsep mengajar merupakan suatu proses yang kompleks, tidak hanya sekedar menyampaikan informasi dari guru kepada siswa, banyak kegiatan maupun tindakan yang harus dilakukan, terutama bila diinginkan hasil belajar yang lebih baik pada seluruh siswa, oleh karena rumusan pengertian mengajar tidaklah sederhana, dalam arti membutuhkan rumusan yang dapat meliputi seluruh kegiatan dan tindakan dalam perbuatan mengajar itu sendiri (Muhammad Ali, 1992).

Model Pembelajaran Partisifatif dan Kontekstual

Konsep Pembelajaran Partisifatif


Perencanaan Program (Program Planning) Pelaksanaan Program (Program Implementation) Penilaian Program (Program Evaluation)

Ciri-Ciri Pembelajaran Partisifatif


Pendidik berkedudukan yang tidak serba mengetahui terhadap semua bahan belajar Pendidik berperan membantu peserta didik dalam melakukan kegiatan pembelajaran Pendidik memberikan motivasi terhadap peserta didik Pendidik sekaligus menempatkan dirinya sebagai peserta didik Pendidik beserta peserta didik melakukan kegiatan saling belajar Pendidik membantu peserta didik menciptakan situasi yang kondusif Pendidik mengembangkan kegiatan pembelajaran berkelompok Pendidik mendorong peserta didik untuk meningkatkan semangat berprestasi Pendidik mendorong dan membantu mengembangkan kemampuan pemecahan masalah dari kehidupan peserta didik

Peran Pendidikan Dalam Pembelajaran Partisifatif Sebagai pembimbing dan pendorong bagi peserta didik untuk melakukan kegiatan pembelajaran Konsep Pendekatan Pembelajaran Kontekstual

Belajar dilihat dari proses Transfer belajar Lingkungan belajar Upaya pendidik menghubungkan antara materi yang diajarkan dengan situasi nyata peserta didik Berlangsung alamiah

Komponen Pembelajaran Kontekstual


Konstruktivisme Pencarian (Inquiry) Bertanya (Questioning) Masyarakat belajar (Learning Community) Permodelan (Modeling) Refleksi (Reflection) Penilaian yang sebenarnya (Authentic Assessment)

Perbedaan Pembelajaran Kontekstual Dengan Pembelajaran Konvensional


Kontekstual bersifat student centered Konvensional bersifat teacher centered

Model Pembelajaran Mandiri (Self Directed Learning)

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar Mandiri


Terbuka terhadap setiap kesempatan belajar Memiliki konsep diri sebagai warga belajar yang efektif Berinisiatif dan merasa bebas dalam belajar Memiliki kecintaan terhadap belajar Kreativitas Memiliki orientasi ke masa depan Kemampuan menggunakan keterampilan belajar yang mendasar dan memecahkan masalah Dalam Belajar Mandiri

Peran Pendidik Sebagai Fasilitator :


Mengupayakan atau menciptakan suasana/ kondisi yang memungkinkan peserta didik memperoleh pengalaman belajar Membantu peserta didik lebih memahami tujuan belajarnya Mendorong peserta didik untuk dapat mengimplementasikan tujuannya Berusaha mengorganisasi dan mencari kemudahan-kemudahan penggunaan sumber/ sarana belajar yang tersedia Menempatkan dirinya sebagai sumber belajar Menerima respon tiap ekspresi peserta didik secara intelektual dan empatik Menciptakan iklim yang kondusif Mengambil inisiatif dalam mengadakan urun rembuk Melalui pengalaman bersama peserta didik Memfungsikan kedudukannya sebagai fasilitator.

Contoh Metode Pembelajaran Cooperative Learning

Cooperative adalah mengerjakan sesuatu bersama-sama dengan saling membantu satu sama lain sebagai satu tim. Sedangkan Cooperative Learning artinya belajar bersama-sama, saling membantu antara satu sama lain dalam belajar dan memastikan bahwa setiap orang dalam kelompok mencapai tujuan atau tugas yang telah ditentukan sebelumnya (Eng Tek dalam Kanda, 2001: 27). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa Cooperative Learning adalah menyangkut teknik mengelompokkan yang didalamnya siswa bekerja terarah pada tujuan belajar bersama pada kelompok kecil yang umumnya tediri dari empat atau lima orang. Ada lima unsur dasar yang membedakan Cooperative Learning dengan kerja kelompok, ciri Cooperative Learning yaitu akuntabilitas individual, interaksi tatap muka, keterampilan seusia, proses kelompok dan saling ketergantungan yang positif. Ketergantungan positif adalah perasaan diantara anggota kelompok dimana keberhasilan seseorang merupakan keberhasilan yang lainnya pula atau sebaliknya. Untuk menciptakan suasana tersebut, guru perlu merancang struktur kelompok, tugas-tugas kelompok yang memungkinkan setiap siswa untuk belajar mengevaluasi dirinya dengan teman kelompoknya dalam penguasaan dan kemampuan memahami bahan pelajaran. Kondisi seperti ini memungkinkan setiap siswa merasa adanya ketergantungan secara positif pada anggota kelompok lainnya dalam mempelajari dan menyelesaikan tugas-tugas yang menjadi tanggung jawabnya, yang mendorong setiap anggota kelompok untuk bekerja sama. Penyerapan model Cooperative Learning dalam pembelajaran dimaksudkan untuk memperkuat pelajaran akademik setiap anggota kelompok dengan tujuan agar para siswa lebih berhasil dalam belajar dari pada belajar sendiri. Sebagai konsekuensinya untuk menjamin bahwa setiap siswa berhasil dan benar-benar bertanggung jawab terhadap pelajarannya sendiri maka setiap siswa harus diberi tanggung jawab secara individual untuk mengerjakan bagian tugasnya sendiri dan mengetahui apa yang telah ditargetkan dan yang harus dipelajari. Oleh karena itu, unsur terpenting yang harus dipahami oleh para guru adalah apabila tugas dibagi dalam kelompok jangan sampai hanya diperiksa/dievaluasi atau tidaknya tugas itu dikerjakan secara kelompok, melainkan harus terjadi interdepensi tugas antara kelompok karena tujuan Cooperative Learning bukan terselesaikannya tugas-tugas kelompok, tetapi para siswa belajar dalam kehidupan kelompok yang mampu saling membelajarkan antar anggota kelompoknya Ketergantungan yang positif dalam Cooperative Learning akan memotivasi para siswa untuk bertanggung jawab terhadap keberhasilan temannya, kemampuan untuk saling mempengaruhi dalam membuat alasan dan kesimpulan antara satu dengan yang lain, social modeling, dukungan social, apabila guru dalam menstruktur kelompok dalam bentuk interaksi tatap muka. Interaksi tatap muka selain memberikan motivasi yang penting bagi performans seorang siswa juga akan meningkatkan saling mengetahui keberhasilan akademik setiap siswa dan personal masingmasing. Cara ini akan mendukung dan memperkuat makna ketergantungan yang positif dan mempermudah siswa untuk mempromosikan keberhasilan siwa yang lain sebagai keberhasilan kelompok. Penguasaan keterampilan sosial dalam Cooperative Learning perlu dimiliki para siswa terutama dalam menyelesaikan tugas-tugas kelompok. Namun karena para siswa baru saja ditempatkan dalam kelompok-kelompok dan diharapkan dapat menerapkan keterampilan sosial yang tepat,

maka tidak secara otomatis mereka akan mampu menerapkannya dengan baik. Sedangkan dalam Cooperative Learning para siswa dituntut untuk memiliki kemampuan interaksi seperti mengajukan pendapat, mendengarkan opini teman, menampilkan kepemimpinan, kompromi, negoisasi dan klasifikasi secara teratur untuk menyelesaikan tugas-tugasnya. Oleh karena itu, untuk memenuhi persyaratan tersebut, guru perlu menerangkan dan mempraktekkan tingkah laku dan sikap-sikap interaksi sosial yang diharapkan untuk dilakukan. Proses kelompok terjadi ketika anggota kelompok mendiskusikan seberapa baik mereka mencapai tujuan dan memelihara kerjasama yang efektif. Para siswa perlu mengetahui tingkattingkat keberhasilan pencapaian tujuan dan efektivitas kerjasama yang telah dilakukan. Untuk memperoleh informasi itu, para siswa perlu mengadakan perbaikan-perbaikan secara sistematis tentang bagaimana mereka telah bekerja sama sebagai satu tim, dalam hal :

Seberapa baik tingkat pencapaian tujuan kelompok Bagaimana mereka saling membantu satu sama lain Bagaimana mereka bersikap dan bertingkah laku positif untuk memungkinkan setiap individu dan kelompok secara keseluruhan menjadi berhasil, dan Apa yang mereka butuhkan untik melakukan tugas-tugas yang akan datang supaya lebih berhasil.

Sesuai dengan filosofi kontruktivisme, bahwa dalam proses pembelajaran guru tidak mendokrinasi gagasan saintifik, sehingga sistem perubahan gagasan siswa adalah siswa itu sendiri. Guru hanya berperan sebagai fasilitator, penyedia kondisi supaya proses pembelajaran dalam upaya memperoleh konsep pengukuran volume berlangsung benar. Beberapa pola yang harus dikembangkan oleh guru yang mengacu kepada Cooperative Learning sesuai dengan filosofi kontruktivisme adalah :

Guru mengarahkan siswa untuk melaksanakan diskusi kelompok Mendorong siswa untuk mengadakan penelitian sederhana lewat alat peraga yang dimanipulasi Guru mendorong siswa untuk melaksanakan kegiatan praktis dan memberi peluang untuk mempertanyakan dan memodifikasi serta mempertajam gagasannya

Pengertian dan Macam-Macam Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)

Cooperative learning is the instructional use of small groups which encourage students to work together to maximize their own and each other learning structured, more prescriptive and directive it is (Johnson et al 1990) Lie Anita dalam bukunya yang berjudul Cooperative Learning mengutip perkataan Roger dan David Johnson bahwa ada lima unsur model pembelajaran kooperatif yaitu : saling ketergantungan positif, tanggungjawab perseorangan, tatap muka, komunikasi antar anggota dan evaluasi proses kelompok Kata kunci pembelajaran kooperatif adalah :

Tim Pengelolaan Kerjasama Keinginan untuk bekerjasama melalui pengerjaan serangkaian tugas dan penghargaan Keahlian untuk bekerjasama Interaksi yang simultan Terdiri dari serangkaian tahapan yang berbeda dalam setiap model (Kagan 1992)

Tehnik-teknik yang dapat dipakai dalam pembelajaran model kooperatif learning adalah : Jigsaw, STAD, TGT (Slavin 1990) Write Pair Square, Think Pair Square, Inside-Outside Circle, Round-Robin, NHT, Two Stay Two Stray (Kagan 1992), Group Investigation (Sharan et al), Learning Together (Johnson et al 1990), Cooperative Controversy (Johnson and Johnson 1987) Murder Mood, Understand, Recall, Detect, Elaborate, Review (Hythecker et al 1988) Write-Pair-Square adalah salah satu teknik pembelajaran kooperatif dengan cara : siswa mulamula bekerja sendiri, kemudian setelah itu mendiskusikan hasil kerjanya dengan temannya secara berpasangan lalu mereka membahas ulang pekerjaannya dalam kelompok yang terdiri dari empat orang. Terakhir siswa mendiskusikan pekerjaannya bersama-sama didalam kelas dipimpin guru (Kagan 1992) Two Stay Two Spray adalah salah satu teknik pembelajaran kooperatif dengan cara : siswa mulamula bekerja didalam kelompok, yang terdiri dari empat orang lalu dua diantaranya menjadi tamu ke kelompok lain untuk membahas dan mengecek hasil pekerjaan kelompok yang didatangi sementara dua siswa tinggal dalam kelompok untuk menerima kunjungan dari kelompok lain guna melakukan hal yang sama, setelah kegiatan itu siswa kembali ke kelompok asal dan terakhir mendiskusikan hasil kerjasanya secara klasikal.

Pengertian dan Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas

Pengertian PTK Kata penelitian terjemahan dari bahasa Inggris, Research. Penelitian tindakan kelas mempunyai berbagai aturan dan langkah. Penelitian tindakan kelas merupakan terjemahan dari Classroom Research, yaitu satu action research yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa menjadi menjadi meningkat. Karakteristik Penelitian Ciri-ciri PTK yang membedakan dengan penelitian lain Tindakan Kelas

1. Adanya masalah PTK dipicu oleh munculnya kesadaran pada diri guru bahwa praktik yang dilakukannya selama ini di kelas mempunyai masalah yang perlu diselesaikan. Dengan perkatan lain guru merasa bahwa ada sesuatu yang perlu diperbaiki dalam praktik pembelajaran yang dilakukannya. Contoh : Guru merasa risau karena hasil ketika latihan menunjukkan hanya 40% yang bisa menguasai penggunaan rumus matematika; Pertanyaan guru yang tidak pernah terjawab oleh sisa; Pekerjaan rumah yang tidak pernah diselesaikan. 2. Self-refleksitive inquiry atau penelitian melalui refleksi diri. Berbeda dengan penelitian biasa yang mengumpulkan data dari lapangan atau objek atau tempat lain sebagai responden. 3. Penelitian tindakan kelas dilakukan di dalam kelas, sehingga proses penelitian ini adalah kegiatan pembelajaran berupa perilaku guru dan siswa dalam melakukan interaksi 4. Penelitian tindakan kelas bertujuan untuk memperbaiki pembelajaran. Perbaikan dilakukan secara bertahap dan terus menerus. Sehingga PTK dikenal adanya siklus pelaksanaan berupa pola: perencanaan-pelaksanaan-observasi- refleksi- revisi. Kunci utama PTK adalah adanya action (tindakan) yang berulang-ulang.

Metode Diskusi dalam Proses Belajar di Sekolah

Diskusi adalah percakapan ilmiah yang berisikan pertukaran pendapat, pemunculan ide-ide serta pengujian pendapat yang dilakukan oleh beberapa orang yang tergabung dalam kelompok itu untuk mencari kebenaran. Banyak masalah yang terjadi di lingkungan murid yang memerlukan pembahasan oleh lebih dari seorang saja, yakni terutama masalah-masalah yang memerlukan kerjasama dan musyawarah. Jika demikian musyawarah atau diskusi jalan pemecahan yang memberi kemungkinan mendapatkan penyelesaian yang terbaik. Metode diskusi dalam proses mengajar dan belajar berarti metode mengemukakan pendapat dalam musyawarah untuk mufakat. Dengan demikian inti dari pengertian diskusi adalah meeting of minds. Didalam memecahkan masalah diperlukan bermacam-macam jawaban. Dari jawaban tersebut dipilihkan satu jawaban yang lebih logis dan lebih tepat dan mempunyai argumentasi yang kuat, yang menolak jawaban yang mepunyai argumentasi lemah. Memang dalam diskusi untuk memperoleh pertemuan pendapat diperlukan pembahasan yang didukung oleh argumentasi, argumentasi kontra argumentasi. Kebaikan-kebaikannya

Seperti juga metode-metode lain, metode diskusi pun mempunyai kebaikan-kebaikan. Kebaikan-kebaikan itu, antara lain adalah : Suasama kelas hidup, sebab murid-murid mengarahkan pemikirannya kepada masalah yang sedang didiskusikan. Partisifasi murid dalam metode ini lebih baik. Murid-murid berlatih kritis untuk mempertimbangkan pendapat teman-temannya, kemudian menentukan sikap, menerima, menolak atau tidak berpendapat sama sekali. Dapat menaikkan prestasi kepribadian individual seperti toleransi, sikap demokratis, sikap kritis, berpikir sistematis dan sebagainya. Berguna untuk kehidupan sehari-hari terutama dalam alam demokrasi Merupakan latihan untuk memenuhi peraturan dan tata tertib yang berlaku dalam musyawarah.

Kelemahan-kelemahannya

Disamping kebaikan-kebaikan yang telah dikemukakan diatas metode diskusi tidak luput dari kelemahan-kelemahan, seperti : Diskusi pada umumnya dikuasai oleh murid yang gemar berbicara Bagi murid yang tidak ikut aktif ada kecenderungan untuk melepaskan diri dari tanggung jawab. Banyak waktu terpakai, tapi hasilnya kadang-kadang tidak seperti yang diharapkan Sukar dapat digunakan di tingkat rendah pada sekolah dasar, tetapi bukan tidak mungkin.

Cara-cara mengatasi kelemahan-kelemahan metode diskusi ada beberapa cara yang dapat diupayakan untuk mengatasi kelemahan metode diskusi antara lain :

Dalam menggunakan metode diskusi perhatikan persyaratan berikut : Taraf kemampuan murid Tingkat kesukuran yang memerlukan pemecahan yang serius agar dipimpin langsung oleh guru Kalau pimpinan diskusi diberikan kepada murid hendaknya diatur secara bergiliran Guru tak boleh sepenuhnya mempercayakan pimpinan diskusi pada murid, perlu bimbingan dan kontrol Guru mengusahakan seluruh murid ikut berpartisifasi dalam diskusi Diusahakan supaya murid mendapat giliran berbicara dan murid lain belajar bersabar mendengarkan pendapat temannya.

Metode Sosiodrama dalam Pembelajaran di Kelas

Sosiodrama berasal dari kata : sosio dan drama. Sosio berarti sosial yaitu masyarakat, dan drama berarti mempertunjukkan, mempertontonkan atau memperlihatkan.Sosial atau masyarakat terdiri dari manusia yang satu lain terjalin hubungan yang dikatakan hubungan sosial. Drama dalam pengertian luas adalah mempertunjukkan atau mempertontonkan keadaan atau peristiwa-peristiwa yang dialami orang, sifat dan tingkah laku orang. Metode sosiodrama berarti cara menyajikan bahan pelajaran dengan mempertunjukkan atau mempertontonkan atau mendemontrasikan cara tingkah laku dalam hubungan sosial. Kebaikan-kebaikannya

Metode sosiodrama mempunyai kebaikan-kebaikan antara lain : Murid melatih dirinya untuk melatih, memahami dan mengingat isi bahan yang akan didramakan sebagai pemain harus memahami, menghayati isi cerita secara keseluruhan terutama untuk materi yang harus diperankannya. Dengan demikian daya ingatan murid harus tajam dan tahan lama. Murid akan terlatih untuk berinisiatif dan berkreatif pada waktu main drama para pemain dituntut untuk mengemukakan pendapatnya sesuai dengan waktu yang tersedia. Bakat yang terdapat pada murid dapat dipupuk sehingga dimungkinkan akan muncul atau tumbuh bibit seni drama dari sekolah. Jika seni drama mereka dibina dengan baik kemungkinan besar mereka akan menjadi pemain yang baik kelak. Kerja sama antar pemain dapat ditumbuhkan dan dibina dengan sebaik-baiknya Murid memperoleh kebiasaan untuk menerima dan membagi tanggung jawab dengan sesamanya Bahasa lisan murid dapat dibina menjadi bahasa yang baik agar mudah dipahami orang lain.

Kelemahan-kelemahannya

Metode sosidrama mempunyai kelemahan-kelemahan antara lain : Sebagian besar anak yang tidak ikut bermain drama mereka menjadi kurang aktif Banyak memakan waktu, baik waktu persiapan dalam rangka pemahamam isi bahan pelajaran maupun pada pelaksanaan pertunjukannya Memerlukan tempat yang cukup luas, jika tempat bermain sempit menyebabkan gerak para pemain menjadi kurang bebas. Sering kelas lain terganggu oleh suara para pemain dan para penonton yang kadangkadang bertepuk tangan dan sebagainya.

Cara-cara mengatasi kelemahan kelemahan Metode Sosiadrama


Usaha-usaha untuk mengatasi kelemahan-kelemahan dari metode sosiodrama antara lain ialah : Guru harus menerangkan kepada siswa untuk memperkenalkan metode ini, bahwa dengan jalan sosiodrama siswa diharapkan dapat memecahkan masalah hubungan sosial yang aktual ada di masyarakat kemudian guru menunjuk beberapa siswa yang akan berperan masing-masing akan mencari pemecahan masalah sesuai dengan perannya dan siswa yang lain menjadi penonton dengan tugas-tigas tertentu

Guru harus memilih masalah yang urgen sehingga menarik minat anak. Ia mampu menjelaskan dengan baik dan menarik sehingga siswa terangsang untuk berusaha memecahkan masalah itu. Agar siswa memahami peristiwanya maka guru harus bisa menceritakan sambil mengatur adegan yang pertama. Bobot atau luasnya bahan pelajaran yang akan didramakan harus disesuaikan dengan waktu yang tersedia. Oleh karena itu harus diusahakan agar para pemain berbicara dan melakukan gerakan jangan sampai banyak variasi yang kurang berguna.

You might also like